Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN INTERNAL BLEEDING POST

ACCIDENT

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH :

YOHAN FAQIH SETIAWAN

171201066

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
INTERNAL BLEEDING

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi trauma abdomen
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal
berbagai organ.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
2. Etiologi
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya
banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan
bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir
mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain
luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk,
akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
di abdomen.Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang
merusak, yaitu :
a. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh
jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan
bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi,
kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Disebabkan oleh: luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka tembak,
trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan
tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal
diabdomen.
3. Manifestasi Klinis
a. Trauma tembus abdomen (trauma perut dengan penetrasi kedalam
rongga peritonium):
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stres simpatis
3) Perdarahan dan pembekuan darah
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati
sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk
mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat
berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ
berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus
pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal
sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi
b. Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam
rongga peritonium) ditandai dengan:
1) Kehilangan darah.
2) Memar/jejas pada dinding perut.
3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut.
5) Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
Menurut Scheets (2002), secara umum seseorang dengan trauma
abdomen menunjukkan manifestasi sebagai berikut :
1) Laserasi, memar,ekimosis
2) Hipotensi
3) Tidak adanya bising usus
4) Hemoperitoneum
5) Mual dan muntah
6) Adanya tanda “Bruit” (bunyi abnormal pd auskultasi
pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis),
7) Nyeri
8) Pendarahan
9) Penurunan kesadaran
10) Sesak
11) Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang disebabkan
oleh perdarahan limfa.Tanda ini ada saat pasien dalam posisi
recumbent.
12) Tanda Cullen adalah ekimosis periumbulikal pada perdarahan
peritoneal
13) Tanda Grey-Turner adalah ekimosis pada sisi tubuh
(pinggang) pada perdarahan retroperitoneal.
14) Tanda coopernail adalah ekimosis pada perineum,skrotum
atau labia pada fraktur pelvis
15) Tanda balance adalah daerah suara tumpul yang menetap
pada kuadran kiri atas ketika dilakukan perkusi pada
hematoma limfe
a. Trauma pada dinding abdomen
Trauma dinding abdomen dibagi menjadi kontusio dan laserasi.
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan
darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor.
2) Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang
menembus rongga abdomen harus di eksplorasi
(Sjamsuhidayat, 1997). Atau terjadi karena trauma penetrasi.
b. Trauma pada isi abdomen
Sedangkan trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth
& Brunner (2002) terdiri dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan
diagnostik ahli bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
(Sjamsuhidayat, 1998).

4. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari
interaksi antara faktor-faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan
kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada
tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan
tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan
tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada
keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan
untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh
menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada
akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif
terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ
intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
a) Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat
oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
b) Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen
anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c) Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Trauma Tumpul
1. Diagnostik Peritoneal Lavage
DPL adalah prosedur invasive yang bisa cepat dikerjakan
yang bermakna merubah rencana untuk pasien berikutnya
,dan dianggap 98 % sensitive untuk perdarahan
intraretroperitoneal. Harus dilaksanakan oleh team bedah
untuk pasien dengan trauma tumpul multiple dengan
hemodinamik yang abnormal, terutama bila dijumpai :
a) Perubahan sensorium-trauma capitis, intoksikasi
alcohol, kecanduan obat-obatan.
b) Perubahan sensasi trauma spinal
c) Cedera organ berdekatan-iga bawah, pelvis, vertebra
lumbalis
d) Pemeriksaan diagnostik tidak jelas
e) Diperkirakan aka nada kehilangan kontak dengan pasien
dalam waktu yang agak lama, pembiusan untuk cedera
extraabdominal, pemeriksaan X-Ray yang lama misalnya
Angiografi
f) Adanya lap-belt sign (kontusio dinding perut) dengan
kecurigaan trauma usus
DPL juga diindikasikan pada pasien dengan hemodinamik
normal nilai dijumpai hal seperti di atas dan disini tidak
memiliiki fasilitas USG ataupun CT Scan. Salah satu
kontraindikasi untuk DPL adalah adanya indikasi yang jelas
untuk laparatomi. Kontraindikasi relative antara lain adanya
operasi abdomen sebelumnya, morbid obesity, shirrosis yang
lanjut, dan adanya koagulopati sebelumnya. Bisa dipakai
tekhnik terbuka atau tertutup (Seldinger ) di infraumbilikal
oleh dokter yang terlatih. Pada pasien dengan fraktur pelvis
atau ibu hamil, lebih baik dilakukan supraumbilikal untuk
mencegah kita mengenai hematoma pelvisnya ataupun
membahayakan uterus yang membesar. Adanya aspirasi
darah segar, isi gastrointestinal, serat sayuran ataupun
empedu yang keluar, melalui tube DPL pada pasien dengan
henodinamik yang abnormal menunjukkan indikasi kuat
untuk laparatomi. Bila tidak ada darah segar (>10 cc) ataupun
cairan feses ,dilakukan lavase dengan 1000cc Ringer Laktat
(pada anak-anak 10cc/kg). Sesudah cairan tercampur dengan
cara menekan maupun melakukan rogg-oll, cairan ditampung
kembali dan diperiksa di laboratorium untuk melihat isi
gastrointestinal ,serat maupun empedu. (American College of
Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 149-150)Test (+)
pada trauma tumpul bila 10 ml atau lebih darah makroskopis
(gross) pada aspirasi awal, eritrosit > 100.000 mm 3, leukosit
> 500/mm3 atau pengecatan gram (+) untuk bakteri, bakteri
atau serat. Sedangkan bila DPL (+) pada trauma tajam bila 10
ml atau lebih darah makroskopis (gross) pada aspirasi
awal,sel darah merah 5000/mm3 atau lebih. (Scheets, 2002 :
279-280)
2. FAST (Focused Assesment Sonography in Trauma)
Individu yang terlatih dengan baik dapat menggunakan USG
untuk mendeteksi adanya hemoperitoneum. Dengan adanya
peralatan khusus di tangan mereka yang berpengalaman,
ultrasound memliki sensifitas, specifitas dan ketajaman untuk
meneteksi adanya cairan intraabdominal yang sebanding
dengan DPL dan CT abdomen Ultrasound memberikan cara
yang tepat, noninvansive, akurat dan murah untuk mendeteksi
hemoperitorium, dan dapat diulang kapanpun. Ultrasound
dapat digunakan sebagai alat diagnostik bedside dikamar
resusitasi, yang secara bersamaan dengan pelaksanaan
beberapa prosedur diagnostik maupun terapeutik lainnya.
Indikasi pemakaiannya sama dengan indikasi DPL.
(American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 :
150)
a) Computed Tomography (CT)
Digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai
organ yang mengalami kerusakan dan tingkat
kerusakannya, dan juga bisa untuk mendiagnosa trauma
retroperineal maupun pelvis yang sulit di diagnosa
dengan pemeriksaan fisik, FAST, maupun DPL.
(American College of Surgeon Committee of Trauma,
2004 : 151)

b. Trauma Tajam
1. Cedera thorax bagian bawah
Untuk pasien yang asimptomatik dengan kecurigaan pada
diafragma dan struktur abdomen bagian atas diperlukan
pemeriksaan fisik maupun thorax foto berulang,
thoracoskopi, laparoskopi maupun pemeriksaan CT scan.
2. Eksplorasi local luka dan pemeriksaan serial dibandingkan
dengan DPL pada luka tusuk abdomen depan. Untuk pasien
yang relatif asimtomatik (kecuali rasa nyeri akibat tusukan),
opsi pemeriksaan diagnostik yang tidak invasive adalah
pemeriksaan diagnostik serial dalam 24 jam, DPL maupun
laroskopi diagnostik.
3. Pemeriksaan fisik diagnostik serial dibandingkan dengan
double atau triple contrast pada cedera flank maupun
punggung
Untuk pasien yang asimptomatik ada opsi diagnostik antara
lain pemeriksaan fisik serial, CT dengan double atau triple
contrast, maupun DPL. Dengan pemeriksaan diagnostic serial
untuk pasien yang mula-mula asimptomatik kemudian
menjadi simtomatik, kita peroleh ketajaman terutama dalam
mendeteksi cedera retroperinel maupun intraperineal untuk
luka dibelakang linea axillaries anterior. (American College
of Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 151)
c. Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan X-Ray untuk screening trauma tumpul
Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral,
Thorax AP dan pelvis AP dilakukan pada pasien trauma
tumpul dengan multitrauma. Rontgen foto abdomen tiga
posisi (telentang, setengah tegak dan lateral decubitus)
berguna untuk melihat adanya udara bebas dibawah
diafragma ataupun udara di luar lumen diretroperitoneum,
yang kalau ada pada keduanya menjadi petunjuk untuk
dilakukan laparatomi. Hilangnya bayangan psoas
menunjukkan kemungkinan cedera retroperitoneal
2. Pemerikasaan X-Ray untuk screening trauma tajam
Pasien luka tusuk dengan hemodinamik yang abnormal
tidak memerlukan pemeriksaan X-Ray pada pasien luka
tusuk diatas umbilicus atau dicurigai dengan cedera
thoracoabdominal dengan hemodinamik yang abnormal,
rontgen foto thorax tegak bermanfaat untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumothorax, ataupun untuk
dokumentasi adanya udara bebas intraperitoneal. Pada
pasien yang hemodinamiknya normal, pemasangan klip
pada luka masuk maupun keluar dari suatu luka tembak
dapat memperlihatkan jalannya peluru maupun adanya
udara retroperitoneal pada rontgen foto abdomen tidur.

3. Pemeriksaan dengan kontras yang khusus


a) Urethrografi
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
harus dilakukan urethrografi sebelum pemasangan
kateter urine bila kita curigai adanya ruptur urethra.
Pemeriksaan urethrografi digunakan dengan memakai
kateter no.# 8-F dengan balon dipompa 1,5-2cc di
fossa naviculare. Dimasukkan 15-20 cc kontras yang
diencerkan. Dilakukan pengambilan foto dengan
projeksi oblik
dengan sedikit tarikan pada pelvis.
b) Sistografi
Rupture buli-buli intra- ataupun ekstraperitoneal
terbaik ditentukan dengan pemeriksaan sistografi
ataupun CT-Scan sistografi. Dipasang kateter urethra
dan kemudian dipasang 300 cc kontras yang larut
dalam air pada kolf setinggi 40 cm diatas pasien dan
dibiarkan kontras mengalir ke dalam bulu-bulu atau
sampai (1) aliran terhenti (2) pasien secara spontan
mengedan, atau (3) pasien merasa sakit. Diambil foto
rontgen AP, oblik dan foto post-voiding. Cara lain
adalah dengan pemeriksaan CT Scan (CT cystogram)
yang terutama bermanfaat untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang ginjal maupun tulang
pelvisnya. (American College of Surgeon Committee
of Trauma, 2004 : 148)
c) CT Scan/IVP
Bilamana ada fasilitas CT Scan, maka semua pasien
dengan hematuria dan hemodinamik stabil yang
dicurigai mengalami sistem urinaria bisa diperiksa
dengan CT Scan dengan kontras dan bisa ditentukan
derajat cedera ginjalnya. Bilamana tidak ada fasilitas
CT Scan, alternatifnya adalah pemeriksaan Ivp.Disini
dipakai dosis 200mg J/kg bb kontras ginjal. Dilakukan
injeksi bolus 100 cc larutan Jodine 60% (standard 1,5
cc/kg, kalau dipakai 30% 3,0 cc/kg) dengan 2 buah
spuit 50 cc yang disuntikkan dalam 30-60 detik. 20
menit sesudah injeksi bila akan memperoleh
visualisasi calyx pada X-Ray. Bilamana satu sisi non-
visualisasi, kemungkinan adalah agenesis ginjal,
thrombosis maupun tertarik putusnya a.renalis,
ataupun parenchyma yang mengalami kerusakan
massif. Nonvisualisasi keduanya memerlukan
pemeriksaan lanjutan dengan CT Scan + kontras,
ataupun arteriografi renal atau eksplorasi ginjal; yang
mana yang diambil tergantung fasilitas yang dimiliki.
d) Gastrointestinal
Cedera pada struktur gastrointestinal yang letaknya
retroperitoneal (duodenum, colon ascendens, colon
descendens) tidak akan menyebabkan peritonitis dan
bisa tidak terdeteksi dengan DPL. Bilamana ada
kecurigaan, pemeriksaan dengan CT Scan dengan
kontras ataupun pemeriksaan RO-foto untuk upper GI
Track ataupun GI tract bagian bawah dengan kontras
harus dilakukan.(American College of Surgeon
Committee of Trauma,2004:149).

d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah
itu sendiri
2) Penurunan hematokrit/hemoglobin
3) Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
4) Koagulasi : PT,PTT
5) MRI
6) Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik
7) CT Scan
8) Radiograf dada mengindikasikan peningkatan diafragma,
kemungkinan pneumothorax atau fraktur tulang rusuk VIII-X.
9) Scan limfa
10) Ultrasonogram
11) Peningkatan serum atau amylase urine
12) Peningkatan glucose serum
13) Peningkatan lipase serum
14) DPL (+) untuk amylase
15) Penigkatan WBC
16) Peningkatan amylase serum
17) Elektrolit serum
18) AGD
(ENA,2000:49-55)
6. Penatalaksanaan gawat darurat
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi
di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan,
darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10
detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan
bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada
dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1.     Stop makanan dan minuman
2.    Imobilisasi
3.    Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4.   Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7. Kirim ke rumah sakit.     
b. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,
seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa
lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka
keluar yang berdekatan.
a. Skrinning pemeriksaan rontgen
b. Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk
menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan
peluru atau adanya udara retroperitoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang
ada.
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada:
- fraktur pelvis
- trauma non-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul:
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan
darah lengkap, potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retroperitoneum atau
udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendens atau decendens dan dubur (Hudak &
Gallo, 2001).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Foto Polos abdomen
Yang biasa dilakukan adalah foto polos 3 posisi. Yang diperhatikan
adalah tulang vertebra dan pelvis, benda asing, bayangan otot psoas
dan udara bebas intra atau retoperitoneal. Pada penderita yang
hemodinamik normal maka pemeriksaan rontgen abdomen dalam
keadaan terlentang dan berdiri (sambil melindungi tulang
punggung) mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum udara bebas di bawah diafragma,
yang keduanya memerlukan laparotomi segera. Hilangnya
bayangan pinggang (psoas shadow) juga menandakan adanya
cedera retroperitoneum. Bila foto tegak dikontraindikasikan karena
nyeri atau patch tulang punggung, dapat digunakan foto samping
sambil tidur (left lateral decubitus) untuk mengetahui udara bebas
intraperitoneal.
IVP atau Sistogram
Hanya dilakukan bila dicurigai adanya trauma pada saluran kencing
Parasentesis perut adalah proseduryang melibatkan penusukan
daerah perut untuk mengumpulkan cairan peritoneal
Lavase peritoneal adalah tindakan melakukan bilasan rongga perut
dengan memasukkan cairan garam fisiologis sampai 1.000 ml
melalui kanul
Photo thorax
Dicurigai adanya trauma pada thoraks
USG (ultrasonografi)
Mengetahui cairan yg ada pada bagian tubuh
Computed Tomography (CT) Scan
Cidera diafragma dan perforasi saluran pencernaan masih dapat
terlewat dengan pemeriksaan CT scan, khususnya jika CT scan
dilakukan segera setelah trauma. Cidera pankreas dapat terlewatkan
dengan pemeriksaan awal CT scan, tapi secara umum dapat
ditemukan pada pemeriksaan follow up yang dilakukan pada pasien
resiko tinggi. Untuk beberapa pasien, endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) dapat ditambahan bersama CT
scan untuk mendukung cedera duktus (Hoff et al., 200l).

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kedaruratan yang di lakukan pada pasien trauma
abdomen adalah mengkaji ABC (Airway, Breathing, Circulation)
lalu Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan
mencegah aspirasi, Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung
kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul
jika terjadi rangsangan peritoneal : syok , bising usus tidak
terdengar . prolaps visera melalui luka tusuk , darah dalam
lambung, buli-buli, rektum , udara bebas intraperitoneal , lavase
peritoneal positif , cairan bebas dalam rongga perut.

G. Diagnosa Prioritas

Internal bleeding masalah prioritas atau masalah utama adalah syok


hipovolemik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Identitas pasien : Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, Tgl.MRS,


No.RM, dan diagnose medis

Keluhan utama : alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien

Riwayat penyakit dulu : pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, Diabetes


Mellitus, jatung, asma dan alergi.

Riwayat penyakit sekarang : 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
kecalakaan, kemudian di bawa pulang. Pada hari selanjutnya pasien dibawa ke
rumah sakit dan masuk ke UGD dengan diantar oleh keluarganya. Dan pasien
muntah darah.

Riwayat keluarga : Didalam keluarga tidak ada riwayat hipertensi, diabetes


mellitus, atau penyakit manular dan berbahaya lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik

 Berat badan, tinggi badan, TTV, (TD, nadi, RR, suhu)


 Kepala : rambut, wajah, mata
Mulut dan gigi : kebersihan, caries, gigi palsu
 Telinga : apakah ada serumen atau tidak, apakah menggunakan alat bantu
dengar atau tidak
 Leher : untuk mengetahui adanya perbesaran di vena jugularis, kelenjar
getah bening, dan kelenjar gondok
 Dada : apakah kesimetrisan dan hipermigmentasi atau tidak
 Abdomen : ada atau tidaknya luka
3. Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut
 Kesiapan meningkatkan tidur
 Kesiapan meningkatkan nutrisi
 Kekurangan volume cairan
 Syok hipofolemik
 Resiko infeksi

4. Intervensi Keperawatan

 Menentukan prioritas, missal nyeri abdomen berhubungan dengan cedera


biologis
 Menuliskan kriteria hasil (outcome), misal pasien mampu beradaptasi
dengan nyeri yang dirasakan
 Menentukan intervensi yang akan dilakukan
DIAGNOSA NOC NIC

 Kesiapan -pasien mampu makan -Tentukan status gizi dan


meningkatkan nutrisi Kriteria evaluasi : tidak kemampuan pasien untuk
adanya obesitas memenuhi kebutuhan gizi
 Kekurangan volume - pasien dapat -Identifikasi adanya alergi
cairan mendemonstrasikan status atau intoleransi makanan
cairan yang dimiliki pasien
 Nyeri akut Kriteria evaluasi : tak ada -Lakukan atau bantu pasien
manifestasi dehidrasi, terkait dengan perawatan
oedema. mulut sebelum makan
- pasien dapat beradapatasi *Timbang berat badan
dengan nyeri yang setiap hari
dirasakan *monitor status hidrasi
(misal membrane mukosa
lembab, denyut nadi
adekuat)
*monitor TTV pasien
- pemberian analgesic
- pemberian anastesi
- manajemen nyeri
5. Implementasi

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk aplikasi dari


intervensi yang telah dibuat

6. Evaluasi

 Nyeri berkurang dan terkontrol


 Pemenuhan cairan adekuat
 Pemenuhan nutrisi
 Pasien tidak mual muntah
 Kualitas tidur pasien terkontrol
 Tidak ada perdarahan
ASUHAN KEPERAWATAN SEMU
INTERNAL BLEEDING

Seorang laki-laki usia 60 tahun datang ke UGD diantar keluarga muntah


darah. Riwayat pasien kecelakaan 1 hari yang lalu. Pasien mengatakan nyeri
perut dan saat dikaji skala nyeri 9. GCS 345, pasien belum ada makanan yang
masuk sejak kecelakaan dan saat minum juga sering muntah. Hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 4ml/dl. USG abdomen ditemukan
ada massa di cavum peritonium
Informasi Umum

Nama : Tn. G
Usia : 60 tahun
Tanggal Lahir : 01 Januari 1961
Jenis Kelamin : laki – laki
Suku bangsa : Indonesia
Tgl MRS : 09 Desember 2020
Waktu : 10.00
Sumber Informasi : keluarga
Keabsahan (1–4 dimana 4 = sangat dipercaya) : 3

Aktivitas Istirahat
Subjektif (Gejala)
Pekerjaan : petani
Aktivitas/hobi : mancing
Aktivitas waktu luang : mancing
Perasaan bosan/ tidak puas : tidak ada
Keterbatasan karena kondisi : tidak ada
Tidur : Jam: 7-9 Tidur siang: 1-2 Kebiasaan tidur:
1
Insomnia : tidak ada
Obyektif (Tanda)
Respon terhadap aktivitas yang diamati :
Kardiovaskuler: tidak ada keluhan nyeri Respirasi: vesikuler
Status mental (mis.menarik diri/ letargi): letargi
Pengkajian Neuromuskular :
Tidur : Jam: 7-9 Tidur siang: 1-2 Kebiasaan tidur: 1
Massa/ tonus otot : normal
Postur : normal Tremor : tidak ada
Rentang gerak : normal

Sirkulasi
Subjektif (Gejala)
Riwayat tentang:
Hipertensi : ada
Masalah Jantung : tidak ada, normal
Demam rematik : tidak ada
Edema mata kaki/ kaki : tidak ada
Flebitis : tidak ada
Penyembuhan lambat : tidak ada
Klaudikasi : tidak ada
Direfleksia : tidak ada

Obyektif (Tanda)
TD : 150/90 mmhg
Berbaring/ duduk/ berdiri : berbaring
Tekanan nadi : 100x/mnt
Nadi (palpasi)
Karotis : 100x/mnt
Temporal : normal
Jugularis : normal tdk ada pembesaran
Radialis : normal
Femoralis : normal
Popliteal : normal
Postibial : normal
Dorsalis pedis : normal
Jantung (palpasi)
Getaran : normal
Dorongan : tidak ada
Bunyi jantung : Frekuensi: s1, s2 tunggal. Irama: lup dup lup
dup
Friksi gesek : normal Murmur : tidak ada
Bunyi napas : Desiran vaskular: normal
Distensi vena jugularis : normal
Ekstremitas : Suhu: 37 c
Warna : normal
Pengisian kapiler : normal
Tanda Homan’s : normal
Varises : tidak ada
Abnormalitas kuku : normal
Penyebaran/ kualitas rambut : distribusi rambut merata
Warna : hitam
Membran mukosa : kering
Bibir : kering
Punggung kuku : normal
Konjungiva : anemis Sklera : ikterus

Integritas Ego
Subjektif (Gejala)
Faktor stres : tidak ada
Cara menangani stres : tidak ada
Masalah-masalah finansial : tidak ada
Status hubungan : keluarga
Faktor-faktor budaya
Agama : islam
Kegiatan keagamaan : sholat jamaah di masjid
Gaya hidup : normal
Perubahan terakhir : tidak ada

Obyektif (Tanda)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai)
Tenang : tidak Cemas : tidak
Marah : tidak
Menarik diri : tidak Takut : tidak
Mudah tersinggung : tidak Tidak sabar : tidak
Euforik : tidak

Eliminasi
Subjektif (Gejala)
Pola BAB : normal Penggunaan laksatif : tidak
Karakter fases : lembek BAB terakhir : 2hari lalu
Riwayat perdarahan : tidak ada Hemoroid : tidak
Konstipasi : tidak Diare : tidak
Pola BAK : sehari 6-8 x
Dorongan : tidak
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak
Penggunaan diuretic : tidak

Obyektif (Tanda)
Abdomen : Nyeri tekan Lunak/ keras: keras
Bising usus : normal
Hemoroid : tidak
Makanan / Cairan
Subjektif (Gejala)
Diit biasa (tipe)
Jumlah makanan per hari : 3xsehari
Makan terakhir/ masukan : nasi Pola diit : tidak
Kehilangan selera makan : iya Mual/ muntah : iya
Nyeri ulu hati/ salah cerna : iya
Alergi/ intoleransi makanan : tidak
Masalah-masalah mengunyah/ menelan : tidak
Gigi : normal
Berat badan biasa : 55 kg

Obyektif (Tanda)
Berat badan sekarang : 53 kg
Tinggi badan : 165 cm
Bentuk tubuh : sedang
Turgor kulit : menurun
Kelembaban/ kering membran mukosa : kering
Edema : iya
Periorbital : iya Asites: iya
Distensi vena jugularis : normal
Pembesaran tiroid : tidak ada hernia/ massa: tidak ada
Halitosis : iya
Kondisi gigi/ gusi : kotor
Penampilan lidah : pucat
Membran mukosa : kering
Bising usus : normal
Bunyi napas : vesikuler
Kebersihan
Subjektif (Gejala)
Aktivitas sehari-hari
Tergantung/ Mandiri : tergantung
Mobilitas : dibantu Makan :
dibantu
Higiene : kotor Berpakaian :
dibantu
Toileting : dibantu
Waktu mandi yang diinginkan
Pemakaian alat bantu/ prostetik : tidak ada

Obyektif (Tanda)
Penampilan umum : biasa
Cara berpakaian : rapih
Bau badan : iya
Kondisi kulit kepala
Adanya kutu : tidak

Neurosensori
Subjektif (Gejala)
Rasa ingin pingsan/ pusing : tidak
Sakit kepala : tidak : tidak Frekuensi: tidak
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi)
Stroke (gejala sisa)
Kejang : tidak
Status post iktal : tidak
Mata Kehilangan penglihatan : tidak
Pemeriksaan terakhir
Glaukoma : tidak Katarak :
tidak
Telinga : Kehilangan
pendengaran: tidak
Penciuman : normal Epistaksis :
tidak

Nyeri / Ketidaknyamanan
Subjektif (Gejala)
Lokasi : abdomen intensitas (1-10
dimana 10 sangat nyeri): 9 Frekuensi : baru
merasakan
Faktor-faktor pencetus : sakit pada abdomen
Cara menghilangkan : didiamkan
Faktor-faktor yang berhubungan: masalah pada internal abdomen

Obyektif (Tanda)
Mengkerutkan muka : ya
Respons emosional : tidak
Perubahan TD : 150/90 mmhg Nadi :
100 x/mnt

Respirasi
Subjektif (Gejala)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum

Riwayat bronkitis : tidak Asma: tidak


Tuberkulosis : tidak Emifisema: tidak
Pneumonia kambuhan : tidak
Pemanjanan terhadap udara berbahaya
Perokok : tidak
Penggunaan alat bantu pernapasan
Oksigen : tidak
Obyektif (Tanda)
Pernapasan
Frekuensi : normal Kedalaman: normal
Simetris: normal
Penggunaan otot-otot asesori : tidak Napas cuping hidung:
tidak ada
Fremitus : tidak
Bunyi napas : vesikuler
Egofoni : tidak
Sianosis : tidak
Karakteristik sputum : tidak
Fungsi mental/ gelisah : tidak

Seksualitas (Komponen dari Integritas dan Interaksi Sosial)


Subjektif (Gejala)
Aktif melakukan hubungan seksual : normal
Penggunaan Kondom : tidak
Masalah-masalah/ kesulitan seksual : tidak
Perubahan terakhir dalam frekuensi/ minat : tidak

Laki-laki
Rabas penis : Gangguan prostat: tidak
Sirkumsisi : Vasektom: tidak
Melakukan pemeriksaan sendiri : Payudara/ Testis: normal
Prostoskopi/ pemeriksaan prostat terakhir : tidak

Interaksi Sosial
Subjektif (Gejala)
Status perkawinan : kawin Lama: 20 th
Hidup dengan : istri, anak
Masalah-masalah/ stres : tidak
Keluarga besar : ada
Orang pendukung lain : tidak
Peran dalam struktur keluarga : suami
Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit/ kondisi : tidak
Perubahan bicara : Penggunaan alat bantu komunikasi : tidak
Adanya laringektomi : tidak

Obyektif (Tanda)
Bicara : Jelas
Pola bicara tak biasa/ kerusakan : tidak
Pengunaan alat bantu bicara : tidak
Komunikasi verbal/ nonverbal dengan keluarga/ orang terdekat lain: verbal dg
keluarga

Penyuluhan/Pembelajaran
Subjektif (Gejala)
Bahasa dominan (khusus) : Bahasa Indonesia dan Bahasa
jawa
Tingkat pendidikan : sma
Ketidakmampuan belajar (khusus) : tidak ada
Faktor resiko keluarga (tandai hubungan)
Diabetes : tidak Tuberkulosis: tidak
Penyakit jantung : tidal Stroke: tidak
TD tinggi : iya Epilepsi: tidak
Penyakit ginjal : tidak Kanker: tidak
Penyakit jiwa : tidak Lain-lain: tidak
Obat yang diresepkan (lingkari dosis terakhir)
Obat Dosis Waktu Diminum secara teratur Tujuan
Penggunaan alkohol (jumlah/ rekuensi) : tidak
Diagnosa saat masuk perdokter : tidak
Alasan di rawat per pasien : tidka
Riwayat keluhan terakhir : tidak

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. G

No RM : 57-30-97

Dx. Medis : Internal Bleeding Post Accident

TG DATA ETIOLOGI MASALAH


L
1 Ds : -Resiko Pasien mengatakan nyeri
ketidakseimbangan perut
Pasien muntah darah
cairan berhubungan
Do : dengan muntah
Hb 4ml/DL, GCS 345

2 Ds : Defisit nutrisi Nafsu makan menurun


berhubungan
Pasien tidak nafsu makan
dengan tidak nafsu
Do : makan

Hb 4ml/DL, GCS 345

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
10 Desember D.0036 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan
2020 dengan muntah

10 Desember D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan akibat kecelakaa


2020

10 Desember D.0019 Deficit nutrisi berhubungan dengan tidak nafsu


2020 makan

Sumber Rujukan (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia)


DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO PRIORITAS
TANGGAL
DIAGNOSA DIAGNOSA KEPERAWATAN
10-12-2020 D.0036 Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan
dengan muntah
10-12-2020 D.0019 Deficit nutrisi berhubungan dengan tidak nafsu
makan

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. G

No RM : 57-30-97

Dx. Medis : Internal Bleeding Post Accident

NO. DX RENCANA KEPERAWATAN

KEPERA TUJUAN (TARGET KRITERIA HASIL INTERVENSI RA


WATAN WAKTU)

0 D.0077 2x24 jam Pasien mampu Pemantauan nyeri -Untuk men


beradaptasi dengan nyeri
-Monitor kualitas nyeri
nyeri yang dirasakan -Untuk mem
-Monitor durasi dan frekuensi nyeri dan frekuen
0 D.0036 2x24 jam Kebutuhan cairan Pemantauan ttv -Memantau
pasien membaik mengetahui
- Monitor tekanan darah
-Untuk men
- Monitor nadi
hipovelemi
- Monitor suhu
frekuensi n
- Monitor pernapasan
membrane
- Identifikasi penyebab
lemah
perubahan tanda vital

Manajemen hipovelemia
- Periksa tanda gejala
hipovelomia
0 D.0019 2x24 jam pasien mampu Manajemen nutrisi
makan sesuai
- Identifikasi status alergi
kebutuhan
- Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
- Monitor asupan makanan
yang disukai
- Monitor BB
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

Sumber Rujukan (Standar Luaran Keperawatan Indonesia &


Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)
IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. G

No RM : 57-30-97
Dx. Medis : Internal Bleeding Post Accident

TGL/ IMPLEMENTASI
NO Dx.KEP TTD
JAM (HASIL & RESPON)
1 Resiko 13-12- -pemasangan NGT :
ketidakseimbangan 2020
Muntah tidak terjadi lagi
cairan berhubungan
dengan muntah -Pasien tidak lemas

Deficit nutrisi

2 berhubungan dengan -asupan nutrisi membaik


nafsu makan
-asupan cairan membaik
menurun

Nyeri akut
berhubungan dengan Pemberian analgesic :
akibat kecelakaan
3 Nyeri terkontrol
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. G

No RM : 57-30-97

Dx. Medis : Internal Bleeding Post Accident

NO TGL/JAM NO. Dx.KEP PERKEMBANGAN (SOAPIER)


13-12- 00027 S : pasien mengatakan nyeri perut
2020
O : pasien tampak lemas, TD 140/90
suhu 37c, nadi 100x/menit, Hb
4ml/DL, GCS 345

A : masalah sebagian teratasi

P : Lanjut intervensi

S : pasien tidak nafsu makan


00019
O : pasien tampak lemas

A : masalah sebagian teratasi

P : lanjut intervensi
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Kasus (Masalah Utama)


2. WOC (etiologi, faktor risiko, tanda dan gejala, masalah keperawatan)
3. Pemeriksaan penunjang
4. Penatalaksanaan
5. Diagnosis prioritas
6. Kriteria hasil
7. Rencana tindakan keperawatan
8. Referensi

Anda mungkin juga menyukai