Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

DENGAN KADAR GULA DARAH DI RS ISLAM JAKARTA PUSAT TAHUN 2018

LUQMAN NUR ISLAM1, YANI SOFIANI2

1) Mahasiswa Program Studi Keperawatan FIK UMJ


2) Dosen Pembimbing Program Studi Keperawatan FIK UMJ

ABSTRAK

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
mengarah ke hiperglikemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan kualitas
tidur pada pasien DM tipe 2 dengan kadar gula darah di RS Islam Jakarta Cempaka Putih Jakarta
Pusat tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain crossectional, dengan sampel sebanyak 168
orang, menggunakan Purposive Sampling. Analisa data dilakukan dengan analisa univariat dan
bivariat dengan menggunakan uji Spearmen rank hasil penelitian didapatkan adanya hubungan
kualitas tidur pasien DM tipe 2 dengan kadar gula darah yang memiliki kekuatan hubungan sedang.
Saran untuk pelayanan khususnya di rawat jalan RSIJ Cempaka Putih untuk dapat memperhatikan
terkait pencegahan kualitas tidur yang kurang baik pada pasien DM yang mengalami peningkatan
kadar gula darah agar dapat di perhatikan secara menyeluruh.

Kata kunci : Kualitas tidur, kadar gula darah dan diabetes melitus.

Sumber pustaka : Tahun 2011 – 2017

PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit Prevalensi penelitian di seluruh dunia
kronis progresif yang ditandai dengan menurut International Diabetes Federeration
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan (IDF) pada tahun 2015 sebesar 168,4 juta,
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dimana china menempatkan urutan pertama,
yang mengarah ke hiperglikemia (kadar sedangkan Indonesia menempati ke tujuh.
glukosa darah tinggi) (Black, 2014).
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar dengan durasi waktu minimal tiga puluh
(Riskesdas) tahun 2013 oleh Departemen menit/hari, pemberian obat oral
Kesehatan, menunjukkan bahwa prevalensi hiperglikemia atau pemberian insulin untuk
DM di Indonesia untuk usia di atas 15 tahun membantu menurunkan tingkat keparahan
sebesar 6,9%. Prevalensi ini mengalami pada penyakit DM, pendidikan kesehatan
peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% sangat penting kepada penyandang DM
(2013). Prevalensi tertinggi DM yang telah untuk dapat mencegah komplikasi pada
didiagnosis oleh dokter terdapat di penyakit DM dan pola hidup sehat baik
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), dalam makanan, minuman ataupun aktivitas
Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan keseharian (Setiati, 2014). Semua ini dalam
Timur (2,3%). Hasil ini menunjukan bahwa rangka untuk menstabilkan kadar gula
wilayah DKI Jakarta menempati urutan sehingga gejala dan resiko komplikasi dapat
kedua yang memiliki pasien DM terbanyak di dikurangi.
Indonesia.
Gejala penderita DM yang umum terjadi
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, adalah poli uria, poli dipsi, dan poli pagi. Poli
merupakan salah satu yang berada di wilayah uria dapat terjadi kurang insulin untuk
Jakarta Pusat, data pasien DM yang berobat mengangkut glukosa melalui membrane
ke Poli Penyakit Dalam RSIJ Cempaka Putih dalam sel hiperglikemia serum plasma
Jakarta Pusat, bulan januari sampai desember meningkat cairan intrasel berdifusi kedalam
tahun 2016 sebanyak 2.941 pasien dan pada sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran
tahun 2017 yang berobat sebanyak 3.450 darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
pasien DM. hiperosmolariti terjadi diuresis osmotic/poli
uria. Frekuensi berkemih yang banyak sering
Peningkatan angka kejadian yang bertambah
terjadi terutama pada malam hari yang dapat
setiap tahun memerlukan penatalaksanaan
menyebabkan tidur penderita pasien DM
yang tepat. Penatalaksanaan pada pasien DM
mengalami karena sering terbangun
yang dapat dilakukan dapat berupa diet yang
(Gustimigo, 2015).
baik dalam pengaturan makanan yang
seimbang sesuai kebutuhan kalori masing- Gangguan tidur pada pasien DM adalah
masing individu, exercise (latihan kelainan yang bisa menyebabkan masalah
fisik/olahraga) yang dilakukan secara teratur pada pola tidur, baik karena tidak bisa
tertidur, sering terbangun pada malam hari, ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
atau ketidakmampuan untuk kembali tidur ANALISIS UNIVARIAT
setelah terbangun (Tentero, 2016). Tabel 1 Data Distribusi Responden
Berdasarkan Usia dan Kadar Gula Darah
Hasil wawancara awal peneliti pada saat
(n = 168)
melakukan Praktik Klinik 4 di RS KOJA
Variabel Mean SD Minimal 95%
Jakarta Utara, pada pasien DM peneiliti
– CI
menemukan dua pasien DM dengan mata maksimal
Usia 45,68 9,736 25 – 69 44,20
panda yang hitam disekitar mata pasien dan

ketika peneliti memeriksa kadar gula darah 47,17
Kadar 187,57 31,452 135 182,77
pasien tersebut didapatkan kadar gula darah
Gula mg/dL – –
> 200 mg/dL yaitu 205 dan 216, pasien Darah 261 192,36
mg/dL
mengatakan malam hari terbangun 2 kali
untuk buang air kecil. Selanjutnya saat
Usia
peneliti mengelola pasien DM di RS PON
Hasil penelitian di Rumah Sakit Islam Jakarta
Jakarta Timur di ruangan lt. 7 ruangan 705
dari 168 responden bahwa rata-rata usia yang
pada Praktik Klinik 5 yang mengalami
mengalami DM yaitu 46 tahun. Damayanti
kondisi yang sama dengan pasien DM di RS
(2015) menjelaskan bahwa faktor risiko
Koja.
menyandang DM tipe II adalah usia diatas 30
METODOLOGI PENELITIAN tahun, hal ini karena adanya penurunan
anatomis, fisiologis, dan biokimia.
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif
Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian
korelasi dengan pendekatan cross sectional.
berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya
Penelitian cross sectional adalah penelitian
pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi
yang dilakukan tanpa adanya perlakuan atau
homeostasis. Ganong (2008) juga
intervensi (Nursalam, 2014). Penelitian ini
menjelaskan bahwa peningkatan risiko
yang bertujuan menganalisis hubungan
diabetes sesuai dengan usia khususnya pada
kualitas tidur pada pasien DM dengan kadar
usia lebih dari 40 tahun karena usia tersebut
gula darah.
mulai terjadi peningkatan peningkatan
intoleransi glukosa.
Hal ini didukung oleh penelitian yang Barat.Seringnya terbangun di malam hari
dilakukan oleh Najatullah (2015) yang merasakan haus lapar.
memaparkan bahwa sebagian besar diabetes
tipe 2 terjadi pada lansia > 65 tahun dengan Tabel 2 Data Distribusi Responden
jumlah 41 responden dari 60 responden yang Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan,
diteliti. Hal ini disebabkan oleh faktor Pekerjaan, dan Kualitas Tidur (n = 168)
degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh Variabel Katagorik Frekuensi (%)
Jenis Kelamin Laki – laki 91 (54,2 %)
khususnya kemampuan sel β untuk
Perempuan 77 (45,8 %)
memproduksi insulin.
Pendidikan Tidak 3 (1,8 %)
Sekolah
Kadar Gula Darah Pendidikan 2 (1,2 %)
Dasar
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit
Pendidikan 137 (81,5 %)
Islam Jakarta dari 168 responden didapatkan Menengah
Pendidikan 26 (15,5 %)
rata-rata kadar gula darah pasien sebanyak
Tinggi
187,57 mg/dL. Sel beta pankreas dan
Pekerjaan Tidak 55 (32,8 %)
sensitivitas insulin dipengaruhi oleh tidur.
Bekerja
Tidur dan irama sirkadian berperan dalam Bekerja 113 (67,2 %)
mengatur produksi insulin, sensitivitas
Kualitas Tidur Baik 23 (13,7 %)
insulin, penggunaan glukosa dan juga Buruk 145 (86,3 %)
toleransi glukosa selama malam hari (Ip &
Mokhlesi, 2009). Keadaan ini akan Jenis Kelamin

meningkatkan resistesi insulin dan Hasil penilitian terhadap 168 responden di

penurunan toleransi glukosa dan kemudian Rumah Sakit Islam Jakarta menunjukkan

meningkatkan risiko terjadinya diabetes responden yang mengalami DM pada jenis

melitus (Knutson & Cauter, 2008). Hasil kelamin laki-laki sebanyak 91 responden atau

penelitian yang dilakukan Arifin (2011) 54,2%, dan perempuan sebanyak 77 atau

menjelaskan rata-rata kadar glukosa darah 45,8%. Jenis kelamin ini tidak signifikan

puasa yaitu 153,96 mg/dl pada pasien DM dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Inge Ruth S, et all (2012) dimana 49 orang

Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara responden dari 85 orang responden berjenis
kelamin perempuan. Penilitian yang
dilakukan oleh Kusniawati (2011) juga memaparkan bahwa sebagian besar pasien
memiliki hasil penelitian yaitu dari 100 orang diabetes melitus tipe 2 adalah pasien dengan
responden 61 orang diantaranya berjenis berpendidikan terakhir SMA. Identifikasi
kelamin perempuan. Setelah melakukan tingkat pendidikan berkaitan dengan
wawancara kepada beberapa responden penatalaksanaan DM khususnya edukasi.
terutama yang berjenis kelamin laki-laki Program edukasi memiliki peran yang sangat
mereka mengatakan : besar dalam meningkatkan pengetahuan,
1. Seringnya terbangun di malam hari pemahaman, dan kemampuan pasien dalam
merasakan haus lapar. perawatan sehari-hari (self care). Sehingga
2. Adanya aktifitas bekerja dimalam hari peneliti berasumsi bahwa dengan latar
yang membuat energi tubuh belakang pendidikan responden setingkat
membutuhkan asupan energi dari SMA maka diharapkan akan lebih mudah
minuman juga makanan yang cukup dalam menerima informasi yang terkait
banyak. dengan penatalaksanaan DM tipe 2 dan
3. Kurangnya tidur karena menonton TV mencegah timbulnya komplikasi.
bola piala dunia.
4. Kurangnya olahraga dan diet. Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan responden di Rumah
Pendidikan Sakit Islam Jakarta dari 168 responden
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan di banyaknya yang bekerja sebanyak 113 atau
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih 67,2% dan untuk yang tidak bekerja
dari 168 responden didapatkan bahwa sebanyak 55 responden atau 32,8%.
responden dalam tingkat Pendidikan yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
terbanyak pendidikan menengah sebanyak Tarihoran, Muttaqin, dan Mulyani (2015)
137 atau 81,5% rata-rata sekolah tingkat menjelaskan bahwa sebagian besar pekerjaan
SMA/SLTA, sedangkan untuk tidak sekolah pasien diabetes melitus tipe 2 adalah IRT
sebanyak 3 responden (1,8%), pendidikan dengan jumlah 18 responden dari 30
dasar sebanyak 2 (1,2 %) dan Pendidikan responden. Banyaknya pekerjaan yang
tinggi sebanyak 26 responden (12,5%). dilakukan oleh IRT setiap harinya
Hal ini didukung oleh penelitian yang mengakibatkan kualitas tidur tidak efektif.
dilakukan oleh Arifin (2011) yang
Kualitas Tidur Variabel R P Value
Dalam penelitian di Rumah Sakit Islam Kualitas tidur 0,499 0,0005
Jakarta dari 168 responden bahwa yang Kadar gula darah
mengalami kualitas tidur buruk lebih banyak
yaitu 145 responden atau 86,3 % dan untuk Hasil penilitian ini dengan p value 0,0005 (p
kualitas tidur baik yaitu sebanyak 23 = < 0,05). Hal tersebut mengartikan bahwa
responden atau 13,7%. adanya hubungan kualitas tidur pada pasien
Tarihoran, Muttaqin, dan Mulyani (2015) DM tipe 2 dengan kadar gula darah di Rumah
menjelaskan bahwa bila seseorang kurang Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Jakarta
tidur maka akan sangat mudah terserang Pusat 2018 dengan pola positif.
stres. Kondisi ini terkait dengan peningkatan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
risiko diabetes karena membuat kerja insulin, dilakukan oleh Jessy Kurnia, Mulyadi, dan
yang kadarnya sudah berkurang menjadi Julia (2017) dengan judul “Hubungan
tidak maksimal. Kurang tidurpun Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah
menyebabkan peningkatan hormon ghrelin, Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
yang otomatis meningkatkan nafsu makan, Di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
dan menurunkan kadar leptin yaitu hormone Manado” yang memperlihatkan bahwa
pengirim sinyal kenyang. Dalam kondisi kualitas tidur responden dengan kada glukosa
kerja insulin yang tidak maksimal tersebut, darah puasa dengan nilai p value = 0,0005 (p
peningkatan nafsu makan tentunya juga < 0,05). Hal ini mengartikan kualitas tidur
berperan meningkatkan risiko DM. responden memiliki hubungan dengan kadar
glukosa darah puasa. Data hasil penelitian
ANALISIS BIVARIAT tersebut didapatkan bahwa 63,2 % responden
memiliki kualitas tidur buruk dan kadar
Uji Spearmen – Rank glukosa darah puasa yang buruk sebanyak 43
Data 3 Hubungan Kualitas Tidur Pada responden dari 68 responden.
Pasien Diabetes Milietus Tipe 2 Dengan Hal ini sama hasil penelitian yang dilakukan
Kadar Gula Darah Di Rumah Sakit Islam oleh Tarihoran, Muttaqin, dan Mulyani
Jakarta Cempaka Putih Jakarta Pusat (2015) yang menjelaskan hasil penelitian
2018 didapatkan ada hubungan antara kualitas
tidur dengan kadar gula dalam darah pada
pasien diabetes melitus tipe 2. Hal ini sama KESIMPULAN & SARAN
halnya dengan penelitian yang dilakukan 1. Pada penelitian ini rata-rata usia pasien 46
oleh Lei Zhang, dkk (2009) mengenai tahun, sebanyak 54,2% (91 responden)
kualitas tidur dan faktor yang mempengaruhi berjenis kelamin laki-laki, responden yang
gangguan tidur menunjukkan selama memiliki pendidikan tinggi sebanyak
menjalani perawatan di Rumah Sakit jumlah 85,7% (144 responden) dan sebagian
pasien yang kualitas tidur buruk sebesar 45,6 besar masih bekerja sebanyak 67,2% (113
% dan setelah menjalani perawatan pasien responden).
yang kualitas tidurnya menurun adalah 2. Pada penelitian ini sebanyak 145
sebanyak 57,4%. Adapun faktor-faktor yang responden atau (86,3%) dari 168
berhubungan dengan kualitas tidur pasien responden yang mengalami kualitas tidur
selama di Rumah Sakit antara lain adalah buruk.
kecemasan terkait penyakitnya, adanya 3. Hasil penelitian ini nilai rata-rata gula
ketidaknyamanan, dan sering kencing di darah 187,57 mg/dL.
malam hari. Tarihoran, Muttaqin, dan 4. Dari penelitian ini didapat pada pasien
Mulyani (2015) menjelaskan bahwa bila DM terdapat ada hubungan antara kualitas
seseorang kurang tidur maka akan sangat tidur dengan kadar gula, kekuatan
mudah terserang stres. Kondisi ini terkait hubungan yang sedang berpola positif.
dengan peningkatan risiko diabetes karena
membuat kerja insulin, yang kadarnya sudah Institusi Pendidikan
berkurang menjadi tidak maksimal. Kurang Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
tidurpun menyebabkan peningkatan hormon atau referensi secara teoritis untuk
ghrelin, yang otomatis meningkatkan nafsu pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
makan, dan menurunkan kadar leptin yaitu kesehatan terutama tentang Diabetes Milietus
hormon pengirim sinyal kenyang. Dalam serta dapat dijadikan bahan ajar pada mata
kondisi kerja insulin yang tidak maksimal kuliah medikal bedah.
tersebut, peningkatan nafsu makan tentunya
juga berperan meningkatkan risiko DM.
Institusi Pelayanan Gustimigo, Z, P. (2015). Kualitas Tidur
Penderita Diabetes Melitus. 4 (8). 134-
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
135.
masukan bagi pemberi layanan kesehatan
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/inde
khususnya di Rumah Sakit Islam Jakarta
x.php/majority/article/download/1487/
dalam upaya mengontrol dan mencegah klien
1326.
yang menderita Diabetes Milietus tipe II
terutama pada kualitas tidur. Kurnia, J., Mulyadi., & Julia, V, R. (2017).
Hubungan Kualitas Tidur Dengan
Penelitian
Kadar Glukosa Darah Puasa Pada
Untuk peneliti yang akan melakukan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di
penelitian sejenis, semoga dapat dijadikan Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim
sebagai referensi penelitian selanjutnya Manado. 5 (1).
dengan jumlah responden yang lebih banyak https://media.neliti.com/media/publica
dan dapat menambahkan faktor – faktor yang tions/106524-ID-hubungan-kualitas-
berhubungan terkait dengan kualitas tidur tidur-dengan-kadar-glu.pdf.
terhadap kadar gula darah.
Lumbantobing. (2004). Gangguan Tidur.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Fakultas Kedokteran

Amir, S, M, J., Herlina, W., & Damajanty. Universitas Indonesia.

(2015). Kadar Gula Darah Sewaktu Morin, M, C., Belleville, G., Belanger, L., &
Pada Pasien Diabetes Milietus Tipe 2 Ivers, H. (2011). The Insomnia Severity
Di puskesmas Bahu Kota Manado. 3 Index : Psychometric Indicators To
(1). 33. Detect Insomnia Cases And Evalute
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ Treatment Response. 34 (5) 602.
ebiomedik/article/view/6505.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
Black, J, M & Hawks, J, H. (2014). Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Keperawatan Medical Bedah: Cipta.
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang
Diharapkan, Edisi 8, Buku 2.
Indonesia: CV Pentasada Media
Edukasi.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis Edisi 4. Jakarta: Salemba
Medika.

Potter, P, A & Perry, A, G. (2010).


Fundamental Keperawatan Buku 3
Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Reinir, C., Wahyuni, A, S., & Furkhani, D,


W. (2017). Hubungan Self Care
Dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus. 2 (2) 132 – 144.

Sadock, B, J & Sadock, V, A. (2010). Buku


Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Indonesia:
Buku Kedokteran EGC.

Setiati, S & Kawan-kawan. (2014). Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI.
Jakarta: Interna Publishing.

Tentero, I, N., Damayanti, H, C., & Hedison,


P. (2016). Hubungan Diabetes Milietus
Dengan Kualitas Tidur. 4(2).
https://media.neliti.com/media/publica
tions/64654-ID-hubungan-diabetes-
melitus-dengan-kualita.pdf.

Wahyuningsih, A, S., Titih, H., & Novita, K,


S. (2016). Hubungan Kadar Gula
Darah Dengan Insomnia Pada
Penderita Diabetes Milietus, 7 (1). 54-
55. Downloads/385-789-1-PB.pdf.

Anda mungkin juga menyukai