Anda di halaman 1dari 18

patkan kepastian tentang kelayakan air.

Pelaksanaan pekerjaan Pembangunan badnara NYIA ini terdiri


dari pekerjaan struktur bawah dan pekerjaan struktur atas. Pekerjaan
struktur bawah meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. pekerjaan persiapan
2. pekerjaan pengukuran
3. pekerjaan galian tanah
4. pekerjaan pondasi
Sedangkan untuk pekerjaan struktur atas meliputi tahapan-tahapan
kegiatan sebagai berikut :

1. pekerjaan kolom
2. pekerjaan balok
3. pekerjaan pelat lantai
4. pekerjaan tangga
C. PELAKSANAAN PROYEK

Pelaksanaan proyek adalah tugas utama dari seorang pelaksana proyek


(kontraktor). Pelaksanaan proyek tidak dapat dilaksanakan secara tidak terencana,
sebelum memulai pelaksanaan proyek perlu diketahui :

1. Tujuan pelaksanaan proyek


2. Sumber daya yang dibutuhkan
3. Garis koordinasi sumber daya di lapangan
4. Alat pembantu pengontrol proses pelaksanaan proyek
5. Metode pelaksanaan proyek di lapangan yang disesuaikan dengan kondisi
di lapangan

Hal utama dari pelaksanaan proyek yang perlu diperhatikan adalah metoda dan
sumber daya pelaksanaan proyek.

Berikut adalah beberapa pelaksanaan proyek yang teramati pada saat pelaksanaan
kerja pratek di bandara New International Aiport Yogyakarta di bagian landside :
1. Pekerjaan Persiapan
Perkerjaan persiapan adalah pekerjaan membersihkan lahan dari
gangguan benda benda atau hal lain yang dianggap mengganggu proses
pelaksanaan pekerjaan proyek selanjutnya. Seperti pembersihan lahan,
perubuhan gedung, dll.

Gambar 3.14 Dozer yang sedang membersihkan lahan

2. Pekerjaan pembuatan jalan akses


Pekerjaan pembuatan jalan akses adalah pembuatan akses jalan
untuk mobilisasi kendaraan alat berat sehingga proses pekerjaan dapat
dikerjakan dengan cepat dan mudah karena jalan datar dan mulus.

Gambar 3.15 Beberapa Truck dan dozer sedang melakukan proses pembuatan
jalan akses

3. Pekerjaan pembuatan Barak Pekerja


Pekerjaan pembuatan Barak Pekerjaan adalah kegiatan pelaksanaan
bangunan penunjang proyek, karena volume pekerjaan yang besar
sehingga membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga direncanakan
pembuatan barak pekerja untuk tempat tinggal sementara para pekerja
proyek bandara New International Aiport Yogyakarta.
Gambar 3.16 Foto udara lokasi proses pekerjaan pembangunan barak pekerja

4. Pekerjaan Perbaikan tanah

Pekerjaan perbaikan tanah adalah pelaksanaan pekerjaan proyek


yang meiliki tujuan untuk mendapat kondisi kepadatan tanah sesuai
rencana pembangunan proyek, Pada proyek Pembangunan Bandara New
International Aiport Yogyakarta dilakukan 2 metode perbaikan tanah yaitu
perbaikan tanah dengan Rapid Impulse Compaction dan Dynamic
Compaction.

A B

Gambar 3.16 Gambar A adalah gambar pekerjaan perbaikan tanah dengan metode
dynamic compaction, sedangkan gambar B adalah gambar perbaikan tanah
dengan rapid impulse compaction
5. Pekerjaan Pendirian Tower Crane di daerah Terminal
Pekerjaaan Pendirian Tower crance adalah pekerjaan yang
dilaksanakan untuk mendirikan tower crance di lokasi proyek, pelaksanaan
ini biasanya dilaksanakan sebelum pekerjaan utama dilaksanakan karena
fungsi dari tower crane adalah membantu proses pelaksanaan pekerjaan
proyek.

Gambar 3.17 Gambar proses pendirian Tower Crane

6. Pekerjaan Borepile
Pekerjaan Borepile adalah pekerjaan struktur bawah bangunan,

Gambar 3.18 Proses pekerjaan pondasi borepile


Perbaikan Tanah
Dalam proses kosntruksi sebuah bangunan, permasalahan yang sering
ditemui erat kaitannya dengan tanah. Seringkali tanah asli yang berada di
tempat pembangunan daya dukungnya tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya perbaikan tanah untuk
mencegah terjadinya penurunan tanah serta untuk meningkatkan daya
dukungnya.
Tujuan Utama Perbaikan Tanah
a. Menaikkan daya dukung & kuat geser tanah
b. Mengurangi kerentanan terhadap likuifaksi 
c. Mencegah terjadinya penurunan tanah secara tiba-tiba (immediate
settlement)
Pada proyek pembangunan ini, kondisi tanah yang ada di lapangan
tergolong kedalam pasir lepas yang daya ikat antar partikelnya sangat kecil,
sehingga berpotensi terjadi likuifaksi. Dikarenakan luas lahan yang perlu
dipadatkan sangatlah luas, maka diperlukan suatu usaha pemadatan yang
memiliki efisiensi terhadap waktu dan juga biaya.
Terdapat dua metode pemadatan dalam (deep compaction) yang diterapkan,
yaitu Rapid Impulse Compaction untuk sisi darat dan Dynamic Compaction
untuk sisi udara.

3.3.1.1. Pemadatan Tanah Dengan Metode Rapid Impulse Compaction


(RIC)
Metode ini mungkin masih terdengar asing di telinga kita, hal ini
dikarenakan penerapan metode ini di lapangan merupakan pertama
kalinya di Indonesia.
Rapid Impulse Compaction (RIC) merupakan salah satu metode
perbaikan tanah sampai kedalaman medium dengan cara menjatuhkan
beban seberat 9 ton ke atas pelat baja (compactor foot) dengan frekuensi
sebanyak 40-60 pukulan per menit.
1. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Setting Koordinat GNSS
Setting alat ini dilakukan sebelum pelaksanaan perkerjaan RIC
dengan mneg-input titik-titik pemadatan ke processing unit yang
akan secara otomatis terhubung dengan satelit. Processing unit
akan mengirimkan data ke receiver sehingga alat RIC dapat
mendeteksi titik koordinat tepat sesuai dengan titik pemadatan
rencana. Setting alat ini dilakukan setiap hari sebelum pekerjaan
dimulai.
b. Pengupasan Tanah Organik Permukaan
Pengupasan tanah organik dilakukan agar pemadatan RIC
dapat dilakukan secara maksimal. Kedalaman pengupasan
tergantung pada kedalaman organic top soil.
c. Pemadatan RIC Pada TItik Primer
Pemadatan RIC pada titik primer dilakukan sesuai urutan dan
zona pemadatan.
d. Perataan Lubang Titik Primer
Perataan lubang bekas tumbukan pada titik ptimer ini
dilakukan agar alat dapat berjalan dengan baik saat pelaksanaan
pemadatan pada titik sekunder. Perataan tersebut dilaksanakan
paralel setelah beberapa titik primer dilaksanakan.
e. Perataan RIC pada Titik Sekunder
Pemadatan RIC pada titik sekunder dilakukan sesuai dengan
urutan dan zona pemadatan.
f. Perataan Lubang Titik Sekunder
Hal ini dilaksanakan agar mempermudah pelaksanaan tes SPT
dan CPT, selain itu akan mempermudah pelaksanaan pekerjaan
selanjutnya. Perataan lubang tersebut dilaksanakan parallel setelah
beberapa titik seknder dilaksanakan.
g. Pelaksanaan Uji SPT dan CPT
Pengujian SPT dan CPT dilakukan seteah perataan lubang titik
sekunder pada pemadatan Rapid Impulse Compaction pada daerah
yang telah diajukan pada dokumen RTT. Area pengujian SPT
dilaksanakan per 4000 m2, sedangkan area pengujian CPT
dilaksanakan per 1000 m2.

Gambar III.1 Bagan Alur Pekerjaan RIC

Berdasarkan evaluasi pekerjaan RIC di area terminal,


didapatkan bahwa produktivitas RIC adalah sebesar 4000 m2.

3.3.1.2. Pemadatan Tanah dengan Metode Dynamic Compaction


Metode Dynamic Compaction dilakukan di area pekerjaan sisi udara
(Airside).
Tahapan pelaksanaan metode ini adalah :
1 2

4
Perataan material m
Dynamic Compaction
3 eksisting (Cut & Fill) 4
menggunakan
Excavator atau
Spreading material
Bulldozer
Pengetesan dengan
filler dengan material CPT 10 Ton dan SPT
setempat dengan
bulldozer dan
pemadatan dengan
compactor

3.3.1. Timbunan Tanah


3.3.2.1. Timbunan tanah metode konvensional dari Tanah Quarry
Alur kerja pekerjaam timbunan di ilustrasikan seperti di bawah ini:
Cara Pelaksanaan Timbunan Tanah dengan Tanah Quarry

1. Pengangkutan Tanah dari Quarry Menuju Lokasi Proyek

Pengangkutan tanah dari lokasi quarry dengan menggunakan


excavator yang di loading secara simultan kedalam dump truck. Dump
truck mengangkut tanah dari masing – masing quarry menuju ke area
penghamparan tanah.
2. Pengukuran dan Penghamparan Material Tanah Timbunan
Pada lokasi urugan akan diberi patok – patok untuk menandai
ketinggian sesuai dengan gambar rencana. Tim survey kemudian
melakukan pengukuran elevasi tanah eksisting berdasar patok tersebut.
Penghamparan dilakukan secara detail dari dump truck dan dilakukan
per lapis dengan ketebalan per lapisnya 20 - 30 cm (kondisi padat).
3. Perataan dan Pemadatan dengan Dozer dan Vibro Roller

Perataan tanah dengan dozer dilakukan secara paralel dan simultan


dengan penghamparan tanah. Pemadatan dilakukan lapis demi lapis
hingga mencapai kepadatan 95% dari kepadatan kering percobaan
pemadatan standar proctor. Ketebalan per lapis 20 - 30 cm akan
dilakukan pengujian CBR lapangan dan sand cone.

1.3. Borepile Area Terminal


Borepile merupakan salah satu jenis pondasi dalam. Bentuknya berupa
tabung dengan diameter tertentu dan kedalamannya disesuaikan dengan
keberadaan tanah keras pada lokasi yang akan dipasang tiang borepile. Untuk
pemasangan besi tulangan dan pengecoran dilakukan pada lokasi (on site).

1.3.1 Pelaksanaan Pekerjaan


a. Pengeboran dan pemasangan casing
Pengeboran dilakukan menggunakan mesin bor dan auger higga
kedalaman sekitar 2-3 m. langkah selanjutnya adalah pemasangan
casing dengan tinggi 6 m untuk mencegah terjadinya kelongsoran
pada dinding bor tanah pasir. Pengeboran kemudian dilanjutkan
hingga kedalaman 6 m
b. Pemasukan slurry dan pengeboran lanjutan
Saat pengeboran mencapai kedalaman lebih dari 6m, ditambahkan
larutan slurry sebagai bahan campuran pengeboran untuk
mengeluarkan air tanah eksistng dari dalam tanah dan meningkatkan
kekuatan dinding pasir pada kedalaman dibawah 6m. penambahan
slurry ini dilakukan secara sirkuler dengan pengeboran hingga
kedalaman rencana.
c. Pemasangan tulangan borepile dan persiapan pengecoran
Pemasangan tulangan borepile dilakukan menggunakan service
crane dengan cara mengangkat rangkaian besi borepile yang telah di
fabrikasi menuju ke lubang borepile. Kemudian, dilakukan
pemasangan pipa tremie pada service crane sebagai salah satu tahap
persiapan pengecoran.
d. Pengecoran borepile dan perataan top pondasi borepile
Pengecoran borepile dilakukan dengan menggunakan rangkaian
pipa tremie. Hasil pengecoran borepile langsung diratakan di bagian
atas hingga tercapai ketinggian 0.4 m dari permukaan tanah dengan
panjang penyaluran sebesar 0,85 m dari top borepile.
START
Job Safety Analysis

Pekerjaan Persiapan
Pengeboran Hingga Kedalaman 2 -
3m
Pasang Casing dengan panjang 6
m
Pengeboran Hingga Kedalaman
Rencana
Not Cek
OK Kedalama
n
OK
Pemasangan Tulangan Bore Pile
Pemasangan Pipa Tremie dan
Pembersihan Lubang Bor
Pengecoran pada lubang Bore Pile
Not
Cek Mutu
OK Beton
OK
FINISH
Gambar III.2 Bagan Alur Pekerjaan Pondasi Bored Pile
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Uraian Umum


Dalam sebuah proyek konstruksi pasti mengharapkan seluruh pelaksanaan
pekerjaan berjalan dengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang menjadi
penghambat atau menjadi permasalahan dalam sebuah proyek konstruksi
khususnya dalam tanggung jawab pihak MK. Permasalahan yang timbul dalam
sebuah proyek konstruksi untuk pihak MK sangatlah beragam. Permasalahan
tersebut bisa kondisi alam, pelaksanaan teknis, jumlah tenaga kerja, keterlambatan
pekerjaaan dan lain sebagainya, permasalahan yang timbul harus sesegera
mungkin diatasi agar pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai rencana. Berikut
adalah beberpaa permasalahan dan pemecahannya yang terjadi dalam proyek
pembangunan Bandara New International Aiport Yogyakarta

1. Permasalahan Administrasi
2. Permasalahan Jumlah Tenaga kerja dan Pengawas

4.2 Permasalahan Administrasi


Administrasi adalah bagian non engineering mengenai proses pengesahan
atau perizinan, serta hal hal yang berhubugan dengan proses pendokumentasikan
pekerjaan. Administrasi adalah salah satu bagian yang penting di proyek, karena
dengan pengalaman engineering namun tidak dikerjakan secara pararel masalah
administrasi pekerjaan proyek tidak dapat berjalan dengan maksimal (kurang
cepat). Seperti hal yang tidak ingin terjadi adalah pekerjaan sudah dimulai di
lapangan, namun proses perizinan belum disahkan.

Hal ini dapat diminimalisir , dengan cara :


1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara staff yang mengerjakan
engineering dan non engineering, disarankan disetiap divisi memiliki staff
administrasi
2. Lokasi kantor yang berdekatan, sehingga koordinasi antar hubungan kerja
dapat dijalankan dengan mudah dan cepat
3. Ditetapkannya terlebih dahulu sebelum pelaksanaan proyek berlangsung
format dokumen dokumen yang akan dikerjakan

4.3 Permasalahan jumlah tenaga kerja dan pengawas


Untuk pekerjaan yang besar perlu ditunjang dengan jumlah pekerja dan
pengawas yang banyak pula, agar disetiap pekerjaan dapat dijalankan dan diawasi
secara cermat supaya pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan proyek. Seperti permasalahan ketika ada 2 pekerjaan yang berjalan
secara bersamaan dan hanya diawasi oleh 1 orang pengawas.

Hal yang dapat dilakukan, sebagai berikut :

1. Penambahan tenaga kerja dan pengawas


2. Penambahan tenaga terampil dan pengawas berpengalaman

Uraian Khusus

4.4 Permasalahan pengendalian mutu Borepile


Pengendalian mutu adalah bagian pendataan dan kegiatan analisis hasil
setiap pekerjaan di proyek. Kegiatan pengendalian mutu perlu dilaksanakan oleh
bagian yang sudah berpengalaman, agar pekerjaan yang telah dilaksanakan sesuai
dengan BoQ atau RKS. Pada pembahasan laporan KP ini, akan dibahas
pelaksanaan pengendalian mutu pekerjaan borepile yang akan dibahas
berdasarkan urutan pembahasan :

Kronologi pekerjaan – hasil uji tes daya dukung borepile melalui tes PDA dan PIT
– kesimpulan.

4.4.1 Kronologi pekerjaan Borepile


Pada pelaksanaan di lapangan terdapat 2 metode pelaksanaan borepile yang
berbeda yaitu pelaksanaan metode bore menggunakan casing 6 m dan casing 10
m.

Berikut kronologi pekerjaan borepile

Kronologi pekerjaan borepile dengan casing 6 m

Pengendalian biaya yang dilihat dari segi material yang digunakan berupa volume
penggunaan beton sebagai berikut

VOLUME BETON SAT

Rencana 24,3 m3
Aktual 26 3
m

Waste Beton 6,54 %


Kronologi pekerjaan borepile dengan casing 10 m

Pengendalian biaya yang dilihat


dari segi material yang VOLUME BETON SAT

digunakan berupa volume


penggunaan beton sebagai Rencana 25,4 m3

berikut Aktual 28 3
m

Waste Beton 10,24 %

Dari data yang diperoleh dan diakukan tes PDA dapat dirangkum menjadi :
Sehingga mendapatkan kesimpulan
a. berdasarkan trial pelaksanaan bored pile, terlihat bahwa semakin lama waktu
pengeboran dan jeda waktu antara pengeboran dan pengecoran akan
meningkatkan besarnya waste beotn yang terjadi karena lubang hasil bor terbuka
terlalu lama dan mengakibatkan kelongsoran.
b. berdasarkan hasil uji PDA terlihat bahwa metode dengan casing 10 m
memberikan daya dukung lebih besar dibandingkan dengan metode dengan casing
6 m.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan trial pelaksanaan bored pile, terlihat bahwa semakin lama
waktu pengeboran dan jeda waktu antara pengeboran dan pengecoran akan
meningkatkan besarnya waste beotn yang terjadi karena lubang hasil bor
terbuka terlalu lama dan mengakibatkan kelongsoran.
2. Berdasarkan hasil uji PDA terlihat bahwa metode dengan casing 10 m
memberikan daya dukung lebih besar dibandingkan dengan metode dengan
casing 6 m.

Anda mungkin juga menyukai