Anda di halaman 1dari 5

Hasil dari percobaan disajikan sesuai dengan subbab yang ada di modul :

4.1 Konvolusi Dua Sinyal Diskrit Unit Step

1) Untuk L = 12 ; P = 10 didapatkan grafik sebagai berikut :

2) Untuk L = 15 ; P = 5 didapatkan grafik sebagai berikut :


3) Untuk L = 12 ; P = 12 didapatkan grafik sebagai berikut :
Yang terjadi setelah penambahan langkah ke 4 adalah munculnya grafik plot proses
konvolusi, dimana konvolusi sinyal tersebut dihasilkan dari syntax stem(conv(x,v)).
Syntax tersebut memiliki fungsi yaitu untuk stem sendiri adalah untuk menggambarkan
grafik y(n), sedangkan fungsi(conv(x,v))adalah untuk mencari konvolusi y(n) =
x[n]*h[n]. Dan pada subplot (3,1,3) untuk setiap L dan P yang berbeda memiliki pola plot
konvolusi yang berbeda juga. Pada subplot (3,1,3) yang memiliki nilai L dan P yang sama
yaitu 12, plot konvolusi nya hamper tidak ada yang memiliki nilai 0.

4.2 Konvolusi Dua Sinyal Sinus

1) Untuk L = 20, f1 = 1, f2 = 0.5, teta1=0, teta2=0.5, dan A1 = A2 = 1 didapatkan grafik


plot pemrograman sebagai berikut :
2) Untuk L = 50, f1 = f2 = 2, teta1 = 1.5, teta2 = 0.5, dan A1 = A2 = 1 didapatkan grafik
plot pemrograman sebagai berikut :
Dari hasil diatas, grafik plot pemrograman 2) dengan 1) jelas berbeda dari bentuk plot nya.
Mengapa ? Karena faktor yang menyebabkan bentuk plot 2) berbeda dengan 1) adalah
perbedaan unsur pembangkit dua sinyal sinus tersebut, namun tidak semua. Unsur yang
menyebabkan perbedaan tersebut adalah L ( banyaknya titik sampel ), f1 ( besarnya
frekuensi gel 1 ), f2 ( besarnya frekuensi gel 2 ), dan teta1 ( besarnya fase gel 1 ). Dan dari
perbedaan tersebut, dihasilkan pengaruh yang ada didalam kedua plot konvolusi adalah
terletak pada amplitudonya. Jika pada grafik 1) amplitudo maximum nya adalah ≈±5,
sedangkan pada grafik 2) amplitudo maximum nya adalah ±20.

Anda mungkin juga menyukai