Anda di halaman 1dari 3

Tugas pertemuan 4

Kelompok 7 :

1. Angelo Joseph Surbakti-1181002085

2. Fakhrul Kafi-1181002051

3. Lalu Muhamad najmus Tsaqib Zulajmi- 1181002026

4. Nurbaiti-1181002103

5. Siti Arofah-1181002020

Kasus Perumnas Gagal Bayar MTN Rp 200 M

Kabar kurang menyenangkan datang dari salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada
pertengahan pekan ini. BUMN tersebut berasal dari Perum Perumnas, perusahaan pelat merah
yang bergerak di bidang pembangunan perumahan dan permukiman yang  menunda
pembayaran pokok (gagal bayar) atas surat utang jangka menengah (Medium Term
Notes/MTN) I Perum Perumnas Tahun 2017 Seri A yang seharusnya jatuh tempo pada 28 April
2020.

Gagal bayar ini diketahui setelah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengumumkan
dalam laman website resminya. Nilai emisi MTN Perumnas yang jatuh tempo tersebut sebesar
Rp 200 miliar dengan frekuensi bayar bunga 3 bulan dengan kupon 9,75%.

Direktur Kustodian Sentral Efek Indonesia, Syafruddin menyampaikan, sebelumnya manajemen


Perum Perumnas sudah menyurati KSEI dalam surat Nomor DIRKEU/0622/7/IV/2020 dan belum
efektifny dana pokok MTN I Perum Perumnas Tahun 2017 Seri di rekening KSEI sesuai waktu
yang telah ditentukan. Dan pembayaran pokok kepada pemegang MTN yang seharusnya
dilaksanakan pada tanggal 28 April 2020 terjadi penundaan.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) angkat bicara mengenai gagal bayar pokok
surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) I Tahun 2017 Perum Perumnas. Jatuh
tempo MTN yang diterbitkan Perumnas tersebut jatuh pada 28 April 2020.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan perusahaan pelat merah bidang
perumahan dan permukiman ini menunda pembayaran pokok MTN tersebut untuk melakukan
restrukturisasi. Hal ini dilakukan karena ketidakmampuan perusahaan melakukan pembayaran
pokok utangnya akibat penjualan rumah yang turun drastis sejak Covid-19 melanda Indonesia.

Perumnas ini banyak pembangunan proyek perumahan yang sudah selesai ataupun dalam
proses, namun penjualan turun tajam karena Covid-19. Maka diperlukan restrukturisasi
kewajiban jangka pendek menjadi jangka panjang. Dengan harapan setelah normal, penjualan
dan cash flow akan pulih. Untuk itu saat ini, kata Arya, pihak perusahaan tengah melakukan
diskusi dengan para pemegang MTN untuk merestrukturisasi utang tersebut.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat Perum Perumnas menjadi


Selective Default (idSD) dari sebelumnya idBBB+. Peringkat ini berlaku mulai 28 April hingga 1
Oktober 2020. Hal ini disebabkan karena Perumnas menunda pembayaran pokok (gagal bayar)
MTN surat utang jangka menengah atau Medium Term MTN I Perum Perumnas Tahun 2017
Seri A yang seharusnya jatuh tempo pada 28 April 2020 senilai Rp 200 miliar dan bunga kupon
9,75%. Dengan demikian, secara otomatis, rating MTN ini menjadi idD (Defaulft) alias gagal
bayar.

Anallis Pefindo, Christyanto Wijaya dan Yogie Surya Perdana menjelaskan, penurunan rating ini
tidak terlepas dari imbas pandemi Covid-19 yang menyebabkan operasi bisnis dan kinerja
penjualan perusahaan pada tahun 2020 melambat.

Tidak hanya itu saja, Pefindo juga merevisi peringkat MTN juga menurunkan peringkat MTN II/
2016, MTN III/ 2016, MTN IV/ 2016, MTN I/ 2017 Seri B, MTN III / 2018, MTN III / 2019, MTN I /
2019, MTN IV / 2019, MTN V/2019, MTN VI / 2019, MTN VIII / 2019, dan MTN IX / 2019 menjadi
idCCC dari sebelumnya idBBB+. Keamanan surat utang dengan peringkat idCCC saat ini rentan
gagal bayar dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang menguntungkan bagi obligor
untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya.

Perumnas ternyata perusahaan masih memiliki utang lainnya yang juga jatuh tempo pada Juli
dan November 2020 senilai total Rp 600 miliar. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), kewajiban ini berupa empat seri MTN yakni MTN VII Perum Perumnas Tahun
2019 Seri A dengan pokok Rp 175 miliar dengan kupon 8,825% per tahun. MTN ini akan jatuh
tempo pada 8 Juli 2020. Selanjutnya adalah MTN VII Perum Perumnas Tahun 2019 Seri B
dengan pokok Rp 75 miliar berkupon 8,825% per tahun. Seri ini akan jatuh tempo pada 13 Juli
2020.

Dua seri lainnya yang akan jatuh tempo pada 18 dan 30 November 2020 adalah MTN XI Perum
Perumnas Tahun 2019 Seri A dan B. Surat utang ini masing-masing memiliki nilai pokok Rp 150
miliar dan Rp 200 miliar. Kedua seri ini memiliki nilai kupon sebesar 8,5883%.
Direktur Keuangan Perum Perumnas Eko Yuliantoro mengharapkan perusahaan tak perlu
melakukan restrukturisasi untuk keempat surat utang yang akan jatuh tempo ini dengan
harapan pandemi Covid-19 ini segera berlalu sehingga operasional perusahaan kembali normal.
Menurutnya hal ini masih belum dipastikan dan tergantung dengan kondisi Covid-19 ini,
mungkin saja tidak diperlukan.

Kinerja keuangan yang bermasalah ini sebenarnya sudah diendus Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) sejak tahun lalu. CNBC Indonesia mencatat, sebelumnya, Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) memaparkan sejumlah temuan di perusahaan-perusahaan pelat merah dalam laporan
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II-2018.

Secara keseluruhan hasil pemeriksaan atas pendapatan, biaya, dan investasi BUMN
mengungkapkan 376 temuan yang memuat 655 permasalahan. Dari temuan itu, salah satu yang
mendapat sorotan adalah Perum Perumnas yang memiliki piutang usaha yang berpotensi tidak
tertagih senilai Rp 184,62 miliar.

Angka tersebut terdiri atas piutang usaha perorangan (kekurangan uang muka, kelebihan luas
tanah, dan cicilan tunai rumah dan kavling tanah matang), piutang usaha badan/instansi,
piutang Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan (Bapertarum), Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP)/Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI) dan piutang Kerja Sama Usaha (KSU).

Tidak hanya itu, BPK juga mencatat, Perumnas belum melakukan kajian secara memadai atas
kegiatan kerja sama pembangunan dan penjualan rumah di Kabupaten Samosir, pembangunan
rusun pengganti pada Proyek Sukaramai Medan, dan penyertaan modal. Akibatnya, Perumnas
terbebani biaya tambahan.

Anda mungkin juga menyukai