Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN April 2019


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS : SKIZOFRENIA PARANOID

DISUSUN OLEH:
SYAHRISAL (C111 12 152)

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Sri Purwatiningsih

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Agus japari, M.Kes, Sp.KJ

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn M. A

No. RM : 176414

Umur : 31 tahun

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah


Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Pekerja bangunan
Alamat : Galesong

Masuk RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk kedua kalinya pada tanggal 1 april 2019,
pukul 12:05 WITA, diantar oleh Kakak / sepupu pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari:

Nama : Tn. R

Umur : 36 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Hubungan dengan pasien : kakak Sepupu


A. Keluhan Utama
Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Dialami sejak kurang lebih 3 hari yang lalu sebelum masuk RSKD DADI
Makassar, pasien suka berteriak-teriak, menyanyi-nyayi, sholawat dan syahadat, suka
bicara sendiri dan kadang-kadang pasien suka melamun. Pasien juga selalu mondar
mandir di rumah dan suka keluar dari rumah (kembali jika di cari/dijemput), pasien
merasa tidak nyaman jika ada di dalam rumah, 3 hari terakhir pasien tidak mandi ,
makan baik. 1 minggu ini pasien sering tidur pukul 20.00 sampai pukul 08.00 dan 3
hari terakhir pasien tidak tidur (mondar-mandir). Pasien merasa bahwa ia mendengar
suara laki-laki yang bercerita tidak baik tentang pasien. Pasien juga pernah merasa
bahwa dia yang paling jago, paling kuat dan hebat.
Awal perubahan perilaku dialami sejak 1 tahun terakhir, pasien dikatakan sering
berteriak, bicara sendiri, dan terkadang sering melamun, dan memberat 3 hari
sebelum dibawa ke RS.
Kedua orang tua pasien telah mninggal, ibu meninggal tahun 2008, ayah meninggal
maret 2009 dan kakak-kakak pasien juga sudah meninggal semuanya, dan juga pasien
berpisah dengan istrinya tahun 2015 lalu dengan tuduhan KDRT.

1. Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik bermakna seperti infeksi,
trauma, kejang dan medis umum lainnya.

2. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien tidak ada riwayat NAPZA.

3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya


Pasien pernah di rawat dengan keluhan mengamuk, suka berteriak-teriak dan
bicara sendiri 1 tahun lalu, Pasien di rawat di RSKD sekitar 2 bulan, lalu membaik
dan di pulangkan. Pasien rutin minum obat namum berhenti karena pasien merasa
sudah sembuh.

C. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal, Berat badan lahir tidak diketahui. Ibu pasien juga tidak
pernah mengalami perdarahan dan penyakit fisik selama kehamilan.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)


Pasien tinggal bersama orang tua dan ke empat saudaranya. Pasien mendapatkan
ASI tapi tidak diketahui sampai berapa lama. Pasien tidak mengalami
keterlambatan dalam perkembangan sesuai dengan umur. Pergaulan pasien dengan
teman sebayanya baik.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)


Pasien tidak masuk pendidikan taman kanak-kanak, masuk sekolah dasar dan lulus
dengan nilai yang baik.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (12-14 tahun)


Pasien masuk sekolah menengah pertama dan lulus dengan nilai yang memuaskan,
pasien termasuk anak yang berprestasi di kelasnya

5. Riwayat Masa Remaja (15-18 tahun)


Pasien tidak melanjutkan lagi sekolahnya karena masalah ekonomi, keluarga
pasien tidak bisa menanggung biaya untuk melanjutkan biaya kejenjang
pendidikan selanjutnya (SMA)

6. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Sebelum sakit pasien bekerja sebagai pekerja bangunan.

b. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah di tahun 2015 dan pisah di tahun yang sama, dan mempunyai 1
orang anak, yang di asuh oleh (mantan) istrinya.

c. Riwayat Psikoseksual

Pasien mimpi basah pertama kali pada saat berumur 12 tahun. Pasien tidak
pernah mengalami kekerasan seksual sebelumnya. Hubungan suami istri
dilakukan pertama kali setelah menikah dengan istrinya.
d. Riwayat Agama

Pasien adalah seorang yang memeluk agama islam

e. Riwayat Militer
pasien tidak memiliki riwayat militer

f. Riwayat pelanggaran hukum


pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum

g. Aktivitas social

Tidak diketahui hubungan pasien dengan teman-teman terdekatnya, tapi pasien


adalah orang yang suka bersosialisasi dengan tetangga sekitar, namun setalah 1
tahun terakhir pasien sering menyendiri dan suka melamun.

h. Riwayat keluarga

Pasien anak keempat dari empat bersaudara (♂,♂,♂,♂) . Ayahnya adalah


seorang pribadi yang keras dan suka memukul. Saat pasien masih kecil sering
sekali dimarahi dan dipikuli. Ibu pasien meninggal pada tahun 2008 dan ayah
meninggal maret 2009 dan semua kakak pasien juga sudah meninggal.

Pasien sudah menikah di tahun 2015 dan bercerai di tahun yang sama karena
pasien dituduh melakukan KDRT.

Keterangan: : laki-laki

: perempuan

: pasien

: sudah meninggal

: cerai

: Tinggal bersama
i. Situasi Kehidupan Sekarang

Sekarang pasien tinggal dirumah tantenya.

j. Persepsi Pasien Tentang diri dan Lingkungannya

Secara umum, pasien merasa dirinya tidak sakit namun orang lain menyatakan
bahwa dirinya sakit (gila).

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS


A. Status Internus
Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi kurang, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 82 kali/menit, frekuensi pernafasan 22 kali/menit,
suhu tubuh 36,7°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru,
dan abdomen kesan dalam batas normal, keempat ekstremitas dalam batas normal.

B. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-), pupil bulat dan
isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+), fungsi motorik dan sensorik dalam batas
normal

C. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


 Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, wajah tampak sesuai dengan umurnya (31 tahun),
perawakan kurus, kulit sawo matang, rambut hitam agak panjang dan
diikat, memakai baju kaos berwarna merah, celana pendek abu-abu,
perawatan diri kesan kurang.

2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Gelisah
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, dan intonasi meningkat.
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif

 Keadaan Afektif
1. Mood : sulit dinilai
2. Afek : labil
3. Keserasian : tidak serasi
4. Empati : bisa diraba rasakan

 Fungsi Intelektual (Kognitif)


1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya yakni Tamat SMP
2. Orientasi
a. Waktu :baik
b. Tempat :baik
c. Orang :baik
3. Daya Ingat
a. Jangka Panjang : terganggu
b. Jangka Sedang : baik
c. Jangka Pendek : baik
d. Jangka Segera : baik
4. Konsentrasi dan Perhatian
Mudah teralih
5. Pikiran Abstrak
Terganggu
6. Bakat Kreatif
Tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri
Tidak terganggu

 Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri


1. Halusinasi
o halusinasi auditorik : mendengar suara laki-laki yang menyindir seperti
bercerita tidak baik tentang pasien
o Halusinasi Visual : tidak ada

2. Ilusi
Tidak ada

3. Depersonalisasi
Tidak ada
4. Derealisasi
Tidak ada

 Proses Berpikir
1. Produktivitas : cukup
2. Kontinuitas : relevan
3. Isi Pikiran :
 Waham Kebesaran :
o Pasien meyakini dirinya adalah orang yang sangat jago,
kuat dan hebat.
 Waham Persekutorik :
o Tidak ada
 Delusion of Passivity :
o Tidak ada

 Pengendalian Impuls
Tidak terganggu

 Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : tidak terganggu
2. Uji daya nilai : tidak terganggu
3. Penilaian Realitas : terganggu
4. Tilikan : Pasien menyangkal dirinya sakit (Tilikan 1)

 Taraf dipercaya : Dapat dipercaya


IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

 Seorang pasien laki-laki 31 tahun dibawa ke RSKD Dadi dengan keluhan


gelisah

 Pasien suka berteriak-teriak, menyanyi-nyayi, sholawat dan syahadat, suka


bicara sendiri dan kadang-kadang pasien suka melamun, Tidur terganggu
(tidak tidur 3 hari), suka mondar-mandir di rumah, tidak betah di rumah

 Kedua orang tua dan saudara-saudara pasien telah meninggal, dan telah
bercerai dengan istrinya.

 Sebelumya pasien adalah orang yang suka bersosialisasi dengan tetangganya

Pada pemeriksaan status mental didapatkan:

 Tampak laki-laki 31 tahun wajah tampak sesuai umur, memakai baju kaos
warna merah, celana pendek abu-abu, perawakan kurus, kulit sawo matang,
rambut ikal hitam agak panjang, perawatan diri kesan normal.

 Mood sulit dinilai, afek tumpul, empati dapat diraba rasakan

 Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik : pasien merasa ada suara laki-
laki yang bercerita kurang baik tentang pasien

 Gangguan isi piker berupa waham : pasien merasa bahwa ia sangat jago,
hebat dan kuat.

V. FORMULASI DIAGNOSTIK DAN EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis 1
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna, yaitu Pasien suka berteriak-teriak, dan
sering berbicara sendiri. Pasien tidak nyaman di rumah dan sering keluar rumah
dan tidak kembali kecuali dicari atau dijemput. Pasien tidak tidur sejak 3 hari yang
lalu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien, keluarga, dan
masyarakat sekitar, serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita Gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan alloanamnesis ditemukan adanya hendaya berat dalam
menilai realitas sehingga pasien dikatakan mengalami Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya
kelaianan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik
Non Organik. 1
Pada pemeriksaan staus mental didapatkan hendaya berat dalam menilai
realita berupa halusinasi auditorik, waham kebesaran, adanya afek tumpul dan
keadaan gelisah yang menetap lebih dari 1 bulan sehingga dapat termasuk
Skizofrenia.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan hendaya berat dalam menilai
realita berupa halusinasi auditorik yang menceritakan tentang dirinya yang kurang
baik secara terus menerus, waham kebesaran, adanya afek tumpul dan keadaan
gelisah yang menetap lebih dari 1 bulan sehingga dapat termasuk Skizofrenia
Paranoid (F20.0).

Aksis 2

Ciri kepribadian tidak khas, pasien adalah orang yang suka bersosialisasi dengan
tetangga nya.

Aksis 3

Tidak ada diagnosis

Aksis 4

Stressor psikososial tidak jelas

Aksis 5

GAF Scale saat ini: 50-41 (gejala berat dan disabilitas berat yang berhubungan
dengan realita dan komunikasi interpersonal).
VI. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna

2. Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik, waham, adanya afek tumpul dan keadaan gelisah lebih dari 1 bulan
sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

V. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi

Risperidon 2 mg / 12 jam / Oral


Clozapine 25 mg / 24 jam / Oral / Malam
THD (Trihexyphenidyl) 2 mg / 12 jam / Oral

B. Psikoterapi
- Suportif

Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam


memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian
mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping
yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau
minum obat secara teratur.
- Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa


menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan
keteraturan pengobatan.
VII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Malam

VIII. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Skizofrenia terdiri dari dua kata yaitu skizo (pecah) dan frenia (kepribadian).
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi, afek yang
abnormal. Meskipun demikian, kesadaran paien tetap jernih, kapasitas intelektual
biasanya tidak terganggu. Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai
realitas(pekerjaan, sosial dan waktu senggang)
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III),
skizofrenia dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria : 1
 Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini (dan biasanya 2 gejala atau lebih bila
gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
- Thought echo (isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda), thought insertion or withdrawal (isi pikir yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), thought broadcasting (isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya).
- Delusion of control (waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu
kekuatan tertentu dari luar), delusion of influence (waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan terentu dari luar), delusion of passivity
(waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar), delusion of perception (pengalaman inderawi yang tidak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat)
- Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus
terhadap perilaku pasien, mendiskusikan perihal pasien di antara mereka, jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
- Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.

 Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas :
- Halusinasi yang menetap dari pancaindra apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun setengah terbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau terjadi
setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.
- Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
- Perilaku katatonik
- Gejala-gejala “negatif” : seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
 Adanya gejala tersebut di atas berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau
lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V edisi
Text Revision (DSM - V) diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan dengan Kriteria A
yaitu ditemukan dua atau lebih gejala karakteristik berupa waham, halusinasi, bicara
kacau, perilaku yang sangat kacau atau katatonik, serta gejala negatif, yang masing-
masing terjadi dalam porsi waktu yang signifikan selama periode 1 bulan.2
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis, didapatkan adanya gejala klinis
yang bermakna yang mana pasien gelisah dirasakan sejak 1 tahun lalu memberat sejak
kurang lebih 3 hari yang sebelum masuk RSKD DADI Makassar, pasien suka berteriak-
teriak,mendengar suara-suara yang mengancam dan bercerira buruk tentang pasien,
menyanyi-nyayi, sholawat dan syahadat, suka bicara sendiri dan kadang-kadang pasien suka
melamun. Mood pasien sulit dinilai, afek tumpul. Pasien mengalami gangguan persepi yaitu
halusinasi auditorik yang mana pasien mendengar ada seseorang yang bercerita buruk
tentannya dan gangguan isi pikir yaitu waham kebesaran yang mana pasien merasa sangat
jago, kuat dan hebat.
SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)1
PEDOMAN DIAGNOSTIK DARI PPDGJ III
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming) atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hamper setiap jenis tetapi waham dapat dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau “passivity” (delusion of
passivity) dan keyakin dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
Gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala kataonik secara
relative tidak nyata/tidak menonjol.
Pada pasien didapatkan hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi
auditorik, waham, adanya afek tumpul, dan keadaan gaduh gelisah yang menetap selama
lebih dari 1 bulan sehingga termasuk Skizofrenia. Kriteria umum diagnosis Skizofrenia
dengan adanya halusinasi auditorik yang mengancam pasien, dan waham yang menonjol,
sehingga pasien didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid.
Pasien ini diberikan Risperidon 2 mg, sesuai dengan terapi antipsikosis
atipikal. Risperidon bekerja dengan cara menghambat reseptor serotonin dan
dopamine. Pasien juga diberikan Clozapin 25 mg yang merupakan obat antipsikosis
lainya bekerja dengan cara menghambat serotonin alfa adrenergik. Selain itu, pasien
diberikan Trihexyphenidyl 2 mg untuk mengobati gejala ekstrapiramidal. Gejala
ekstrapiramidal ini muncul akibat penggunaan obat antipsikotik. Trihexyphenidyl
bekerja dengan cara menghambat asetilkolin.3,4
Pasien diberikan psikoterapi berupa terapi suportif dan sosioterapi. Hal ini
sesuai karena terapi tersebut terbukti efektifitasnya dalam kasus gangguan psikotik.
Terapi suportif bertujuan untuk memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat
memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian mengenai
penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul
selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur. Terapi
sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien, atau orang yang ada disekitar pasien
agar dapat menerima keadaan pasien dan menciptakan suasana yang mendukung
untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan . Serta juga dapat
diberikan terapi kognitif bertujuan untuk mengurangi gejala depresi dan mencegah
rekurensi, dengan cara mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi masalah dan
mengubah pola pikir pasien menjadi lebih positif. 3
Skizofrenia diketahui umum merupaka suatu gangguan yang tidak dapat
sembuh secara total. Jadi meskipun di rawat secara baik di rumah sakit, gejala masih
dapat ada tapi mungkin lebih kurang dari sebelumnya. Ketika penderita skizofrenia
dikembalikan ke rumah, ada tantangan-tantangan baru yang membuat penderita
harus bertahan dalam kehidupan yang belum tentu baik. Untuk itu penting bagi
penderita skizofrenia unruk mencari makna dalam hidupnya mengingat pentingnya
makna hidup bagi setiap manusia. Secara tidak langsung, penderita skizofrenia dapat
mempertahankan kesembuhan dan meminimalisir potensi untuk relaps dan penilaian
bagaimana penderita skizofrenia memaknai hidupnya juga bergantung dengan status
mental penderita itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ III
dan DSM 5. Cetakan 2 (2013). Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fk-Unika
Atma Jaya. Di cetak oleh PT. Nuh Jaya

2. Dilip V. Jeste, Jeffrey A. Lieberman, David Fassler, Roger Peele. Diagnostic and
statistical manual of mental disorder, 5 th. London : American Psychiatric publishing,
2013.
3. Cornelius katona, Claudia Cooper, Mary Robertson. Psychiatry At A Glance, 6th
Edition. UK : Wiley Blackwell, 2016
4. Stephen M. Sathl, Essential Psychopharmacology Prescriber’S Guide, 6 th Edition, USA :
Cambridge, 2017
5. Alan Tasman, Jerald Kay, Jeffrey A, Michael B, Michelle B. Psychiatry 4 th Edition.
Vol:1. Uk : Wiley Blackwell, 2015
6. Robert E.Hales, Stuart C, Laura Weiss. Text Book Of Psychiatri, 6 th Edition. England :
American Psychiatric Publishing, 2014

Anda mungkin juga menyukai