Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ACCIDENT
OLEH :
171201066
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
INTERNAL BLEEDING
4. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan
kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada
tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan
tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan
untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh
menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada
akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif
terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ
intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
a) Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat
oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
b) Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen
anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c) Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Trauma Tumpul
1. Diagnostik Peritoneal Lavage
DPL adalah prosedur invasive yang bisa cepat dikerjakan
yang bermakna merubah rencana untuk pasien berikutnya
,dan dianggap 98 % sensitive untuk perdarahan
intraretroperitoneal. Harus dilaksanakan oleh team bedah
untuk pasien dengan trauma tumpul multiple dengan
hemodinamik yang abnormal, terutama bila dijumpai :
a) Perubahan sensorium-trauma capitis, intoksikasi
alcohol, kecanduan obat-obatan.
b) Perubahan sensasi trauma spinal
c) Cedera organ berdekatan-iga bawah, pelvis, vertebra
lumbalis
d) Pemeriksaan diagnostik tidak jelas
e) Diperkirakan aka nada kehilangan kontak dengan pasien
dalam waktu yang agak lama, pembiusan untuk cedera
extraabdominal, pemeriksaan X-Ray yang lama misalnya
Angiografi
f) Adanya lap-belt sign (kontusio dinding perut) dengan
kecurigaan trauma usus
DPL juga diindikasikan pada pasien dengan hemodinamik
normal nilai dijumpai hal seperti di atas dan disini tidak
memiliiki fasilitas USG ataupun CT Scan. Salah satu
kontraindikasi untuk DPL adalah adanya indikasi yang jelas
untuk laparatomi. Kontraindikasi relative antara lain adanya
operasi abdomen sebelumnya, morbid obesity, shirrosis yang
lanjut, dan adanya koagulopati sebelumnya. Bisa dipakai
tekhnik terbuka atau tertutup (Seldinger ) di infraumbilikal
oleh dokter yang terlatih. Pada pasien dengan fraktur pelvis
atau ibu hamil, lebih baik dilakukan supraumbilikal untuk
mencegah kita mengenai hematoma pelvisnya ataupun
membahayakan uterus yang membesar. Adanya aspirasi
darah segar, isi gastrointestinal, serat sayuran ataupun
empedu yang keluar, melalui tube DPL pada pasien dengan
henodinamik yang abnormal menunjukkan indikasi kuat
untuk laparatomi. Bila tidak ada darah segar (>10 cc) ataupun
cairan feses ,dilakukan lavase dengan 1000cc Ringer Laktat
(pada anak-anak 10cc/kg). Sesudah cairan tercampur dengan
cara menekan maupun melakukan rogg-oll, cairan ditampung
kembali dan diperiksa di laboratorium untuk melihat isi
gastrointestinal ,serat maupun empedu. (American College of
Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 149-150)Test (+)
pada trauma tumpul bila 10 ml atau lebih darah makroskopis
(gross) pada aspirasi awal, eritrosit > 100.000 mm 3, leukosit
> 500/mm3 atau pengecatan gram (+) untuk bakteri, bakteri
atau serat. Sedangkan bila DPL (+) pada trauma tajam bila 10
ml atau lebih darah makroskopis (gross) pada aspirasi
awal,sel darah merah 5000/mm3 atau lebih. (Scheets, 2002 :
279-280)
2. FAST (Focused Assesment Sonography in Trauma)
Individu yang terlatih dengan baik dapat menggunakan USG
untuk mendeteksi adanya hemoperitoneum. Dengan adanya
peralatan khusus di tangan mereka yang berpengalaman,
ultrasound memliki sensifitas, specifitas dan ketajaman untuk
meneteksi adanya cairan intraabdominal yang sebanding
dengan DPL dan CT abdomen Ultrasound memberikan cara
yang tepat, noninvansive, akurat dan murah untuk mendeteksi
hemoperitorium, dan dapat diulang kapanpun. Ultrasound
dapat digunakan sebagai alat diagnostik bedside dikamar
resusitasi, yang secara bersamaan dengan pelaksanaan
beberapa prosedur diagnostik maupun terapeutik lainnya.
Indikasi pemakaiannya sama dengan indikasi DPL.
(American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 :
150)
a) Computed Tomography (CT)
Digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai
organ yang mengalami kerusakan dan tingkat
kerusakannya, dan juga bisa untuk mendiagnosa trauma
retroperineal maupun pelvis yang sulit di diagnosa
dengan pemeriksaan fisik, FAST, maupun DPL.
(American College of Surgeon Committee of Trauma,
2004 : 151)
b. Trauma Tajam
1. Cedera thorax bagian bawah
Untuk pasien yang asimptomatik dengan kecurigaan pada
diafragma dan struktur abdomen bagian atas diperlukan
pemeriksaan fisik maupun thorax foto berulang,
thoracoskopi, laparoskopi maupun pemeriksaan CT scan.
2. Eksplorasi local luka dan pemeriksaan serial dibandingkan
dengan DPL pada luka tusuk abdomen depan. Untuk pasien
yang relatif asimtomatik (kecuali rasa nyeri akibat tusukan),
opsi pemeriksaan diagnostik yang tidak invasive adalah
pemeriksaan diagnostik serial dalam 24 jam, DPL maupun
laroskopi diagnostik.
3. Pemeriksaan fisik diagnostik serial dibandingkan dengan
double atau triple contrast pada cedera flank maupun
punggung
Untuk pasien yang asimptomatik ada opsi diagnostik antara
lain pemeriksaan fisik serial, CT dengan double atau triple
contrast, maupun DPL. Dengan pemeriksaan diagnostic serial
untuk pasien yang mula-mula asimptomatik kemudian
menjadi simtomatik, kita peroleh ketajaman terutama dalam
mendeteksi cedera retroperinel maupun intraperineal untuk
luka dibelakang linea axillaries anterior. (American College
of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 151)
c. Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan X-Ray untuk screening trauma tumpul
Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral,
Thorax AP dan pelvis AP dilakukan pada pasien trauma
tumpul dengan multitrauma. Rontgen foto abdomen tiga
posisi (telentang, setengah tegak dan lateral decubitus)
berguna untuk melihat adanya udara bebas dibawah
diafragma ataupun udara di luar lumen diretroperitoneum,
yang kalau ada pada keduanya menjadi petunjuk untuk
dilakukan laparatomi. Hilangnya bayangan psoas
menunjukkan kemungkinan cedera retroperitoneal
2. Pemerikasaan X-Ray untuk screening trauma tajam
Pasien luka tusuk dengan hemodinamik yang abnormal
tidak memerlukan pemeriksaan X-Ray pada pasien luka
tusuk diatas umbilicus atau dicurigai dengan cedera
thoracoabdominal dengan hemodinamik yang abnormal,
rontgen foto thorax tegak bermanfaat untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumothorax, ataupun untuk
dokumentasi adanya udara bebas intraperitoneal. Pada
pasien yang hemodinamiknya normal, pemasangan klip
pada luka masuk maupun keluar dari suatu luka tembak
dapat memperlihatkan jalannya peluru maupun adanya
udara retroperitoneal pada rontgen foto abdomen tidur.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri
2) Penurunan hematokrit/hemoglobin
3) Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
4) Koagulasi : PT,PTT
5) MRI
6) Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik
7) CT Scan
8) Radiograf dada mengindikasikan peningkatan diafragma,
kemungkinan pneumothorax atau fraktur tulang rusuk VIII-X.
9) Scan limfa
10) Ultrasonogram
11) Peningkatan serum atau amylase urine
12) Peningkatan glucose serum
13) Peningkatan lipase serum
14) DPL (+) untuk amylase
15) Penigkatan WBC
16) Peningkatan amylase serum
17) Elektrolit serum
18) AGD
(ENA,2000:49-55)
6. Penatalaksanaan gawat darurat
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi
di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada
dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7. Kirim ke rumah sakit.
b. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,
seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa
lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
b. Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk
menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan
peluru atau adanya udara retroperitoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang
ada.
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada:
- fraktur pelvis
- trauma non-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul:
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan
darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau
udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendens atau decendens dan dubur (Hudak &
Gallo, 2001).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Foto Polos abdomen
Yang biasa dilakukan adalah foto polos 3 posisi. Yang diperhatikan
adalah tulang vertebra dan pelvis, benda asing, bayangan otot psoas
dan udara bebas intra atau retoperitoneal. Pada penderita yang
hemodinamik normal maka pemeriksaan rontgen abdomen dalam
keadaan terlentang dan berdiri (sambil melindungi tulang
punggung) mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum udara bebas di bawah diafragma,
yang keduanya memerlukan laparotomi segera. Hilangnya
bayangan pinggang (psoas shadow) juga menandakan adanya
cedera retroperitoneum. Bila foto tegak dikontraindikasikan karena
nyeri atau patch tulang punggung, dapat digunakan foto samping
sambil tidur (left lateral decubitus) untuk mengetahui udara bebas
intraperitoneal.
IVP atau Sistogram
Hanya dilakukan bila dicurigai adanya trauma pada saluran kencing
Parasentesis perut adalah proseduryang melibatkan penusukan
daerah perut untuk mengumpulkan cairan peritoneal
Lavase peritoneal adalah tindakan melakukan bilasan rongga perut
dengan memasukkan cairan garam fisiologis sampai 1.000 ml
melalui kanul
Photo thorax
Dicurigai adanya trauma pada thoraks
USG (ultrasonografi)
Mengetahui cairan yg ada pada bagian tubuh
Computed Tomography (CT) Scan
Cidera diafragma dan perforasi saluran pencernaan masih dapat
terlewat dengan pemeriksaan CT scan, khususnya jika CT scan
dilakukan segera setelah trauma. Cidera pankreas dapat terlewatkan
dengan pemeriksaan awal CT scan, tapi secara umum dapat
ditemukan pada pemeriksaan follow up yang dilakukan pada pasien
resiko tinggi. Untuk beberapa pasien, endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) dapat ditambahan bersama CT
scan untuk mendukung cedera duktus (Hoff et al., 200l).
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kedaruratan yang di lakukan pada pasien trauma
abdomen adalah mengkaji ABC (Airway, Breathing, Circulation)
lalu Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan
mencegah aspirasi, Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung
kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul
jika terjadi rangsangan peritoneal : syok , bising usus tidak
terdengar . prolaps visera melalui luka tusuk , darah dalam
lambung, buli-buli, rektum , udara bebas intraperitoneal , lavase
peritoneal positif , cairan bebas dalam rongga perut.
G. Diagnosa Prioritas
Riwayat penyakit sekarang : 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
kecalakaan, kemudian di bawa pulang. Pada hari selanjutnya pasien dibawa ke
rumah sakit dan masuk ke UGD dengan diantar oleh keluarganya. Dan pasien
muntah darah.
2. Pemeriksaan Fisik
Nyeri akut
Kesiapan meningkatkan tidur
Kesiapan meningkatkan nutrisi
Kekurangan volume cairan
Syok hipofolemik
Resiko infeksi
4. Intervensi Keperawatan
6. Evaluasi
Nama : Tn. G
Usia : 60 tahun
Tanggal Lahir : 01 Januari 1961
Jenis Kelamin : laki – laki
Suku bangsa : Indonesia
Tgl MRS : 09 Desember 2020
Waktu : 10.00
Sumber Informasi : keluarga
Keabsahan (1–4 dimana 4 = sangat dipercaya) : 3
Aktivitas Istirahat
Subjektif (Gejala)
Pekerjaan : petani
Aktivitas/hobi : mancing
Aktivitas waktu luang : mancing
Perasaan bosan/ tidak puas : tidak ada
Keterbatasan karena kondisi : tidak ada
Tidur : Jam: 7-9 Tidur siang: 1-2 Kebiasaan tidur:
1
Insomnia : tidak ada
Obyektif (Tanda)
Respon terhadap aktivitas yang diamati :
Kardiovaskuler: tidak ada keluhan nyeri Respirasi: vesikuler
Status mental (mis.menarik diri/ letargi): letargi
Pengkajian Neuromuskular :
Tidur : Jam: 7-9 Tidur siang: 1-2 Kebiasaan tidur: 1
Massa/ tonus otot : normal
Postur : normal Tremor : tidak ada
Rentang gerak : normal
Sirkulasi
Subjektif (Gejala)
Riwayat tentang:
Hipertensi : ada
Masalah Jantung : tidak ada, normal
Demam rematik : tidak ada
Edema mata kaki/ kaki : tidak ada
Flebitis : tidak ada
Penyembuhan lambat : tidak ada
Klaudikasi : tidak ada
Direfleksia : tidak ada
Obyektif (Tanda)
TD : 150/90 mmhg
Berbaring/ duduk/ berdiri : berbaring
Tekanan nadi : 100x/mnt
Nadi (palpasi)
Karotis : 100x/mnt
Temporal : normal
Jugularis : normal tdk ada pembesaran
Radialis : normal
Femoralis : normal
Popliteal : normal
Postibial : normal
Dorsalis pedis : normal
Jantung (palpasi)
Getaran : normal
Dorongan : tidak ada
Bunyi jantung : Frekuensi: s1, s2 tunggal. Irama: lup dup lup
dup
Friksi gesek : normal Murmur : tidak ada
Bunyi napas : Desiran vaskular: normal
Distensi vena jugularis : normal
Ekstremitas : Suhu: 37 c
Warna : normal
Pengisian kapiler : normal
Tanda Homan’s : normal
Varises : tidak ada
Abnormalitas kuku : normal
Penyebaran/ kualitas rambut : distribusi rambut merata
Warna : hitam
Membran mukosa : kering
Bibir : kering
Punggung kuku : normal
Konjungiva : anemis Sklera : ikterus
Integritas Ego
Subjektif (Gejala)
Faktor stres : tidak ada
Cara menangani stres : tidak ada
Masalah-masalah finansial : tidak ada
Status hubungan : keluarga
Faktor-faktor budaya
Agama : islam
Kegiatan keagamaan : sholat jamaah di masjid
Gaya hidup : normal
Perubahan terakhir : tidak ada
Obyektif (Tanda)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai)
Tenang : tidak Cemas : tidak
Marah : tidak
Menarik diri : tidak Takut : tidak
Mudah tersinggung : tidak Tidak sabar : tidak
Euforik : tidak
Eliminasi
Subjektif (Gejala)
Pola BAB : normal Penggunaan laksatif : tidak
Karakter fases : lembek BAB terakhir : 2hari lalu
Riwayat perdarahan : tidak ada Hemoroid : tidak
Konstipasi : tidak Diare : tidak
Pola BAK : sehari 6-8 x
Dorongan : tidak
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak
Penggunaan diuretic : tidak
Obyektif (Tanda)
Abdomen : Nyeri tekan Lunak/ keras: keras
Bising usus : normal
Hemoroid : tidak
Makanan / Cairan
Subjektif (Gejala)
Diit biasa (tipe)
Jumlah makanan per hari : 3xsehari
Makan terakhir/ masukan : nasi Pola diit : tidak
Kehilangan selera makan : iya Mual/ muntah : iya
Nyeri ulu hati/ salah cerna : iya
Alergi/ intoleransi makanan : tidak
Masalah-masalah mengunyah/ menelan : tidak
Gigi : normal
Berat badan biasa : 55 kg
Obyektif (Tanda)
Berat badan sekarang : 53 kg
Tinggi badan : 165 cm
Bentuk tubuh : sedang
Turgor kulit : menurun
Kelembaban/ kering membran mukosa : kering
Edema : iya
Periorbital : iya Asites: iya
Distensi vena jugularis : normal
Pembesaran tiroid : tidak ada hernia/ massa: tidak ada
Halitosis : iya
Kondisi gigi/ gusi : kotor
Penampilan lidah : pucat
Membran mukosa : kering
Bising usus : normal
Bunyi napas : vesikuler
Kebersihan
Subjektif (Gejala)
Aktivitas sehari-hari
Tergantung/ Mandiri : tergantung
Mobilitas : dibantu Makan :
dibantu
Higiene : kotor Berpakaian :
dibantu
Toileting : dibantu
Waktu mandi yang diinginkan
Pemakaian alat bantu/ prostetik : tidak ada
Obyektif (Tanda)
Penampilan umum : biasa
Cara berpakaian : rapih
Bau badan : iya
Kondisi kulit kepala
Adanya kutu : tidak
Neurosensori
Subjektif (Gejala)
Rasa ingin pingsan/ pusing : tidak
Sakit kepala : tidak : tidak Frekuensi: tidak
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi)
Stroke (gejala sisa)
Kejang : tidak
Status post iktal : tidak
Mata Kehilangan penglihatan : tidak
Pemeriksaan terakhir
Glaukoma : tidak Katarak :
tidak
Telinga : Kehilangan
pendengaran: tidak
Penciuman : normal Epistaksis :
tidak
Nyeri / Ketidaknyamanan
Subjektif (Gejala)
Lokasi : abdomen intensitas (1-10
dimana 10 sangat nyeri): 9 Frekuensi : baru
merasakan
Faktor-faktor pencetus : sakit pada abdomen
Cara menghilangkan : didiamkan
Faktor-faktor yang berhubungan: masalah pada internal abdomen
Obyektif (Tanda)
Mengkerutkan muka : ya
Respons emosional : tidak
Perubahan TD : 150/90 mmhg Nadi :
100 x/mnt
Respirasi
Subjektif (Gejala)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum
Laki-laki
Rabas penis : Gangguan prostat: tidak
Sirkumsisi : Vasektom: tidak
Melakukan pemeriksaan sendiri : Payudara/ Testis: normal
Prostoskopi/ pemeriksaan prostat terakhir : tidak
Interaksi Sosial
Subjektif (Gejala)
Status perkawinan : kawin Lama: 20 th
Hidup dengan : istri, anak
Masalah-masalah/ stres : tidak
Keluarga besar : ada
Orang pendukung lain : tidak
Peran dalam struktur keluarga : suami
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi : tidak
Perubahan bicara : Penggunaan alat bantu komunikasi : tidak
Adanya laringektomi : tidak
Obyektif (Tanda)
Bicara : Jelas
Pola bicara tak biasa/ kerusakan : tidak
Pengunaan alat bantu bicara : tidak
Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain: verbal dg
keluarga
Penyuluhan/Pembelajaran
Subjektif (Gejala)
Bahasa dominan (khusus) : Bahasa Indonesia dan Bahasa
jawa
Tingkat pendidikan : sma
Ketidakmampuan belajar (khusus) : tidak ada
Faktor resiko keluarga (tandai hubungan)
Diabetes : tidak Tuberkulosis: tidak
Penyakit jantung : tidal Stroke: tidak
TD tinggi : iya Epilepsi: tidak
Penyakit ginjal : tidak Kanker: tidak
Penyakit jiwa : tidak Lain-lain: tidak
Obat yang diresepkan (lingkari dosis terakhir)
Obat Dosis Waktu Diminum secara teratur Tujuan
Penggunaan alkohol (jumlah/ rekuensi) : tidak
Diagnosa saat masuk perdokter : tidak
Alasan di rawat per pasien : tidka
Riwayat keluhan terakhir : tidak
ANALISA DATA
No RM : 57-30-97
NO
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
10 Desember D.0036 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan
2020 dengan muntah
NO PRIORITAS
TANGGAL
DIAGNOSA DIAGNOSA KEPERAWATAN
10-12-2020 D.0036 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan
dengan muntah
10-12-2020 D.0019 Deficit nutrisi berhubungan dengan tidak nafsu
makan
RENCANA KEPERAWATAN
No RM : 57-30-97
Manajemen hipovelemia
- Periksa tanda gejala
hipovelomia
0 D.0019 2x24 jam pasien mampu Manajemen nutrisi
makan sesuai
- Identifikasi status alergi
kebutuhan
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Monitor asupan makanan
yang disukai
- Monitor BB
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
No RM : 57-30-97
Dx. Medis : Internal Bleeding Post Accident
TGL/ IMPLEMENTASI
NO Dx.KEP TTD
JAM (HASIL & RESPON)
1 Resiko 13-12- -pemasangan NGT :
ketidakseimbangan 2020
Muntah tidak terjadi lagi
cairan berhubungan
dengan muntah -Pasien tidak lemas
Deficit nutrisi
Nyeri akut
berhubungan dengan Pemberian analgesic :
akibat kecelakaan
3 Nyeri terkontrol
CATATAN PERKEMBANGAN
No RM : 57-30-97
P : Lanjut intervensi
P : lanjut intervensi
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN