Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN ALAM


PEMBUATAN YOGHURT

Nama : Yunia S/ Karina Ika D/ Nastiti Dyah S


NIM : D500180047 / D500180086 / D500180091
Kelompok : 10
Hari/Tgl Percobaan : Jum’at/ 26 Maret 2021
Asisten : Anggun Azis M
Dosen : Akida Mulyaningtyas, ST, M.Eng

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I TUJUAN PERCOBAAN .............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................1
A. Pengertian Yoghurt ..................................................................................1

B. Prinsip Pembuatan Yoghurt .....................................................................2

C. Macam-macam Yoghurt............................................................................3

D. Manfaat Yoghurt ......................................................................................4

E. Standar Mutu Yoghurt .............................................................................6


F. Pengaruh Waktu Fermentasi pada Yoghurt .............................................6
BAB III ALAT DAN BAHAN ...............................................................................8

A. Alat ............................................................................................................8

B. Bahan ........................................................................................................8

C. Gambar Alat .............................................................................................9


BAB IV CARA KERJA ........................................................................................10
DIAGRAM ALIR ..................................................................................................11
BAB V HASIL PERCOBAAN ..............................................................................12
A. Hasil Percobaan ......................................................................................12

B. Pembahasan ............................................................................................ 13

BAB VI KESIMPULAN .......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18

ii
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membekali mahasiswa keterampilan membuat yoghurt
2. Mengamati perubahan struktur yang terjadi selama proses fermentasi
berlangsung

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Yoghurt
Susu adalah cairan yang bergizi berwarna putih dengan nutrient
yang lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Susu mengandung seluruh asam amino esensial dan non esensial,
mengandung vitamin yang lengkap A,B,C,D,E,K dan mengandung
mineral utama Ca, P, KCl, Mg, Na. selain itu susu memiliki
karakteristik salah satunya adalah produk yang mudah rusak
(Perisable). Sifat perisable yang mudah rusak tersebut dikarenakan
susu adalah media yang baik pertumbuhan mikroorganisme. Tetapi
masyarakat Indonesia terhadap konsumsi susu murni masih banyak
yang tidak menyukai hal ini disebabkan rasa yang hambar dan tidak
manis. Alternatif susu agar disukai masyarakat adalah dengan
melakukan proses pengolahan terhadap susu. Salah satu produk olahan
susu adalah yoghurt (Edianingsih and Christi, 2020).
Yoghurt adalah produk yang diperoleh dari susu yang dipasteurisasi,
kemudian difermentasikan dengan bakteri tertentu sampai diperoleh
keasaman, bau, dan rasa yang khas, dengan atau tanpa penambahan
bahan lain. Yoghurt terbuat dari susu sapi segar atau produk susu
olahan, bakteri starter, pemberi cita rasa dan penambahan susu skim
sebagai pengental (Rusmiati et al., 2008).
Susu mentah yang digunakan untuk memproduksi yoghurt tidak
boleh mengandung lebih dari 400.000 sel/cm3. Bahwa kualitas sensorik
yoghurt lebih unggul dari susu dengan SCC rendah untuk yoghurt
terbuat dari susu dengan SCC tinggi. Penurunan kualitas sensorik

1
2

yoghurt yang dihasilkan dari susu dengan lebih dari 800.000 sel/cm3.
Penggunaan susu dengan SCC tinggi dalam produksi yoghurt
menyebabkan peningkatan asam lemak, yang memiiki efek negatif
pada sifat sensorik dari yoghurt (Ivanov et al., 2020).
Yoghurt adalah hasil olahan susu dengan proses fermentasi oleh
Bakteri Asam Laktat (BAL), yang mengubah laktosa susu menjadi
asam laktat. Yoghurt banyak mengandung nutrisi berupa protein,
lemak, kalsium, potassium, vitamin B (B1,B2, B6, asam nicotinic dan
pantothenic) tetapi sedikit zat besi, vitamin C, karetenoid dan serat
pangan. BAL yang sering digunakan adalah Streptococcus
thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus, kadang ditambah dengan
Lactobacillus acidophilus (Zulaikhah and Fitria, 2020) .
Yoghurt didefinisikan sebagai bahan makanan yang berasal dari
susu dengan bentuk menyerupai bubur atau es krim yang rasanya asam.
Selain berasa asam, yoghurt juga bisa ditambahkan perasa seperti
buah, jus buah, ekstrak buah atau selai (Widodo, 2002).

B. Prinsip Pembuatan Yoghurt


Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan
penambahan bakteri asam laktat (BAL) seperti Streptococcus
thermophiles dan Lactobacillus bulgaricus. Penambahan bakteri asam
laktat akan mengubah lakttosa pada susu menjadi asam laktat sehingga
pH akan turun. Penurunan pH atau meningkatnya asam akan
menyebabkan protein susu mengalami koagulasi membentuk tekstur
yang kental dengan aroma dan cita rasa yang khas. Kedua kultur ini
saling menstimulir pertumbuhan satu dengan yang lainnya dan
memberikan flavor pada kondisi yang optimum (Wisesa Diputra,
Puspawati and Indri Hapsari A., 2017).
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan
menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
3

thermophillus. Kedua macam bakteri tersebut akan menguraikan


laktosa menjadi asam laktat dan berbagai komponen aroma dan cita
rasa. Lactobacillus bulgaricus berperan pada pembentukan aroma,
sedangkan Streptococcus thermophillus berperan pada pembentukan
pada cita rasa yoghurt. Pembentukan asam laktat terjadi melalui jalur
Embden Meyerhoff Parnas (EMP) di mana glukosa akan diubah
menjadi asam laktat(Yuli, Handayani and Harismah, 2017)

C. Macam-Macam Yoghurt
Sekarang ini banyak dijumpai berbagai jenis yoghurt antara lain
(Widodo, 2002):
1. Berdasarkan komposisinya
a. Yoghurt berkadar lemak penuh yaitu dengan kandungan lemak
di atas 3 %
b. Yoghurt berkadar lemak medium yaitu dengan kandungan
lemak antar 0,5 – 3%
c. Yoghurt berkadar lemak rrendah yaitu dengan kandungan
lemak di bawah 0,5%
2. Berdasakan metode pembuatannya
a. Set Yoghurt
Yoghurt yang dibuat dari fermentasi atau inkubasi susu
dalam kemasan kecil sehingga gumpalan susu yang terbentuk
tetap utuh dan tidak berubah sewaktu akan didinginkan atau
sampai siap dikonsumsi. Umumnya merupakan plain yoghurt.
b. Stirred Yoghurt
Yoghurt yang dibuat dari fermentasi dalam wadah yang
besar. Setelah fermentasi, yoghurt dikemas dalam kemasan
kecil sehingga gumpalan susu dapat berubah atau pecah
sebelum pengemasan dan pendinginan selesai.
4

3. Berdasarkan cita rasa


a. Yoghurt alami atau sederhana adalah yoghurt yang tidak
ditambah perasa sehingga rasa asamnya sangat tajam.
b. Yoghurt buah adalah yoghurt yang ditambahkan dengan perasa
lain seperti buah – buahan, sari buah, dan zat pewarna.
D. Manfaat Yoghurt
Manfaat mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik antara
lain meningkatkan pencernaan laktosa dan mencegah gangguan
pencernaan. Yoghurt juga meningkatkan system kekebalan tubuh,
mencegah infeksi Helicobacter pylori, mencegah osteoporosis,
mengurangi sembelit, meningkatkan penyerapan nutrisis, dan
mengurangi kolestrol (Utami et al., 2020)
Yoghurt mempunyai banyak manfaat bagi tubuh antara lain
mengatur saluran pencernaan, antidiare, antikanker, meningkatkan
pertumbuhan, membantu penderita Lactose intolerance dan mengatur
kadar kolestrol dalam darah (Hidayat,dkk,2013).
Yoghurt dapat menurunkan kadar kolestrol darah, menjaga
kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker saluran pencernaan.
Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung bakteri
hidup sebagai probiotik dari makanan yang menguntungkan bagi
mikroflora dalam saluran pencernaan. Selain itu mengkonsumsi
yoghurt membolehkan seseorang yang menderita kelainan lactoce
intolerance seolah mengkonsumsi susu. Lactoce intolerance adalah
suatu kelainan dari seseorang yang akan diare setiap minum susu
dikaenakan memiliki kekurangan laktosa dalam usus kecilnya(Thadani
and Novak, 1996)
Beberapa manfaat yoghurt yang ditimbulkan oleh bakteri asam
laktat dalam yoghurt yaitu (Rusmiati et al., 2008) :
1. Mengatasi laktosa Intoleran
5

Bakteri asam laktat dalam yoghurt dapat enguraikan laktosa


susu menjadi monosakarida yaitu glukosa dan galaktosa, sehingga
susu mudah dicerna dan diserap tubuh. Selama pembuatan proses
pembuatan yoghurt diperkirakan terdapat 30% laktosa susu yang
diurai menjadi glukosaa dan galaktosa.
2. Menyeimbangkan sistem pencernaan
Bakteri dalam yoghurt akan menjaga keseimbangan flora
normal usus, sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan
fungsi pencernaan. Selain itu, yoghurt juga memiliki daya
antibiotika yang dapat menghindarkan pembusukan dini dalam
usus halus.
3. Menurunkan kadar kolestrol
Bakteri asam laktat dalam yoghurt dapat menghasilkan
sejumlah asam organic seperti asam propionat, dan asam orotat
yang berperan dalam penurunan kadar kolestrol. Asam propionat
akan menghambat sintesis kolestrol dalam hati dengan cara
menekan aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metil glutaril CoA reduktase
sebagai salah satu pemicu sintesis kolestrol.
4. Mencegah kanker
Senyawa yang tergandung salam yoghurt akan memacu
sistem pertahanan tubuh, seperti interferon dan sel NK (Natural
Killer Cell) yang akan melawan tumor dan kanker. Selain itu unsur
probiotik dalam yoghurt akan menekan pertumbuhan dan aktiviitas
mikroba usus halus yang mempoduksi senyawa racun atau asam
lemak berantai pendek.
5. Mengatasi infeksi jamur dan bakteri
Bakteri asam laktat dalam yoghurt akan menghasilkan suatu
senyawa antimikroba yang disebut bakteriosin yang akan melawan
infeksi mikroba pathogen dalam tubuh, seperti infeksi karena jamur
Candida albicans dan bakteri Helicobacter pylori.
6

6. Kaya kalsium
Dalam satu gelas yoghurt rata – rata terkandung sekitar 450
mg kalsium. Mineral ini sangat bermanfaat bagi kesehatan kolon.
7. Sumber protein
Satu gelas yoghurt mengandung 10 – 14 gram protein atau
sekitar 20 persen dan kebutuhan protein harian. Proses fermentasi
membuat protein yang ada pada yoghurt lebih mudah dicerna.
Keberadaan protein yang mudah dicerna serta asam laktat yang
meningkatkan penyerapan mineral, membuat yoghurt baik
dikonsumsi oleh anak dengan gangguan penyerapan di saluran
cerna.
E. Standar Mutu Yoghurt
Syarat mutu susu segar adalah kadar protein 2,7%, lemak minimal
3%, dan berat kering tanpa lemak 8%. Yoghurt yang baik memiliki
kadar protein minimal 3,5 %. Kadar protein yoghurt ditentukan oleh
kualitas susu segar sebagai bahan dasarnya. Semakin tinggi kadar
protein susu semakin baik kualitas yoghurt yang dihasilkan (Wahyudi,
2006).
F. Pengaruh Waktu Fermentasi Pada Yoghurt
Fermentasi adalah proses mengubah karbohidrat menjadi alcohol.
Zat yang bekerja dalam proses fermentasi adalah enzim yang dibuat
oleh sel bakteri. Yoghurt adalah makanan yang berasal dari susu sapi
dan bisa dibuat dari susu skim yang memiliki rasa asam sebagai hasil
fermentasi oleh bakteri tententu. Fermentasi susu menjadi yoghurt
dilakukan dengan bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermopillus (Noprianto et al., 2020).
Lama fermentasi dan jenissusu juga berpengaruh terhadap
karakteristik yoghurt yang dihasilkan. Penyimpanan yang terlalu lama
dapat membuat yoghurt mengalami kerusakan fisik berupa terpisahnya
yoghurt. Hal ini dikarenakan penurunan pH hingga sekitar pH
7

fioelektrik kasein (4,6) yang membuat penurunan daya iikat air.


Semakin lama susu disimpan pada suhu rendah maka glubula-grobula
lemak bergerak ke permukaan dan membentu suatu lapisan di
permukaan susu dalam yoghurt (Tursina, Irfan and Haryani, 2019).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam praktikum teknologi
bahan pangan :
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum teknologi bahan pangan
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1. Gelas 200 ml 1
2. Kompor - 1
3. Panci 1000 mL 1
4. Sendok - 1
5. Botol 200 mL 4

B. Bahan
Berikut ini merupakan bahan yang digunakan dalam praktikum
teknologi bahan pangan :
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum teknologi bahan
pangan
No Nama Bahan Jumlah
1. Air Secukupnya
2. Susu Bubuk Skim 25 Gram
3. Susu Segar Cair 1000 mL
4. Plain Yoghurt 8 sdt

8
9

C. Gambar Alat
Berikut merupakan alat yang digunakan dalam pembuatan plain
yogurt.

Keterangan :
1. Kompor
2. Panci 1000 mL
3. Sendok

Gambar 1. Proses Pemanasan.


IV. CARA KERJA

Susu segar cair sebanyak 1000 ml dan susu bubuk 25 gram dituangkan ke
dalam panci dan dipanaskan menggunakan kompor dengan api kecil sambil
diaduk perlahan. Saat proses pemanasan pastikan susu jangan sampai
mendidih dan hangus pada bagian bawah (suhu berkisar antara 70-80oC).
Setelah susu sudah cukup panas, angkat susu dan dinginkan sambil diaduk
secara perlahan hingga susu dingin dan tidak berasap (suhu 43oC). Pindahkan
susu kedalam botol dan tambahkan plain yogurt ke dalam botol sebanyak 1
sdt, 1 ½ sdt, 2 sdt dan 2 ½ sdt. Letakkan botol yang berisi susu ke sudut
ruangan yang suhunya stabil dan diselimuti menggunakan kain hangat,
kemudian didiamkan selama 11 jam. Setelah didiamkan selama 11 jam,
dilakukan uji organoleptik.

10
11

Gambar 2. Diagram alir pembuatan yogurt.


V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Berikut ini merupakan data hasil percobaan teknologi bahan pangan

Tabel 3. Analisis organoleptic pada percobaan teknologi bahan pangan


No Uji Variasi Penambahan Starter

1 sdt 1,5 sdt 2 sdt 2,5 sdt


1. Rasa Hambar Hambar Sedikit Asam

Asam
2. Warna Putih Putih Sedikit Kuning
Kuning
3. Aroma Susu Sedikit Asam Sangat

Asam Asam
4. Tekstur Sangat Kental Kental Sangat

Encer Kental

Tabel 4. Skala Uji Organoleptik


No. Uji Skala Uji Organoleptik

1 2 3 4
1. Rasa Hambar Sedikit Asam Sangat

Asam Asam
2. Warna Putih Sedikit Kuning Sangat

Kuning Kuning
3. Aroma Susu Sedikit Asam Sangat

Asam Asam
4. Tekstur Sangat Encer Kental Sangat

Encer Kental

12
13

B. Pembahasan
Yoghurt didefinisikan sebagai bahan makanan yang berasal dari
susu dengan bentuk menyerupai bubur atau es krim yang rasanya asam.
Selain berasa asam, yoghurt juga bisa ditambahkan perasa seperti buah, jus
buah, ekstrak buah atau selai.
Pada praktikum teknologi bahan pangan ini menggunakan bahan
yaitu susu segar dan susu bubuk skim dengan variasi penambahan starter
yaitu (1 : 1,5 : 2 : 2,5) sdt. Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan
susu segar yang di tambah dengan 25 gram susu bubuk skim serta
pemanasan berlangsung sekitar suhu 70°C - 80°C. Setelah susu mulai
panas dan tidak sampai mendidih, maka proses pemanasan di hentikan lalu
di dinginkan sampai tidak ada asap atau suhu berkisar 43°C. Setelah
dingin tuangkan ke dalam wadah yang telah di siapkan yang berjumlah 4
wadah, kemudian masukkan penambahan variasi starter yaitu (1 : 1,5 : 2 :
2,5) sdt dalam setiap wadahnya. Kemudian letakkan botol atau wadah
tersebut ke sudut ruangan dengan botol atau wadah di selimuti lap yang
hangat agar suhu nya tetep stabil (suhu berkisar 38ºC) dan diamkan selama
11 jam. Hal ini bertujuan untuk membentuk senyawa asam laktat,
asetildehida, diasetil, dan senyawa yang mudah menguap yang di hasilkan
dari bakteri pada starter serta senyawa tersebut akan memberikan cita rasa
pada yogurt. Pada saat proses pemanasan juga memiliki tujuan yaitu
melarutkan susu dan mematikan organisme pencemar atau zat pengotor
yang ada di dalam bahan.
Salah satu faktor keberhasilan dari praktikum teknologi bahan
pangan ini adalah pada proses fermentasi karena pada proses ini terbentuk
karakteristik produk akhir. Proses fermentasi terjadi proses hidrolisis
enzimatis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Lalu glukosa di uraikan
menjadi beberapa tahapan dekomposisi sehingga menghasilkan asam
lakatat. Pada proses ini bakteri Lactobacillus bulgaricus berperan dala
pembentukan aroma sedangkan bakteri Strepcocus thermophillus berperan
dalam pembentukan cita rasa. Kegagalan yang sering terjadi pada proses
14

fermentasi yaitu pda suhu inkubasi yang terlalu rendah, karena dapat
mengakibatkan laju sintesis asam laktat menjadi lambat.
Dalam praktikum pembuatan yogurt ini menggunakan uji
organoleptik yang di lakukan pada sampel 7 orang. Analisis organoleptic
ini menguji rasa, warna, aroma, dan tekstur. Pada saat variasi penambahan
starter 1 sendok teh dihasilkan rasa hambar yaitu pada skala 1, berwarna
putih pada skala 1, beraroma susu pada skala 1, dan bertekstur sangat
encer pada skala 1. Pada saat variasi penambahan starter 1,5 sendok teh
dihasilkan rasa hambar yaitu pada skala 1, berwarna putih pada skala 1,
beraroma sedikit asam pada skala 2, dan bertekstur kental pada skala 3.
Pada saat variasi penambahan starter 2 sendok teh dihasilkan rasa sedikit
asam yaitu pada skala 2, berwarna sedikit kuning pada skala 2, beraroma
asam pada skala 3, dan bertekstur kental pada skala 3. Dan pada saat
variasi penambahan starter 2,5 sendok teh dihasilkan rasa asam yaitu pada
skala 3, berwarna kuning pada skala 3, beraroma sangat asam pada skala 4,
dan bertekstur sangat kental pada skala 4.
Saat uji rasa dipeorleh rasa yang berbeda-beda hal ini dikarenakan
ada perbedaan nilai pH dari masing-masing sampel. Sedangkan saat uji
warna yang dihasilkan dari kandungan lemak susu segar, jika semakin
tinggi kadar lemak maka akan semakin berwarna.
Perbandingan hasil percobaan pembuatan yogurt dari kelompok 14.
Pada yogurt dengan penambahan starter 1 sdt diperoleh rasa hambar pada
skala 1, warna putih pada skala 1, aroma susu sapi pada skala 1, dan
tekstur sangat encer skala 1. Pada yoghurt dengan penambahan starter 2
sdt diperoleh rasa sedikit asam pada skala 2, warna putih pada skala 1,
aroma susu pada skala 1, dan tekstur encer pada skala 2. Pada yoghurt
dengan penambahan 3 sdt starter diperoleh rasa asam pada skala 3, warna
sedikit kuning pada skala 2, aroma sedikit asam pada skala 2, dan tekstur
encer pada skala 2. Pada yoghurt dengan penambahan 4 sdt starter
diperoleh rasa sangat asam pada skala 4, warna sedikit kuning pada skala
2, aroma asam pada skala 3, dan tekstur kental pada skala 3.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan yaitu pembuatan yogurt
dengan menggunakan bahan susu segar dan susu skim di tambah starter dapat
di peroleh kesimpulan yaitu hasil analisis organoleptic untuk setiap variasi
penambahan starter pada uji rasa , diperoleh rasa semakin asam. Uji warna
seluruhnya berwarna sedikit kuning. Uji aroma di peroleh aroma yogurt
seperti susu sedikit asam dan ada yang asam. Uji pada setiap penambahan
starter yaitu semakin asam. Dan uji tekstur pada setiap penambahan starter
semakin kental. Pada uji rasa starter 1 sdt dan 1,5 sdt di dapatkan rasa
hambar, pada starter 2 sdt di dapatkan rasa sedikit asam dan pada starter 2,5
sdt di dapatkan rasa asam. Pada uji warna untuk starter 1 sdt dan 1,5 sdt
masih berwarna putih susu, pada starter 2 sdt di hasilkan warna sedikit kuning
dan pada starter 2,5 sdt di hasilkan warna kuning. Pada uji aroma untuk
starter 1 sdt di hasilkan aroma susu, untuk starter 1,5 sdt di hasilkan aroma
sedikit asam, untuk starter 2 sdt di hasilkan aroma asam dan untuk starter 2,5
sdt di hasilkan aroma sangat asam. Pada uji tekstur untuk starter 1 sdt di
hasilkan sangat encer, untuk starter 1,5 sdt dan 2 sdt di hasilkan kental dan
untuk starter 2,5 sdt di hasilkan sangat kental.

15
DAFTAR PUSTAKA

Edianingsih, P. and Christi, R. F. (2020) ‘Pengenalan Berbagai Olahan Susu


Sebagai Alternatif Usaha yang Menjanjikan di Masyakarat Desa Cisempur
Jatinangor Sumedang Jawa Barat’, JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Indonesia), 1(4), pp. 299–305. doi: 10.36596/jpkmi.v1i4.122.

Ivanov, G. et al. (2020) ‘Volatile organic compound profiles of yoghurt produced


from cow’s milk with different somatic cell counts’, International Journal of
Dairy Technology, 73(3), pp. 563–569. doi: 10.1111/1471-0307.12702.

Noprianto, R. et al. (2020) ‘The Effect Of Addition Of Fruit Sari ( Dimorcarpus


Longan ) To Skim Milk In Yoghurt Drink’, 1(1), pp. 18–24.

Rusmiati, D. et al. (2008) ‘Penyuluhan Pentingnya Konsumsi Yoghurt dan


Metode Pembuatannya dengan Cara Sederhana dalam Rangka Peningkatan
Derajat Kesehatan dan Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Sukaluyu Kota
Bandung’, pp. 36–40.

Thadani, S. G. and Novak, M. (1996) ‘Non-Stationary stochastic modeling


techniques for reservoir description: An application from the Alaskan North
Slope’, Society of Petroleum Engineers - SPE Annual Technical Conference and
Exhibition, 1(2), pp. 67–82. doi: 10.2118/36502-ms.

Tursina, T., Irfan, I. and Haryani, S. (2019) ‘Tingkat Penerimaan panelis Terhadap
Yoghurt Dengan Perlakuan Lama Fermentasi, Jenis susu dan Lama penyimpanan
yang Berbeda’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 4(3), pp. 65– 74. doi:
10.17969/jimfp.v4i3.11637.

Utami, M. M. D. et al. (2020) ‘Teknologi Pengolahan Yoghurt Sebagai


Diversifikasi Produk Susu Kambing pada Kelompok Ternak Desa Wonoasri
Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember’, PRIMA: Journal of Community
Empowering and Services, 4(1), p. 30. doi: 10.20961/prima.v4i1.39531.
Widodo, W. (2002) ‘Bioteknologi fermentasi susu’, pp. 1–29.

Wisesa Diputra, K., Puspawati, N. and Indri Hapsari A., N. (2017) ‘Pengaruh
penambahan susu skim terhadap karakteristik yoghurt jagung manis (Zea Mays L.
Saccharata)’, Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan (Itepa), 5(2), pp. 142–152.

Yuli, J. P., Handayani, Z. and Harismah, K. (2017) ‘Pembuatan yoghurt kulit


semangka dengan pemanis stevia dan uji sifat kimia - fisika’, The 6th University
Research Colloquium, pp. 171–176.

Zulaikhah, S. R. and Fitria, R. (2020) ‘Pengaruh Penambahan Sari Buah Pisang


Ambon (Musa paradisiaca) sebagai Perisa Alami terhadap Warna, Total Padatan
Terlarut dan Sifat Organoleptik Yogurt’, Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 15(4),
pp. 434–440. doi: 10.31186/jspi.id.15.4.434-440.
LAMPIRAN
A. DATA PERCOBAAN
Susu segar cair : 1000 mL
Susu SKIM : 25 gram
Suhu Pemanasan : 70-80oC
Suhu pendinginan : 40oC
Suhu di diamkan : 38oC
Variasi Starter : 1 sdt; 1,5 sdt; 2 sdt; 2,5 sdt
Table 5. Data Uji Organoleptik
No. Nama Variasi Uji Organoleptik

Starter Rasa Warna Aroma Tekstur


1. Ita 1 sdt 1 3 1 2

1,5 sdt 1 2 2 3

2 sdt 2 3 3 4

2,5 sdt 3 4 4 4
2. Lusi 1 sdt 1 2 1 1

1,5 sdt 1 1 2 3

2 sdt 1 1 3 4

2,5 sdt 3 3 4 4
3. Warsiti 1 sdt 1 1 1 1

1,5 sdt 1 2 2 4

2 sdt 2 2 3 3

2,5 sdt 3 3 4 4
4. Agus 1 sdt 1 1 2 1

1,5 sdt 1 2 3 3

2 sdt 2 2 4 3
2,5 sdt 3 3 4 4

18
19

5. Eni 1 sdt 1 1 1 2

1,5 sdt 1 2 1 3

2 sdt 2 2 3 3

2,5 sdt 3 3 4 4
6. Endar 1 sdt 1 1 1 1

1,5 sdt 1 2 1 3

2 sdt 1 2 3 3

2,5 sdt 2 4 4 4
7. Dyah 1 sdt 1 1 1 2

1,5 sdt 1 2 2 2

2 sdt 2 2 3 3

2,5 sdt 3 4 4 4
20

Berikut ini hasil gambar masing-masing yoghurt dengan variasi starter berbeda:

Gambar 2. Yoghurt dengan starter 1 sdt Gambar 3.Yoghurt dengan starter 1,5 sdt

Gambar 4. Yoghurt dengan starter 1 sdt Gambar 5.Yoghurt dengan starter 1,5 sdt
LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN ALAM

I. Judul Percobaan : Teknologi Bahan Pangan

Hari/tanggal : Jum’at, 26 Maret 2021

Anggota Kelompok : 1. Yunia Sayekti (D500180047)


2. Karina Ika Damayanti (D500180086)
3. Nastiti Dyah Sekarini (D500180091)
Asisten Pembimbing : Anggun Azis Mulyanti

II. Data Percobaan

Dari percobaan yang telah di lakukan dapat di peroleh data


hasil percobaan teknologi bahan pangan sebagai berikut
Tabel 1. Analisis organoleptic pada percobaan teknologi bahan pangan
No Uji Variasi Penambahan Starter
1 sdt 1,5 sdt 2 sdt 2,5 sdt
1. Rasa Hambar Hambar Sedikit Asam

Asam
2. Warna Putih Putih Sedikit Kuning
Kuning
3. Aroma Susu Sedikit Asam Sangat

Asam Asam
4. Tekstur Sangat Kental Kental Sangat

Encer Kental

21
Table 2. Skala Uji Organoleptik
No. Uji Skala Uji Organoleptik

1 2 3 4
1. Rasa Hambar Sedikit Asam Sangat

Asam Asam
2. Warna Putih Sedikit Kuning Sangat

Kuning Kuning
3. Aroma Susu Sedikit Asam Sangat

Asam Asam
4. Tekstur Sangat Encer Kental Sangat

Encer Kental

Table 3. Data Uji Organoleptik


No. Nama Variasi Uji Organoleptik

Starter Rasa Warna Aroma Tekstur


1. Ita 3 sdt 1 3 1 2

1,5 sdt 1 2 2 3

4 sdt 2 3 3 4

2,5 sdt 3 4 4 4
2. Lusi 3 sdt 1 2 1 1

1,5 sdt 1 1 2 3

4 sdt 1 1 3 4

2,5 sdt 3 3 4 4
23

3. Warsiti 3 sdt 1 1 1 1

1,5 sdt 1 2 2 4

4 sdt 2 2 3 3

2,5 sdt 3 3 4 4
4. Agus 3 sdt 1 1 2 1

1,5 sdt 1 2 3 3

4 sdt 2 2 4 3
2,5 sdt 3 3 4 4

5. Eni 3 sdt 1 1 1 2

1,5 sdt 1 2 1 3

4 sdt 2 2 3 3

2,5 sdt 3 3 4 4
6. Endar 3 sdt 1 1 1 1

1,5 sdt 1 2 1 3

4 sdt 1 2 3 3

2,5 sdt 2 4 4 4
7. Dyah 3 sdt 1 1 1 2

1,5 sdt 1 2 2 2

4 sdt 2 2 3 3

2,5 sdt 3 4 4 4
Review Jurnal Internasional
Judul Volatile Organic Coumpound Profiles of Yoghurt
Produced From Cow’s Milk With Different Somatic
Cell Counts
Jurnal International Journal of Dairy Technology
Volume & Halaman Vol 0 Hal 1-7
Tahun 2020
Penulis Galin Ivanov, Ertugrul B, Ivelina I, dan Milena D

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh


jumlah sel somatic (SCC) susu sapi mentah terhadap
senyawa organic volatile (VOC) yoghurt.
Teori dan Isi Penelitian Menurut Rogers dan Mitchell (2014) bahwa kualitas
sensorik yoghurt dari susu SCC rendah lebih unggul
dari[ada yoghurt dari susu dengan SCC tinggi.
Analisis senyawa organic volatile dalam sampel
yoghurt diekstraksi dengan ekstraksi mikro fase padat
(SPME) untuk analisis kromatografi gas-spektrometri
massa (GC-MS). Tiga batch susu mentah yang
digunakan untuk produksi yoghurt ditandai dengan
L,M,H. Pada analysis senyawa karbonil dan berat
molekul rendah dalam yoghurt, Secara signifikan
(P<0,05) konsentrasi lebih rendah dari senyawa
karbonil dan konsentrasi dari asam butanoat dan
heksanoat terbentuk dalam yoghurt bartch H
dibandingkan dengan batch L dan M,

24
25

Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan analisis


fisikokimia dengan metode titrasi , analisis senyawa
organic volatile dengan metode ekstraksi, analisis
sensorik dengan menggunakan sensor warna,
ketebalan, aroma dan rasa , sedangkan analisis
statistic menggunakan data yang di olah
menggunakan excel.
Kesimpuan Dari penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa
nilai SCC berpengaruh pada senyawa-senyawa yang
ada pada susu sapi seperti senyawa organic yang
mudah menguap. Serta senyawa karbonil pada
yoghurt berpengaruh terhadap nilai sensorik.
Review Jurnal Nasional
Judul Pengaruh Penambahan Sari Buah Pisang Ambon
(Musa paradisiaca) sebagai Perisa Alami terhadap
Warna, Total Padatan Terlarut dan Sifat Organoleptik
Yogurt
Jurnal Jurnal Sain Peternakan Indonesia
Volume & Halaman Vol 15(4) Hal 434-440
Tahun 2020
Penulis S. R. Zulaikhah, dan R. Fitria

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data


mengenai pengaruh penambahan sari buah alami
pisang Ambon terhadap warna, total padatan terlarut
dan sifat organoleptik yoghurt.
Teori dan Isi Penelitian Yogurt merupakan hasil olahan susu dengan proses
fermentasi oleh Bakteri Asam Laktat (BAL), yang
mengubah laktosa susu menjadi asam laktat. Gahruie
et al. (2015) dalam Jurnal Sain Peternakan Indonesia
15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 435 Ismawati
et al. (2016) menyatakan bahwa yogurt banyak
mengandung nutrisi berupa protein, lemak, kalsium,
potassium, vitamin B (B1, B2, B6, asam nicotinic
dan pantothenic) tetapi sedikit zat besi, vitamin C,
karotenoid dan serat pangan. BAL yang sering
digunakan adalah Streptococcus thermophillus dan
Lactobacillus bulgaricus, kadang ditambah dengan
Lactobacillus acidophilus.

26
27

Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan kultur


konvensional dengan kandungan 3 bakteri yaitu
Streptococcus thermophillus, Lactobacillus
bulgaricus dan Lactobacillus acidophilus, dan pisang
Ambon sebagai perisa alami. Uji organoleptik
menggunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis, bila
terjadi pengaruh yang nyata maka dilakukan uji lanjut
Man Whitney.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa perlakuan penambahan sari buah pisang
Ambon sebanyak 0, 2, 4 dan 6% tidak berpengaruh
nyata terhadap sifat fisik warna dan total padatan
yogurt.
doi: 10.1111/1471-0307.12702

ORIGINAL
RESEARCH Volatile organic compound profiles of yoghurt
produced from cow’s milk with different somatic cell
counts
G A L I N I V A N O V , 1 E R T U G R U L B I L G U C U , 2 I V E L I N A I V A N O V A 3 and
MILENA DIMITROVA1*
1
Department of Milk and Dairy Technology, Technological Faculty, University of Food Technologies, 26 Maritsa
ß anakkale Onsekiz Mart University, C
Blvd, Plovdiv 4002 Bulgaria, 2Biga Vocational High School, C ß anakkale 37
17200 Turkey, and 3Department of Analytical Chemistry, Technological Faculty, University of Food Technologies, 26
Maritsa Blvd, Plovdiv 4002 Bulgaria

The present study aimed to investigate the effect of somatic cell count (SCC) of raw cow’s milk on
the volatile organic compound (VOC) profiles of yoghurt. Test yoghurt samples were produced from
three batches of cow’s milk with low, medium and high SCC, respectively. The VOCs were deter-
mined by gas chromatography–mass spectrometry (GC–MS) analysis. A lower diacetyl and acetoin
content and a higher content of 2-heptanone, and butanoic and hexanoic acids were established in
the yoghurt samples from batches with high SCC of above 1 000 000 cells/cm3. The increased SCC
of cow’s milk had a negative effect on the volatile organic compound profiles of yoghurt.
Keywords Somatic cells, Yoghurt, Carbonyl compounds, Low molecular weight fatty acids,
Sensory quality.

final product due to the enzymatic activities of


INTRODUCTION
somatic cells (T€opel 2004; Hernandez-Ramos
Raw milk quality is important not only in terms and Vivar-Quintana 2019). Fernandes et al.
of food safety, but it is also a factor that affects (2007) suggested that raw milk used to produce
the quality of dairy products (El-Hajjaji et al. yoghurt should not contain more than
2019). Animal health is among the main factors 400 000 cells/cm3. Rogers and Mitchell (1994)
influencing the raw milk quality. In this respect, stated that the sensory qualities of yoghurt pro-
the most important disease in dairy animals is duced from milk with a low SCC were superior
udder inflammation called mastitis (Rainard to yoghurts made from milk with a high SCC.
et al. 2018). The major negative effects of mas- Oliveira et al. (2002) reported a decrease in the
titis in the dairy industry include a decrease in sensory quality of yoghurt produced from milk
the milk yield of animals and reduced shelf life with more than 800 000 cells/cm3. The use of
of dairy products (Bobbo et al. 2019). Somatic milk with a high SCC in yoghurt production
cell count (SCC) is used as an indicator of leads to an increase in fatty acids, which has a
udder health. Normally, in milk from a healthy negative effect on the sensory properties of
mammary gland, the SCC is lower than 200 000 yoghurts.
cells/cm3, while bacterial infection can increase There is insufficient information on the influ-
it to above 1 000 000 cells/cm3 (Coelho et al. ence of SCC on the quality of fermented milks.
2017). It is well known that a higher SCC in Furthermore, there are no studies on the possible
*Author for raw milk has adverse effects on the quality dairy effects of SCC on the accumulation of volatile
correspondence. E-mail: of products (Le Marechal et al. 2011; Richoux compounds during yoghurt production and stor-
milena_dimitrova17@ et al. 2014). The main negative consequences of age. Therefore, the aim of the present study was
abv.bg
an increased SCC of milk are related to the to determine the effects of SCC of raw cow’s
© 2020 Society of shorter shelf life and poorer sensory quality or milk on the profiles of the carbonyl compounds
Dairy Technology undesirable organoleptic characteristics of the and low molecular weight fatty acids in yoghurt.

Vol 0 International Journal of Dairy Technology 1


Vol 0

Analysis of volatile organic compounds in the yoghurt


MATERIALS AND METHODS
samples
Milk samples Volatile organic compounds (VOCs) were extracted from
Raw milk samples were obtained between October 2016 and the yoghurt samples by solid-phase microextraction
March 2017 from cattle milk produced in three different (SPME) for gas chromatography–mass spectrometry (GC–
regions (Tokatkırı, Yenicßiftlik and C
ß elikg€
ur€
u) from the Biga MS) analysis. 0.2 g of the yoghurt was added to a 40-
ß anakkale province, Turkey. Raw milk samples
district of C mL amber-coloured screw top vial with PTFE/silicon
with low (<400 000 cells/cm3), medium (between 500 000 septa hole cap (Supelco, Bellefonte, PA, USA), and
and 600 000 cells/cm3) and high SCC (above 1,000,000 cells/ 0.5 g of NaCl was added to the vial to increase the
cm3) were collected from three different large-scale farms detection sensitivity of the SPME extraction technique,
(above 100 animals). Samples (5 from each farm) were due to the ‘salting-out’ effect (Guichard 2002; Zhang
brought to the laboratory of Cß anakkale Onsekiz Mart Univer- et al. 2009). In order to optimise the technique, the
sity-Biga Vocational High School (Turkey) at 4 °C. The SCC effects of various parameters, such as the extraction time
and the composition of the milk samples were measured. All (20, 40 and 60 min) and extraction temperature (40, 60
raw milk analyses of were carried out in triplicate. and 80 °C) in a water bath, were studied carefully for
extraction efficiency. Based on the detection number of
Yoghurt samples peaks with maintained consistency, the highest peak area
The yoghurt samples were produced by means of traditional and the best extraction conditions were selected as fol-
methods from cow’s milk with different SCC according to lows: 20 min of extraction time and 40 °C extraction
the following procedure: the raw milks from three batches temperature in a water bath. The vials were kept at
(L, M and H) were accepted into the pilot dairy processing 40 °C in a water bath for 20 min to equilibrate the vola-
plant of Cß anakkale Onsekiz Mart University-Biga Voca- tiles in headspace. Then, a SPME (2 cm to 50/30 µm
tional High School (Turkey), and clarification and fat ratio DVB/Carboxen/PDMS, Supelco, Bellefonte) needle was
standardisation procedures were performed at 55–60 °C. inserted into the vial and exposed to the headspace for
After homogenisation at 55 °C under pressure of 180 kg/ 20 min at 40 °C in a water bath. The fibre type 50/
cm2, the standardisation was carried out by evaporation up 30 lm DVB/Carboxen/PDMS was chosen for the extrac-
to 14% of dry matter. The milk was pasteurised at 90 °C tion of the volatile organic compounds due to its high
for 15 min and cooled down to 45–46 °C, that is the fer- sensitivity and extraction efficiency as tested by many
mentation temperature. Yoghurt starter culture (2%) consist- researchers (Van Durme et al. 2013; Santos et al. 2016).
ing of Streptococcus thermophilus (70%) and Lactobacillus The sample was then immediately injected into the GC-
delbrueckii subsp. bulgaricus (30%) bacteria (Chr. Hansen) MS. The VOCs were separated by GC-MS using a non-
was added to the processing tank. After mixing, the inocu- polar column (DB5 30-m length 9 0.32-mm i.d.
lated milk was packaged in containers and incubated at 44– 9 0.25-µm film thickness; J&W Scientific, Folsom, CA).
45 °C until pH value reached 4.40. At the end of the incu- The GC-MS system consisted of an HP 6890 GC and
bation, the yoghurts were cooled down to approximately 7895C mass selective detector (Agilent Technologies,
4 °C and then stored at the same temperature for 15 days. Wilmington, DE, USA). The GC oven temperature was
At least five yoghurt samples from each raw milk batch (L, programmed to gradually increase from 40 °C to 230 °C
M and H) were used for the analysis. at a rate of 10 °C/min with initial and final hold times
of 3 and 15 min, respectively. Helium was used as a car-
Physicochemical analysis of the raw milk and yoghurt rier gas at a flow rate of 1.5 mL/min.
samples The mass selective detector (MSD) conditions were as
A BactoCount IBCm (Bentley Instrument, Chaska, Mine- follows: capillary direct interface temperature, 280 °C; ioni-
sota, USA) device was used for the SCC determination. The sation energy, 70 eV; mass range, 35–350 amu; and scan
instrument was calibrated with certified reference milk sam- rate: 4.45 scans/s.
ples from Italian Accredited Dairy Laboratories A.I. The An internal standard mixture consisting of 2-methyl-3-
milk fat, protein, lactose and dry matter content of the raw heptanone (for neutral/basic compounds) and methyl non-
milk and yoghurt samples were measured using an Infrared anoate (for ester compounds) was added to all samples for
Milk Analyzer 150 (Bentley Instrument, USA). The pH val- quantification. A stock solution of the internal standard (IS)
ues were measured by pH meter MS 2011 (Microsyst, Plov- mixture was prepared at 0.82 µg/mL and 0.875 µg/mL,
div, Bulgaria), equipped with a Sensoret pH electrode respectively, in high-performance liquid chromatography
(Garden Grove, CA, USA). The lactic acid content of the (HPLC) grade methanol, and the samples were spiked with
milk and yoghurt samples was determined by means of the 10 µL of IS mixture (or 8.2 ng for 2-methyl-3-heptanone
titration method according to Nielsen (2003). and 8.75 ng for methyl nonanoate).

2 © 2020 Society of Dairy Technology


Vol 0

Mean relative abundance (µg/kg) = concentration of three batches. The active acidity (pH) values and the lactic
IS 9 peak area of compound/peak area of IS. acid concentration in the test samples were within the
admissible limits for raw cow’s milk. The pH values were
Sensory analysis lower (P < 0.05), and the lactic acid concentration was
The evaluation of the sensory quality of the yoghurt sam- higher (P < 0.05) in raw milk batch H compared to the
ples was performed with 25 consumers, randomly selected other batches. This could be attributed to the occurrence of
by age, gender and social status. The consumers expressed more intensive microbiological processes in these samples,
their opinion by means of a hedonic scale. The colour, probably due to the different hygienic conditions of milk
thickness (by spoon), thickness (by taste of mouth), aroma handling. Poor hygiene during the raising and milking of
and taste of the yoghurt samples were determined using a animals is related both to the higher percentage of mastitis,
five-point hedonic scale from 1 = dislike a lot to 5 = like a the higher SCC respectively, and to the increased microbial
lot. The tests were repeated three times. The preferred char- contamination of milk (Rysanek and Babak 2007).
acteristics were visual and natural thickness, mild sour taste, It can be seen that the three batches of yoghurt were char-
smooth structure, strength and resistance of the coagulum, acterised by similar values of the dry matter, milk fat, pro-
and clear creamy colour (Hekmat and Reid, 2006). The non- tein and lactose content (Table 2). No statistically
preferred characteristics were stickiness, serum separation, significant differences (P > 0.05) were established in the pH
gas indication, high thickness, rough structure, very sour, values and the lactic acid content. The results obtained
sweet and/or salty metallic flavour, weak aroma, and neutral showed that the SCC of the raw cow’s milk did not have a
taste. significant (P > 0.05) effect on the content of the main
components, the pH and the lactic acid concentration in the
Statistical analysis yoghurt. Our results were in agreement with the findings of
The computer processing of the results was performed by Fernandes et al. (2007) and Oliveira et al. (2002) who
using the Microsoft Excel 2010 program. All determinations reported that the SCC level did not seem to affect the pH
were carried out in triplicate, and the data were subjected to and titratable acidity, the fat and protein content or the
analysis of variance (ANOVA). ANOVA was carried out microbiological characteristics of yoghurts.
with the general linear models (GLM), with a significant
level of P < 0.05 (Draper and Smith 1998). Fisher’s exact Analysis of carbonyl compounds and low molecular
test with a significant difference set at P < 0.05 was used to weight fatty acids in yoghurts
compare the sample values (Kenward 1987). Three levels of In the present study, 8 carbonyl compounds, 2 of them alde-
the independent variable (SCC of cow’s milk) were used in hydes and 6 ketones (Figure 1), were identified and quanti-
the experiment: raw milk samples with low SCC (<400 000 tatively evaluated in the yoghurt test samples. The
cells/cm3) in batch L; medium SCC (between 500 000 and aldehydes included hexanal and heptanal. Acetaldehyde was
600 000 cells/cm3) in batch M; and high SCC (above also identified in the course of the analysis but because of
1 000 000 cells/cm3) in batch H. The dependent variables its significantly higher concentrations compared to the other
used in the experiment were carbonyl compounds and low carbonyl compounds, it was not quantitatively determined.
molecular weight fatty acid content in yoghurt; and sensory The ketones found included acetone, diacetyl (2,3-butane-
characteristics of yoghurt: scores for aroma, taste, etc. dione), 2,3 pentanedione, acetoin (3-hydroxy butanone), 2-
heptanone and 2-nonanone. Two carboxylic acids, butanoic
and hexanoic, which belong to the group of saturated fatty
RESULTS AND DISCUSSION
acids, were also established. The accumulation of these
Physicochemical analysis of the raw milk and yoghurt compounds in fermented milk is a result of the biochemical
samples processes during yoghurt production as well as of the activ-
The results of the physicochemical analysis of the raw milk ity of the starter culture. In this respect, the differences in
used for obtaining the test samples of yoghurt are presented the content of these compounds in the yoghurt test samples
in Table 1. The three batches of raw milk used were marked can be explained by the effect of the SCC of milk on the
as L, M and H, and were characterised by a low, medium activity of the Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus
and high somatic cell count, respectively. and Streptococcus thermophilus starter microorganisms.
The three raw milk batches used for yoghurt production, The results concerning the content of the carbonyl com-
marked as L, M and H, were characterised by low (377 000 pounds and the low molecular weight fatty acids in the
cells/cm3), medium (519 000 cells/cm3) and high yoghurt test samples are presented in Table 3. Acetone, dia-
(1 000 000 cells/cm3) somatic cell counts, respectively cetyl, acetoin, and butanoic and hexanoic acids had the
(Table 1). It was evident (Table 1) that regardless of the dif- highest concentrations. The concentrations of 2,3 pentane-
ferences in the SCC, the main milk components such as dione, hexanal and 2-heptanone were relatively lower, and
milk fat, proteins and lactose had similar content in the the heptanal and 2-nonanone content was the lowest.

© 2020 Society of Dairy Technology 3


Vol 0

Table 1 Physicochemical characteristics of raw milk used for the production of the yoghurt samples.

Characteristics
3
Raw milk samples SCC, cells/cm Dry matter, % Fat, % Proteins, % Lactose, % pH Lactic acid, %
Batch L (n = 5) 377 000  24 000 a
12.15  0.25 a
3.29  0.21 a
3.20  0.19 a
4.49  0.18 a
6.61  0.05 a
0.165  0.018a
Batch M (n = 5) 519 000  18 000b 12.27  0.31a 3.25  0.18a 3.18  0.17a 4.41  0.15a 6.59  0.06a 0.167  0.017a
Batch H (n = 5) 1 000 000  35 000c 12.34  0.28a 3.32  0.15a 3.23  0.20a 4.34  0.16a 6.64  0.04a 0.160  0.015a

Within same column bearing a common superscript alphabets did not differ significantly (P > 0.05).

Table 2 Physicochemical characteristics of yoghurt samples.

Characteristics
Yoghurt samples Dry matter, % Fat, % Proteins, % Lactose, % pH Lactic acid, %
Batch L (n = 5) 13.20  0.38 a
3.8  0.24 a
3.28  0.20 a
3.77  0.21 a
4.40  0.06 a
0.680  0.024a
Batch M (n = 5) 13.26  0.40a 3.7  0.19a 3.27  0.18a 3.87  0.15a 4.35  0.05a 0.682  0.032a
Batch H (n = 5) 13.25  0.41a 3.8  0.17a 3.35  0.22a 3.75  0.23a 4.38  0.07a 0.684  0.029a

Within same column bearing a common superscript alphabets did not differ significantly (P > 0.05).

In the present study, no statistically significant differences are a source of lipases, which are released into the milk
(P > 0.05) were established in the concentrations of the during its processing and storage (Richoux et al. 2014).
investigated carbonyl compounds and low molecular weight These processes are among the main reasons for the appear-
fatty acids between the yoghurts from batches L and M. ance of organoleptic defects and the respective reduction in
This showed that the SCC variations of raw cow’s milk up the shelf life of dairy products obtained from milks with
to 500,000 cells/cm3 did not affect significantly the bio- high SCCs (Fernandes et al. 2007; Le Marechal et al.
chemical processes concerning the production of the above 2011). The results in the present study showed that a SCC
compounds. Significantly (P < 0.05) lower concentrations in milk exceeding 500,000 cells/cm3 was related to negative
of the carbonyl compounds and higher concentrations of changes in the carbonyl compound profile of yoghurt,
butanoic and hexanoic acids were established in the yoghurt which were the basis for the appearance of some sensory
of batch H compared to batches L and M. These data show defects.
that the SCC of milk had significant influence on the bio-
chemical processes resulting in the formation of substances Sensory analysis of yoghurt
contributing to the yoghurt aroma. The results from the sensory analysis of the yoghurt test
It is well known that diacetyl and acetone have a positive samples at the end of the cold storage are presented in Fig-
effect on the aroma of fermented milk. Together with ure 2. No statistically significant (P > 0.05) differences
acetaldehyde, they are responsible for the formation of the were established in the scores for colour, thickness, taste
characteristic aroma of yoghurt (Tamime and Robinson and aroma of yoghurts obtained from raw milk with a low
1999; Cheng 2010). From this point of view, their lower or medium SCC (batches L and M). This showed that the
content in milks with high SCC could be considered the variations in the SCC of cow’s milk within up to 500 000
reason for obtaining yoghurts with slightly expressed cells/cm3 had no significant (P > 0.05) effect on the sensory
aroma. On the other hand, the higher butanoic and hexanoic characteristics of the fermented milks. This conclusion was
acid content in these yoghurts is a precondition for the in agreement with the results from the analysis of the car-
appearance of some taste defects. The increased content of bonyl compounds in the test samples, which demonstrated
low molecular weight fatty acids in milk is normally associ- the similarity in the profiles of the carbonyl compounds and
ated with the occurrence of lipolytic processes. These pro- low molecular fatty acids in the yoghurts from the L and M
cesses are considerably more intensive in mastitis milk (Le batches. The carbonyl compounds played an important role
Marechal et al. 2011). This could also explain the signifi- in the formation of the specific flavour complex of yoghurt;
cantly higher (P < 0.05) butanoic and hexanoic acid content hence, the similarities in their composition in samples L and
established in the present study in the yoghurts obtained M were the main prerequisite for their similar organoleptic
from milk with a high SCC. It is known that somatic cells characteristics.

4 © 2020 Society of Dairy Technology


Vol 0
Colour online, B&W in print

Abundance

4 TIC: YRT3.D\data.ms

1
700 000

650 000

600 000

550 000

500 000

2
450 000

400 000

350 000

300 000

250 000

200 000
3 10
150 000 9

5 11
100 000
7
6
50 000 8 12

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00


Time-->

(1)Acetone; (2)Diacetyl; (3)2,3-Pentanedione; (4)Acetoin; (5)Butanoic acid; (6)Hexanal; (7)2-Heptanone;


(8)Heptanal; (9)2-Methyl-3-Heptanone; (10)2-Methyl-Pentanoic acid; (11)Hexanoic acid; (12)2-Nonanone.
Figure 1 Chromatogram of carbonyl compounds and low molecular weight fatty acids in yoghurt samples.

Table 3 Carbonyl compounds and low molecular weight fatty acid content in yoghurt test samples (batches L, M and H).

Carbonyl compound concentration in yoghurt samples, µg/kg


Batch L (n = 5) Batch M (n = 5) Batch H (n = 5)
Carbonyl compounds Ret. time, Min mean  SD mean  SD mean  SD
Acetone 1.423 1750  52.5a 1700  51a 1619  48.6a
Diacetyl 1.698 2413  72.4a 2452  73.6a 1944  58.3b
2,3-Pentanedione 2.457 761  30.4a 754  30.2a 736  29.4a
Acetoin 2.598 2489  74.7a 2433  73a 1275  63.8b
Butanoic acid 4.021 8214  246.4a 7917  237.5a 14243  427.3b
Hexanal 4.142 423  21.2a 398  19.9a 344  17.2b
2-Heptanone 6.568 263  13.2a 278  13.9a 427  21.4b
Heptanal 6.893 30  1.9a 27  1.6a 0b
Hexanoic acid 9.964 10300  309a 9905  297.2a 16718  401.5b
2-Nonanone 13.417 22  1.8a 25  2.1a 21  1.6a

Within same row bearing a common superscript alphabets did not differ significantly (P > 0.05).

© 2020 Society of Dairy Technology 5


Vol 0

Colour Batch L Significantly (P < 0.05) lower concentrations of diacetyl,


5.0 Batch M 2,3-pentanedione, acetoin, hexanal, 2-heptanal, heptanal,
4.0 and 2-nonanone, and higher concentrations of butanoic and
Batch H
3.0
hexanoic acids were established in the yoghurt produced
2.0
Taste Thickness (by spoon) from cow’s milk with a high SCC (1 000 000 cells/cm3).
1.0
0.0
These changes in the profile of the carbonyl compounds of
yoghurt had considerable effect on its sensory characteris-
tics. The sensory evaluation scores of the yoghurts produced
from raw milk with a higher SCC were significantly lower
Thickness (by taste (P < 0.05) than those of the other batches. It can be con-
Aroma
of mouth)
cluded that the increase in the SCC of the raw cow’s milk
Figure 2 Sensory evaluation scores of the test yoghurt samples accord- negatively affected the profile of the volatile organic com-
ing to the following hedonic scale: 1 very bad; 2 bad; 3 not bad not pounds and the organoleptic characteristics of the yoghurt,
good; 4 good; and 5 very good. respectively. The results of the present study will aid the
better evaluation of the effect of raw caw’s milk SCC on
yoghurt quality.
The results obtained (Figure 2) showed that the sensory
evaluation scores of the yoghurts produced from raw milk
with a high SCC (batch H) were considerably lower REFERENCES
(P < 0.05) than those of batches L and M. The colour Bobbo T, Penasa B M and Cassandro M (2019) Genetic aspects of milk
scores were an exception since no statistically significant differential somatic cell count in Holstein cows: A preliminary analy-
(P > 0.05) differences were established for this character- sis. Journal of Dairy Science 102 4275–4279.
istic in all test samples. The most significant effect of the Cheng H (2010) Volatile flavor compounds in yogurt: A review. Critical
SCC was observed with the thickness and aroma charac- Reviews in Food Science and Nutrition 50 938–950.
teristics. The batch H samples had the lowest scores for Coelho V, Chr Rodrigues, Corassin C, Balthazar C, Cappato L, Vinicius
these indicators. A possible explanation could be the neg- M, Ferreira S, Cruz A and Oliveira C (2017) Milk with different
ative effect of the increased SCC on the carbonyl com- somatic cells counts and the physicochemical, microbiological charac-
pound profile of the yoghurt, demonstrated mainly in the teristics and fatty acid profile of pasteurised milk cream: is there an
poorly expressed aroma of the finished product. The association. International Journal of Food Science & Technology 52
looser coagulum of the yoghurt made from milk with a 2631–2636.
Draper N and Smith H (1998) Applied Regression Analysis, 3rd edn, pp.
higher SCC is also a common defect (Oliveira et al.
135–149. A Wiley-Interscience Publication John Wiley & Sons, Inc.,
2002; Fernandes et al. 2007). This was also the reason
Toronto.
for the lower organoleptic score on this characteristic for
El-Hajjaji S, Gerard A, De Laubier J, Di Tanna S, Laine A, Patz V and
the batch H test samples. The increased SCC had a nega- Sindic M (2019) Overview of the local production process of raw
tive effect on the taste and texture of the yoghurt (Fig- milk butter in Wallonia (Belgium). International Journal of Dairy
ure 2). The results obtained showed that the SCC of the Technology 72 466–471.
raw cow’s milk exceeding 1 000 000 cells/cm3 affected Fernandes A, Moretti T, Bovo F, Lima C and Oliveria C (2007) Effect
the organoleptic characteristics of the yoghurt. Oliveira of somatic cell count on lipolysis, proteolysis and apparent viscosity
et al. (2002) also reported lower organoleptic scores for of UHT milk during storage. International Journal of Dairy Tech-
yoghurt made from raw cow’s milk with a SCC above nologies 61 327–332.
800 000 cells/cm3. For a complete sensory analysis of the Guichard E (2002) Interactions between flavor compounds and food
yoghurt test samples, further sensory characterisation is ingredients and their influence on flavor perception. Food Reviews
required in terms of projective methods (Judacewski et al. International 18 49–70.
2019) and descriptive tests (Oliveira et al. 2017; Torres Hekmat S and Reid G (2006) Sensory properties of probiotic yogurt
et al. 2017). is comparable to standard yogurt. Nutrition Research 26 163–166.
Hernandez-Ramos P A and Vivar-Quintana A M (2019) Estimation of
somatic cell count levels of hard cheeses using physicochemical com-
CONCLUSIONS position and artificial neural networks. Journal of Dairy Science 102
1014–1024.
The results obtained in the present study showed that the Judacewski P, Los P R, Lima L S, Alberti A, Zielinski A A F and
SCC variations of raw cow’s milk up to 500 000 cells/cm3 Nogueira A (2019) Perceptions of Brazilian consumers regarding
did not affect the yoghurt composition significantly. The white mould surface-ripened cheese using free word association.
increase in the SCC in milk above 500 000 cells/cm3 had a International Journal of Dairy Technologies 72 585–590.
considerable impact on the profile of the carbonyl com- Kenward R (1987) Wildlife Radio-Tagging Equipment, Field Techniques
pounds and low molecular weight fatty acids in yoghurt. and Data Analysis. Academic Press, London.

6 © 2020 Society of Dairy Technology


Vol 0

Le Marechal C, Thiery R, Vautor E and Le Loir Y (2011) Mastitis Rysanek D V and Babak Zouharova M (2007) Bulk tank milk somatic
impact on technological properties of milk and quality of milk prod- cell count and sources of raw milk contamination with mastitis patho-
ucts—a review. Dairy Science & Technology 91 247–282. gens. Veterinarniy Medicana 52 223–230.
Nielsen S S (2003) Food Analysis, 4th edn. Springer Science+Business Santos A B, Fernandes A S, Wagner R, Jacob-Lopes E and Zepka L Q
Media LLC, New York, NY. https://doi.org/10.1007/978-1-4419- (2016) Biogeneration of volatile organic compounds produced by
1478-1 Phormidium autumnale in heterotrophic bioreactor. Journal of
Oliveira C, Fernandes A, Neto O, Fonseca L, Silva E and Balian S Applied Phycology 28 1561–1570.
(2002) Composition and sensory evaluation of whole yogurt pro- Tamime A and Robinson R (1999) Yoghurt, science and technology.
duced from milk with different somatic cell counts. Australian Jour- International Journal of Dairy Technology 61 112–113.
nal of Dairy Technology 57 192–196. T€
opel A (2004) Chemie und physik der milch, pp. 369–434. Behr’s
Oliveira E W, Esmerino E A, Thomas Carr B, Pinto L P F, Silva H L A, Verlag GmbH & Co. KG, Hamburg, DE.
Pimentel T C, Bolini H M A, Cruz A G and Freitas M Q (2017) Torres R, Esmerino E A, ThomasCarr B, Ferr~ao L L, Granato D, Pimen-
Reformulating Minas Frescal cheese using consumers’ perceptions: tel T C, Bolini H M A, Freitas M Q and Cruz A G (2017) Rapid
Insights from intensity scales and check-all-that-apply questionnaires. consumer-based sensory characterization of requeij~ao cremoso, a
Journal of Dairy Science 100 6111–6124. spreadable processed cheese: Performance of new statistical
Rainard P, Foucras G, Boichard D and Rupp R (2018) Invited review: approaches to evaluate check-all-that-apply data. Journal of Dairy
Low milk somatic cell count and susceptibility to mastitis. Journal of Science 100 6100–6110.
Dairy Science 101 6703–6714. Van Durme J, Goiris K, De Winne A, De Cooman L and Muylaert K
Richoux R, Boutinaud M, Martin P and Gagnaire V (2014) Role of (2013) Evaluation of the volatile composition and sensory properties
somatic cells on dairy processes and products. Dairy Science and of five species of microalgae. Journal of Agricultural and Food
Technology 94 517–538. Chemistry 61 10881–10890.
Rogers S A and Mitchell G E (1994) The relationship between somatic Zhang Z, Li T L, Wang D, Zhang L and Chen G (2009) Study on the
cell count, composition and manufacturing properties of bulk milk 6. volatile profile characteristics of oyster Crassostrea gigas during stor-
Cheddar cheese and skim milk yoghurt. Australian Journal of Dairy age by a combination sampling method coupled with GC/MS. Food
Technology 49 70–74. Chemistry 115 1150–1157.

© 2020 Society of Dairy Technology 7


Jurnal Sain Peternakan Indonesia P-ISSN 1978-3000
Available at https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jspi/index E-ISSN 2528-7109
DOI: https://doi.org/10.31186/jspi.id.15.4.434-440 Volume 15 Nomor 4 edisi Oktober-Desember 2020

Pengaruh Penambahan Sari Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca) sebagai Perisa Alami
terhadap Warna, Total Padatan Terlarut dan Sifat Organoleptik Yogurt
The Effect of Additional Ambon Banana Juice (Musa paradisiaca) as a Natural Flavour
Toward Color, Total Dissolved Solid and Organoleptic Properties of Yogurt

S. R. Zulaikhah, dan R. Fitria


Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto
Jln. Sultan Agung No. 42 Karangklesem Purwokerto Selatan, Banyumas
Corresponding e-mail: rahmawatidjunaidi0@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain data on the effect of additional natural Ambon banana fruit juice toward
the color, total solution solids and organoleptic properties (color and viscocity) of yogurt. The experimental
design used was a non factorial randomized block design with the addition of levels of natural Ambon banana
fruit juice (0%, 2%, 4% and 6%) with blocks of 3 times. Data for color and total dissolved solids of yogurt if
there was a significant effect (P <0.05) due to the level of fruit juice addition, then further tested with the Duncan
test. The organoleptic test used the Kruskal-Wallis non-parametric test, if there was a significant effect, the Man
Whitney continued test was carried out. Panelists as many as 30 people are classified as somewhat trained,
consisting of students from several universities in Purwokerto. The results showed that the addition of Ambon
banana juice as much as 0, 2, 4 and 6% had no significant effect on the physical properties of color (L * a * b *)
and the total dissolved solids of yogurt. However, when viewed from the mean value, the increase in the addition
of Ambon banana juice will reduce the brightness of the yogurt, the color from green to less and to red, and the
color increasingly towards yellow, the total solid also increased. The results of the organoleptic analysis test on
color showed a significant effect between T0 treatment (without the addition of Ambon banana juice) with T1,
T2 and T3, but between the addition of Ambon banana juice 2, 4, and 6% there was no significant effect
(P>0.05). The effect of the addition of banana juice treatment did not have a significant effect on the
organoleptic test for viscosity of yogurt.

Key words: Yogurt, ambon banana, color, total dissolved solids, organoleptic properties

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk memperoleh data mengenai pengaruh penambahan sari buah alami pisang Ambon
terhadap warna, total padatan terlarut dan sifat organoleptik (warna dan kekentalan) yogurt. Rancangan
Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok non faktorial dengan perlakuan level
penambahan sari buah alami pisang Ambon (0%, 2%, 4% dan 6%) dengan blok sebanyak 3 kali. Data untuk
warna dan total padatan terlarut yogurt apabila terjadi pengaruh yang nyata (P<0,05) karena level penambahan
sari buah maka diuji lanjut dengan uji Duncan. Uji organoleptik menggunakan uji non parametrik Kruskal-
Wallis, bila terjadi pengaruh yang nyata maka dilakukan uji lanjut Man Whitney. Panelis sebanyak 30 orang
tergolong agak terlatih yang terdiri dari mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Purwokerto. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penambahan sari buah pisang Ambon sebanyak 0, 2, 4 dan 6% tidak
berpengaruh nyata terhadap sifat fisik warna (L*a*b*) dan total padatan terlarut yogurt. Tetapi apabila dilihat
dari nilai reratanya dengan kenaikan penambahan sari buah pisang Ambon akan mengurangi kecerahan yogurt,
warna dari kehijauan berkurang dan menuju ke merah, dan warna semakin menuju kekuningan, total padatan
juga mengalami kenaikan. Hasil uji analisis organoleptik terhadap warna terjadi pengaruh yang nyata antara
perlakuan T0 (tanpa penambahan sari buah pisang Ambon) dengan T1, T2 dan T3, namun antara penambahan
sari buah pisang Ambon 2, 4, dan 6% tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0,05). Perlakuan penambahan sari
buah pisang tidak terjadi pengaruh yang nyata terhadap uji organoleptik kekentalan yogurt.

Kata kunci: Yogurt, pisang ambon, warna, total padatan terlarut, sifat organoleptik

PENDAHULUAN fungsional. Yogurt merupakan hasil olahan susu


dengan proses fermentasi oleh Bakteri Asam
Pengolahan susu segar menjadi yogurt Laktat (BAL), yang mengubah laktosa susu
adalah salah satu usaha diversifikasi pangan menjadi asam laktat. Gahruie et al. (2015) dalam

434 | Pengaruh penambahan sari buah pisang ambon... (Zulaikhah dan Fitria, 2020)
Ismawati et al. (2016) menyatakan bahwa yogurt thermophillus, Lactobacillus bulgaricus dan
banyak mengandung nutrisi berupa protein, Lactobacillus acidophilus, dan pisang Ambon
lemak, kalsium, potassium, vitamin B (B1, B2, sebagai perisa alami. Rancangan penelitian untuk
B6, asam nicotinic dan pantothenic) tetapi sedikit menggunakan rancangan acak kelompok non
zat besi, vitamin C, karotenoid dan serat pangan. factorial dengan perlakuan penambahan sari buah
BAL yang sering digunakan adalah pisang Ambon sebanyak 0% (T0), 2% (T1), 4%
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus (T2) dan 6% (T3), untuk bloknya dilakukan
bulgaricus, kadang ditambah dengan sebanyak 3 kali. Apabila terjadi pengaruh yang
Lactobacillus acidophilus. nyata maka dilakukan uji lanjut Duncan. Uji
Ada suatu istilah yogurt sinbiotik, karena organoleptik menggunakan uji non parametrik
memadukan yogurt probiotik dengan tambahan Kruskal-Wallis, bila terjadi pengaruh yang nyata
prebiotik. Probiotik merupakan mikroorganisme maka dilakukan uji lanjut Man Whitney. Panelis
yang dalam jumlah banyak akan menghasilkan sebanyak 30 orang tergolong agak terlatih yang
dampak positif bagi kesehatan tubuh. Prebiotik terdiri dari mahasiswa dari beberapa perguruan
merupakan bahan makanan yang terfermentasi tinggi di Purwokerto.
yang memberikan perubahan khas, baik pada
komposisi (Gibson et al., 2004 dalam Karlin et Pembuatan Sari Buah Pisang Ambon
al., 2014). Salah satu sumber prebiotic adalah Pembuatan sari buah pisang Ambon
FOS (Frukto-oligosakarida) yang merupakan mengacu pada Ichwansyah (2014) dengan
golongan oligosakarida yang tidak tercerna, modifikasi. Modifikasi dilakukan dengan
sehingga digolongkan menjadi serat pangan. pemanasan atau pasteurisasi pada suhu 88oC
Sumber FOS yang relative tinggi dan banyak selama 15 detik, setelah pisang Ambon matang
ditemukan di Indonesia adalah pisang, terutama penuh diblender dan disaring.
pada pisang matang. Menurut Bouhnik et al.
(2007) dalam Karlin et al. (2014) menyatakan Pembuatan Yogurt Buah Pisang
bahwa penambahan 1% frukto-oligosakarida Pembuatan yogurt buah pisang Ambon
dapat meningkatkan jumlah BAL (Streptococcus ini mengacu pada Ichwansyah (2014) dengan
thermophilus, Lactobacillus acidophilus, dan modifikasi. Susu segar dipasteurisasi pada suhu
Bifidobacterium sp.). 75oC selama 15 detik, kemudian sari buah pisang
Kandungan gizi pisang ambon dalam 100 dimasukkan sesuai dengan level perlakuan
g bahan yaitu protein 1,2%, lemak 0,3%, mineral penambahan sari buah pisang (0, 2, 4 dan 6%)
0,8%, serat 0,4% dan karbohidrat 27,2%. Pisang dihomogenkan dan dimasukkan starter sebanyak
Ambon mengandung vitamin dan mineral seperti 5% (v/v) setelah itu diinkubasi pada suhu 42oC
vitamin C, B kompleks, B6, serotonin, kalium, selama 4 jam. Setelah itu yogurt buah tersebut
magnesium, fosfor, besi, dan kalsium (Almatsier, dimasukkan ke refrigerator, kemudian dilakukan
2001 dalam Asih et al., 2018). pengujian.
Pisang Ambon adalah salah satu jenis
pisang yang banyak dan mudah didapatkan di Uji Warna
Indonesia, dengan penelitian ini diharapkan dapat Pengujian warna yogurt dilakukan
meningkatkan manfaat potensi lokal dari pisang dengan menggunakan alat Colorimeter CS-10
Ambon. Penelitian ini juga diharapkan Serial No. A1111980798. CHN Spec. Sampel
memperoleh data mengenai pengaruh yogurt dimasukkan Erlenmeryer dimasukkan
penambahan sari buah alami pisang Ambon pada alat sebanyak 50 ml, kemudian color reader
terhadap warna, total padatan dan sifat ditempelkan pada permukaan sampel. Tombol
organoleptik yogurt. pembacaan diatur pada L*(lightness), a*
(redness) dan b* (yellowness) dan tombol target
MATERI DAN METODE ditekan. Hasil dari pembacaan alat dicatat
(Wibawanti dan Rinawidiastuti, 2018).
Pelaksanaan penelitian di Laboratorium
Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pengujian Total padatan
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Pengukuran total padatan terlarut
Menggunakan susu sapi segar sebagai bahan mengacu metoda yang dilakukan oleh Ismawati,
utama membuat yogurt, kultur starter et al. (2016) menggunakan refraktometer
menggunakan kultur konvensional dengan menurut SNI 01-3546-2004. Total padatan
kandungan 3 bakteri yaitu Streptococcus terlarut yogurt diukur dengan refraktometer

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 435


genggam (Master Refractometer Manual Berdasarkan hasil analisis ragam
ATAGO, Tokyo Japan) pada suhu 25 oC dan terhadap pengukuran total padatan terlarut
dilakukan kalibrasi menggunakan aquades. yogurt, ternyata penambahan sari buah pisang
Sebanyak 1-2 tetes sampel diletakkan pada dengan level 2, 4 dan 6% tidak memberikan
prisma refraktometer, kemudian hasil langsung pengaruh yang nyata (P>0,05). Total padatan
bisa dibaca. Jumlah kandungan padatan terlarut yang diperoleh yaitu antara 8,667 – 9,667 Brix.
dinyatakan sebagai Brix. Dilihat dari rerata menunjukkan nilai total
padatan terlarut yang semakin meningkat.
Pengujian Organoleptik Hasil analisis yang tidak nyata ini diduga
Pengujian organoleptik dilakukan oleh karena rentang penambahan level sari buahnya
30 orang panelis agak terlatih. Panelis diminta terlalu sedikit, sehingga perubahannya tidak
untuk menilai warna dan kekentalan yogurt buah nyata walaupun rerata menunjukkan kenaikan.
pisang Ambon. Metode yang digunakan adalah Terjadi kenaikan walaupun sedikit ini
dengan mempersiapkan sampel terlebih dahulu dikarenakan peningkatan sari buah menyebabkan
dengan menempatkan sampel pada cup kecil jumlah total padatan terlarut (TPT) yang
ukuran 50 ml. Tabel penilaian disediakan dalam dihasilkan semakin meningkat pula, karena
bentuk form kuisioner. Untuk uji warna dengan selama berlangsungnya proses fermentasi laktosa
rentang nilai 1 sampai 5, nilai 5 yaitu sangat dan sukrosa akan dirombak oleh kultur starter.
menarik, nilai 4 yaitu menarik, nilai 3 yaitu agak Hal ini dikarenakan pisang Ambon memiliki
menarik, nilai 2 yaitu tidak menarik dan nilai 1 sejumlah padatan terlarut sehingga apabila
yaitu sangat tidak menarik. Uji kekentalan ditambahkan dalam pembuatan yoghurt, padatan
yogurt dengan rentang nilai 1 sampai 5, nilai 5 terlarut dalam yoghurt meningkat. Hal ini sesuai
yaitu sangat kental, nilai 4 yaitu kental, nilai 3 penelitian dari Novidahlia et al. (2018) semakin
yaitu biasa, nilai 2 yaitu agak kental dan nilai 1 meningkatnya penggunaan jumlah pisang, maka
yaitu tidak kental. jumlah total padatan terlarut (TPT) semakin
tinggi dikarenakan pada buah matang termasuk
HASIL DAN PEMBAHASAN pisang, gula merupakan komponen utama
padatan terlarut. Gula yang terbentuk merupakan
Total Padatan Terlarut hasil pemecahan pati, sehingga akan
Total padatan adalah banyaknya padatan meningkatkan kandungan gula dan pada akhirnya
yang terdapat pada yogurt sari buah pisang akan menyebabkan peningkatan TPT.
Ambon. Proses fermentasi bakteri asam laktat
menghasilkan metabolit berupa asam laktat. Uji Warna Lightness (L) Warna Yogurt
Menurut Fardiaz (2003) dalam Ismawati et al., Nilai kecerahan atau lightness (L)
(2016) menyatakan bahwa metabolit tersebut dinyatakan dalam kisaran 0-100, nilai menuju ke
(asam laktat) akan tersekresikan keluar sel dan angka 0 menunjukkan warna menuju ke hitam,
akan terakumulasi dalam cairan hasil fermentasi. sedangkan nilai menuju ke angka 100
Total padatan terlarut berupa sisa hasil total gula, menunjukkan warna ke putih atau cerah
asam laktat dan asam organik yang terbentuk. (Wibawanti dan Riniwidiastuti, 2018). Rerata
Hasil total padatan yogurt dapat dilihat di Table nilai lightness atau kecerahan warna yogurt dapat
1. dilihat dalam table 1.

Tabel 1. Rata-rata total padatan terlarut yogurt Tabel 2. Uji lightness (L) warna yogurt dengan
sari buah pisang Ambon penambahan sari buah pisang Ambon
Blok Blok
Perlakuan Rataan Perlakuan Rataan
1 2 3 1 2 3
T0 8 9 9 8,67 T0 61,63 66,45 73,92 67,33
T1 9 9 8 8,67 T1 57,12 76,67 73,21 69,00
T2 9 10 8 9,00 T2 49,88 70,34 77,98 66,06
T3 10 10 9 9,67 T3 55,24 77,06 71,63 67,98
Rataan 9 9,5 8,5 9,00 Rataan 55,97 72,63 74,18 67,59
Keterangan: Tidak terdapat pengaruh perlakuan Keterangan: Perlakuan penambahan sari buah tidak
penambahan level pisang terhadap kimia berpengaruh nyata (P>0.05)
yogurt (P>0,05)

436 | Pengaruh penambahan sari buah pisang ambon... (Zulaikhah dan Fitria, 2020)
Data hasil penelitian ini menunjukan buah pisang berkisar antara -6,25 sampai -6,8233.
bahwa rerata nilai kecerahan (L) pada yoghurt Hal ini menunjukkan bahwa yogurt yang
akibat penambahan sari buah pisang berkisar dihasilkan berada pada warna kehijauan, namun
antara 67,33 – 69. dengan penambahan sari buah pisang (2, 4 dan
Hasil analisis ragam pengukuran tingkat 6%) menunjukkan ke arah warna merah karena
kecerahan (L) bahwa yogurt buah yang diberikan nilai warna hijaunya berkurang. Hal ini
sari buah pisang Ambon menunjukkan adanya disebabkan karena dalam buah pisang
pengaruh yang tidak nyata (P>0.05), yang berarti mengandung saponin, glikosida, tanin, alkaloid,
dengan penambahan level sari buah pisang dan flavonoid (Ariani dan Linawati, 2016 dalam
sampai level 6% belum menunjukkan pengaruh Haryatmi et al. 2017). Pengaruh penambahan
yang nyata terhadap kecerahan yogurt. Hal ini sari buah pisang terhadap redness atau merah-
diduga karena homogenisasi saat penambahan hijau (a*) yogurt dapat dilihat pada gambar 2,
sari buah pisang dilakukan dengan baik sehingga karena hasil menunjukkan negatif (-) maka
semua partikel tersebar dengan baik dan tingkat gambar diberi keterangan dengan kehijauan.
reaksi browning enzimatis saat pembuatan sari
buah sangat kecil kemungkinan karena Uji Warna Yellowness atau Kuning-biru (b*)
ditambahkan vitamin C saat pengolahan. Azzahra Warna kekuningan direpresentasikan
dan Nisa (2016) menyatakan bahwa pisang yang oleh nilai b yang menunjukan tingkat kekuningan
dipotong-potong menyebabkan enzim dapat dengan kisaran nilai -100 sampai +100, nilai
kontak dengan substrat berupa asam amino positif menyatakan kecenderungan warna
tirosin dan komponen-komponen fenolik kekuningan, sedangkan nilai negatif menyatakan
sehingga dapat terjadi reaksi oksidasi dan warna kecenderungan warna kebiruan (Pomeranz dan
pisang berubah menjadi kecoklatan. Meloan, 1994 dalam Widagdha dan Nisa, 2015).
Rerata nilai warna Yellowness atau Kuning-biru
Uji Warna Redness atau merah-hijau (a*) (b*) yogurt dapat dilihat dalam table 3.
Yogurt
Warna kemerahan direpresentasikan oleh Tabel 4. Rerata nilai Yellowness atau Kuning-
nilai a yang menunjukan tingkat kemerahan biru (b*) warna yogurt dengan
dengan kisaran nilai -100 sampai +100, nilai penambahan sari buah pisang Ambon
positif (+) menyatakan kecenderungan warna Blok
kemerahan, sedangkan nilai negatif (-) Perlakuan Rerata
1 2 3
menyatakan kecenderungan warna kehijauan
T0 7,95 10,57 9,61 9,37
(Pomeranz dan Meloan, 1994 dalam Widagdha
dan Nisa, 2015). Rerata nilai Redness atau T1 8,56 10,03 9,46 9,35
kemerahan warna yogurt dapat dilihat dalam T2 7,15 10,20 9,41 8,92
table 3. T3 8,48 9,11 9,21 8,93
Rerata 8,04 9,98 9,42 9,14
Tabel 3. Uji Redness (a*) warna yogurt dengan Keterangan: Perlakuan penambahan sari buah tidak
penambahan sari buah pisang Ambon berpengaruh nyata (P>0.05)
Blok
Perlakuan Rerata
1 2 3 Berdasarkan hasil analisis yang telah
P1 -7,595 -6,66 -6,215 -6,8233
dilakukan diperoleh rerata nilai kekuningan (b*)
yoghurt akibat penambahan sari buah pisang
P2 -7,23 -5,46 -6,435 -6,375 berkisar antara 8,92-9,37. Nilai tertinggi warna
P3 -6,885 -6,33 -5,535 -6,25 kekuningan ini pada T0 atau tanpa penambahan
P4 -6,835 -5,745 -6,495 -6,3583 sari buah pisang, hal ini diduga karena warna
Rerata -7,1363 -6,0488 -6,17 -6,4517 beta karoten susu masih tinggi.
Keterangan: Perlakuan penambahan sari buah tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) Uji Organoleptik terhadap Warna
Warna merupakan komponen yang
Berdasarkan analisis variansinya sangat penting dalam menentukan kualitas atau
menunjukkan bahwa penambahan sari buah derajat penerimaan dari suatu bahan pangan,
pisang Ambon tidak berpengaruh nyata (P>0,05) karena menurut Wahyudi (2006) dalam Aprilia et
terhadap warna kemerahan yogurt. Rerata nilai al. (2019) kesan yang baik terhadap suatu produk
kemerahan (a) yoghurt akibat penambahan sari bahan pangan karena memiliki warna

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 437


yang menarik, walaupun belum tentu memiliki Tabel 6. Hasil anailis uji organoleptik kekentalan
rasa yang enak . Uji organoleptik warna pada yogurt
penelitian ini tersaji dalam Tabel 5. Perlakuan Rataan +/- SD Nilai P
P1 3.2 ± 0.864 0.735
Tabel 5. Analisis uji organoleptik warna P2 3.27 ± 0.776
penambahan sari buah pisang pada P3 3.17 ± 0.768
yogurt P4 3.2 ± 0.851
Perlakuan Rataan +/- SD Nilai P Keterangan: Perlakuan penambahan sari buah pisang
T0 3.48 ± 0.753 a
0.017* tidak berpengaruh nyata pada
ab kekentalan yogurt (P>0,05)
T1 3.23 ± 0.849
T2 3.21 ± 0.814 b
Berdasarkan data yang terdapat pada
T3 3.13 ± 0.706 b Tabel 6, dapat diketahui bahwa terdapat
Keterangan: (*) Terdapat pengaruh perlakuan pada uji perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) pada
Kuskal Wallis pada taraf signifikansi penambahan sari buah pisang Ambon. Hasil uji
5% dan angka yang diikuti huruf yang kekentalan panelis menilai yogurt berada pada
sama tidak berbeda nyata pada uji Man
kekentalan yang biasa menuju ke kental seperti
Whitney
yogurt pada umumnya di pasaran. Begitu pula
dilihat dari rataan hasil nilai uji organoleptik,
Berdasarkan analisis data organoleptik
panelis menilai semua yogurt kekentalannya
tentang warna, menunjukkan bahwa penambahan
hampir sama atau tidak ada pengaruh yang nyata
sari buah berpengaruh terhadap warna. Uji lanjut
dari perlakuan penambahan sari buah pisang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
Ambon.
nyata pada yogurt yang tanpa penambahan sari
Menurut Ichwansyah (2014) SNI Mutu
buah pisang Ambon (T0) dengan T1, T2 dan T3.
Yoghurt (Badan Stadarisasi Nasional 2009), tidak
Namun pada penambahan 2, 4 dan 6% tidak
terdapat nilai baku kekentalan produk yoghurt,
terjadi perbedaan yang nyata. Hal ini karena pada
sehingga uji kekentalan hanya dibandingkan
pada T0 yogurt berwarna lebih putih sehingga
dengan konsistensi dan penampakan yoghurt
penilaian panelis membuat lebih menarik karena
pada SNI Mutu Yoghurt. Roberfroid (2005)
terlihat lebih cerah dibanding yang dilakukan
dalam Ichwansyah (2014), penambahan inulin ke
penambahan sari buah pisang dengan warna krem
dalam yoghurt dapat meningkatkan viskositas
atau lebih pekat. Hal ini terbukti dengan hasil uji
dan penggumpalan curd, dapat menghasilkan
kalorimeter, yogurt T0 (tanpa penambahan
flavor dan tekstur yang lembut, meningkatkan
pisang) L* mempunyai nilai yang paling tinggi,
kekentalan yoghurt, mempertahankan warna, dan
yang berarti kecerahannya paling tinggi.
dapat mengurangi terjadinya sineresis.
Penelitian Aprilia et al. (2019) juga
menghasilkan warna yang agak kecoklatan pada
KESIMPULAN
cocogurt dengan penambahan pisang, hal ini
disebabkan prebiotik pisang mengalami proses Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
pencoklatan (browning). disimpulkan bahwa perlakuan penambahan sari
Penelitian ini sejalan dengan hasil buah pisang Ambon sebanyak 0, 2, 4 dan 6%
penelitian Azzahra dan Nisa (2016) panelis lebih tidak berpengaruh nyata terhadap sifat fisik
menyukai yogurt dengan penampilan yang lebih warna (L*a*b*) dan total padatan yogurt.
cerah (dengan sedikit penambahan pisang), Apabila dilihat dari nilai rataannya dengan
karena dengan penambahan pisang akan kenaikan penambahan sari buah pisang Ambon
memekatkan warna. Warna pekat tersebut hasil akan mengurangi kecerahan yogurt, warna dari
dari reaksi browning enzimatik yang terjadi pada kehijauan berkurang dan menuju ke merah, dan
pengolahan pisang, karena enzim dapat kontak warna semakin menuju kekuningan, total padatan
dengan substrat berupa asam amino tirosin dan juga mengalami kenaikan. Hasil uji analisis
komponen fenolik sehingga dapat teroksidasi organoleptik terhadap warna terjadi pengaruh
dan merubah warna menjadi kecoklatan. yang nyata antara perlakuan T0 (tanpa
penambahan sari buah pisang Ambon) dengan
Uji Organoleptik Kekentalan T1, T2 dan T3, namun antara penambahan sari
Hasil analisis uji organoleptik kekentalan buah pisang Ambon 2, 4, dan 6% tidak terdapat
dapat dilihat di Tabel 6. pengaruh yang nyata. Perlakuan penambahan

438 | Pengaruh penambahan sari buah pisang ambon... (Zulaikhah dan Fitria, 2020)
tidak terjadi pengaruh yang nyata terhadap uji prebiotics. Nutrition Research Reviews.
organoleptik kekentalan yogurt. 17: 259–275.

DAFTAR PUSTAKA Haryatmi, D., O. P. Astirin, T. Widiyani, 2017.


Aktivitas Versimidial dan Ovisidal dari
Almatsier, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. var. sapientum (L.) terhadap Cacing
Ascarissuum secara In Vitro. Prosiding
Aprilia, D., S. Hermalia, R. Rahayu, I. D. Seminar Nasional Pendidikan Sains
Destiana. 2019. Pengaruh Perbedaan (SNPS) 2017. Universitas Sebelas Maret
Konsentrasi Pisang sebagai Prebiotik Surakarta, 26 Oktober 2017.
Alami dan Pektin terhadap Karakteristik
Cocogurt. 10th Industrial Research Ichwansyah, R. 2014. Pengembangan Yogurt
Workshop and National Seminar, 2019. Sinbiotik Plus Berbasis Puree Pisang
Jurnal.Polban.ac.id. Ambon (Musa paradisiaca L.) Dengan
Penambahan Inulin sebagai Alternatif
Asih, W. R., K. R. Kuswanto, Y. A. Widanti, Pangan Fungsional. Skripsi.
2018. Penambahan Puree Daun Kelor Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas
(Moringa oleifera) dan Puree Pisang Ekologi Manusia. Institut Pertanian
Ambon untuk Formula MPASI Bogor.
(Makanan Pendamping ASI). Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan 3 (1): 10- Ismawati, N., Nurwantoro, Y. B. Pramono, 2016.
17. Nilai pH, Total Padatan Terlarut, dan
Sifat Sensoris Yogurt dengan
Azzahra, F. dan C. Nissa, 2017. Karakteristik Penambahan Ekstrak Bit (Beta vulgaris
Mutu dan Sensorik Pangan Fungsional: L.). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 5
Stirred Yoghurt Tersubstitusi Madu dan (3): 89-93. DOI :
Pure Pisang Ambon (Musa paradisiaca) http://dx.doi.org/10.17728/jatp.181.
dengan Menggunakan Inokulum
Lactobacillus rhamnosus. Undergraduate Karlin, R., A. Rahayuni, 2014. Potensi Yogurt
thesis, Diponegoro University. Tanpa Lemak dengan Penambahan
http://eprints.undip.ac.id/62132/ Tepung Pisang dan Tepung Gembili
Sebagai Alternatif Menurunkan
Bouhnik, Y., L. Achour, D. Paineau, M. Riottot, Kolesterol. Journal of Nutrition College
A. Attar, dan F. Bornet. 2007. Four- 3 (2): 16-25.
week short chain fructo oligosaccharides
ingestion leads to increasing fecal Novidahlia, N., G. P. Pangandian, dan
bifidobacteria and cholesterol excretion Aminullah. 2018. Karakteristik Red
in healthy elderly volunteers. Nutr. J; smoothies dari Buah Pisang Ambon dan
6:42, doi:10.1186/1475-2891-6-42. Naga Merah dengan Penambahan CMC
(Carboxymethyl cellulose). Jurnal
Fardiaz, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. Agroindustri Halal. 4 (2): 183-191.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Robefroid, M., 2005. Inulin-type fructans :
Gahruie, H. H., M. H. Eskandaria., G. Mesbah., Functional food ingredients. CRC Press,
and M. A. Hanifpour. 2015. Scientific Florida.
and technical aspects of yogurt
fortification: a review. Food Science and Wahyudi, 2006. Proses Pembuatan dan Analisis
Human Wellness. 4(1): 1-8. Mutu Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian
11 (1): 12-16.
Gibson, G. R., H. M. Probert, J. Van Loo, R.A.
Rastall and M. Roberfroid. 2004. Wibawanti, J. M. W., dan Rinawidiastuti, 2018.
Dietary modulation of the human colonic Sifat Fisik dan Organoleptik Yogurt
microbiota: updating the concept of Drink Susu Kambing Dengan
Penambahan Ekstrak Kulit Manggis

Jurnal Sain Peternakan Indonesia 15 (4) 2020 Edisi Oktober-Desember | 439


(Garcinia mangostana L.). Jurnal Ilmu L.) dan Lama Fermentasi terhadap
dan Teknologi Hasil Ternak. 13 (1) :27- Karakteristik Fisiko Kimia Yogurt.
37. DOI : Jurnal Pangan dan Agroindustri 3 (1):
10.21776/ub.jitek.2018.013.01.3. 248-258.

Widagdha, S., dan F.C. Nisa. 2015. Pengaruh


Penambahan Sari Anggur (Vitis vinifera

440 | Pengaruh penambahan sari buah pisang ambon... (Zulaikhah dan Fitria, 2020)

Anda mungkin juga menyukai