Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH


DI RS ISLAM KLENDER JAKARTA TIMUR

Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat :


Untuk melengkapi nilai tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Fajar Novita Dewi
NIM : 180323035

Dosen Pembimbing :
Ns. Mahyar Suara, S.Pd.,S.Kep.,M.Kes.,Ph.D

D3 Keperawatan TK 3A
STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
Jl. Kubah Putih No. 7 Rt. 001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok gede Kota Bekasi, Jawa Barat
17412 Telp. (021) 8690 1352.
TAHUN 2020/2021
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah semua pemikiran, kepercayaan dan keyakinan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Harga diri terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang
dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart,2006).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan ( Townsend, 2001 ).
Dapat disimpulkan harga diri rendah adalah kurangnya rasa percaya diri sendiri yang
dapat mengakibatkan pada perasaan negatif pada diri sendiri, kemampuan diri dan orang
lain. Yang mengakibatkan kurangnya komunikasi pada orang lain.
B. Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif

(Aktualisasi diri) (konsep diri) (Harga diri Rendah) (Keracunan identitas)


(Depersonalisasi)
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang
rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif (Fajariyah, 2012).
1. Akualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Keracunan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial
dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain. (Fajariyah, 2012)
C. Manifestasi Klinis
Tanda gejala harga diri rendah menurut (Carpenito 2003) antara lain yaitu perasaan malu
terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, seperti menarik
diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri, percaya diri kurang, sukar
mengambil keputusan,mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, ingin mengakhiri kehidupan. Tidak ada kontak mata, sering menunduk, tidak
atau jarang melakuakan kegiatan sehari-hari, kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapi, berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.
D. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
(internal or eksternal sources), yang dibagi 5 (lima) kategori :
a. Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan.
b. Konflik peran : ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan.
c. Peran yang tidak jelas : kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang
dilakukannya.
d. Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat
peran yang komleks.
e. Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk
menyesuaikan diri.
E. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang
tua yang tidak realistik.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.
F. Proses terjadinya Harga Diri Rendah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah
situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecenderungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah.Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak
mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri
sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional,jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru menyalahkan
individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga
diri rendah kronis (Direja, 2011).
G. Pathway

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden (2013) :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan,
kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok sosial, keagamaan, politik).
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi olah raga kontes
popularitas).
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : (penyalahgunaan obat-
obatan).
Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
I. Penatalaksanaan
Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah dikembangkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada
masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
1. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperolehdengan resep dokter,
dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk
generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine,
dan Ariprprazole.
2. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi engan
orang lain, pasien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak
mengasingkan diri lagi karena jika pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan
yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untukmenimbulkan kejang granmall secara artifical dengan melewatkan aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/ detik.
4. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia dan kekurangan
pasien. Teknik perilaku menggunakanlatihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori,
terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
5. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut Kaplan &
Saddock, 2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang dibutuhkan pada pasien
dengan harga diri rendah adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah
laku, dan terapi keluarga.Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah
bisa secara individu, terapi keluarga, kelompok dan penanganan dikomunikasi baik
generalis keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri rendah yang
efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain,
sosial, dan lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien
dengan harga diri rendah.
J. Teori Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Tahap pertama meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda, dan tingkah
laku klien dan mekanisme koping klien (Damaiyanti, 2012).
b. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
c. Perilaku Menurut Stuart dan Sundeen (1998) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri yang rendah yaitu identitas kacau dan depersonalisasi (Deden, 2013)
d. Menafestasi klinis
e. Menafestasi koping
f. Penatalaksanaan
2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Kartika (2015) :
Masalah utama Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif : Data obyektif :
1. Mengungkapkan ingin diakui jati 1. Merusak diri sendiri.
dirinya. 2. Merusak orang lain.
2. Mengungkapkan tidak ada lagi yang 3. Ekspresi malu.
peduli. 4. Menarik diri dari hubungan sosial.
3. Mengungkapkan tidak bisa apa-apa. 5. Tampak mudah tersinggung.
4. Mengungkapkan dirinya tidak 6. Tidak mau makan dan tidak tidur
berguna.
3. Pohon masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

HARGA DIRI RENDAH

Koping Individu Tidak Efektif


4. Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
B. Isolasi sosial: Menarik diri
C. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
5. Intervensi Keperawatan
a. Harga diri rendah
Tujuan Umum : Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.
Tujuan Khusus 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
1. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
2. Ekspresi Wajah bersahabat.
3. Ada kontak mata
4. Menunjukkan rasa senang.
5. Mau berjabat tangan.
6. Mau menjawab salam
7. Pasien mau duduk berdampinganh.Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
e. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
f. Beri perhatian pada pasien
2. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang penyakit yang dideritanya
3. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
4. Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu mendorong dirinya sendiri.
Tujuan Khusus 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Kriteria Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif
intervensi :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan diberi pujian atas
kemampuan mengungkapkan perasaannya
b. Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian
yang realitis.
Tujuan Khusus 3 : Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Kriteria Evaluasi :
a. Kebutuhan pasien terpenuhi
b. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah
Intervensi :
a. Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan selama sakit.
b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di
rumah nanti.
Tujuan Khusus 4 : Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi :
a. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
b. Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
1. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari setiap hari sesuai
kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan
bantuan total.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
3. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan (sering klien takut
melaksanakannya).
Tujuan Khusus 5 : Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
Kriteria Evaluasi : Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi :
1. Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan yang direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan pasien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Tujuan Khusus 6: Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Kriteria Evaluasi : Pasien mampu melakukan apa yang diajarkan.
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien harga diri
rendah.
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6. Implementasi
Implementasi adalah suatu bentuk tindakan keperawatan yang dilakukan oleh seorang
perawat sesuai dengan rencana yang telah disusun (Padila, 2012).
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan
yang disengaja dan terus–menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi
dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (Padila, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-2-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai