Anda di halaman 1dari 4

5.

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI SYARIAH

Syarat suatu bagnguan agar tetap kokoh adalah tiang yang kokoh. Jika bangunan
yang yang kokoh tersebut adalah ekonomi syariah, maka tiang penyangganya adalah
sebagai berikut :

a. Siap menerima risiko


Prinsip ekonomi syariah yang dijadikan pedoman bagi setiap muslim dalam
bekerja untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, yaitu menerima risiko yang
terkait dengan pekerjaannya itu. Keuntungan dan manfaat yang diperoleh juga
terkait dengan jenis pekerjaannya. Karena itu, tidak ada keuntungan/ manfaat
yang diperoleh seseorang tanpa risiko. Hal ini merupakan jiwa dan prinsip “
dimana ada manfaat di situ ada risiko” (al-kharaj bi dhaman).
b. Tidak melakukan penimbunan
Dalam sistem ekonomi syariah, tidak seorangpun diizinkan untuk menimbun
uang. Tidak boleh menyimpan uang tanpa digunakan. Dengan kata lain, syariat
islam tidak membolehkan uang kontan (cash) yang menganggur tanpa
dimanfaatkan. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan sanksi bagi mereka
yang menimbun uang dengan mengenakan pajak untuk uang kontan tersebut. hal
ini untuk menghindari kegiatan penimbunan uang yang biasanya digunakan untuk
kegiatan spekulasi. Uang yang dimiliki seseorang seharusnya digunakan untuk
kepentingan jual-beli (selling and buying) secara kontinu. Uang itu harus secara
kantinu mengalir dalam ekonomi, menurut Prof. Dr. Zainuddin Ali, ada tiga cara
untuk menggunakan uang yang di bolehkan syariah, yaitu : konsumsi yang halal,
kegiatan produksi/investasi, dan kesejahteraan sosial.
c. Tidak monopoli
Dalam sistem ekonomi syariah tidak diperbolehkan seseorang, baik dari
perorangan maupun lembaga bisnis melakukan monopoli atau oligopoli. Islam
mendorong persaingan dalam ekonomi sebagai jiwa dari fastabiqul khairat.
Depreciation, segala sesuatu di dunia ini mengalami depresiasi. Kekayaan juga
terdepresiasi juga dengan zakat. Yang abadi di dunia ini hanya satu, yaitu Allah
SWT. Karena itu, money is a just a means of exchange. Uang bukan merupakan
alat penyimpan nilai. Uang bukan merupakan barang komoditi. Komoditi
mempunyai harga sedangkan uang tidak. Hal ini, uang sebagai alat tukar
bermakna nilai harus dijaga agar tetap stabil.
d. Pelarangan interest (riba)
Ada orang yang berpendapat bahwa Al-Qur’an hanya melarang riba dalam bentuk
bunga berbunga (compound interest) dan bunga yang dipraktikkan oleh bank
konvensional (simple interest) bukan riba. Namun, jumhur (mayoritas) ulama
mengatakan bahwa bunga bank adalah riba.
e. Solidaritas sosial
Solidaritas sosial seorang muslim terhadap sesama dapat diibaratkan dam satu
tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit
juga. Jika seorang muslim mengalami problem kemiskinan, maka tugas kaum
muslimin lainnya untuk menolong orang miskin itu (dengan cara menbayar zakat,
infaq, sedekah). Kekayaan adalah milik Allah. Apa pun harta yang telah Allah
berikan kepada manusia, merupakan amanah dari Allah. Oleh karena itu, manusia
harus menjaga amanah tersebut dengan memanfaatkannya untuk menolong
sesama.
f. Keadilan distribusi pendapatan
Kesenjangan pendapatan dan kekayaan alam dalam masyarakat berlawanan
dengan semangat serta komitmen Islam terhadap persaudaraan dan solidaritas
serta keadilan sosial. Ada beberapa cara menghilangkan kesenjangan sosial, di
antaranya :
1. Menghapuskan monopoli kecuali oleh pemerintah untuk bidang-bidang
tertentu.
2. Menjamin hak dan kesempatan semua pihak untuk aktif dalam proses
ekonomi, baik produksi, distribusi, sirkulasi, maupun konsumsi.
3. Menjamin basic needs fulfillment (pemenuhan kebutuhan dasar hidup) setiap
anggota masyarakat.
4. Melaksanakan amanah at-Takaful al-Ijtima’i atau social economic security
insurance, dimana yang mampu menanggung yang lemah.

Dengan cara itulah standar kehidupan setip individu akan lebih terjamin. Sisi
manusiawi dan kehormatan setiap individu akan lebih terjaga sesuai dengan
martabat yang melekat pada manusia sebagai khalifah Allah di muak bumi ini.

Konsep keadilan islam dalam distribusi pendapatan dan kekayaan serta konsep
keadilan ekonomi adalah menghendaki setiap individu mendapatkan imbalan
sesuai dengan amal dan karyanya. Ketidaksamaan pendapatan dimungkinkan
dalam islam karena kontribusi masing-masing orang kepada masyrakat berbeda-
beda.

g. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial


Konsep islam sangat jelas mengakui pandangan universal bahwa kebabasan
individu berisnggungan atau bahkan dibatasi oleh kebebasan individu orang lain.
menyangkut masalah hak individu dalam kaitannya dengan masyarakat, para
sarjana muslim sepakat pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Kepentingan masyarakat yang lebih luas harus didahulukan dari kepentingan
individu.
2. Melepaskan kesulitan harus diprioritaskan dibanding memberi manfaat,
meskipun keduanya merupakan tujuan syariat.
3. Kerugian lebih besar tidak dapat diterima untuk menghilangkan yang lebih
kecil, sebaliknya bahaya yang lebih kecil harus dapat diterima/ diambil untuk
menghindarkan bahaya yang labih besar. Sedangkan manfaat yang lebih kecil
dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang lebih besar.
6. MANFAAT EKONOMI SYARIAH

Apabial ekonomi syariah diaplikasikan dalam kehidupan, maka akan


mendatangkan manfaat yang besar bagi umat Islam itu berupa :

1. Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga Islamnya tidak lagi
parsial. Apabila ada seorang muslim yang masih bergelut dan mengamalkan
ekonomi konvensional yang mengandung unsur riba, berarti Islamnya belum
kaffah, sebab ajaran ekonomi syariah dibaikannya.
2. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui bank syariah, reksadana
syariah, pegadaian syariah dan/atau baitul maal wa tamwil mendapat keuntungan di
dunia dan di akhirat. Keuntungan di dunia berupa keuntungan bagi hasil dan
keuntungan akhirat adalah terbebasnya dari unsur riba. Selain itu, seorang muslim
yang yang mengamalkan ekonomi syariah mendapatkan pahala kerana telah
mengamalkan ajaran Islam dan meninggalkan aktivitas riba.
3. Praktik ekonomi syariah berdasarkan syariat Islam bernilai ibadah, kerana telah
mengamalkan syariat Allah SWT.
4. Mengamalkan ekonomi syariah melalui bank syariah, asuransi syriah, dan/atau
BMT, berarti mendukung lembaga ekonomi umat Islam itu sendiri.
5. Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau menjadi
nasabah asuransi syariah, berarti mendukung upaya pemberdayaan ekonomi umat
Islam itu sendiri untuk mengembangkan usaha-usaha kaum muslimin.
6. Mengamalkan ekonomi syariah berarti mendukung geraka amar ma’ruf nahi
mungkar, sebab dana yang terkumpul tersebut hanya boleh dimanfaatkan untuk
usaha-usaha atau proyek-proyek halal. Bank syariah tidak akan mau membiayai
usaha-usaha haram, seperti, pabrik minuman keras, usaha perjudian, usaha narkoba,
hotel yang digunakan untuk kemaksiatan atau tempat hiburan yang bernuansa
mungkar seperti diskotik dan sebagainya.

7. ETIKA EKONOMI SYARIAH

Yang membedakan Islam dan matrealisme adalah bahwa Islam tidak pernah
memisahkan ekonomi dan etika, sebagaimana tidak memisahkan ilmu dan akhlak,
politik dan etika, perang dan etika, dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan
Islam. Hal ini sesuai dengan misi diutusnya Rasulullah SAW untuk menyempurnakan
akhlak manusia.

Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi dengan spiritual
sebagaimana dilakukan bangsa eropa dengan konsep sekularismenya. Islam juga
berbeda dengan konsep kapitalisme yang memisahkan akhlak dengan ekonomi.

Manusia muslim, individu maupun kelompok, dalam lapangan ekonomi atau


bisnis, di satu sisi diberi kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Namun disisi lain ia terikat dengan iman dan etika, sehingga ia tidak bebas mutlak
dalam menginvestasikan modalnya atau membelanjakan hartanya.

Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi segala


sumber daya alam, mendistribusikannya, atau mengonsumsinya. Ia terikat dengan
rambu-rambu syariah. Misalnya, larangan berternak babi, menjual/ memproduksi
minuman keras, larang jual-beli ketika datangnya waktu shalat jum’at, bisnis prostitusi,
dan lain-lainnya. Karena itu para pakar ekonomi nonmuslim mengakui keunggulan
sistem ekonomi Islam. Islam telah sukses menggabungkan etika dan ekonomi,
sementara sistem kapitalis dan sosialis memisahkan keduanya.

Anda mungkin juga menyukai