DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. ADELIA DWI LESTARI MOINTI 841420021
2. NOVIA PUTRI RAMDANI 841420044
3. PRATIWI DJIBU 841420018
4. ALFARHAN SIDIK YAHYA 841420016
5. MOH. AKBAR SUKANDAR 841420013
6. FIRLIYANTI MUSTAPA 841420040
7. PRADITYA HARUN 841420115
8. APRIA PUTRI PRATIWI A. PAKAYA 841420030
9. CHINTA YUSUP 841420010
JURUSAN KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif
(tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai
dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak,
seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk
perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar
dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).
2. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian perilaku kesehatan
2. Mengetahui dan memahami pengelompokkan perilaku kesehatan
3. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk perubahan perilaku
4. Memahami dan mengetahui mengenai teori ABC
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PERILAKU KESEHATAN
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Perilaku manusia melibatkan 3 komponen utama yaitu kondisi
lingkungan tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan 3
komponen tersebut. Model perilaku ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari
3 elemen, yaitu antecedents, behavior, dan consequences. Menurut para pendukung model
tersebut, perilaku sebetulnya dapat diubah dengan melalui 2 cara, yaitu berdasarkan apa yang
mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (ex-ante) dan apa yang mempengaruhi perilaku
setelah terjadi (ex-post). Ketika kita mencoba mempengaruhi perilaku sebelum perilaku itu
terbentuk berarti kita telah menggunakan antecedents. Sementara itu, ketika kita berusaha
mempengaruhi perilaku dengan melakukan sesuatu setelah perilaku itu terbentuk berarti kita
menggunakan consequences. Jadi sebuah antecedents mendorong terbentuknya perilaku yang
selanjutnya akan diikuti oleh sebuah consequences.
4. TEORI ABC
Menurut teori ABC, perilaku dipicu oleh beberapa rangkaian peristiwa anteseden
(sesuatu yang mendahului sebuah perilaku dan secara kausal terhubung dengan perilaku itu
sendiri) dan diikuti oleh konsekuensi (hasil nyata dari perilaku bagi individu) yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kemungkinan perilaku tersebut akan terulang kembali.
Analisis ABC membantu dalam mengidentifikasi cara-cara untuk mengubah perilaku dengan
memastikan keberadaan anteseden yang tepat dan konsekuensi yang mengandung perilaku
yang diharapakan anteseden yang juga disebut sebagai aktivator dapat memunculkan suatu
perilaku untuk mendapatkan konsekuensi yang diharapkan (reward) atau menghindari
konsekuensi yang tidak diharapkan ( penalty). Dengan demikian, anteseden mengarahkan
suatu perilaku dan konsekuensi menentukan apakah perilaku tersebut akan muncul kembali.
1. Antecedent (stimulus)
Merupakan peristiwa lingkungan yang membentuk tahap atau pemicu perilaku.
Anteseden yang secara reliabel mengisyaratkan waktu untuk menjalankan sebuah perilaku.
Anteseden dapat bersifat alamiah (dipicu oleh peristiwa-peristiwa lingkungan) dan terencana
(dipicu oleh pesan/peringatan yang dibuat oleh komunikator). Anteseden penting untuk
memunculkan perilaku, tetapi pengaruhnya tidak cukup untuk membuat perilaku tersebut
bertahan selamanya. Anteseden penting untuk memunculkan perilaku, tetapi pengaruhnya
tidak cukup untuk membuat perilaku tersebut bertahan selamanya. Untuk memelihara
perilaku dalam jangka panjang dibutuhkan konsekuensi yang signifikan bagi individu yang
mengikat individu agar mau merubah perilakunya.
2. Konsekuensi (consecuense)
Konsekuensi adalah peristiwa lingkungan yang megikuti sebuah perilaku,
menguatkan, melemahkan atau menghentikan setu perilaku. Konsekuensi dapat berupa
sebuah apresiasi atau penghargaan atau dapat juga berupa penolakan. Konsekuensi
didefenisikan sebagai hasil nyata dari perilaku individu yang mempengaruhi kemungkinan
perilaku tersebut akan muncul kembali. Frekuensi dari suatu perilaku dapat meningkat atau
menurun sesuai dengan konsekuensi yang telah ditetapkan untuk perilaku tersebut. Ada 3
macam konsekuensi yang dapat mempengaruhi perilaku:
- Penguatan positif berupa tercapainya sesuatu yang diinginkan seperti pujian dari
rekan kerja, apresiasi dari perusahaan, dikenal atasan.
- Penguatan negatif dapat berupa terhindar dari sesuatu yang tidak diingiinkan seperti
terhindar dari penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, pemotongan insentif dan
kompensasi, dan pengucilan dari teman kerja.
- Hukuman dapat berupa kehilangan sesuatu yang dimiliki atau yang seharusnya
didapatkan seperti kehilangan insentif, pengurangan cuti, penurunan jabatan, lama nya
naik jabatan.
Meskipun penguatan positif dan penguatan negatif sama-sama meningkatkan
frekuensi kemunculan suatu perilaku, keduanya menimbulkan hasil yang berbeda. Penguatan
negatif akan membuat individu akan menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkannya,
konsekuensi ini akan memengaruhi penilaian individu. Seharusnya seorang individu
melakukan sesuatu hal karena mereka menginginkannya bukan karena sebuah kewajiban atau
keterpaksaan.
Penguatan dan hukuman ditentukan berdasarkan efeknya. Jadi sebuah konsekuensi
yang tidak dapat mengurangi frekuensi dari perilaku bukan merupakan hukuman dan
konsekuensi yang tidak dapat meningkatkan frekuensi bukan merupakan penguatan.
Faktanya, suatu tindakan yang sama dapat sekaligus menjadi penguatan bagi seseorang dalam
situasi dan hukuman dalam situasi lain .
3. Behavior (rutinitas/habit)
Menurut skinner perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
rangsangan dari luar (dikutip dari Notoadmojo, 2003). Modifikasi perilaku yang digunakan
untuk mengubah perilaku adalah segala sesuatu yang akan memiliki konsekuensi yang
menurut orang lain memberikan penguatan baginya.Dilihat dari bentuk respons terhadap
stimulus ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
- Perilaku tertutup (covert behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
- Perilaku terbuka (overt behavior) adalah Respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain.
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan. Perilaku manusia melibatkan 3 komponen utama yaitu kondisi
lingkungan tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Model perilaku ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3
elemen, yaitu antecedents, behavior, dan consequences. Menurut para pendukung model
tersebut, perilaku sebetulnya dapat diubah dengan melalui 2 cara, yaitu berdasarkan apa yang
mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (ex-ante) dan apa yang mempengaruhi perilaku
setelah terjadi (ex-post).