Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH, TRANSPARANSI,

AKUNTABILITAS DAN PENGENDALIAN INTERN


TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH
DENGAN PENGAWASAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota
Palembang)

Usulan Penelitian

Nama : Rika Askara


NIM : 222018307

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2021
PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ,TRANSPARANSI,
AKUNTABILITAS, DAN PENGENDALIAN INTERN
TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH
DENGAN PENGAWASAN SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
(Studi Kasus Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota
Palembang)

Diajukan untuk menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiya Palembang

Nama : Rika Askara


NIM : 222018307

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2021

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reformasi pengelolaan keuangan negara dan daerah membuat masyarakat

tersadar akan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari warga negara dan

membuat masyarakat lebih dapat beraspirasi yang salah satunya ikut serta dalam

perbaikan terhadap pengelolaan keuangan negara dan daerah pada setiap instansi-

instansi pemerintah baik pusat maupun daerah. Pengelolaan keuangan daerah

merupakan salah satu bagian yang mengalami perubahan mendasar dengan

ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Didalam kedua Undang-Undang

ini telah dijabarkan mengenai pemberian kewenanngan yang luas kepada

pemerintah daerah untuk mengatur sumber daya, tujuan, dan target penggunaan

anggaran.

Kinerja instansi pemerintah memiliki keterkaitan yang erat dengan

pengawasan, akuntabilitas, dan transparansi. Penerapan mengenai aturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan penerapan konsep akuntabilitas

dan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah diharapkan dapat menjadi

wujud pengelolaan keuangan daerah yang baik dan berpihak kepada rakyat.

Untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita masyarakat maka ada syarat

yang harus dipenuhi oleh pemerintah yaitu dengan melaksanakan Good

1
Governance. Salah satu tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan ekonomi

suatu negara bisa dilihat dari adanya tingkat pengangguran, kemiskinan, maupun

kesenjangannya. Saat ini kehidupan ekonomi yang berada di bawah garis

kemiskinan masih banyak dijumpai bahkan tingkat pengangguran masih tergolong

tinggi, maka hal tersebut dapat dikategorikan bahwa pembangunan ekonomi di

negara tersebut tergolong belum berhasil. Pembangunan selain ditujukan untuk

pertumbuhan ekonomi, juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat yang ditandai dengan penurunan angka kemiskinan. Berhasil atau

tidaknya suatu negara dalam mengapai tujuan pembangunan sangat dipengaruhi

oleh bagaimana pemerintah menjalankan tata kelola pemerintahannya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance) yaitu dengan dilakukannya kebijakan

otonomi daerah dan mereformasi peraturan di bidang pengelolaan keuangan yang

berorientasi pada hasil atau kinerja dengan didasari prinsip-prinsip pengelolaan

keuangan yaitu transparansi, akuntabilitas, dan value for money.

Otonomi daerah sangat dibutuhkannya akuntabilitas baik secara vertical

(kepada pemerintah atas) maupun secara horizontal (kepada masyarakat daerah)

atas pengelolaan dana yang diberikan oleh pemerintah pusat. Terkait dengan

masalah akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tersebut, pemerintah

mengeluarkan PP Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

2
Tata kelola yang baik adalah seperangkat mekanisme pengambilan

keputusan di badan-badan swasta maupun publik. Pemerintahan yang baik belum

sepenuhnya menjamin bahwa tata kelolanya baik-baik saja. Negara dapat

dikategorikan telah mencapai tata kelola yang baik apabila Negara tersebut dapat

mewujudkan penyelenggaran system pengaturan pembangunan Negara yang kuat,

serta bertanggung jawab, dengan tetap beriringan terhadap prinsip demokrasi dan

prinsip pasar yang efisien. Selain itu, dengan adanya tata kelola pemerintah yang

baik, pemerintah dapat menghindari kesalahan-kesalahn dalam mengalokasi dana

pembangunan. Termasuk penanggulangan dini terhadap tindak pidana korupsi.

Akuntabilitas dan transparansi adalah elemen kunci dari pemerintahan yang baik.

Akuntabilitas merupakan aspek kunci dari tata kelola pemerintahan yang baik

dalam pengelolaan keuangan daerah.

Pengawasan Keuangan Daerah terdapat dalam Peraturan Pemerintah

No.60 Tahun 2008 tentang system Pengendalian Inten Pemerintah. Dimana secara

garis besar peraturan tersebut menyebutkan bahwa proses pengendalian intern

meliputi proses audit, re-view, evaluasi, pemantauan serta kegiatan pengawasan

lainnya terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka

memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai

tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan

pemimpin dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik dengan adanya prinsip

akuntabilitas, partisipasi juga kinerja yang baik.

3
Selain mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, pengaturan mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah juga

mengacu pada ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya, yaitu Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor

15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah ini disusun untuk

menyempurnakan pengaturan Pengelolaan Keuangan Daerah yang sebelumnya

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, berdasarkan identifikasi masalah dalam Pengelolaan Keuangan

Daerah yang terjadi dalam pelaksanaannya selama ini. Penyempurnaan

pengaturan tersebut juga dilakukan untuk menjaga 3 (tiga) pilar tata Pengelolaan

Keuangan Daerah yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Adanya asusmi masyarakat yang tinggi atas pelaksanaan otonomi daerah

menyebabkan kinerja pemerintah menjadi salah satu isu yang disorot dari publik.

Isu mengenai kinerja pemerintah daerah ini menjadi sorotan publik dikarenakan

masyarakat belum merasakan hasil kinerja pemerintah yang baik. Masyarakat

menuntut pemerintah untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

dengan baik sebagai wujud dari konsep otonomi daerah dengan terwujudnya

tujuan tersebut maka dapat berdampak pada kinerja pemerintah yang baik.

4
Perkembangan organisasi sektor publik yang semakin pesat menjadi

tuntutan bagi pemerintah agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

dengan kinerja yang baik. Penyerahan wewenang dari pemerinntah pusat ke

daerah telah menimbulkan dampak yaitu korupsi yang begitu marak dan semakin

kuat di daerah ( Hendra, 2017: 2)

Pengelolaan keuangan daerah adalah suatu proses yang dimaksudkan

untuk mengelola keuangan daerah sesuai dengan kebutuhan daerah dan

karakteristik dari suatu daerah. Oleh karena itu pengelolaan keuangan yang efektif

berarti dapat mengelola sumberdaya keuangan daerah secara efisien dan hal ini

dapat menciptakan transparansi dan akuntabel.

Pengelolaan keuangan daerah memiliki tujuan untuk mengkaji

pengelolaan keuangan publik yang dikelola oleh pemerintah daerah telah

mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang optimal. Dengan demikian

besarnya kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah

merupakan suatu perwujudan dari kemampuan pemerintah daerah dalam

menjalankan aturan normatif (rule of the game).

Selain itu adanya tuntutan sektor publik yang berkaitan dengan perlunya

dilakukan transparansi dan informasi terhadap masyarakat dalam rangka

memenuhi hak-hak publik yang berkaitan dengan halnya pengelolaan anggaran.

Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah mengenai berbagai hal terkait

dalam membuat suatu kebijakan pengelolaan keuangan daerah sehimgga publik

dapat dengan mudah menperoleh suatu informasi mengenai rencana anggaran

5
pemerintah daerah dalam suatu tahun anggaran tertentu. (Abdul dan Iqbal, 2019:

30)

Dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur Standar Akuntansi

Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 yang telah diganti

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, transparansi adalah

memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui

secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam

pengelolaan sumber daya yang dipercayanya dan ketaatannya pada peraturan

perundang-undangan.

Keterbukaan informasi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat

secara layak serta mudah dipahami digunakan sebagai alat ukur untuk

memonitoring dan mengevaluasi hasil kinerja dalam organisasi publik. Dengan

adanya transparansi, masyarakat dapat menngetahui rencana kerja dan kebijakan

yang diambil oleh pemerintah (Wiranto, 2017)

Akuntabilitas (accountability) dimaksudkan sebagai prinsip untuk

mengatur peran dan tanggung jawab manajemen agar dapat

mempertanggungjawabkan serta mendukung usaha yang dilakukan untuk dapat

menjamin penyeimbangan antara kepentingan manajemen dan pemegang saham

sebagaimana yang telah dilakukan pengawasan dari dewan komisaris dalam

mengelola perusahaan (Arief, 2018:13).

6
Menurut kerangka konseptual, Standar Akuntansi Pemerintah (2015),

akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercaya kepada entitas pelaporan dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan secara periodik.

Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sudah

seharusnya menjadi hal yang wajib dipenuhi oleh pemerintah dalam mewujudkan

tata kelola pemerintahan yang baik sesuai dengan harapan publik. Akan tetapi,

pada kenyataannya selalu saja terjadi suatu masalah yang timbul dalam

mewujudkan tujuan organisasi tersebut. Maka perlu adanya suatu pengendalian

yang dapat mengawasi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.

Sehingga, pengendalian internal merupakan salah satu faktor yang dapat

membantu proses pengimplementasian akuntabilitas dan transparansi dalam

organisasi sektor publik.

Pengendalian intern merupakan kebijakan, prosedur, dan system

informasi yang digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kerugian atau

korupsi, dan untuk memelihara keakuratan dan keuangan (Azlina dan Amelia,

2014). Pengendalian intern di pemerintahan sangat dibutuhkan karena hal ini

dapat memberi keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan dapat

dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan. Dengan adanya pengendalian

intern yang baik maka akan terciptanya organisasi atau perusahaan yang economy,

efficiency, dan effectiveness untuk menciptakan good governance dalam suatu

institusi yang pada akhirnya bermuara pada kinerja organisasi.

7
Pengukuran kinerja adalah suatu proses berurutan yang berguna untuk

memberikan penilaian apakah rencana program atau kegiatan telah dilaksanakan

dengan sesuai, dan telah berhasil memenuhi target yang sebelumnya telah

ditentukan saat perencanaan. Tujuan dilakukannya pengukuran sektor public

adalah untuk memperbaiki kinerja masa yang akan datang agar menjadi lebih baik

dalam mencapai suatu tujuan dalam organisasi sector public, sebagai alat

pemgambilan keputusan misalnya mengganti kebijakan, mempertahankan

pimpinan, mewujudkan tanggung jawab public (Wiratna, 2015:107)

Peneliitian ini menggunakan variable moderasi dimana yang menjadi

variable moderasinya adalah pengawasan. Pengawasan adalah proses pengamatan

dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua

pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang

ditetapkan (Sondang, 2016:290).

Alasan peneliti memilih pengawasan sebagai variabel moderasi, karena

pengawasan merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menghindari

terjadinya suatu tindak korupsi, penyelewengan, pemborosan anggaran Negara

yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri. Dengan dijalankanya suatu tindak

pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan, pertanggungjawaban, kebijakan,

dan kinerja aparatur pemerintahan Negara dapat berjalan dengan baik

sebagaimana yang telah direncanakan.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurjani, dkk (2018) Dito

(2018), Annisa (2019), Dea, dkk (2020) dalam penelitian tersebut menunjukkan

8
bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja pemerintah,

sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk (2020), dan Ahmad

(2020) menunjukan bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh

terhadap kinerja pemerintah.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur, dkk (2020), Rosi

(2020), Bambang (2020), Wahyuni,dkk (2020), Fatimah, dkk (2020), Lucy, dkk

(2013), Dito (2018), I putu, dkk (2021), Hari, dkk (2016), Ahmad (2019),

Ignasius, (2019), Fanny, dkk (2017), Reski (2020), Pardomuan, dkk (2020)

mengatakan bahwa transparansi berpengaruh terhadap kinerja pemerintah.

Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Annisa, (2019), Nurwana, dkk (2020)

mengatakan bahwa transparansi tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lucy, dkk (2013), Hari, dkk

(2016) Made, dkk (2018), Dito (2018), Ignasius (2019), Annisa (2019), Ahmad

(2019), Fatimah, dkk (2020), Wahyuni,dkk (2020), Rosi (2020), Bambang (2020)

Bening (2020), Nur, dkk (2020), I putu, dkk (2021) dalam penelitian tersebut

menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja pemerintah. Akan

tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Fanny, dkk (2017), Kristiani, dkk (2020)

menunjukkan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurjani, dkk (2018)

menunjukkan bahwa pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kinerja

pemerintah. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Nur, dkk (2014), Dodik,

dkk (2016), Evi, dkk (2018), Meike, dkk (2020), Kristiani, dkk (2020), Rizaldy

9
(2020), Fatimah, dkk (2020), Amelia (2020), Ayu, dkk (2020), Monika (2020)

menunjukkan bahwa pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja

pemerintah.

Fenomena pemerintah daerah tak efektif kelola keuangannya.

Kementrian Keuangan menyatakan pemerintah daerah tidak mengelola keuangan

dengan efektif dan efisien. Padahal kucuran dana untuk daerah terus meningkat

dari tahun ke tahun. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian

Keuangan Boediarso Teguh Widodo mengatakn transfer ke daerah tahun ini

mencapai Rp. 766 Triliun atau melonjak bila dibandingkan saat peluncuran

desentralisasi fiscal nilainya hanya Rp. 81 triliun. Belanja daerah dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pun terhitung besar dengan total Rp.

1.097 triliun tahun ini. Pada kurun waktu yang sama, angkanya hampir 12 kali

lipat dari Rp. 93 triliun. Tapi kenaikan dari belanja dalam APBD dan transfer

tidak diikuti dengan pengelolaan anggaran yang efektif dan efisien.

Kementerian mencatat beberapa indikator pengelolaan keuangan yang

tidak efisien. Salah satunya belanja pegawai di pemerintah daerah yang jauh lebih

besar dari porsi belanja modal. Di bidang tata kelola keuangan daerah,

Kementerian Keuangan menemukan paling tidak 7.950 temuan atas system

pengendalian internal dengan 12.168 permasalahan. Dampak kerugian Negara

yang timbul berkisar antara Rp. 2,15 triliun hingga Rp. 2 triliun. Terdapat juga

temuan yang lebih menyedihkan yaitu ada 361 kepala daerah terlibat kasus

korupsi di 542 daerah. (Tempo.co : 2017)

10
Persoalan mengenai Dana Desa dan BUMDes yang mana transparansi

anggaran desa belum berkualitas, sebagian desa masih enggan mempublikasikan

anggaran desa masing-masing. Misbah menilai kondisi desa masih banyak

bergantung kepada pemda dan kementerian terkait. Misbah menjelaskan

disharmoni regulasi pengelolaan keuangan desa. Permendesa Nomor 16 Tahun

2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa 2019 tidak sikron dengan

Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa terutama

mengenai nomenklatur bidang, sub bidang, dan kegiatan. Sehingga berpotensi

dianggap penyimpangan pada saat audit. Temuan lainnya adalah 1.670 dari 2.188

BUMDes yang tidak berjalan tapi tetap mendapat kucuran anggaran dari APBDes.

Hingga saat ini sudah ada 1.371 pelaporan pengaduan kasus korupsi dana desa

yang diputus di pengadilan.

Kasus korupsi dana desa yang melibatkan 214 tersangka kepala desa

dengan kerugian negara sekitar Rp. 107,7 miliar. Adapun fungsi Badan Peraturan

Desa (BPD) di banyak desa masih tumpul karena tidak pernah diberi penguatan

kapasitas. Bahkan perannya cenderung dilangkahi oleh aparat penegak hukum

dalam melakukan pengawasan penggunaan APBDes. (Tempo.co: 2019)

Kasus mengenai Suap Bupati Jombang Suharli yang memanfaatkan dana

perizinan dan jasa pelayanan kesehatan atau dana kapitasi pusat kesehatan

masyarakat (puskesmas). Kasus tersebut karena transparansi dana operasional

kesehatan di daerah memang telah sejak lama menjadi persoalan. Publik selama

ini tidak mengetahui bagaimana dana itu dikelola dan pemerintah daerah karena

11
tidak melibatkan masyarakat dalam pengelolaan anggaran. Hasil penelusuran

BPK, sumber suap diduga berasal dari hasil pungutan liar (pungli) terhadap dana

kapitalis di 34 puskesmas. Hasil pengumpulan sejak Juni tahun kemarin mencapai

Rp.434 juta. Kasus suap Bupati Jombang ini berdampak pada pelayan kepada

pasien puskesmas di Jombang, terutama di puskesmas-puskesmas yang dananya

dicatut. (CNN Indonesia: 2018)

Kasus munculnya desa-desa baru tak berpenghuni yang menerima

transferan dana desa disebabkan oleh tak efektifnya system evaluasi pengelolaan

dana desa dan buruknya koordinasi antar kementerian/lembaga terkait. Terdapat

laporan adanya lima puluh enam desa fiktif di Kabupaten Konawe. Hingga kini,

mereka sudah memeriksa setidaknya 60 saksi. Menurut laporan lembaga non-

profit Indonesia Corruption Watch (ICW), anggaran desa menjadi pos paling

banyak dikorupsi pada tahun 2018. Anggaran itu meliputi Anggaran Dana Desa

(ADD). Dana Desa (DD), dan Pendapatan Asli Desa (PADES). ICW mencatat 96

kasus korupsi anggaran desa dari keseluruhan 454 kasus korupsi yang diusut

sepanjang tahun 2018. Kerugian keuangan ditaksir mencapai Rp.37,2 miliar.

(bbc.com: 2019)

Transparansi penggunaan dan pengelolaan anggaran partai politik.

Laporan keuangan menjadi syarat untuk pencairan dana berikutnya. Namun

laporan keuangan di luar itu tidak dilaporkan. Audit tidak dilakukan oleh BPK

melainkan oleh Kantor Audit yang ditunjuk oleh parpol. Pencatatan penerimaan

dan pengeluaran serta transparansi pengelolaan dana, parpol masih tergolong

12
buruk. Meskipun Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dan

Undang-Undang Partai Politik sudah mewajibkan parpol untuk mengelola

keuangannya secara transparan, namun belum ada sanksi yang diatur dalam

regulasi. (kompas.com: 2017)

Kasus mengenai BPK yang mendapat temukan 5.480 permasalahan

pengelolaan anggaran pusat dan daerah. Adapun temuan yang dimaksud meliputi

kelemahan system pengendalian intern, ketidakpatuhan dan didominasi

permasalahan yang tidak hemat, tidak efisien, dan tidak efektif. Rinciannya

sebanyak 51 persen atau 2.784 masalah ketidakhematan, ketidakefisienan, dan

ketidak efektifan Rp. 1,35 triliun. Sebanyak 1.725 masalah ketidakpatuhan atau 31

persen mengakibatkan kerugian. Potensi kerugian dan penerimaan kurang Rp.

6,25 triliun dan 971 masalah atau 18 persen berasal dari system pengendalian

intern yang lemah. (kompas.com: 2020)

BPK yang soroti kinerja keuangan sejumlah daerah, BPK menyimpulkan

kurang efektifnya perencanaan pengelolaan dana istimewa Tahun Anggaran 2018

dan Semester I Tahun 2019 yang dilaksanakan pada Pemprov Daerah Istimewah

Yogyakarta. Selain itu, BPK juga menyimpulkan bahwa masih ada permasalahan

di Pemprov Papua. Jika tidak segera diatasi, akan mempengaruhi efektivitas

penggunaan dana otonomi khusus dalam mendukung upaca pencapaian tujuan

pelaksanaan otonomi khusus sesuai UU Otonomi Khusus. (republika.co.id: 2020)

Berdasarkan kasus diatas dan hasil penelitian yang berbeda-beda atas

pengelolaan keuangan daerah maupun pusat, transparansi, akuntabilitas, dan

13
pengendaliannya. Peneliti menganggap bahwa masih ada di beberapa titik daerah

yang tidak mengelola keuangan dengan baik serta kinerja pemerintahannya yang

belum maksimal. Hal inilah yang membuat peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian kembali terkait dengan pengawasan sebagai variabel moderasi. Peneliti

menganggap bahwa pengawasan berpengaruh terhadap kinerja pemerintahan,

karena pengawasan ini akan mempengaruhi sikap maupun praktik seseorang.

Sehingga dibuatlah survei pendahulu yang diambil dari beberapa sampel pada

daerah atau kabupaten di Sumatera Selatan,

Survei Pendahulu

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan terdapat hasil penelitian yang

dilakukan berbeda-beda maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh pengelolaan keuangan daerah, transparansi, akuntabilitas,

dan pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah dengan

pengawasan seabagai variabel moderasi”

B. Rumusan Masalah

14
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

dapat merumuskan pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pengelolaan keuangan daerah, transparansi, akuntabilitas

dan pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah dengan

pengawasan sebagai variabel moderasi?

2. Bagaimana pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja

pemerintah daerah secara parsial?

3. Bagaimana pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah daerah secara

parsial?

4. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah secara

parsial?

5. Bagaimana pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah

secara parsial?

6. Bagaimana pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja

pemerintah daerah dengan pengawasan sebagai variabel moderasi?

7. Bagaimana pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah daerah dengan

pengawasan sebagai variabel moderasi?

8. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah dengan

pengawasan sebagai variabel moderasi?

9. Bagaimana pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah

dengan pengawasan sebagai variabel moderasi?

C. Tujuan Penelitian

15
Berdasarkan dari perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui:

1. Pengaruh pengelolaan keuangan daerah, transparansi, akuntabilitas dan

pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah dengan pengawasan

sebagai variabel moderasi?

2. Pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah

secara parsial?

3. Pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah daerah secara parsial?

4. Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah secara parsial?

5. Pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah secara

parsial?

6. Pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah

dengan pengawasan sebagai variabel moderasi?

7. Pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah daerah dengan pengawasan

sebagai variabel moderasi?

8. Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah dengan

pengawasan sebagai variabel moderasi?

9. Pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah dengan

pengawasan sebagai variabel moderasi?

D. Manfaat Penelitian

16
Berdasarkan tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi pihak diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat

mengetahui pengaruh pengelolaan keuangan daerah, transparansi,

akuntabilitas dan pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah

dengan pengawasan sebagai variabel moderasinya.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada organisasi

perangkat daerah mengenai pengaruh pengelolaan keuangan daerah,

transparansi, akuntabilitas dan pengendalian intern terhadap kinerja

pemerintah daerah dengan pengawasan sebagai variabel moderasinya.

3. Bagi Almamater

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan, menambah

ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi acuan atau kajian bagi penulisan di

masa yang akan datang

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

17
A. Kajian Pustaka

a. Landasan Teori

1. Teori Umum (Grand Theory)

a. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi (keagenan) adalah suatu konsep yang menjelaskan suatu

hubungan antara prinsipal (pemberi kontrak) dan agen (penerima kontrak),

prinsipal melakukan perjanjian atau suatu kontrak kepada agen untuk suatu

pekerjaan demi terwujudnya tujuan yang ingin dimiliki sehingga agen

diberikan kewenangan dari principal dalam pembuatan suatu keputusan.

Agen bertanggung jawab dalam pencapaian suatu tujuan dan agen

mendapatkan balas jasa dari principal (Supriyono, 2018:63)

Teori keagenan dalam hubungan keagenan di pemerintaha dapat juga

digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara pemerintah dengan rakyat,

pemerintah atau eksekutif sebagai agen dan rakyat atau yang diwakilkan oleh

legislatif sebagai prinsipal.

b. Teori Stewardship (Stewardship theory)

Teori Stewardship merupakan suatu keadaan dimana manajer

sebagai steward lebih berfokus pada kepentingan bersama atau tujuan

organisasi bukan pada keinginan pribadi (Jannah, 2016). Teori tersebut

mengasumsikan bahwa terdapat hubungan yang kuat diantara kepuasan dan

kesuksesan organisasi atau perusahaan. Steward akan bertindak dalam hal

18
melindungi dan memaksimalkan kekayaan organisasi dengan kinerja

perusahaan, sehingga dengan demikian fungsi utilitas akan menjadi maksimal.

Asumsi penting dalam stewardship adalah manajer meluruskan tujuan sesuai

keinginan yang akan dicapai oleh pemilik. Namun demikian tidak berarti

steward tidak mempunyai kebutuhan hidup.

Didalam Stewardship theory, selaku steward disini adalah

pemerintah dengan fungsi pengelolaan sumber daya dan yang menjadi

principal adalah rakyat sebagai pemilik sumber daya. Implikasi steward

theory dalam penelitian ini, dapat menjelaskan eksistensi suatu organisasi

pemerintahan yang dipercaya untuk bertindak dalam melayani masyarakat

sebagai principal dengan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

2. Pengelolaan Keuangan Daerah

a. Pengertian Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan Daerah adalah seluruh hak dan kewajiban Daerah dalam

rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang

serta segala bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah berhubung

dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan

Keuangan Daerah (Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2019 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 1). Pengelolaan keuangan daerah

merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang pemimpin dalam

19
menggerakan para pejabat yang bertanggung jawab dalam bidang keuangan

untuk dapat menggunakan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi

perencanaan, atau penganggaran, pencatatan, pengeluaran serta pertanggung

jawaban (Kasmir, 2016;89). Pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai

semua kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (khusaini,

2018)

Berdasarkan pengertian pengelolaan keuangan daerah diatas maka

dapat disimpulkan bahwa pengelolaan keuangan daerah merupakan

keseluruhan aktivitas atau kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,

pencatatan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban

serta pengawasan atas keuangan daerah.

b. Indikator Pengelolaan Keuangan Daerah

Indikator-indikator pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai

berikut (Mahfud Sholihin, 2017:6)

1. Perencanaan, yang harus diperhatikan dalam perencanaan aalah sebagai

berikut:

a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, dan

indikator kinerja yang ingin dicapai

b. Penetapan prioritas kegiatan dan perhitungan beban kerja, serta

penetapan harga satuan yang rasional

2. Pelaksanaan dan Penatausahaan, kepada daerah selaku dari pemegang

kekuasaan penyelenggaraan pemerintah daerah adalah juga merupakan

20
pemegang kekuasaan dalam pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya

kekuasaan tersebut dikerjakan dan diselenggarakan oleh kepada satuan

kerja pengelolaan keuangan daerah selaku pejabat pengelolaan keuangan

daerah dan dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat

pengguna anggaran/barang daerah dibawah koordinasi sekretaris daerah.

Adanya pemisahan ini dilakukan untuk memberikan kejelasan dalam

pembagian wewenang dan tanggungjawab, terlaksananya mekanisme

check and balance serta untuk mendorong upaya dari peningkatan

profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintah.

3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban, dalam rangka menyelenggarakan

pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah

daerah wajib untuk menyampaikan pertanggungjawaban berupa:

a. Laporan realisasi anggaran

b. Neraca

c. Laporan arus kas

d. Catatan atas laporan keuangan

Laporan tersebut disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan

pemerintah sebelum dilaporkan

4. Pengawasan, berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Transparansi

21
a. Pengertian Transparansi

Transparansi adalah bagaimana pemerintah memenuhi hak

masyarakat dalam menerima informasi sesuai fakta yang ada sehingga

memperlancar pemantauan yang dilakukan oleh masyarakat atas pemerintah

(Pratolo, 2016). Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah atas

pemberian informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

untuk mendapatkan kepercayaan lebih kepada pemerintah atas suatu kinerja

pemerintah dalam mengelola keuangan (Sari, 2018). Transparansi merupakan

suatu tindakan yang dilakukan pemerintah untuk memberikan kemudahan oleh

pemerintah kepada masyarakat dalam mengakses informasi. Dengan

terdapatnya transparansi maka memperlancar membangun kepercayaan

masyarakat melalui akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang

fakta dan akurat. Transparansi atau keterbukaan merupakan tindakan yang

memungkinkan suatu persoalan dapat menjadi jelas, serta mudah untuk

dipahami oleh kalangan masyarakat dan dapat dibuktikan kebenarannya

sehingga tidak terdapat lagi permasalahan (Mulyaningsih, 2019:6)

Berdasarkan pengertian transparansi diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa transparansi merupakaan suatu tindak keterbukaan pemerintah atas

informasi yang ada kepada masyarakat dengan jujur dan terbuka yang dapat

dibuktikan kebenarannya.

b. Indikator Transparansi

22
Prinsip yang menjamin akan akses atau kebebasan untuk setiap orang

dalam memperoleh informasi atas penyelenggaraan pemerintahan, yakni

informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang

dicapai (Deddy dan Riyadi, 2016:17). Indikator-indikator transparansi yaitu:

1. Penyediaan informasi yang jelas mengenai tanggung jawab

2. Kemudahan akses informasi

3. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang telah

dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap

4. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media masa dan

lembaga non pemerintah.

4. Akuntabilitas

a. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah sebuah laporan yang dikerjakan oleh instansi

dalam memberikan informasi, pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan

serta pengungkapan seluruh aktivitas yang menjadi tanggungjawab kepada

pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut (mardiasmo, 2016: 24). Akuntabilitas

merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban oleh pihak yang diberikan

kepercayaan kepada stakeholder yang pada akhirnya akan mendapatkan hasil

berupa keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugasnya untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ardiyanti, 2019). Akuntabilitas

mempunyai beberapa arti yang terminologinya sering dikaitan dengan

beberapa konsep seperti answerability, responsibility, liability, dan

23
terminologi lainnya yang berhubungan dengan harapan pemberian mandate

dalam pelaksanaan mandate (Wibisono, 2018:6). Akuntabilitas adalah

pertanggungjawaban yang dipegang oleh lembaga yang berwenang dalam

mengelola sumber daya publik (Ulum, 2015:42). Tipe akuntabilitas dibedakan

menjadi 2 bagian yaitu:

1. Akuntabilitas Internal yaitu akuntabilitas yang berlangsung dalam setiap

tingkatan organisasi internal penyelenggaraan pemerintah Negara

termasuk juga pemerintah yang mana masing-masing pejabat atau

pengurus publik baik itu individu maupun kelompok secara tingkatan

wajib untuk mempertanggungjawabkan kepada atasannya langsung

mengenai perkembangan kinerja aktivitas secara periodic ataupun

sewaktu-waktu jika dibutuhkan.

2. Akuntabilitas eksternal merupakan akuntabilitas yang terhubung kepada

setiap lembaga Negara sebagai suatu organisasi untuk

mempertanggungjawabkan seluruh amanat yang telah diterima dan telah

dijalankan ataupun di perkembagan dengan tujuan untuk dikomunikasikan

kepada pihak ekternal lingkungan.

Akuntabilitas dibagi menjadi 2 (Mardiasmo, 2016:19) yaitu:

1. Akuntabilitas Vertikal adalah sebuah pertanggungjawaban atas semua

aktivitas atau pekerjaan yang diberikan dan telah dilaksanakan atas

perintah tingkatan yang lebih tinggi.

24
2. Akuntabilitas Horizontal yaitu pertanggungjawaban atas semua pekerjaan

yang dilaksanakan dengan tingkatan yang sejajar. Tingkatan akuntabilitas

dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

1. Accountability For Probability Legality. Iaccountnability For

Probability yaitu yang berhubungan dengan penghindaran terhadap

kejahatan jabatan khususnya untuk memberikan keyakinan bahwa

dana yang telah dipakai telah dipergunakan dengan benar dan cara

yang benar. Sementara Accountability For Legality menekankan

bahwa kekuasaan yang telah diberikan oleh undang-undang tidak

melebihi batas yang ada.

2. Process Accountability yaitu berkaitan pada apakah prosedur-

prosedur yang layak yang dipergunakan dalam pelaksanaan aktivitas-

aktivitas tertentu, serta usaha untuk memastikan apakah aktivitas

tertentu telak dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

3. Performance Accountability berkaitan dengan penekanan pada

program dari suatu entitas yang telah disampaikan pada publik.

4. Programme Accountability yaitu penekanan pada suatu program dari

suatu entitas yang telah disampaikan kepada publik.

5. Policy Accountability yaitu penekanan atas kebijakan dari suatu

entitas yang disampaikan kepada publik.

Berdasarkan pengertian atas akuntabilitas tersebut, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa akuntabilitas adalah seluruh bentuk aktivitas yang

25
dipertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat atas pengelolaan

sumber daya.

b. Indikator Akuntabilitas

Indikator-indikator akuntabilitas adalah sebagai berikut (Madiasmo, 2016:24):

1. Pengetahuan pemerintah tentang prosedur

2. Pengetahuan pemerintah tentang pembiayaan

3. Kemampuan pemerintah dalam menyampaikan hasil

4. Mampu memberikan ruang bagi masyarakat

5. Adanya sarana bagi publik

5. Pengendalian Inten

a. Pengertian Pengendalian Intern

pengendalian intern adalah seperangkat kebijakan dan prosedur yang

digunakan untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan dari seluruh

macam bentuk tindak penyalahgunaan, menjamin terpenuhinya informasi

akuntansi perusahaan yang lengkap dan akurat, serta memastikan bahwa

semua ketentuan (peraturan) hukum atau undang-undang serta kebijakan

manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh

karyawan perusahaan (Hery, 2016:159). Pengendalian intern dilaksanakan

dilakukannya pemantauan atas kegiatan oprasional maupun financial

perusahaan apakah telah berjalan sebagaimana dengan prosedur dan kebijakan

yang sudah ditetapkan oleh manajemen. Pengendalian intern merupakan suatu

rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga ataupun

26
melindungi aktiva, mendapatkan informasi yang lengkap dan dapat dipercaya,

membenahi efisiensi dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen

(Krismiaji, 2015). Pengendalian intern adalah suatu bentuk organisasi,

metode dan ukuran-ukuran yang dilakukan pengaturan atau sinkronisasi untuk

melindungi kekayaan organisasi, memeriksa ketelitian serta keandalan data

akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong terjadinya kebijakan

manajemen (Mulyadi, 2014:163).

Berdasarkan pengertian pengendalian intern diatas, maka dapat

ditarik sebuah kesimpulan bahwa pengendalian intern adalah seperangkat

kebijakan maupun aturan yang digunakan okleh suatu organisasi atau

perusahaan dengan tujuan untuk melindungi asset atau kekayaan suatu

organisasi.

b. Tujuan Pengendalian Intern

Tujuan pengendalian intern menurut ( Romney dan Steinbart,

2016:129) yaitu sebagai berikut:

1. Melindungi asset, mendeteksi perolehan, penggunaan, dan penempatan

yang tidak sesuai atau tidak sah

2. Mengelola catatan secara detail agar laporan yang dihasilkan bersifat

akurat dan wajar

3. Membeikan informasi secara akurat dan reliable

4. Menyiapkan laporan keuangan berdasarkan criteria yang ditetapkan

5. Meningkatkan dan memperbaiki efisiensi operasional

27
6. Meningkatkan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditentukan

7. Mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku

c. Indikator-indikator Pengendalian Intern

Indicator-indikator dalam pengendalian intern adalah sebagai berikut (R.A.

Supriyono, 2018:160)

1. Lingkungan Pengendalian yaitu membuat suasana pengendalian dalam

suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personal organisasi tentang

pengendalian serta landasan untuk seluruh komponen pengendalian intern

yang memmbentuk disiplin dan struktur

2. Penilaian Risiko yaitu suatu kejadian yang dapat mempengaruhi

pencapaian tujuan entitas, dan risiko atas pencapaian semua tujuan dari

entitas di anggap relatif terhadap toleransi risiko yang ditetapkan

3. Aktivitas Pengendalian merupakan tindakan-tindakan yang telah

ditetapkan atas kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang

membantu memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko

terhadap pencapaian tujuan

4. Informasi dan Komunikasi. Informasi didapatkan ataupun dihasilkan

melalui tahapan-tahapan komunikasi antar pihak internal maupun eksternal

yang dilakukan secara terus menerus, berkaa, dan berbagi. Beberapa

organisasi membangun suatu system informasi untuk memenuhi

kebutuhan informasi yang andal, relevan, dan tepat waktu.

5. Aktivitas Pemantauan adalah kegiatan evaluasi dengan beberapa bentuk

apakah yang sifatnya berkelanjutan, terpisah ataupun kombinasi keduanya

28
yang digunakan untuk memastikan apakah masing-masing dari lima

komponen pengendalian internal mempengaruhi prinsip-prinsip dalam

setiap komponen, ada dan fungsi.

6. Kinerja Pemerintah

a. Pengertian Kinerja Pemerintah

Kinerja adalah sebuah pencapaian kerja yang telah di dapatkan oleh

seseorang atau kelompok orang dalam sebuah perusahaan yang mana

pencapaian tersebut sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-

masing dalam upaya mewujudkan tujuan organisasi secara illegal, tidak

melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika (Afandi,

2018:83). Kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku kerja yang telah diraih

dalam menempuh tugas-tugas dan tanggungjawab yang di bebankan dalam

suatu periode tertentu (Kasmir, 2016:182). Kinerja adalah pencapaian dalam

pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi.

Kepuasan konsumen, dan memberikan suatu kontribusi kepada perekonomian

(Hamali, 2016:98). Kinerja instansi pemerintah adalah sebuah pencapaian

yang berhasil didapatkan oleh pengguna anggaran sehubungan dengan

anggaran yang telah digunakan (Vrizka dan Anita, 2016:1850)

Berdasarkan pengertian atas kinerja pemerintah diatas, maka dapat

ditarik sebuah kesimpulan bahwa Kinerja Pemerintah adalah sebuah

pencapain yang telah berhasil dicapai dalam menempuh dan menjalankan

tugas-tugas dan wewenang yang telah di berikan.

29
b. Indikator-indikator Kinerja Pemerintah

Indikator-indikator kinerja menurut Afandi (2018:89) adalah sebagai

berikut:

1. Kuantitas hasil kerja yaitu seluruh macam bentuk satuan ukuran yang

saling berkaitan dengan akumulasi hasil kerja yang dapat dinyatakan

dalam ukuran angka atau padanan angka lainnya.

2. Kualitas hasil kerja yaitu seluruh macam bentuk satuan ukuran yang

berkaintan dengan kualitas ataupun mutu pencapaian kerja yang bisa

dinyatakan dalam ukuran angka atau padanan angka lainnnya.

3. Efisiensi dalam melaksanakan tugas merupakan berbagai sumber daya

secara bijaksana dan upaya yang dilakukan untuk dapat menghemat biaya.

4. Disiplin kerja adalah ketaatan atas hukum dan peraturan yang sedang

berlaku

5. Inisiatif yaitu kemampuan dalam menentukan dan melakukan sesuatu

dengan benar tanpa harus diberikan arahan, mampu melakukan apa yang

seharusnya dikerjakan pada ruang lingkup yang ada disekitarnya, berusaha

terus melakukan sesuatu hal walaupun keadaan disekitar terasa agak sulit.

6. Ketelitian yaitu tingkat keseimbangan antara hasil pengukuran kerja

dimana pekerjaan yang dilakukan telah sesuai atau belum terhadap tujuan

yang akan dicapai

7. Kepemimpinan yaitu suatu proses dalam mempengaruhi seseorang dan

menberikan teladan atau contoh yang baik kepada pengikutnya dalam

upaya untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi

30
8. Kejujuran yaitu sifat manusia yang cukup sulit untuk diterapkan dimana

tindakan dan perbuatan harus apa adanya.

9. Kreativitas merupakan suatu proses yang melibatkan pemunculan gagasan

dan melakukan hal-hal yang baru.

7. Pengawasan

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan adalah suatu proses dari seluruh kegiatan instansi guna

untuk menjamin bahwa seluruh pekerjaan yang sedang dilakukan telah sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian dalam Subhan,

2017:161). Pengawasan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk

melakukan sebuah penilaian atas segala sesuatu yang telah dicapai atau

dijalankan atas dasar apakah telah sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan (Henry

Fayol dan Arief el al, 2016:548). Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan

adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang bertujuan untuk dapat menjamin

penyelenggaraan pemerintahan daerah berjalan dengan efisien dan efektif

berdasarkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Peraturan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 Tentang

Kebijakan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Aparat

Pengawas Internal Pemerintah Pasal 1).

Terdapat beberapa jenis-jenis pengawasan menurut (Bharoto, 2015:7),

yaitu sebagai berikut:

31
1. Pengawasan Langsung yaitu pengawasan yang dilaksanakan secara

langsung oleh atasan terhadap bawahan tanpa adanya seorang perantara

ataupun melalui pendelegasian wewenang. Metode ini bertujuan untuk

segera dapat dilakukannya tindak perbaikan serta penyempurnaan dalam

pelaksanaan pekerjaan.

2. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan yang dilaksanakan dengan

adanya perantara ataupun pendelegasian wewenang . pengawasan tidak

langsung dilakukan apabila aparat pengawasan/pimpinan organisasi

melakukan pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan hanya dengan melalui

sebuah laporan-laporan yang telah masuk padanya. Laporan-laporan

tersebut dapat berupa uraian kata-kata, sebuah deretan angka atau data

statistik yang berisikan gambaran ataupun pencapaian kemajuan yang

telah didapat sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan.

3. Pengawasan Formal yaitu pengawasan yang dilaksanakan oleh seorang

pimpinan yang mencakup formalitas atas dasar ketentuan dan peraturan

yang berlaku. Pengawasan formal adalah sebuah pengawasan yang

dilaksanakan secara formal oleh unit atau aparat pengawasan yang

bertindak atas perintah dari pimpinan organisasi atau atasannya.

4. Pengawasan Informal yaitu pengawasan yang tidak disertai melalui

saluran formal atau prosedur yang telah disepakati. Pengawasan informal

biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan dilakukan melalui

kunjungan yang tidak resmi (pribadi). Hal tersebut dimaksudkan untuk

32
dapat mencegah kekakuan dalam hubungan antara atasan dan

bawahannya..

5. Pengawasan Teknik (Teknik Control) yaitu pengawasan yang dilakukan

terhadap hal-hal yang memiliki sifat fisik, contohnya pemeriksaan

terhadap pembangunan gedung dan pemeriksaan kesehatan rakyat di desa

dan lain-lain.

Berdasarkan pengertian pengawasan diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa pengawasan merupakan suatu tindak yang dilakukan untuk menjamin

semua kegiatan yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan dan rencana yang

telah ditetapkan.

b. Indikator-indikator Pengawasan

Indikator-indikator pengawasan menurut (Handoko, 2018:6) yaitu

sebagai berikut:

1. Penetapan standar

2. Penentuan pengukuran/penilaian

3. Pengukuran pelaksanaan pekerjaan

4. Perbandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis penyimpangan

5. Perbaikan atas penyimpangan

b Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti variabel-variabel yang

mempengaruhi kinerja pemerintah. Variabel-variabel tersebut adalah pengelolaan

33
keuangan pemerintah, transparansi, akuntabilitas, dan pengendalian intern.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu. Beberapa

penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

a. Nurjani Fara, Rusman Soleman, Asrudin Hormati (2018) yang berjudul

pengaruh pengendalian intern dan pengelolaan keuangan daerah terhadap

kinerja pemerintah daerah dengan komitmen organisasi sebagai variabel

moderasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh

pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah, (2) pengaruh

pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah, (3)

pengaruh komitmen organisasi terhadap hubungan antara pengendalian intern

dengan kinerja pemerintah, (4)pengaruh komitmen organisasi terhadap

hubungan antara pengelolaan keuangan daerah dengan kinerja pemerintah

daerah. Populasi yang digunakan adalah 25 SKPD di wilayah pemerintah Kota

Tidore Kepulauan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah

daerah.

b. Nur Rodiya, Akhmad Riduwan (2020) yang berjudul pengaruh akuntabilitas

publik, transparansi publik, dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja

aparat pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penngaruh

akuntabilitas publik, transparansi publik, dan kejelasan sasaran anggaran

terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Populasi dalam penelitian ini

adalah satuan kenerja aparat pemerimtah daerah (SKPD) di kota Surabaya.

34
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas

publik, transparansi publik, dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.

c. Fanny Jitmau, Lintje Kalangi, Linda Lambey (2017) yang berjudul pengaruh

akuntabilitas, transparansi dan fungsi pemeriksaan intern terhadap kinerja

pemerintah daerah (studi empiris di Kabupaten Sorong). Penelitian ini

bertujuan untuk menguji pengaruh akuntabilitas, transparansi dan fungsi

pemeriksaan intern terhadap kinerja pemerintah daerah (studi empiris di

Kabupaten Sorong). Sampel yang digunakan 100 responden yang terdapat

pada 10 SKPD di pemerintah Kabupaten Sorong. Hasil penellitian

menunjukkan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kinerja

pemerintah daerah kabupaten Sorong. Transparansi dan fungsi pemeriksaan

intern berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

d. Dewi Sartika, Deby Clara Monita, Andre Ilyas (2020) yang berjudul pengaruh

pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah terhadap

kinerja pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah

terhadap kinerja pemerintah daerah. Populasi pada penelitian ini sebanyak 83

pegawai dengan menggunakan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak mempunyai pengaruh terhadap

kinerja pemerintah daerah. System akuntansi keuangan daerah mempunyai

pengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

35
e. Amelia amran (2020) yang berjudul pengaruh pengendalian internal dan

pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja instansi pemerintah pada

badan perencanaan pembangunan daerah kota Palopo. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengendalian internal dan

pemanfaatan teknologi informasi kinerja instansi pemerintahan pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palopo. Hasil penelitian menunjukan

bahwa pengendalian internal dan pemanfaatan teknologi informasi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah pada badan

perencanaan dan pembangunan daerah Kota Palopo.

Tabel II.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan PenelitianSebelumnnya

No Judul Penelitian, Nama Peneliti, Persamaan Perbedaan


dan Tahun
1. pengaruh pengendalian intern Sama-sama Tidak terdapat
dan pengelolaan keuangan menggunakan variabel
daerah terhadap kinerja variabel independen transparansi,
pemerintah daerah dengan dan dependen yaitu akuntabilitas
komitmen organisasi sebagai pengendalian intern, dan
variabel moderasi. pengelolaan pengawasan
Nurjani Fara, Rusman Soleman, keuangan daerah dan sebagai
Asrudin Hormati (2018) kinerja pemerintah variabel
daerah moderasi
2. pengaruh akuntabilitas publik, Sama-sama Perbedaannya
transparansi publik, dan menggunakan terletak pada
kejelasan sasaran anggaran variabel independen variabel
terhadap kinerja aparat dan dependen yaitu kejelasan
pemerintah daerah akuntabilitas, sasaran
Nur Rodiya, Akhmad Riduwan transparansi dan anggaran
(2020) kinerja pemerintah

3. Pengaruh akuntabilitas, Sama-sama Perbedaannya


transparansi dan fungsi menggunakan terletak pada
pemeriksaan intern terhadap variabel independen variabel fungsi
kinerja pemerintah daerah dan dependen yaitu pemeriksaan
Fanny Jitmau, Lintje Kalangi, akuntabilitas, intern
Linda Lambey (2017) transparansi dan

36
kinerja pemerintah
daerah
4 pengaruh pengelolaan Sama-sama Perbedaannya
keuangan daerah dan sistem mengunakan terletak pada
akuntansi keuangan daerah variabel independen variabel sistem
terhadap kinerja pemerintah dan dependen yaitu akuntansi
daerah. pengelolaan keuangan
Dewi Sartika, Deby Clara keuangan daerah dan daerah
Monita, Andre Ilyas (2020) kinerja pemerintah
daerah
5. pengaruh pengendalian internal Sama-sama Perbedaannya
dan pemanfaatan teknologi menggunakan terletak pada
informasi terhadap kinerja variabel independen variabel
instansi pemerintah pada badan dan dependen yaitu pemanfaatan
perencanaan pembangunan pengendalian teknologi
daerah kota Palopo internal dan kinerja informasi
Amelia amran (2020) pemerintah
Sumber: Penulis, 2021

B. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah, Transparansi, Akuntabilitas,

dan Pengendalian Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut Wiguna (2016) yang menyatakan bahwa penilaian kinerja

pada organisasi publik merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan, hal

tersebut dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Untuk menciptakan pelayanan publik dengan baik, pemerintah dalam

pengelolaannya baik pengelolaan keungan daerah maupun pengelolaan

lainnya, pemerintah harus dapat melakukan transparansi dan akuntabilitas.

Semakin akuntabel suatu pemerintahan dalam mempertanggungjawabkan

penyelenggaraan kegiatan yang dilaksanakan pemeritah maka akan dapat

mempengaruhi peningkatan kinerja pemerintah daerah.

37
Dalam melaksanakan tata kelola pemerimtah yang baik,

pengendalian intern merupakan suatu unsure yang dibutuhkan oleh pemerintah

untuk dapat memberi keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan yang telah

dilakukan dapat dikerjakan dengan baik sesuai dengan rencana dan tujuan.

Dengan adanya pengendalian intern yang baik maka dapat dicapainya

organisasi atau perusahaan yang economy, efficiency, dan effectiveness untuk

dapat terciptanya good governance dalam institusi yang pada akhirnya akan

berdampak pada kinerja organisasi (Fatimah, dkk, 2020). Semakin rendah

transparansi, akuntabilitas, pengelolaan keuangan yang buruk dan

pengendalian intern yang lemah, maka hal tersebut dapat berdampak pada

kinerja pemerintah.

2. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah

Daerah

Menurut penelitian Dea, dkk (2020) menyatakan bahwa pengelolaan

keuangan daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pemerintah

daerah. Pengelolaan keuangan daerah memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap nasib dalam suatu pemerintahan untuk dapat memenuhi harapan

masyarakat yang bergantung dengan cara pengelolaan keuangannya. Apabila

pegawai dapat memahami pengelolaan keuangan daerah dengan baik dan

dapat dikelola berdasarkan aturan yang telah ditetapkan maka akan

mendorong kinerja pemerintah di setiap satuan kerja dengan baik.

Lalu dipertegas dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurjani, dkk

(2018) yang menyatakan bahwa pengelolaan keuangan daerah berpengaruh

38
terhadap kinerja pemerintah daerah. Hal ini berarti semakin baik pemerintah

mengelola keuangan daerah dengan dikelola secara efektif, efisien,

transparansi dan akuntabel maka hal tersebut dapat meningkatkan kinerja

pemerintah dengan baik.

3. Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk (2020) menyatakan

bahwa transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja instansi pemerintah.

Wahyuni, dkk (2020) juga menyatakan bahwa apabila informasi-informasi

yang menjadi hak publik dapat disampaikan oleh pemerintah secara terbuka,

maka hal tersebut dapat membuat masyarakat sangat percaya kepada

pemerintah sehingga hal tersebut dapat membuat tercapainya kinerja

pemerintah yang baik.

Lalu dipertegas dalam penelitian yang dilakukan oleh Diandra, dkk

(2019) yang menunjukkan bahwa transparansi berpengaruh signifikan. Hal ini

berarti jika penerapan transparansi pemerinntah dijalankan dengan baik maka

akan berdampak pada kinerja pemerintah yang membaik.

4. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja Pemeritah Daerah

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, dkk (2020) yang

menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja instansi

pemerintahan. Apabila akuntabilitas pejabat publik kepada masyarakat

diterapkan dengan baik oleh pemerintah kepada masyarakat, maka akan

39
memunculkan suatu kepercayaan yang tinggi dari masyarakat terhadap

pemerintah sehingga masyarakat akan menilai baik terhadap kinerja

pemerintah. Dengan adanya akuntabilitas yang baik maka dapat menghindari

suatu tindak penyelewengan sumber daya maupun pelanggaran dalam

kegiatan pemerintah seperti tindak korupsi dan pelanggaran lainnya.

Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan pendapat yang dilakukan

oleh Made, dkk (2018) yang menyatakan bahwa akuntabilitas public

berpengaruh positif terhadap kinerja aparatur pemerintah. Hal ini berarti

semakin baik pengaplikasian akuntabilitas yang dimiliki oleh pemerintahan

maka kinerja yang dihasilkan juga akan semakin membaik.

5. Pengaruh Pengendalian Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatimah, dkk (2020) yang

menyatakan bahwa pengendalian intern berpengaruh positif terhadap kinerja

pemerintah daerah. Hal ini berarti semakin baiknya pengendalian intern

dilaksanakan oleh pemerintah maka kinerja pemerintah akan semakin

meningkat. Pengendalian intern merupakan suatu alat yang dapat membantu

mengurangi tindak penyimpangan di dalam pemberian pelayanan publik bagi

kemajuan OPD khususnya didalam pencapaian target yang telah ditetapkan

oleh kepala daerah atau pusat.

Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan

oleh Amelia (2020) yang menyatakan bahwa pengendalian intern berpengaruh

signifikan terhadap kinerja instansi pemerintah. Meike, dkk (2021) juga

40
mengemukakan bahwa pengendalian intern berpengarug terhadap suatu

kinerja pegawai.

6. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah

Daerah dengan Pengawasan sebagai variabel moderasi

Pengelolaan keuangan daerah merupakan pengelolaan keuangan yang

harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif

dan efisien, ekonomis, transparan, serta bertanggungjawab dengan

memperhatikan azaz keadilan, kepatuhan, dan manfaatnya bagi masyarakat.

Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan harus sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangan sehingga dapat menghasilkan

pelaporan yang baik dan taat terhadap ketentuan yang berlaku (Defitri, 2018).

Pengawasan dan penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan

suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk menjamin agar pemerintah daerah

berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan

peraturan perundang-undangan (Emawilis, 2015). Dengan adanya pengawasan

disetiap tahapan pengelolaan keuangan daerah, maka diharapkan proses

pengelolaan keuangan daerah akan memperbesar pengaruhnya terhadap

kinerja manajerial (Primadana, 2014). Berdasarkan hal yang ada, maka

diajukan hipotesis yang menyatakan bahwa pengawasan memoderasi

pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah.

41
7. Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Dengan

Pengawasan sebagai variabel moderasi

Pemerintah dalam menjalankan proses untuk dapat mewujudkan tata

kelola pemerintahan yang baik, selain dituntut untuk akuntabel, pemerintah

juga diwajibkan untuk selalu transparan atas segala tindak yang dilakukan.

Transparansi atau keterbukaan merupakan tindakan yang memungkinkan

suatu persoalan dapat menjadi jelas, serta mudah untuk dipahami oleh

kalangan masyarakat dan dapat dibuktikan kebenarannya sehingga tidak

terdapat lagi permasalahan (Mulyaningsih, 2019:6).

Transparansi merupakan salah satu unsur terpenting dalam tata kelola

pemerintahan. Pengawasan yang baik akan sangat mendukung dalam proses

transparansi atas informasi pelaporan keuangan dan informasi lainnya. Dengan

diimbangi dengan pengawasan yang ketat maka laporan keuangan dan

informasi lainnya akan dapat disajikan secara transparan dan dapat dipercaya

oleh masyarakat. Dengan terwujudnya pemerintahan yang transparansi maka

akan tercapainya kinerja pemerintah yang baik. Berdasarkan hal yang ada,

maka diajukannya hipotesis yang menyatakan bahwa pengawasan memoderasi

transparansi terhadap kinerja pemerintah.

8. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Dengan

Pengawasan Sebagai variabel moderasi

Akuntabilitas merupakan kewajiban pihak pemegang amanah untuk

memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan

42
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pihak yang memberikan amanah (Asrini, 2015)

akuntabilitas merupakan hal yang sangat penting dalam mengelola keuanga.

Akuntabilitas mengharuskan pegawai dalam organisasi pemerintahan untuk

menggunakan uang dengan sebaik-baiknya. Apabila pemerintah telah

akuntabel, maka dapat dikatakan bahwa aparatur pemerintah memiliki kinerja

yang baik (Premananda, dkk, 2017)

Dengan adanya akuntabilitas dalam pemerintahan daerah maka

masyarakat dapat berperan dalam pengawasan atas kinerja dari aparat

pemerintah daerah, sehingga jalan dari suatu pemerintahan dapat berjalan

dengan baik (Setiawan, 2012). Berdasarkan hal itu, maka dapat diartikan

bahwa semakin baik pengawasan dalam hal memoderasi akuntabilitas maka

semakin semakin baik pula kinerja pemerintah daerah. Berdasarkan hal yang

ada, maka diajukan hipotesis yang menyatakan bahwa pengawasan

memoderasi akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah.

9. Pengaruh Pengendalian Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

dengan Pengawasan sebagai variabel moderasi

Pengendalian intern merupakan proses yang terdapat dalam

organisasi, dirancang untuk dapat memberikan keyakinan bahwa kegiatan

yang dilakukan dalam suatu organisasi sudah sesuai dengan standar kebijakan

yang telah ditetapkan. Pengendalian intern yang berjalan denga efisien dan

efektif secara optimal, maka akan membawa dampak yang baik pada kinerja

43
pegawai, terutama pada pegawai bidang keuangan pemerintahan daerah, untuk

menghasilkan kinerja yang semakin baik (Nurjani, dkk, 2018). Bila ternyata

kemudian ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan, maka dengan

adanya suatu pengawasan diharapkan penyimpangan dan hambatan tersebut

dapat segera dikenali agar dapat segera diambil tindak koreksi. Melalui tindak

koreksi tersebut, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan diharapkan dapat

berjalan dan tercapai dengan secara maksimal (Ananda, 2020). Berdasarkan

hal yang ada, maka diajukan hipotesis yang menyatakan bahwa pegawasan

memoderasi pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah.

44
H1

Pengelolaan Keuangan H2a


Daerah
(X1)

Transparansi H2b
(X2)
Kinerja Pemerintah
Daerah
(Y)
H2c
Akuntabilitas
(X3)

H2d H3a

H3b
Pengendalian Intern
(X4) H3c

H3d

Pengawasan
(X5)

Gambar II.1
Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis, 2021

45
C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka perumusan hipotesis dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Secara Bersama-sama

H1: Pengelolaan keuangan daerah, transparansi, akuntabilitas, pengendalian

intern berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah

2. Secara Parsial

H2.a: Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kinerja

pemerintah daerah

H2b: Transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah

H2c: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah

H2d: Pengendalian Intern berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah

daerah

3. Secara Moderasi

H3a: Pengawasan memoderasi pengaruh pengelolaan keuangan daerah

terhadap kinerja pemerintah daerah

H3b: Pengawasan memoderasi pengaruh transparansi terhadap kinerja

pemerintah daerah

H3c: Pengawasan memoderasi pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja

pemerintah daerah

H3d: Pengawasan memoderasi pengaruh pengendalian intern terhadap kinerja

pemerintah daerah

46
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenis dan analisisnya, penelitian diklasifikasikan, yaitu:

1. Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai

dari masing-masing variabel, baik satu atau lebih yang bersifat infependen

untuk mendapatkan gambaran tentang variabel-variabel tersebut

2. Penelitian Komparatif

Penelitian komperatif adalah penelitian yang diarahkan untuk mengetahui

apakah antara dua variabel ada perbedaan dalam suatu aspek yang teliti.

Penelitian ini dilakukan seccara alami, dengan mengumpulkan data dengan

suatu instrument

3. Penelitian Hubungan

Penelitian asosiatif adalah

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian asosiatif, penelitian yang mengungkapkan ada tidaknya atau besar

kecilnya pengaruh pengelolaan keuangan daerah, transparansi, akuntabilitas,

dan pengendalian intern terhadap kinerja pemerintah daerah dengan

pengawasan sebagai variabel moderasi.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Kota Palembang.

47
C. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel adalah suatu definisi yang memberikan kepada

suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan bagaimana

variabel atau kejadian diatur. Operasional variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Definisi Indikator Skala

Kinerja Kinerja adalah sebuah 1. Kuanlitas


Pemerintah pencapaian kerja yang hasilkerja
(Y) telah di dapatkan oleh 2. Kualitas hasil kerja
seseorang atau kelompok 3. Efisiensi dalam
orang dalam sebuah melaksanakan tugas
perusahaan yang mana 4. Disiplin kerja
pencapaian tersebut 5. Inisiatif
sesuai dengan wewenang 6. Ketelitian
dan tanggungjawab 7. Kepemimpinan Ordinal
masing-masing dalam 8. Kejujuran
upaya mewujudkan 9. Kreativitas
tujuan organisasi secara
illegal, tidak melanggar
hukum dan tidak
bertentangan dengan
moral dan etika

Pengelolaan Pengelolaan Keuangan 1. Perencanaan


Keuangan Daerah adalah 2. Pelaksanaan dan
Daerah keseluruhan kegiatan penatausahaan
(X1) yang meliputi 3. Pelaporan dan
perencanaan, pertanggungjawab-
penganggaran, an
pelaksanaan, 4. Pengawasan Ordinal
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban, dan
pengawasan Keuangan
Daerah

48
1. Penyediaan
Transparansi Transparansi merupakan informasi yang jelas
(X2) keterbukaan pemerintah mengenai tanggung
atas pemberian informasi jawab
keuangan yang terbuka 2. Kemudahan akses
dan jujur kepada informasi
masyarakat untuk 3. Menyusun suatu
mendapatkan mekanisme
kepercayaan lebih kepada pengaduan jika ada Ordinal
pemerintah atas suatu peraturan yang telah
kinerja pemerintah dalam dilanggar atau
mengelola keuangan permintaan untuk
membayar uang
suap
4. Meningkatkan arus
informasi melalui
kerjasama dengan
media masa dan
lembaga non
pemerintah

1. Pengetahuan
Akuntabilitas Akuntabilitas merupakan pemerintah tentang
(X3) suatu bentuk prosedur
pertanggungjawaban oleh 2. Pengetahuan
pihak yang diberikan pemerintah tentang
kepercayaan kepada pembiayaan
stakeholder yang pada 3. Kemampuan
akhirnya akan pemerintah dalam
mendapatkan hasil menyampaikan
berupa keberhasilan atau hasil
kegagalan dalam 4. Mampu Ordinal
melaksanakan tugasnya memberikan ruang
untuk mencapai tujuan bagi masyarakat
yang telah ditetapkan 5. Adanya sarana bagi
publik

Pengendalian pengendalian intern 1. Lingkungan


Intern adalah seperangkat pengendalian
(X4) kebijakan dan prosedur 2. Penilaian risiko
yang digunakan untuk 3. Aktivitas
melindungi asset atau pengendalian Ordinal
kekayaan perusahaan dari 4. Informasi dan
seluruh macam bentuk komunikasi
tindak penyalahgunaan,

49
menjamin terpenuhinya 5. Aktivitas
informasi akuntansi pemantauan
perusahaan yang lengkap
dan akurat, serta
memastikan bahwa
semua ketentuan
(peraturan) hukum atau
undang-undang serta
kebijakan manajemen
telah dipatuhi atau
dijalankan sebagaimana
mestinya oleh seluruh
karyawan perusahaan

1. Penetapan standar
Pengawasan Pengawasan 2. Penentuan
(X5) penyelenggaraan pengukuran/penilai-
pemerintahan adalah an
usaha, tindakan, dan 3. Pengukuran
kegiatan yang bertujuan pelaksanaan
untuk dapat menjamin pekerjaan Ordinal
penyelenggaraan 4. Perbandingan
pemerintahan daerah pelaksanaan dengan
berjalan dengan efisien standar dan analisis
dan efektif berdasarkan penyimpangan
dengan ketentuan 5. Perbaikan atas
peraturan perundang- penyimpangan
undangan

Sumber: Penulis, 2021

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang menjadikan kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

yang akan diteliti adalah karyawan di Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang terdapat di Kota Palembang

50
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi dan aspek-aspeknya, sampel adalah bagian dari populasi yang

diambil untuk diteliti (Sugiyono, 2017:62). Teknik pengambilan sampel yang

akan digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Porpusive

sampling adalah teknik pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Sampel yang diteliti adalah karyawan yang terkait pada bagian keuangan.

anggaran, akuntansi, dan kebendaharaan pada setiap satuan kerja perangkat

daerah kota Palembang.

TABEL III.3
Sampel Satuan Kerja Perangkat Daerah

51
Sumber: Penulis, 2021

E. Data yang Diperlukan

Berdasarkan cara memperolehnya, data dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Data Kualitatif/Primer

Data primer adalah data hasil kategori (pemberian kode) untuk isi data yang

berupa kata atau dapat didefinisikan sebagai data bukan angka tetapi

diangkakan

2. Data Kuantitatif/Sekunder

Data sekunder adalah data yang berupa angka dalam arti sebenarnya, jadi

berbagai operasi matematika dapat dilakukan pada data kuantitatif (V.Wiratna,

2018:12)

52
F. Metode Pengumpulan Data

Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa

kelompok, yaitu:

1. Tes

Data dalam penelitian dibagi menjadi 3, yaitu fakta, pendapat, dan

kemampuan. Instrument tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya

serta besarnya kemampuan objek penelitian

2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah salah satu instrument yang digunakan untuk mengali data

secara lisan. Hal yang dilakukan secara mendalam agar data valid dan detail.

3. Pengamatan (observasi)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian

4. Penggunaan Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada para

responden untuk dijawab.

5. Survey (Survei)

Survey lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah-masalah yang

berkaitan dengan perumusan kebijakan dan bukan untuk pengembangan

6. Analisis Dokumen

53
Analisis dokumen lebih mengacuh pada bukti konkret. Instrumen ini

dilakukan untuk dpat menganalisis isi dari dokumen-dokumen yang dapat

mendukung penelitian (V.Wiratna, 2018, 118-121).

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan wawancara dan kuesioner. Wawancara

dilakukan dengan cara melakukan tanyajawab langsung dengan karyawan

bagian keuangan, anggaran, akuntansi dan kebendaharaan. Kuesioner yakni

dilakukan dengan member seperangkat pertanyaan dengan karyawan di

berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah kota Palembang bagian keuangan,

anggaran, akuntansi dan kebendaharaan.

G. Analisis Data dan Teknik Analisis

1. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan suatu alat analisis

yang bersifat kuantitatif, yaitu alat analisis yang menggunakan model-

model seperti model berbentuk matematika (misalnya fungsi multivariat),

statistik, dan ekonometrik. Hasil analisis tersebut disajikan dalam suatu

bentuk berupa angka yang kemudian dijelaskan dan diinterprestasikan

dalam suatu uraian.

2. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis yang menggunakan model

matematika, statistik, dan ekonometrik atau dalam bentuk model lainnya.

54
Analisis yang dilakukan memiliki keterbatasan yaitu hanya menggunakan

teknik pengolahan datanya seperti pada pengecekan data dan tabulasi,

dalam hal ini, sekedar membaca tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka-

angka yang telah tersedia, kemudian dilakukan uraian dan penalaran

(V.Wiratna: 2018, 11-12 ) analisis kualitatif memiliki tujuan untuk

menyusun teori dan memandang teori sebagai hasil dari proses induksi

dari pengamatan terhadap fakta (pengumpulan informasi). Teori pada

dasarnya merupakan kulminasi dari penelitian kualitatif yang disusun

melalui proses pengumpulan data, kategorisasi data, dan pengembangan

pola atau susunan teori (Nur dan Bambang, 2018:69)

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pengujian

analitik dari hasil kuesioner, kemudian hasil pengujian tersebut akan disajikan

dan dijelaskan dalam bentuk kalimat-kalimat.

2. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan untuk dapat mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja pemerintah daerah pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah adalah dengan analisis regresi linier berganda untuk dapat

meyakinkan bahwa variabel bebas pengaruh pengelolaan keuangan daerah,

transparansi, akuntabilitas dan pengendalian intern dengan pengawasan

sebagai variabel moderasi mempunyai variabel terikat terhadap kinerja

pemerintah daerah, selanjutnya dilakukannya hipotesis secara simultan dan

hipotesis secara parsial untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh

55
pengelolaan keuangan daerah, transparansi, akuntabilitas dan pengendalian

intern dengan pengawasan sebagai variabel moderasi serta membuat

kesimpulan dan yang terakhir adalah dilakukannya perhitungan koefisien

determinasi untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel

bebas dan variabel moderasi terhadap variabel terikat.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dibamtu dengan statistical

program for special science (SPSS). Sebelum melakukan suatu analisis,

berdasarkan syarat dari metode OLS (Ordynary Least Square) yang

merupakan salah satu metode dalam analisis regresi linier berganda untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas adalah pengelolaan keuangan daerah,

transparansi, akuntabilitas, dan pengendalian intern dengan pengawasan

sebagai variabel moderasi terhadap variabel yang terikat yaitu kenerja

pemerintah daerah, untuk itu dilakukan terlebih dahulu uji sabagai berikut:

a. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan dengan

tujuan untuk dapat menganalisis suatu data yang telah dikumpulkan tanpa

adanya maksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

ataupun generalisasi yang mana data tersebut terkumpul sabagaimana

adanya (Sugiyono, 2017:147). Pendekatan deskriptif ini berguna untuk

dapat memberikan gambaran lebih jelas atau suatu fakta yang terjadi pada

variabel yang diteliti yaitu pengelolaan keuangan daerah, transparansi,

akuntabilitas, pengendalian intern, pengawasan dan kinerja pemerintah

56
daerah. Statistik deskriptif merupakan suatu usaha untuk memberikan

gambaran dari berbagai karakteristik data yang ada dari suatu sampel. Data

yang akan diolah dalam statistik deskriptif dapat berupa table, grafik, dan

diagram.

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk dapat mengukur sah atau tidak

validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid apabila

pernyataan yang ada pada kuesioner dapat mengungkapkan sesuatu yang

diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung (nilai Corrected item-Total Corrected pada

output Cronbach alpha) dengan r table (V.Wiratna, 2018:178)

r hitung > r table maka butir atau pertanyaan tersebut valid

r hitung < r table maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

c. Uji Reliabilitas

Uji realibilatas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas

data atau temuan (Sugiyono, 2018:268). Uji realibitas ini digunakan untuk

dapat mengetahui konsistensi hasil dari sebuah jawaban mengenai

anggapan responden. Uji realibilitas dilakukan terhadap item pertanyaan

yang dinyatakan valid. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliable atau

handal jika didapat jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten dan stabil dari waktu ke waktu. (V.Wiratna, 2018:178).

Kriterianya jika:

57
Cronbach Alpha > 0,60 maka reliabel

Cronbach Alpha < 0,60 maka tidak reliabel

d. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji model regresi, variabel

penganggu atau residual apakah memiliki distribusi yang normal. Bila

nilai dari residu tidak mengikuti distribusi normal maka uji statistic

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas non-

parametik Kolmogorov-Smirov (K-S) merupakan salah satu cara yang

digunakan untuk menguji normalitas residual (Ghozali, 2016:154). Ujji

K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0: Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal

HA: Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya

variabel independen yang memiliki kemiripan antara variabel

independen dalam suatu model. Kemiripan antara variabel independen

akan mengakibatkan korelasi yang sangat kuat. Uji ini juga untuk

menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan keputusan

mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Jika VIF yang dihasilkan

diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

58
3) Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji di dalam sebuah

regresi apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Cara untuk memprediksi ada

tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dengan

pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi heterokskedastisitas

jika titik-titik data menyebar di atas dan bawah atau sekitaran angka 0,

titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas maupun di bawah saja,

penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik-

titik data tidak berpola (V.Wiratna, 2018: 179-182)

e. Uji Hipotesis

1) Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (

R2) adalah arahan nol dan satu. Nilai ( R2) yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen amat terbatas. Jika koefisien determinasi sama dengan nol,

maka variabel indepeden tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati 1, maka

59
variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel

dependen, dengan menggunakan model ini, maka kesalahan

penganggu diusahakan minimum sehingga R2 mendekati 1, sehingga

perkiraan regresi menjadi lebih mendekati keadaan yang sebenarnya

(V.Wiratna, 2018:182)

2) Uji Hipotesis Secara Bersama (Uji F)

Pengujian hipotesis secara bersama-sama merupakan pengujian

signifikansi persamaan yang bertujuan untuk mengetahui sebesar apa

pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) secara bersama-sama

terhadap variabel tidak bebas (Y). Langkah-langkah dalam uji

hipotesis secara bersama yaitu:

a) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

Ho1: Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah, Transparansi,

Akuntabilitas dan Pengendalian Intern terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

Ha1: Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah, Transparansi,

Akuntabilitas dan Pengendalian Intern secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

b) Menentukan Taraf Nyata

Tingkat signifikan sebesar 5% taraf nyata dari t tabel ditentukan dari

derajat (db)= n-k-1, taraf nyata (α) berarti nilai t tabel, taraf nyata

dari F tabel ditentukan dengan derajat bebas (db) = n-k-1

60
c) Kesimpulan

Jika F hitung < F table maka Ho diterima atau Ha ditolak.

Sebaliknya, jika F hitung > F table maka Ho ditolak atau Ha

diterima.

3) Pengujian Hipotesis Secara Parsial (uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial merupakan pengujian koefisien

regresi parsial individual yang digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen (X1) secara individual mempengaruhi variabel

dependen (Y). langkah-langkah dalam uji hipotesis secara parsial

yaitu:

a) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

(1) Hipotesis 2.a Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Ho2a : Pengelolaan Keuangan Daerah tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Ha2a : Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah

(2) Hipotesis 2.b Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

Ho2b : Transparansi tidak berpengaruh terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

61
Ha2b : Transparansi berpengaruh terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

(3) Hipotesis 2.c Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

Ho2d : Akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

Ha2c : Akuntabilitas berpengaruh terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

(4) Hipotesis 2.d Pengaruh Pengendalian Intern terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah

Ho2d : Pengendalian Intern tidak berpengaruh terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah

Ha2d : Pengendalin Intern berpengaruh terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah

b) Menentukan Taraf Nyata

Tingkat signifikan sebesar 5% taraf nyata dari t tabel ditentukan dari

derajat bebas (db) = n-k-1, taraf nyata (α ¿ berarti nilai t tabel, taraf

nyata dari F tabel yang ditentukan dengan derajat bebas (db) = n-k-1.

c) Kesimpulan

Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima, dan jika Sig < 0,05 maka Ho

ditolak. Jika F hitung < F table maka Ho diterima atau Ha ditolak.

62
Sebaliknya F hitung > F table maka Ho ditolak atau Ha diterima

(V. Wiratna, 2018: 161-164)

4) MRA (moderated regression analysis)

Variabel moderating adalah variabel bebas yang dapat memperkuat

atau memperlemah hubungan antara variabel terikat dan variabel

bebas. Dasar dari pengambilan keputusan yaitu dengan cara melihat

beta yang akan dihasilkan dari nilai signifikan X5 terhadap Y pada

analisis pertama dan nilai signifikansi interaksi X5*X1 (M1) terhadap

Y, untuk menguji keberadaan dari X5 apakah benar sebagai pure

moderated, quasi moderated, dan moderating sama sekali.

Uji Analisis Regresi Berganda

Persamaan I = Y = a +β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4

Uji Moderated Regression Analysis (MRA)

Persamaan II = Y = a + β1 X 1 + β1 X 5 + β1 X 1 X 5

Persamaan III = Y = a + β2 X 2 + β2 X 5 + β2 X 2 X 5

Persamaan IV = Y = a + β3 X3 + β3 X5 + β3 X3 X 5

Persamaan V = Y = a + β4X 4 + β4X5 + β4X 4X5

Keterangan :

Y = Kinerja Pemerintah Daerah

X1 = Pengelolaan Keuangan Daerah

X2 = Transparansi

X3 = Akuntabilitas

X4 = Pengendalian Intern

63
X5 = Pengawasan

X1X5 = Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pengawasan

X2X5 = Transparansi dan Pengawasan

X3X5 = Akuntabilitas dan Pengawasan

X4X5 = Pengendalian Intern dan Pengawasan

a = Nilai Konstanta

β 1 , β 2 , β 3 , β 4 = Koefisien regresi variabel X

5) Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda terdapat asumsi klasik yang harus dipenuhi

yaiu residual berdistribusi normal, tak ada multikolineritas, dan tak ada

heteroskedositas (V.Wiratna, 2015: 179)


Y= α + β 1 X 1+ β 2 X 2+ β 3 X 3+ β 4 X 4+ β 5 X 5+¿e

Keterangan :
Y = Kinerja Pemerintah

α = Konstantan

β 1−β 5 = Koefisien Regresi

X1 = Pengelolaan Keuangan Daerah

X2 = Transparansi

X3 = Akuntabilitas

X4 = Pengendalian Intern

X5 = Pengawasan

e = Erorr

6) Uji Hipotesis secara Moderasi

64
Variabel Moderating adalah variabel independen yang akan
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen
terhadap variabel dependen (V.Wiratna, 2018:212)
Pengujian hipotesis secara moderasi menggunakan aplikasi khusus
regresi linier berganda yaitu MRA (moderating regression analysis)
dimana persamaan regresinya mengandung unsure interaksi (perkalian
dua atau lebih variabel independen). Langkah-langkah dalam uji
hipotesis secara moderasi yaitu:
MRA uji signifikansi parameter parsial (uji statistik t)
a) Mmerumuskan hipotesis MRA dengan (uji t)
(1) Hipotesis 3.a Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah yang dimoderasi
Pengawasan
Ho3a : Pengelolaan Keuangan Daerah tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah yang dimoderasi
Pengawasan
Ha3a : Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah yang dimoderasi
Pengawasan
(2) Hipotesis 3.b Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan
Ho3b : Transparansi tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan
Ha3b : Transparansi berpengaruh terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan
(3) Hipotesis 3.c Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan
Ho3c : Akuntabilitasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan
Ha3c : Akuntabilitas berpengaruh terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan

65
(4) Hipotesis 3.d Pengaruh Pengendalian Intern terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan
Ho3d : Pengendalian Intern tidak berpengaruh terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah yang dimoderasi
Pengawasan
Ha3d : Pengendalian Intern berpengaruh terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah yang dimoderasi Pengawasan
b) Menentukan Taraf Nyata

Tingkat signifikan sebesar 5% taraf nyata dari t tabel ditentukan dari

derajat bebas (db) = n-k-1, taraf nyata (α ¿ berarti nilai t tabel, taraf

nyata dari F tabel yang ditentukan dengan derajat bebas (db) = n-k-1.

c) Kesimpulan

Menarik kesimpulan jika t hitung < t table maka Ho diterima atau

Ha ditolak. Sebaliknya, jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak atau

Ha diterima.

66
DAFTAR PUSTAKA

Hari Eka Setiyawan dan Muhammad Safri. (2016). Analisis Pengaruh

Akuntabilitas Publik, Transparansi Publik dan Pengawasan Terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Bungo. Jurnal Perspektif

Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, 4(1), 51-72

I Putu Deddy Samtika Putra dan Sang Ayu Putu Arie Indrawarawati. (2021).

Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah, Transparansi Pengelolaan

Keuangan Daerah dan Akuntabilitas terhadap Kinerja Pemerintah Daerah

Kabupaten Klungkung.

Ulfah Juliarti. (2019). Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntabilitas,

dan Transparansi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah dengan Pengawasan

sebagai Variabel Moderasi pada Daerah Kabupaten Lahat.

67
Dito Aditia Darma Nasution. (2018). Analisis Pengaruh Pengelolaan Keuangan

Daerah, Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Kinerja Keuangan

Pemerintah. Jurnal Studi Akuntansi & Keuangan 2(3): 149-162.

Made Budi Sastra Wiguna, Gede Adi Yuniartha dan Nyoman Ari Surya

Darmawan. (2015). Pengaruh Pengawasan Keuangan Daerah, Akuntabilita

dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng. E-Jurnal S1 Ak Universitas

Pendidikan Ganesha 3(1).

Wahyuni Arifin, Saiful Muchlis dan Suhartono. (2020). Pengaruh Akuntabilitas,

Transparansi dan Fairness terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Daerah

dengan Pemanfaatan Accounting Informasi System sebagai Pemoderasi.

Jurnal Islamic Accounting and Finance Review (ISAFIR) 1(2): 67-82.

Clara Neltje Meini Rotinsulu, Mahfud Nurnajamuddi, Masdar Mas’ud dan

Sudirman. (2021). The Effect Of Budget Participation, Transparency and

Internal Control on Accountability and Regional Financial Performance

Banggai District. American Journal of Humanities and Sosial Sciences

Research (AJ HSSR) 5(1): 296-304.

Fatimah Elkha dan Wahidahwati. (2020). Pengaruh Pengendalian Internal,

Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap

Kinerja Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 9(3): 1-19.

Nurjani Fara, Rusman Soleman dan Asrudin Hormati. (2018). Pengaruh

Pengendalian Intern dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja

68
Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel

Moderasi. Jurnal Riset Akuntansi 5(2): 74-89.

Anwar. A, dan Tuti Meutia. (2021). Pengaruh Pengelolaan Keuangan dan Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap Kinerja Aparatur

Pemerintah Daerah Kota Langsa. Jurnal Mahasiswa Akuntansi Samudra

(JMAS) 2(1): 1-13.

Bambang Jatmiko. (2020). Pengaruh Pengawasan Internal, Akuntabilitas dan

Transparansi terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.

Jurnal Akuntansi Trisakti 7(2): 231-246.

Rosi Permata Sari Sembiring. (2020). Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi

Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Kota Medan.

Bening Puspitasasi. (2020). Pengaruh Akuntabilitas Publik, Kemampuan Kerja,

Budaya Organisasi dan Pengawasan terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah

Desa.

Nur Rodiya dan Ahkmad Riduwan. (2020). Pengaruh Aluntabilitas Publik,

Transparansi dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja Aparat

Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 9(6): 1-17.

Kristiani Evaranus dan Wahidahwati. (2020). Pengaruh Penerapan Anggaran

Berbasis Kinerja, Ketetapan Sasaran Anggaran dan Pengendalian Internal

pada Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi 9(3): 1-

23.

69
Dea Rahma Novitasari dan Tri Jatmiko Wahyu Prabowo. (2020). Pengaruh

Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pengawasan Internal terhadap Kinerja

Pemerintah. Diponegoro Journal Of Accounting 9(2): 1-8.

Dewi Sartika, Deby Clara Monita dan Andrea Ilyas. (2020). Pengaruh

Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah

terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma

Andalas 22(2): 195-209.

Nur Azlina dan Ira Amelia. (2014). Pengaruh Good Governance dan Pengendalian

Intern terhadap Kinerja Pemerintah Kabupaten Pelalawan. Jurnal

Akuntansi Universitas Jember 12(2): 32-42.

Meike Negawati Kesek, Joseph Nugraha Tangon dan Sintia Korompis. (2021).

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Pengendalian Internal terhadap

Kinerja Pegawai. Jurnal Riset dan Akuntansi 5(1): 12-21.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2020

tentang Pengukuran Indeks Pengelolaan Keuangan Daerah.

Lucy Auditya, Husaini dan Lismawati. (2013). Analisis Pengaruh Akuntabilitas

dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja

Pemerintah Daerah. Jurnal Fairness 3(1): 21-41.

Maryanto. (2020). Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Good

Governance terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci.

Jurnal of Applied Accounting and Business (JAAB) 2(1): 1-8.

Peraturan Menteri Pendayahunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

70
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Inten

Pemerintah.

71

Anda mungkin juga menyukai