Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PROFESI KEGURUAN

Disusun oleh:
Kelompok II
1. Ari Atma Sulistia
2. Mailisa Irmayani
3. Witanti Sukma Khaerunnisa

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018

KATA PENGANTAR
        Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Guru Profesional dan Efektif”.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin terdapat
banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca demi tersusunnya makalah yang lebih
baik, dan berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada
pembaca umumnya.

Mataram, 21 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………… ii

Daftar Isi …………………………………………………………………..iii

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang …………………………………………………1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………...1

C. Tujuan …………………………………………………………..2

Bab II : Pembahasan

A. Profesionalisme Guru dan Efektif …..………………….……...3

B. Aspek-aspek Profesionalisme Guru ……………………..……..8

C. Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi Guru.………………..11

Bab III : Penutup

Kesimpulan …………………………………………………………19

Saran ………………………………………………………………...19

Daftar Pustaka ………………………………………………………….20


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam


kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam dunia
pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu, kebijakan
sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu langkah yang strategis untuk dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Tugas guru sebagai suatu profesi, menuntut kepada guru untuk mengembangkan
profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
mendidik,mengajar,dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi.Tugas
guru sebagai pendidik, meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak
didik.Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti
mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan
anak didik.

Profesionalisme guru merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda


lagi, seiring dengan dengan semaki meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam
era globalisasi, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar dapat berperan secara
maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian
tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena factor tuntutan dari perkembangan zaman,
tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam
kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme menuntut keseriusan dan
kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan
sebuah tugas.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru dan efektif?
b. Apa saja aspek-aspek profesionalisme guru?
c. Apa yang dimaksud dengan kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi guru?
C. Tujuan
a. Menjelaskan tentang profesionalisme guru;
b. Menjelaskan aspek-aspek profesionalisme guru;
c. Menjelaskan kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Guru dan Efektif

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata profesi. Mc Cully mengartikan profesi


adalah “a vocation in which professed knowledge ofsome departement of learning
or science isused in its aplication to the affairs of others or in the practice of an art
founded upon it”. Hal ini mengandung makna bahwa dalam suatu pekerjaan
profesional selalu digunakanteknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan
intelektual yang secara sengaja harus dipelajari, dan kemudian secara langsung
dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang lain (Rohman: 2007. 123).
Profesionalisme mengacu kepada komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan
yang sesui dengan profesinya. Profesionalisme tidak hanya karena factor tuntutan
dari perkembangan zaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan
bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia.
Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai,
sehinggaseseorang dianggap layak untuk Melaksanakan sebuah tugas.
Menurut Pasal 1 UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengefaluasi peserta didik pada pendidikan
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar , dan pendidikan menengah.
Dari pengertian atau definisi “ Profesionalisme “ dan “ Guru “ di atas dapat ditarik
suatu pengertian bahwa profesionalisme guru mempunyai pengertian suatu sifat
yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru
tersebut dapat menjalankan pekerjaanya dengan penuh tanggung jawab serta
mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa menggangu tugas pokok guru
tersebut.
 Terdapat Beberapa Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru
Akadum (1999) mengemukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya
profesionalisme guru:
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,
b. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika
professikeguruan,
c. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih
belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan
kependidikan,
d. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar
yang diberikan kepada calon guru,
e. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya
secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.

Ani M. Hasan (2003), juga mengatakan ada beberapa faktor-faktor yang


menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain:
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan
menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;
b. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya
kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi keguruan;
c. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di
perguruan tinggi.
 Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global,
karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan
jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Mengembangkan profesi
guru bukan sesuatu yang mudah. Hal ini disebabkan banyak actor yang dapat
mempengaruhinya. Oleh karena itu pencermatan lingkungan dimana
pengembangan itu dilakukan menjadi penting, terutama bila actor tersebut dapat
menghalangi upaya pengembangan profesi guru.
Dimensi lain dari pola pembinaan profesi guru adalah :
1. hubungan erat antara perguruan tinggi dengan pembinaan SLTA;
2. meningkatkan bentuk rekruitmen calon guru;
3. program penataran yang dikaitkan dengan praktik lapangan;
4. meningkatkan mutu pendidikan calon guru;
5. pelaksanaan actor io; (6) peningkatan mutu manajemen pendidikan
berdasarkan Total Quality Management (TQM);
6. melibatkan peran serta masyarakat berdasarkan konsep link and match;
7. pemberdayaan buku teks dan alat-alat pendidikan penunjang;
8. pengakuan masyarakatterhadap profesi guru;
9. perlunya pengukuhan program Akta Mengajar melalui peraturan
perundangan; dan
10. kompetisi actor ional yang positif dengan pemberian kesejahteraan yang
layak.

 Upaya-upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru


Peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya terpulang dan ditentukan
oleh para guru. Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada harus
ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
profesionalismenya. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan guru untuk
meningkatkan profesionalismenya? Menurut Purwanto (2002), guru harus selalu
berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memahami tuntutan standar profesi yang ada,
b. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan,
d. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi profesi,
e. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen,
f. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreatifitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak
ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran.
Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan
profesionalismenya, guru harus selalu berusaha untuk melakukan lima hal, yakni:
1. Memahami tuntutan standar profesi yang ada
2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.
3. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada kostituen.
Pemerintah juga telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Upaya tersebut dilakukan dengan :
1. Meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih
tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan
tinggi.
2. Program penyetaraan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-
guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA.
3. Mengadakan program sertifikasi sesuai amanat UU No. 14 Tahun 2005 pasal
42.
4. Mengaktifkan PKG (Pusat Kegiatan Guru, MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para
guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalahmasalah yang
mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas,


actor yang paling penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya
yaitu dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program
apapun yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan
untuk mencukupi kebutuhannya.

2. Efektif

Untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran, guru yang professional


harus memiliki ciri kebiasaan efektif. Stephen R. Copey dalam bukunya Tujuh
Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif adalah bahwa tanda-tanda manusia yang
efektif adalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Berfikir pro aktif.Manusia efektif adalah manusia yang pikirannya
berorientasi pada peluang. Dalam dunia pendidikan seorang guru akan banyak
menghadapi persoalan. Guru efektif tidak akan dibelenggu oleh persoalan, namun
ia akan selalu berupaya untuk mengubah setiap persoalan menjadi tantangan.
Memiliki tujuan (visi dan misi) yang jelas.Dalam dunia pendidikan seorang
guru efektif tanpak dalam tujuannya. Guru efektif tidak aka nasal mengajar. Dia
membawa visi dan misi, yaitu membangun masa depan bangsa dan negara, serta
umat manusia.
Pandai membuat dan menentukan skala perioritas. Kendatipun dia
memiliki banyak aktivitas, tetapi tindakannya selalu menuntut skala
perioritas..perioritas pertama bagi guru efektif adalah masa depan murid-
muridnya, bukan kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Berpikir menang-menang (win-win).Dalam pola hubungan komunikasi,
guru efektif berpikir menang-menang. Dia tidak membiarkan dirinya dirugikan,
tetapi ia pun tidak mau merugikan orang lain.
Senang bekerjasama. Guru efektif memandang setiap manusia sebagai
sosok yang mempunyai potensi dan mampu memberdayakan potensi yang
dimilikinya untuk meraih kesuksesan dan dapat mengabdi kepada masyarakat
disekitarnya.
Memperhatikan orang lain. Guru efektif memilih keyakinan bahwa bila ia
memperhatikan siswa dan profesinya secara maksimal, ia mendapat perhatian
yang sebanding.
Selalu belajar sepanjang waktu.Ia sadar bahwa belajar merupakan tuntutan
mutlak agar pemikiran dan ilmunya tetap tajam.
B. Aspek-aspek Profesionalisme Guru
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
profesionalisme untuk menjadi guru kimia adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan ( Knowledge ) paling tidak ada dua istilah yang secara tafsir hampir
sama yakni pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Namun pada dasarnya dua istilah
tersebut sangat berbeda.
Endang Saefudin Anshari membagi pengetahuan menjadi 4 bagian yakni :
a) Pengetahuan Biasa, yaitu pengetahuan tentang hal-hal biasa, kejadiansehari-
hari,yang selanjutnya disebut pengetahuan.
b) Pengetahuan Ilmiah, yaitu pengetahuan yang mempunyai sistem dan metode
tertentu, yang selanjutnya disebut ilmu pengetahuan. Ilmu kimia mencakup
ilmu pengetahuan yang luas, diantaranya pengetahuan tentang unsur penyusun
suatu materi, struktur atom, susunan atom dalam suatu senyawa, reaksi antar
suatu senyawa dan senyawa lain, dan topik lainnya.
c) Pengetahuan Filosofis, yaitu semacam ilmu istimewa yang mencoba
menjawab istilah-istilah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasa, yang sering
disebut dengan ilmu filsafat. Dalam bidang kimia misalnya setiap reaksi
menuju kearah seimbang, perpindahan panas, kekekalan massa, bentuk dari
struktur dan lain sebagainya menginginkan posisi setimbangnya.
d) Pengetahuan Teologis, yaitu pengetahuan tentang pengetahuan pemberitahuan
dari Tuhan. Pada intinya, ilmu kimia merupakan gabungan dari masalah alam,
spiritual, dan filsafat.Menurut pandangan para kimia, fenomena alamlah yang
membentuk tembaga dan zat-zat materi dari skala atom hingga
molekul.Sebagai contoh, emas merupakan simbol dari matahari, perak simbol
dari bulan, air raksa symbol dari mercurius, dan tembaga simbol dari venus.
2. Kemampuan ( Ability )
Kemampuan sebagai seorang guru kimia meliputi hal-hal berikut:
a) Menguasai bahan secara fungsional. Dalam hal ini seorang guru kimia harus
mampu dan menguasai bahan pengajaran (mengkaji kurikulum, menelaah
buku teks, menelaah buku pedoman khusus mata pelajaran, dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dinyatakan dalam standar isi).
b) Menggunakan media dan sumber pembelajaran yang relevan. Dalam hal ini
seorang guru kimia harus memiliki kemampuan untuk memilih dan
mengembangkan media pengajaran yang sesuai.
3. Keterampilan ( Skill ), keterampilan merupakan salah satu unsur kemampuan
yang dapat dipelajari pada unsur penerepannya. Bagi seorang guru yang tugasnya
mengajar dan peranannya didalam kelas, paling tidak keterampilan yang harus
dimilikinya adalah:
a. Guru sebagai pengajar, yakni menyampaikan ilmu pengetahuan, sehingga
perlu memiliki keterampilan menyampaikan informasi kepada anak didiknya
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Untuk dapat
melakukan kegiatan ini, guru hendaknya memiliki kemampuan untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar
untuk memperoleh balikan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
b. Guru sebagai pimpinan kelas, perlu memiliki keterampilan dalam memimpin
kelompok-kelompok kelas yaitu murid. Guru dalam kelas berperan sebagai
pemimpin. Tugas nya adalah mempengaruhi siswa melalui pengembangan
pembelajaran. Sukses pembelajaran bergantung pada kemampuan guru
memimpin dan mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas sehingga dapat
mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.
c. Guru sebagai pembimbing, yakni memberi layanan bantuan kepada siswa
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa, baik yang
menyangkut masalah kegiatan belajar, pemahaman diri, penyesuaian diri
ataupun masalah-masalah lainnya sehingga mereka mampu mengembangkan
dirinya secara optimal.
d. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan
anak didik dan ketertiban kelas
Tugas supervisor yang dapat dilakukan antara lain.
1. Guru sebagai contoh
Guru sebagai contoh mempunyai pengertian bahwa salah satu guru
mempunyai kelebihan atau karakteristik yang beda dari guru yang lain.
Karakteristik tersebut dapat menjadi teladan bagi guru yang lain dengan
catatan bahwa karakteristik tersebut bersifat positif. Dengan begitu
secara tidak sadar, guru yang dijadikan contoh tersebut menjadi
supervisor bagi guru yang lain.
2. Proses sharing ofideas
Sharing of ideas mempunyai arti sebuah proses tukar menukar
pandangan tentang suatu obyek yang telah atau sedang dilaksanakan oleh
guru sebagai bentuk penilaian mereka terhadap obyek tersebut.
Pelaksanaan kegiatan bermanfaat untuk membantu guru dalam
pelaksanaan kinerjanyan melalui pengalaman yang dialami oleh guru
lain serta untuk mempererat kerjasama dan silaturahmi antar guru.
Sharing ofideas dapat dilakukan secara formal maupun informal.
e. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan dalam menilai secara
objektif, continue, dan komprehensif terhadap anak didik. Sebagai evaluator
guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam
memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau
menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua,
untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan
yang telah diprogramkan.
f. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan dalam membantu anak
didik dalam menyelesaikan problematika ketika anak didik mendapat
permasalahan. Sesuai dengan peran guru sebagai adalah ia diharapkan akan
dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses
pembelajaran.

4. Sikap ( Attitude ), sikap diri seseorang terbentuk oleh suasana lingkungan yang
melingkupinya. seorang anak sudah barang tentu akan belajar mengenal
lingkungan terdekatnya yaitu orang tua. Oleh karena itu, sikap diri yang sangat
diperlukan dalam pengembangan profesionalisme yakni disiplin yang tinggi,
percaya diri yang positif, akrab dan ramah, akomodatif, berani berkata karena
benar.

5. Kebiasaan ( Habit ), kebiasaan adalah suatu kegiatan yang terus menerus


dilakukan yang tumbuh dari dalam pikiran. Kebiasaan positif yang harus dimiliki
oleh seorang guru yang profesional adalah menyapa dengan ramah, memberikan
pujian terhadap anak didiknya dengan tulus, menyampaikan rasa simpati,
menyampaikan rasa penghargaan kepada kerabat, temen sejawat atau anak didik
yang berprestasi dan lain-lain.
C. Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi Guru
1. Kualifikasi Guru

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasioanl, bab XI pasal 42 dinyatakan bahwa:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan


jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan unutk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.
b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan
tinggi terakreditasi
c. Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan
ayat 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas tersebut dalam undangundang
RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan dalam bab IV
bagian kesatu pasal 8 dijelaskan bahwa : Pasal 8 : Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 9
dijelaskan bahwa kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma
empat. Di samping dua undang-undang tersebut berbicara kualifikasi guru di
dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan ( SNP ) ditegaskan sebagai berikut :

JENJANG KUALIFIKASI YANG DIBUTUHKAN

 PAUD ( TK /RA )
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma IV atau sarjana
(S 1 )
2. Latar belakang pendidikan tinggi dibidang anak usia dini,
kependidikan lain atau psikolog
3. Sertifikasi profesi guru untuk PAUD 2
 SD / MI
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimu dmiploma IV atau sarjana
( S.1 )
2. Latar belakang pendidikan tinggi dibidang pendidikan SD / MI,
kependidikan lainh dan psikolog
3. Sertifikasi profesi guru untuk SD / MI
 SMP / MTs
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma IV atau sarjana
( S.1 )
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
3. Sertifikasi profesi guru SMP /MTs
 SMA / MA
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat atau
sarjana ( S. 1 )
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
3. Sertifikasi profesi guru SMA / MA
 SDLB / SMPLB/ SMA LB
1. Kualifikasi akademik pendidikan umum diploma empat atau sarjana
( S.1 )
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan khusus
atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
3. Sertifikasi profesi guru SDLB / SMPLB / SMALB
 SMK / MAK
1. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat atau
sarjana ( S.1 )
2. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
3. Sertifikasi profesi guru untuk SMK / MAK (SNP Nomor 19 tahun
2005)
2. Kompetensi Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indoensia Nomor 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Melihat dua pengertian tentang kompetensi tersebut, maka kompetensi


mengacu kepada unsur pendidikan artinya untuk sebuah kompetensi tertentu harus
di dapat melalui jalur pendidikan bukan sekedar pelatihan dan sangat bersifat
performance, jadi tidak hanya teori ansich tetapi ketrampilan dan dan perilaku
nyata.. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan calon guru akan semakin tinggi
pula derajat kompetensi profesinya.

Menurut Cooper sebagaimana dikutip Nana Sudjana dijelaskan ada empat


kompetensi guru yakni:

a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia


b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya
d. Mempunyai ketrampilan tehnik mengajar.
Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan oleh Glasser yakni ada
empat kompetensi yaitu :
a. Menguasai bahan pelajaran
b. Kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa
c. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran
d. Kemamppuan mengukur hasil belajar
Bertolak dari dua pendapat tersebut Nana Sudjana menyimpulkan bahwa
kompetensi guru dibagi menjadi tiga bidang yakni :
a. Kompetensi bidang kognitif
Kompetensi bidang kognitif yakni kemampuan intelektual seperti
penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan
penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara
menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta
pengetahuan umum lainya.

b. Kompetensi bidang sikap


Kompetensi bidang sikap yakni kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya, misalnya sikap
menghargai pekerjaanya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata
pelajaran yang dibinanya sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya,
memiliki kemauan keras untuk meningkatkan hasil pekerjaanya.
c. Kompetensi perilaku/performance
Kompetensi perilaku/performance yakni kemampuan guru dalam berbagai
ketrampilan berprilaku seperti ketrampilan mengajar, mendidik, membimbing,
menilai, menggunakan alat bantu, bergaul dan berkomunikasi dengan siswa dan
sebagainya.
Selanjutnya di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pada bab IV pasal 10 dijelaskan bahwa:
“ Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.”
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam
mengelola proses pembelajaran peserta didik. Selain itu kemampuan
pedagogik juga ditunjukkan dalam membantu, membimbing dan
memimpin peserta didik.Dapat pula diartikan kompetensi pedagogik
adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni
mengajar siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian seperti tersebut di atas dengan


kompetensi pedagogik maka guru mempunyai kemampuan kemampuan
sebagai berikut:
a. Pemahaman terhadap peserta didik
b. Menguasai ilmu mengajar
c. Menguasai teori motivasi
d. Menguasai penyusunan kurikulum
e. Menguasai teknik penyusunan RPP
f. Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran
Jadi, dari keseluruhan pengertian tadi dapat kami simpulkan
bahwa, kompetensi pedagogik adalah “cara guru dalam mengajar dan
mengatur sistem pembelajaran di kelas dengan menjalin interaksi yang
baik terhadap peserta didik.

b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan
perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur
yang sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Dalam hal ini berarti
memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan
kepemimpinan seperti yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara, yaitu “ Ing
Ngarso Sung Tulada , Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani “.
Kompetensi kepribadian sebagai kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang utama bagi guru yang profesional
meliputi :
a. Kepribadian yang mantap dan stabil
b. Berakhlak mulia dan menjadi teladan
c. Kepribadian yang dewasa
d. Kepribadian yang arif
e. Kepribadian yang berwibawa

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk memahami
dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Sedangkan menurut Hamzah B.Uno kompetensi sosial artinya guru harus
mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial. Baik dengan murid-
muridnya maupun sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan
masyarakat luas.posisi sebagai seorang guru atau calon guru perlu
menyadari bahwa guru tidak mungkin lepas dari kondisi sosial di
masyarakat yang sifatnya kompleks.
Untuk itu peran dan sifat guru yang perlu dipelajari adalah sebagai
berikut:
a. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta
didik.
b. Bersikap simpatik.
c. Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan / Komite Sekolah.
d. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
e. Memahami dunia sekitarnya ( lingkungan ).

d. Kompetensi Profesional
Dalam peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang
dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang di tetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan.
Adapun dalam kompetensi ini seorang guru hendaknya mampu
untuk :
a. Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
b. Mengembangkan materi pembelajaran  yang di ampu secara kreatif.
c. Memahami hubungan konsep antara mata pelajaran yang terkait.
d. Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdaalam pengetahuan atau materi bidang studi.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
f. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sertifikasi Guru
Menurut UU Guru dan Dosen No 14 Th 2005, sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk Guru dan Dosen. Sertifikat pendidik adalah
bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai
tenaga professional. Sertifikasi pendidik bagi guru diperoleh melalui program
pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengandaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh
pemerintah.
Dalam undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005,
tentang Guru dan Dosen, juga dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidikan untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga profesional.
Menurut UU Guru dan dosen tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Pasal 11 berbunyi:
1. Sertifikat pendidik sebagai mana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada
guru yang telah memenuhi persyaratan.
2. Sertifikasi pendidik diselengarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan
oleh pemerintah. Maksudnya, penyelenggaraan dilakukan oleh perguruan
tinggi yang telah terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional perguruan
tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan ditetapkan
oleh pemerintah. Pelaksanaan sertifikasi diatur oleh penyelenggara, yaitu
kejasama antara Dinas Pendidikan Nasional Daerah atau Departemen Agama
provinsi dengan perguruan tinggi yang ditunjuk. Kemudian pendanaan
sertifikasi ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
3. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan , dan akuntabel.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengar peraturan pemerintah.
Pasal 12 berbunyi:
Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan
yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu.
Pasal 13 berbunyi:
1. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam
jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi
akademik dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur
dengan peraturan pemerintah.
Dengan demikian sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu setelah lulus
uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Profesionalisme guru merupakan suatu sifat yang harus ada pada seorang guru
dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan pekerjaanya
dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa
menggangu tugas pokok guru tersebut.Profesionalisme guru juga mempunyai syarat-
syarat, yakni: memiliki fisik yang sehat, sehat jasmani maupun rohani; berjiwa pancasila;
bersikap ilmiah; dan terampil dalam memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik
mengajar dengan baik. Profesionalisme guru mempunyai aspek-aspek yang penting untuk
dikembangkan, yaitu: pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keterampilan
(skill), sikap (attitude), dan kebiasaan (habit). Serta Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani rohani serta memiliki
kemampuan untuk muwujudkan pendidikan nasional.

 Saran
Kita sebagai calon guru diharapkan dapat menjadi seorang guru yang professional
dan menjadi contoh atau suri teladan yang baik bagi peserta didik. Serta memperluas
wawasan ilmu pengetahuan dan bias memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai alat
bantuan untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan dalam suatu pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005. Jakarta: Sinar
Grafika.

Aqib, Zainal.2009.Menjadi Guru Profesional Berstandar Internasional.Bandung:


PENRBITYRAMA WIDA.

Haryani Sri, dkk. 2011. Upaya Meningkatkan keterampilan Guru-Guru Kimia Dalam
Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui kegiatan MGMP.
Semarang: Abdimas Vol.15 No.2: 1-2.

Muhson, Ali. 2004. Meningkatkan Profesionalisme Guru. Yoyakarta: Jurnal Ekonomi


dan Pendidikan, Volume 2, Nomor 1.

Sunhaji.2004. KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (Kualifikasi, Kompetensi dan


Sertifikasi Guru .Yogyakarta:Jurnal Kependidikan, volume 2, Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai