DISUSUN OLEH:
SYAHRISAL (C111 12 152)
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Sri Purwatiningsih
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Agus japari, M.Kes, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn M. A
No. RM : 176414
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk kedua kalinya pada tanggal 1 april 2019,
pukul 12:05 WITA, diantar oleh Kakak / sepupu pasien.
Nama : Tn. R
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pasien lahir normal, Berat badan lahir tidak diketahui. Ibu pasien juga tidak
pernah mengalami perdarahan dan penyakit fisik selama kehamilan.
a. Riwayat Pekerjaan
b. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah di tahun 2015 dan pisah di tahun yang sama, dan mempunyai 1
orang anak, yang di asuh oleh (mantan) istrinya.
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien mimpi basah pertama kali pada saat berumur 12 tahun. Pasien tidak
pernah mengalami kekerasan seksual sebelumnya. Hubungan suami istri
dilakukan pertama kali setelah menikah dengan istrinya.
d. Riwayat Agama
e. Riwayat Militer
pasien tidak memiliki riwayat militer
g. Aktivitas social
h. Riwayat keluarga
Pasien sudah menikah di tahun 2015 dan bercerai di tahun yang sama karena
pasien dituduh melakukan KDRT.
Keterangan: : laki-laki
: perempuan
: pasien
: sudah meninggal
: cerai
: Tinggal bersama
i. Situasi Kehidupan Sekarang
Secara umum, pasien merasa dirinya tidak sakit namun orang lain menyatakan
bahwa dirinya sakit (gila).
B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-), pupil bulat dan
isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+), fungsi motorik dan sensorik dalam batas
normal
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Gelisah
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, dan intonasi meningkat.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
Keadaan Afektif
1. Mood : sulit dinilai
2. Afek : labil
3. Keserasian : tidak serasi
4. Empati : bisa diraba rasakan
2. Ilusi
Tidak ada
3. Depersonalisasi
Tidak ada
4. Derealisasi
Tidak ada
Proses Berpikir
1. Produktivitas : cukup
2. Kontinuitas : relevan
3. Isi Pikiran :
Waham Kebesaran :
o Pasien meyakini dirinya adalah orang yang sangat jago,
kuat dan hebat.
Waham Persekutorik :
o Tidak ada
Delusion of Passivity :
o Tidak ada
Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
Kedua orang tua dan saudara-saudara pasien telah meninggal, dan telah
bercerai dengan istrinya.
Tampak laki-laki 31 tahun wajah tampak sesuai umur, memakai baju kaos
warna merah, celana pendek abu-abu, perawakan kurus, kulit sawo matang,
rambut ikal hitam agak panjang, perawatan diri kesan normal.
Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik : pasien merasa ada suara laki-
laki yang bercerita kurang baik tentang pasien
Gangguan isi piker berupa waham : pasien merasa bahwa ia sangat jago,
hebat dan kuat.
Aksis 1
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna, yaitu Pasien suka berteriak-teriak, dan
sering berbicara sendiri. Pasien tidak nyaman di rumah dan sering keluar rumah
dan tidak kembali kecuali dicari atau dijemput. Pasien tidak tidur sejak 3 hari yang
lalu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien, keluarga, dan
masyarakat sekitar, serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita Gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan alloanamnesis ditemukan adanya hendaya berat dalam
menilai realitas sehingga pasien dikatakan mengalami Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelaianan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik
Non Organik. 1
Pada pemeriksaan staus mental didapatkan hendaya berat dalam menilai
realita berupa halusinasi auditorik, waham kebesaran, adanya afek tumpul dan
keadaan gelisah yang menetap lebih dari 1 bulan sehingga dapat termasuk
Skizofrenia.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan hendaya berat dalam menilai
realita berupa halusinasi auditorik yang menceritakan tentang dirinya yang kurang
baik secara terus menerus, waham kebesaran, adanya afek tumpul dan keadaan
gelisah yang menetap lebih dari 1 bulan sehingga dapat termasuk Skizofrenia
Paranoid (F20.0).
Aksis 2
Ciri kepribadian tidak khas, pasien adalah orang yang suka bersosialisasi dengan
tetangga nya.
Aksis 3
Aksis 4
Aksis 5
GAF Scale saat ini: 50-41 (gejala berat dan disabilitas berat yang berhubungan
dengan realita dan komunikasi interpersonal).
VI. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna
2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik, waham, adanya afek tumpul dan keadaan gelisah lebih dari 1 bulan
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
V. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi
B. Psikoterapi
- Suportif
Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas :
- Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
- Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
- Perilaku katatonik
- Gejala-gejala “negatif” : seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V edisi
Text Revision (DSM - V) diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan Kriteria A
yaitu ditemukan dua atau lebih gejala karakteristik berupa waham, halusinasi, bicara
kacau, perilaku yang sangat kacau atau katatonik, serta gejala negatif, yang masing-
masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan.2
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis, didapatkan adanya gejala klinis
yang bermakna yang mana pasien gelisah dirasakan sejak 1 tahun lalu memberat sejak
kurang lebih 3 hari yang sebelum masuk RSKD DADI Makassar, pasien suka berteriak-
teriak,mendengar suara-suara yang mengancam dan bercerira buruk tentang pasien,
menyanyi-nyayi, sholawat dan syahadat, suka bicara sendiri dan kadang-kadang pasien suka
melamun. Mood pasien sulit dinilai, afek tumpul. Pasien mengalami gangguan persepi yaitu
halusinasi auditorik yang mana pasien mendengar ada seseorang yang bercerita buruk
tentannya dan gangguan isi pikir yaitu waham kebesaran yang mana pasien merasa sangat
jago, kuat dan hebat.
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)1
PEDOMAN DIAGNOSTIK DARI PPDGJ III
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming) atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hamper setiap jenis tetapi waham dapat dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau “passivity” (delusion of
passivity) dan keyakin dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
Gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala kataonik secara
relative tidak nyata/tidak menonjol.
Pada pasien didapatkan hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik, waham, adanya afek tumpul, dan keadaan gaduh gelisah yang menetap selama
lebih dari 1 bulan sehingga termasuk Skizofrenia. Kriteria umum diagnosis Skizofrenia
dengan adanya halusinasi auditorik yang mengancam pasien, dan waham yang menonjol,
sehingga pasien didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid.
Pasien ini diberikan Risperidon 2 mg, sesuai dengan terapi antipsikosis
atipikal. Risperidon bekerja dengan cara menghambat reseptor serotonin dan
dopamine. Pasien juga diberikan Clozapin 25 mg yang merupakan obat antipsikosis
lainya bekerja dengan cara menghambat serotonin alfa adrenergik. Selain itu, pasien
diberikan Trihexyphenidyl 2 mg untuk mengobati gejala ekstrapiramidal. Gejala
ekstrapiramidal ini muncul akibat penggunaan obat antipsikotik. Trihexyphenidyl
bekerja dengan cara menghambat asetilkolin.3,4
Pasien diberikan psikoterapi berupa terapi suportif dan sosioterapi. Hal ini
sesuai karena terapi tersebut terbukti efektifitasnya dalam kasus gangguan psikotik.
Terapi suportif bertujuan untuk memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian mengenai
penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul
selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur. Terapi
sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien, atau orang yang ada disekitar pasien
agar dapat menerima keadaan pasien dan menciptakan suasana yang mendukung
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan . Serta juga dapat
diberikan terapi kognitif bertujuan untuk mengurangi gejala depresi dan mencegah
rekurensi, dengan cara mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi masalah dan
mengubah pola pikir pasien menjadi lebih positif. 3
Skizofrenia diketahui umum merupaka suatu gangguan yang tidak dapat
sembuh secara total. Jadi meskipun di rawat secara baik di rumah sakit, gejala masih
dapat ada tapi mungkin lebih kurang dari sebelumnya. Ketika penderita skizofrenia
dikembalikan ke rumah, ada tantangan-tantangan baru yang membuat penderita
harus bertahan dalam kehidupan yang belum tentu baik. Untuk itu penting bagi
penderita skizofrenia unruk mencari makna dalam hidupnya mengingat pentingnya
makna hidup bagi setiap manusia. Secara tidak langsung, penderita skizofrenia dapat
mempertahankan kesembuhan dan meminimalisir potensi untuk relaps dan penilaian
bagaimana penderita skizofrenia memaknai hidupnya juga bergantung dengan status
mental penderita itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III
dan DSM 5. Cetakan 2 (2013). Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fk-Unika
Atma Jaya. Di cetak oleh PT. Nuh Jaya
2. Dilip V. Jeste, Jeffrey A. Lieberman, David Fassler, Roger Peele. Diagnostic and
statistical manual of mental disorder, 5 th. London : American Psychiatric publishing,
2013.
3. Cornelius katona, Claudia Cooper, Mary Robertson. Psychiatry At A Glance, 6th
Edition. UK : Wiley Blackwell, 2016
4. Stephen M. Sathl, Essential Psychopharmacology Prescriber’S Guide, 6 th Edition, USA :
Cambridge, 2017
5. Alan Tasman, Jerald Kay, Jeffrey A, Michael B, Michelle B. Psychiatry 4 th Edition.
Vol:1. Uk : Wiley Blackwell, 2015
6. Robert E.Hales, Stuart C, Laura Weiss. Text Book Of Psychiatri, 6 th Edition. England :
American Psychiatric Publishing, 2014