Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PATOFISIOLOGI

FUNGSI GINJAL

Diajukan untuk memenuhi tugas dari :

Dr. Lulu F. Balqis,SpPK.,MKes

Disusun oleh:

Ilham perdiansyah

20048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARSA HUSADA GARUT

1
PRODI D3 ANALIS KESEHATAN

Kata pemgantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada selaku Dr. Lulu F.Balqis,SpPK.,MKes

dosen yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini dan tidak lupa Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Makalah memberikan ilmu yang bermamfaat bagi kalangan yang tidak mengetahui atau ilmu

tambahan bagi yang sudah mengetahui.

Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik

senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga berharap semoga makalah

ini mampu memberikan pengetahuan tentang fungsi dan pemyakit pada ginjal.

Penulis

Ilham perdiansyah

2
3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
.......................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................................
B. Tujuan Prakerin.................................................................................................................
C. Manfaat Prakerin...............................................................................................................

BAB II TINJAUAN UMUM..........................................................................................................


A. Gambaran Intitusi Tempat Praktikum Kerja Industri.........................................................
B. Uraian Program Kerja Laboratorium Medis Institusi Pasangan ........................................
C. Tugas Dan Fungsi Tenaga Laboratorium Medis................................................................

BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI..................................................................


A. Kegiatan Pelaksanaan PRAKERIN...................................................................................
B. Kegiatan PRAKERIN........................................................................................................
1. Kegiatan yang dilakukan peserta .........................................................................
..............................................................................................................................
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat kegiatan PRAKERIN........................
..............................................................................................................................

BAB V PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

4
A. Latar belakamg

Ginjal (Ren) adalah suatu organ yang mempunyai peran penting dalam mengatur

keseimbangan air dan metabolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan

asam basa dalam darah. Produk sisa berupa urin akan meninggalkan ginjal menuju

saluran kemih untuk dikeluarkan dari tubuh.

B. Fungsi ginjal Fungsi ginjal

Adalah menyaring dan membuang limbah, seperti racun, garam berlebih, dan urea

(limbah mengandung nitrogen hasil dari metabolisme protein). Urea yang terbentuk

dalam tubuh diangkut melalui darah ke ginjal untuk kemudian dibuang.Tanpa ginjal,

limbah dan racun akan menumpuk dalam darah.

C. Bagian-bagian ginjal dan fungsi

5
a. Korteks ginjal

Korteks ginjal atau korteks renalis merupakan bagian ginjal yang paling luar. Bagian

ini dikelilingi oleh lapisan jaringan lemak yang berfungsi untuk melindungi bagian

dalam ginjal

b. Medula ginjal

Bagian ini merupakan jaringan halus yang terdapat di dalam ginjal. Struktur medula

terdiri atas piramida ginjal yang meliputi nefron dan tubulus, serta saluran medula.

Tubulus berfungsi untuk mengangkut cairan tubuh dan darah menuju ginjal.

c. Pelvis ginjal

Pelvis ginjal merupakan bagian ginjal yang terletak di lapisan paling dalam. Bagian

ginjal ini berbentuk seperti corong yang berfungsi sebagai saluran yang

menghubungkan ginjal dan kandung kemih.

Pada pelvis ginjal, terdapat bagian yang disebut calyces atau kaliks ginjal. Bagian ini

berfungsi untuk mengumpulkan cairan tubuh sebelum disalurkan ke kandung kemih.

Kelebihan sisa cairan tubuh, racun, dan limbah yang tidak diperlukan tubuh akan

terkumpul menjadi urine di bagian nefron lalu dialirkan menuju kaliks ginjal.

Urine ini kemudian akan dibuang melalui bagian pelvis ginjal yang disebut hilum.

Pada bagian ini, ginjal terhubung ke kandung kemih melalui saluran ureter. Saluran

6
inilah yang membawa urine untuk ditampung di kandung kemih untuk kemudian

dibuang keluar dari tubuh.

d. Nefron

Selain ketiga bagian di atas, bagian penting lain dari ginjal adalah nefron. Nefron

terletak di sepanjang korteks hingga medula.

Bagian ini berfungsi untuk mengambil nutrisi dan cairan di dalam darah agar tidak

terbuang, serta menyaring dan membuang limbah hasil metabolisme serta racun di

dalam darah agar tidak menumpuk di dalam tubuh.

Nefron merupakan bagian terkecil ginjal namun jumlahnya sangat banyak. Setiap

ginjal memiliki sekitar satu juta nefron dan masing-masing memiliki struktur

internalnya sendiri yang meliputi:

 Korpus renalis (badan malpigi)

Di bagian nefron ini terdapat glomerulus yang berfungsi untuk menyaring

protein dan menyerapnya kembali agar dapat digunakan oleh tubuh.

Setelah itu, cairan dan darah yang bebas protein akan dialirkan menuju

bagian yang disebut kapsul Bowman, di tempat inilah terjadi proses

penyaringan darah untuk membentuk urine terjadi. Jika bagian ginjal ini

rusak, maka bisa proteinuria atau ginjal bocor.

7
 Tubulus renalis

Bagian ini merupakan serangkaian tabung yang menjalar dari kapsul

Bowman menuju tabung pengumpul (tubulus kolektivus).

Fungsi dari tabung ini adalah untuk menyerap kembali air, glukosa, dan

elektrolit, seperti natrium, klorida, dan kalium, di dalam darah untuk

digunakan oleh tubuh. Kelebihan sisa air, glukosa, dan elektrolit ini

kemudian akan ikut terbuang melalui urine.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian atau pokok -pokok diatas ginjal dikatakan normal bila

memenuhi nilai normal sebuah pemeriksaan yang dapat menentukan jenis

penyakit yang yang terjadi dalam ginjal .

E. Tujuan

 Hal pokok yang bertujuan yaitu mengetahui ambang batas sebuah

pemeriksaan yang sering di lakukan di laboalratorium terutama fungsi

ginjal

 Mengetahui tahapan di lakukan pemeriksaan fungsi ginjal.

 Memberikan gambaran secara absah tentang fungsi ginjal bagi pembaca

8
BAB II

INTI POKOK

A.ginjal

Gagal Ginjal Kronik

1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penurunan faal ginjal yang terjadi berangsur

dan umumnya tidak dapat pulih (irreversible) (Hartono, 1995). Sindrom gagal

ginjal kronik merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka

kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas dan kompleks, sering tanpa

9
keluhan maupun gejala klinik kecuali sudah terjun ke stadium terminal (gagal

ginjal terminal).

Gagal ginjal kronik adalah ketidakmampuan ginjal untuk

mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh yang muncul secara

bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal tahap akhir. Penurunan

semua faal ginjal nsecara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein

dan gangguan keseimbangan cairan elektrolit. Penyakit ginjal kronik adalah

kerusakan ginjal atau penurunan faal ginjal lebih atau sama tiga bulan sebelum

diagnosis ditegakan (Sukandar, 2006). Gagal ginjal kronik merupakan keadaan

dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan

(menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal (Almatsier, 2006). Gagal

ginjal kronik berat yang mulai perlu dialisis adalah penyakit ginjal kronik yang

mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LFG <15 ml/menit. Pada keadaan ini

fungsi ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi akumulasi toksin dalam

tubuh yang disebut sebagai uremia. Pada kedaan uremia dibutuhkan terapi

pengganti ginjal untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam mengeliminasi toksik

tubuh agar tidak terjadi gejala yang lebih berat(Cahyaningsih, 2011). Beberapa

gejala gagal ginjal kronik yaitu perubahan frekuensi kencing gejala ini dapat

terjadi karena infeksi kelainan metabolik, hipertensi dan penggunaan obat-obat

tertentu seperti diuretik, sering ingin berkemih pada malam hari menunjukkan

penurunan kemampuan ginjal, pembengkakan pada bagian pergelangan kaki atau

edema yang disebabkan retensi cairan dan natrium, kram otot pada malam hari

pada umumnya ini menunjukkan gangguan keseimbangan elektrolit, lemah dan

10
lesu, kurang berenergi, sulit tidur, bengkak seputar mata pada pagi hari, atau

mata merah dan berair (uremic red eye) karena deposit garam kalsium fosfat

yang dapat menyebabkan iritasi hebat pada selapur lender mata, kulit kering

(Alam & Hadibroto, 2002).

2. Diagnosa Gagal Ginjal Kronik

Kriteria dan klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:

kerusakan ginjal setidaknya selama tiga bulan atau lebih , yang didefinisikan

sebagai abnormalitas struktural atau fungsional ginjal. Tanpa penurunan atau

dengan penurunan. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang bermanifestasi sebagai

kelainan patologis atau kerusakan ginjal, termasuk ketidakseimbangan komposisi

zat di dalam darah atau urine serta ada tidaknya gangguan hasil pemeriksaan

pencitraan. LFG yang kurang dari 60 ml/ menit 1,7 m2 lebih dari 3 bulan dengan

atay tanpa kerusakan ginjal.

Klasifikasi didefinisikan berdasarkan derajat penurunan LFG, dimana stadium

yang lebih tinggi memiliki nilai LFG yang lebih

rendah(PERNEFRI, 2011) (Almatsier, 2006).

11
Stadium Deskripsi LFG

(ml/mnt/ 1,73 m2)


1 Kerusakan dengan >89

LFG atau normal


2 Kerusakan ginjal 60-89

dengan LFG ringan


3 LFG sedang 30-59
4 LFG berat 15-29
5 Gagal Ginjal <15 (atau dialisis)

Tabel 1.Stadium Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Sumber : (K/DQQI, 2002)

12
3. Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal intrinsik difus dan menahun.

Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir dengan gagal

ginjal kronik. Umumnya penyakit diluar ginjal, misalnya nefropati obstruktif

dapat menyebabkan kelainan ginjal intrinsik dan berakhir dengan gagal ginjal

kronik. Glomerulonefritis, hipertensi esensial dan pielonefritis merupakan

penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik. Selain itu gagal ginjal kronik

berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif.

Glomeulonefritis gagal ginjal kronik merupakan penyakit parenkim ginjal

progresif dan difus, seringkali berakhir dengan gagal ginjal ktonik. Sebagian

besar penderita gagal ginjal kronik relatif muda dan merupakan calon utama

untuk transplantasi ginjal, Glomerulonefritis (glomerulopati) yang berhubungan

dengan diabetes nellitus (glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat

berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan

amiloidosis sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun seperti

tuberkulosis, lepra, osteomielitis, arteitis reumatorid dan mieloma

(Hartono, 1995).

Adapun pola etiologi dari gagal ginjal kronik yaitu :

a. Glomerulonefritis primer dan sekunder,

b. Penyakit ginjal herediter,

13
c. Hipertensi esensial,

d. Uropati obstruktif,

e. Infeksi saluran kemih,

f. Ginjal (pelonefritis),

g. Nefritis interestisial.

Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nephrosclerosis) merupakan salah satu

penyebab gagal ginjal kronik. Pasien gagal ginjal kronik disebabkan oleh

penyakit kongential seperti sindrome Alport, penyakit Febry, sindrom nefrotik

kongenital, penyakit ginjal polikistik, dan aniloidosis. Pada orang dewasa gagal

ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih dan ginjal

(pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai, kecuali kulosis, abses

multipel, nekrosis papilla renalis yang tidak mendapat pengobatan yang adekuat.

Nefritis interstisial menunjukkan kelainan histopatologi berupa fibrosis dan

reaksi inflamasi atau radang dari jaringan interstisial. Kadang dijumpai juga

kelainan-kelainan mengenai glomerulus dan pembuluh darah, vaskuler (Hartono,

1995).

4. Patofisiologis Gagal Ginjal Kronik

Secara patofisiologis gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan,

keseimbangan cairan penanganan garam, serta penimbunan zatzat sisa masih

14
bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal

turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin

minimal karena nefron-nefron sisa yang mengambil alih fungsi nefron yang

rusak, nefron yang tersisa meningkakan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan

seksresinya, serta mengalami hipertrofi (Arif Muttaqin, 2014).

Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa

menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak

dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan

tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein.

Pada saat penyusutan progresif nefronnefron, trrjadi pembentukan jaringan perut

dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepsan renin akan meningkat bersama

dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi.

Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi

peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk

dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon dari kerusakan

nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi

penumpukan metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan

terjadi sindrom uremia berat yang memberikan manifestasi pada setiap organ

tubuh (Sukandar, 2006).

Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang

mendasarinya, tetapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang

lebih sama. Pengurangan massa ginjal yang mengakibatkan hipertrofi struktural

dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya

15
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan

growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh

peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini

berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis

nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi

nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.Pada

stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal

(renal reserve), pada keadaan dimana LFG masih normal atau malah meningkat.

Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang

progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.

Sampai pada LFG sebesar 60% pasien masih belum merasakan keluhan

(asimtomatik), tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.

Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti

nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan.

Sampai pada LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia

yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolism

fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Juga akan terjadi

gangguan keseimbangan air serta elektrolit antara lain natrium dan kalsium. Pada

LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komlikasi yang lebih serius, dan

pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy)

antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan

sampai pada stadium gagal ginjal (Sukandar,)

16
BAB III

DIAGNOSA LABORATORIUM

Diagnosa klinis merupakan tahapan yang sering dilakukan untuk mengetahui sebuah

penyakit yang diderita pasien baik secara kasat mata ataupun tidak kasat mata hal ini

merupakan sebuah acuan untuk menentukan takaran,jenis dan ketentuan yang berlaku

untuk pasien.

1) DIABETES MELITUS

17
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh gagalnya organ

pankreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga

menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah .Secara umum pasien diabetes

dibagi menjadi 2 tipe, yaitu diabetes tipe 1 yang biasanya muncu saat usia muda atau

anak-anak, dan diabetes tipe 2 yang muncul pada usia dewasa. Tidak dikenal adanya

diabetes tipe basah atau kering di dalam konteks ilmu kedokteran.Luka yang tidak

sembuh dan cenderung menyebabkan harus diamputasinya anggota gerak merupakan

komplikasi yang terjadi akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol dan komplikasi

pembuluh darah yang telah terjadi. Hal ini dapat terjadi baik pada DM tipe 1 maupun

DM tipe 2.Penentuan Dm1/2

 Rujukan dokter ke laboratorium untuk pemeriksaan darah meliputi:

 Kimia darah: Glukosa puasa,Glukosa 2 jam pp,Glukosa sewaktu,HbA1c.TTC

dan insulin.

 Urinalisa : Glukosa metode carik celup dan metode benedict.

 Sampel yang di gunakan terdiri dari cairan yang berasal dari tubuh pasien

:Darah,urine dan Cairan yang di perlukan penanganan khusus: transudat dan eksudat.

2) PROTEINURIA

Albuminuria atau proteinuria adalah kondisi urine atau air kencing mengandung

jumlah albumin yang tidak normal. Kondisi ini disebut juga dengan ginjal bocor.

Albumin merupakan salah satu jenis protein dalam darah. Kondisi ini bukanlah

penyakit, tetapi merupakan gejala yang bisa menandakan penyakit tertentu.Organ

ginjal yang sehat tidak membiarkan jumlah protein keluar terlalu banyak melalui

18
filter ginjal. Namun, filter yang rusak akibat penyakit ginjal dapat membuat protein

seperti albumin bocor dari darah ke dalam urine.Kondisi yang kerap disebut ginjal

bocor ini sering kali merupakan gejala sakit ginjal, terutama jika Anda mengalami

proteinuria berat di mana urine mengandung protein sebanyak 2 – 3 gram per hari.

Penentuan proteinuria

 Rujukan dokter untuk jenis pemeriksaan proteinnuria :

 Kimia darah:protein total,

 Protein urine

 Sampel yang di gunakan terdiri dari cairan yang berasal dari tubuh pasien

:Darah,urine dan Cairan yang di perlukan penanganan khusus: transudat dan eksudat.

3) CREATININ

Kreatinin merupakan produk hasil reaksi hidrolisis pada fosfokreatina yang terjadi di

otot, yang terjadi dengan ritme yang cukup konstan. Sejumlah besar kreatinin yang

terdapat dalam sirkulasi darah akan disaring keluar bersama dengan urin, dan tidak

diserap kembali ke dalam darahUji pembersihan kreatinin (creatinine clearance test)

adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui kerja ginjal dan gangguan yang terjadi

pada organ tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan

kadar kreatinin di urine dan kadar kreatinin di dalam darah

 Rujukan dokter untuk pemeriksaan creatinin:

 Kimia darah : Uji creatinin

 Creatinine urine

 Sampel yang di gunakan terdiri dari cairan yang berasal dari tubuh pasien

:Darah,urine dan Cairan yang di perlukan penanganan khusus: transudat dan eksudat.

19
4) Pemeriksaan penunjang lainya terdiri dari :

 Asam urat

 GFR

 Analisa gas darah

 Usg dan lain lain

5) Gambar rujukan nilai normal laboratorium

 Urinalisis, menganalisis warna, konsentrasi, dan isi urine.


 Protein urine, bagian dari urinalisis tetapi dilakukan dengan tes dipstick yang
terpisah.
 Mikroalbuminuria, mendeteksi sejumlah kecil protein yang disebut albumin dalam
urine.
 Perbandingan kreatinin, membandingkan kreatinin dalam sampel urine dengan
sampel darah.

20
21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan dilakukan nya penulisan yaitu memberikan ilmu tambahan bagi

penulis dan bagi pembaca serta mempererat hubungan antara dosen

pengampu dan mahasiswa baik secara personal dan kelompok.Didalam

penulisan tersebut mengandung makna yang bermanfaat bagi kalangan

kesehatan terutama yang bekerja di /dunia kesehatan,mahasiswa kesehatan.

B. Saran

Untuk lebih baik nya dilakukan kembali terhadap sumber yang tertera karena

penulis hanya mengambil pokok -pokok utamanya saja.

22

Anda mungkin juga menyukai