Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
01
STANDARD OPERATING PROCEDURE
2. DIFINISI :
- PT.AFS : PT,Andalan Fluid Sistem
- Industriall Hygiene : Sistim Pengawasan Kesehatan Industri
- CSR : Coorporate Social Responsibility
- Ring / batasan : Batasan territorial kepengawasan
3. REFERENSI :
- UU. NO.1 / Th.1970
- UU & Per.Men.Kesehatan dan Lingkungan hidup
- Peraturan Perusahaan & Pro.Tap / SOP Security PT.andalan Fluid Sistem
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-01/MEN/1981 dan
Keputusan Presiden RI No 22/1993 , mengenai jenis penyakit akibat kerja (PAK)ut
4. TANGGUNG JAWAB :
Personil berikut ini bertanggung jawab sesuai kewenangan masing2, untuk semua
kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan pencegahan kebakaran , yaitu :
- Semua Manager
- TIM – CSC
- Diviisi HRD
- Grup Leader & Semua Karyawan PT.AFS
-
SOP-SHE-026.00 1 of 7
5. RINCIAN PROSEDUR
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau
psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan
penyebab yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja.
5.2.1.Golongan fisik
a.Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran
sampai dengan Non induced hearing loss
b.Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
c.Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps,
atau hyperpyrexia.; Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibat
kan frostbite,trenchfoot atau hypothermia.
d.Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e.Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatakan kelelahan mata atau
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
6.Diagnosis
Penyakit Akibat Kerja secara teknis dapat dilakukan pendekatan diagnosis , yang
dilakukan dengan cara berikut ini:
1.Tentukan diagnosis klinis dengan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik diagnostik
dan pemeriksaan penunjang (MCU)
2.Tentukan pajanan terhadap faktor risiko dengan melakukan anamnesis mengenai
riwayat pekerjaan secara cermat dan teliti yang mencakup:
# Kapan pertama kali bekerja,
# Sudah berapa lama bekerja,
# Apa yang dikerjakan,
# Bahan yang digunakan,informasi bahan yang digunakan dan dalami
berdasar Kan informasi dari Material Safety Data Sheet (MSDS)
# Bahan yang diproduksi dan jenis bahaya yang ada,
# Jumlah pajanan, dan waktu pajananan ; kapan mulai timbul gejala, kejadian
sama
Apakah juga dialami oleh pekerja lain yang bejerja dititik yang sama ?
# Apakah pemakaian APD sudah tepat dan sesuai – dan secara disiplin selalu
dipakai ?
# Apakah ada pekerjaan lain yang dilakukan , yang mungkin sebagai hoby ,
Namun bisa menyebabkan gejala PAK yang sama atau mirip
seperti minum alkohol ; merokok dll
# Membandingkan gejala penyakit dalam keadaan tidak bekerja dan pada saat
bekerja maka gejala penyakit yang timbul menjadi lebih berat, tetapi pada
saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang
# Memperhatikan kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja
# Tanda dan gejala yang muncul namun mungkin tidak spesifik
3.Pemeriksaan laboratorium penunjang yang bisa membantu diagnostic klinis
4.Dugan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan laboratorium
khusus/ lanjutan / rutin atau pemeriksaan biomedis seperti :
# Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru /pneumokoniosis
# Pembacaan standar ILO)
# Pemeriksaan audiometric
# Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin
5.Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan yang
Memerlukan kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
6.Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang ada
7.Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan
8.Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
7. Pencegahan
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level
of prevention disease ) pada penyakit akibat kerja, yakni:
7.1.Peningkatan kesehatan ( health promotion). Dengan cara : penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3)
7.2.Pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
7.3. Pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai,
7.4. Penyiapan design , lingkungan kerja yang memadai,
7.5.Pendididkan yang beroriantasi kepada aturan dan petunjuk agama
7.6.Perlindungan khusus (specific protection ). Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan,
sanitasi lingkungan,
7.7. Proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung
diri (APD) yang tepat dan sesuai - seperti helm, kacamata kerja, masker,penutup
telinga ( ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dsb.
7.8. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik - titik lemah
untuk mencegah terjadinya komplikasi
7.9.Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation ) Misalnya:memeriksa
dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga
secara sempurna dan pendidikan kesehatan
7.10.Pemulihan kesehatan ( rehabilitation ) Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan
kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan
mencoba menempatkan karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
7.11.Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumber bahayanya misal dengan
Menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
( substitusi )
7.12.Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
7.13.Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
7.14.Menyediakan, memakai dan merawat APD