Anda di halaman 1dari 13

Kontrak Bisnis Syariah

“Penerapan Akad Syariah Sewa pada Pembiyaan Lembaga Keuangan Syariah”

Makalah

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kontrak Bisnis Syariah)

Dosen Pengampuh:

Ibu Hj. Wiwin Koni, SE.I., MSA

Kelompok 8:

Rein Dayi 184022023

Jimy Saputra Gobel 184022087

JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa
penulis hadiahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. manusia terbaik yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menuju ke zaman yang berlimpah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu agama Islam, sehingga kita mampu membedakan
mana yang wajib yang harus dikerjakan dan haram yang harus ditinggalkan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kontrak Bisnis Syariah”. Semoga makalah ini dapat dipahami serta berguna
untuk semua pembaca, terkhusus kepada penulis.

Limboto, 05 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................3


B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pembiyaan..................................................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Pembiyaan...................................................................3
C. Ijarah..........................................................................................................4
D. Dasar Hukum Ijarah...................................................................................4
1. Al-Qur’an............................................................................................5
2. Al-Hadits.............................................................................................5
3. Ijma’....................................................................................................6
E. Rukun dan Syarat Ijarah...........................................................................7
F. Skema Akad Ijarah....................................................................................7
G. Penerapan Akad Ijarah pada Perbankan Syariah......................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................9

A. Simpulan....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari kegiatan
ekonomi, karena setiap manusia mempunyai kebutuhan yang harus
dipenuhi. Kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut kegiatan
ekonomi. Manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk mencapai aktivitas
ekonomi dapat dikatakan sama tuanya sejarah manusia itu sendiri.
Islam juga mengatur aktivitas ekonomi tidak hanya untuk
pemeluknya tetapi untuk umat sekuruh dunia. Hal ini karena Islam
merupakan agama yang syamil mukammil yaitu agama yang tidak hanya
menyeluruh atau konprehensif tetapi juga universal.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu tentang bank syariah dan
Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara
dan proses dalam melaksanakan usahanya. Dalam melaksanakan usahanya
tersebut, bank syariah memiliki produk perbankan yang dapat digunakan
oleh masyarakat baik untuk kepentingan konsumtif maupun produktif.
Beberapa produk perbankan syariah di antaranya adalah
musyarakah, mudharabah, murabahah, Bai al-Murabahah, Bai’ al
Assalam, Bai’ al-Istishna, al-Ijarah, al-Ijarah muntahia bit tamlik, al-
Wakalah, al-Kafalah, al-Hiwalah, ar-Rahn dan al-Qardh semua produk ini
tidak menggunakan sistem bunga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pembiyaan?
2. Apa tujuan dan fungsi Pembiyaan?
3. Apa yang dimaksud dengan Ijarah?
4. Bagaimana Dasar Hukum Ijarah?

1
5. Bagaimana Syarat dan Rukun Ijarah?
6. Bagaimana Skema Akad Ijarah?
7. Bagaimana Penerapan Akad Ijarah pada Perbankan Syariah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pembiyaan
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi Pembiyaan
3. Untuk mengetahui pengertian Ijarah
4. Untuk mengetahui Dasar Hukum Ijarah
5. Untuk mengetahui Syarat serta Rukun Ijarah
6. Untuk mengetahui Skema Ijarah pada Perbankan Syariah
7. Untuk mengetahui penerapan akad Ijarah pada Perbankan Syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiyaan
Aktivitas yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen dana
koperasi adalah pembiayaan. Pembiayaan sering digunakan untuk
menunjukkan aktivitas utama lembaga keuangan syariah, karena
berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan.
Berdasarkan UU No 7 tahun 1992 yang dimaksud pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya selama jangka waktu tertentu ditambah dengan
jumlah imbalan atau bagi hasil.
Selanjutnya pembiayaan menurut pasal 1 angka 25 Undang-Undang
Perbankkan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;


b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiyah bi tamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk murabahah, salam, dan istishna.
c. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qard.
d. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah

B. Tujuan dan Fungsi Pembiyaan


Secara makro pembiayaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi
umat, meningkatkan usaha, meningkatkan produktifitas, membuka
lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara
mikro pembiayaan diberikan dengan tujuan upaya memaksimalkan laba,
meminimalkan resiko, penyalahgunaan sumber ekonomi, dan penyaluran
kelebihan dana.

3
Pembiayaan memiliki fungsi meningkatkan daya guna uang,
meningkatkan daya guna barang, meningkatkan semangat usaha, menjaga
stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan nasional, dan alat
hubungan ekonomi internasional.

C. Ijarah
Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan ijarah, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan,
tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada
penyewa.
Definisi fiqih al-ijarah disebut akad pemindahan hak guna
(manfaat), atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri. Ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang
melibatkan dua belah pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang
memberikan barang yang dapat dimanfaatkan kepada si penyewa untuk
diambil manfaatnya dengan penggantian atau tukaran yang telah
ditentukan oleh syara’ tanpa diakhiri dengan kepemilikan.
Ada 2 (dua) Jenis ijarah dalam Islam:
1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu
mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan
jasa yang disewa.
2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau properti, yaitu
memindahkanhak untuk memakai dari asset atau properti
tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.

D. Dasar Hukum Ijarah


1) Al-Qur’an

4
Surah at-Thalaq: 6
‫وا َعلَ ۡي ِه ۚ َّن َوإِن‬ ْ ُ‫يِّق‬X‫ض‬ َ ُ‫ٓارُّ وه َُّن لِت‬X‫ض‬ َ ُ‫م َواَل ت‬Xۡ‫ج ِد ُك‬
Xۡ ‫ث َس َكنتُم ِّمن ُو‬ ُ ‫أَ ۡس ِكنُوه َُّن ِم ۡن َح ۡي‬
‫اتُوه َُّن‬Xََٔ‫ ۡعنَ لَ ُكمۡ ٔ‍ف‬XX‫ض‬ َ ‫ض ۡعنَ َحمۡ لَه ۚ َُّن فَإِ ۡن أَ ۡر‬ ْ ُ‫ت َحمۡ ٖل فَأَنفِق‬
َ َ‫وا َعلَ ۡي ِه َّن َحتَّ ٰى ي‬ ِ َ‫ُك َّن أُوْ ٰل‬
‫ض ُع لَ ٓۥهُ أُ ۡخ َر ٰى‬
ِ ‫ُوف َوإِن تَ َعا َس ۡرتُمۡ فَ َستُ ۡر‬ Xْ ‫أُجُو َره َُّن َو ۡأتَ ِمر‬
ٖXۖ ‫ُوا بَ ۡينَ ُكم بِ َم ۡعر‬

Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu


bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan
jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,
maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka
bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu
untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;
dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya.

Surah al-Qashash: 26
ۡ ۡ ‫خَير من‬ ۡ ۡ ‫قَالَ ۡت إ ۡحد َٰىهما ٰيٓأَبت‬
٢٦ ُ‫ٱس‍ٔتَ َج ۡرتَ ۡٱلقَ ِويُّ ٱأۡل َ ِمين‬ ِ َ َ ۡ ‫ٱس‍ٔتَ ِج ۡر ۖهُ إِ َّن‬ ِ َ َ َُ ِ
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya”.

2) Al-Hadits
Hadis Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.

5
Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i dari Sa‟ad bin Abi
Waqas menyebutkan

Artinya: “Dahulu kita menyewa tanah dengan jalan membayar


dengan hasil tanaman yang tumbuh disana. Rasulullah lalu
melarang cara yang demikian dan memerintahkan kami agar
membayarnya dengan uang mas atau perak”

3) Ijma’
Mengenai disyari‟atkannya ijarah, semua Ulama bersepakat,
tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ijma‟
ini, sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda
pendapat dalam tataran teknisnya. Pakar-pakar keilmuan dan
cendekiawan sepanjang sejarah di seluruh negeri telah sepakat
akan legitimasi ijarah.
Dari beberapa nash yang ada, kiranya dapat dipahami bahwa
ijarah itu disyari'atkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia
senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh
karena itu, manusia antara yang satu dengan yang lain selalu terikat
dan saling membutuhkan.
Ijarah (sewa menyewa) merupakan salah satu aplikasi
keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Bila dilihat uraian diatas, rasanya mustahil manusia
bisa berkecukupan hidup tanpa berijarah dengan manusia. Oleh
karena itu boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah
salah satu bentuk aktivitas antara dua pihak atau saling
meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong menolong
yang diajarkan agama.

6
E. Rukun Ijarah
1) Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa) adalah pihak yang
menyewa, dan mu’jir/mua’jir (pemilik) adalah pihak pemilik yang
menyewakan.
2) Objek akad, yaitu ma’jur (barang yang disewakan), dan ujroh
(harga sewa).
3) Shiqhat, yaitu ijab dan qabul.

F. Skema Akad Ijarah


1. Akad Pembiyaan

Bank 2. Permohona Pembiyaan Nasabah


3. Menyewa/membeli Ijarah

Keterangan: Supplyer/Penjual/Pemili Objek Ijarah


k
1) Nasabah
mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
2) Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh
nasabah sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai
barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya
pemeliharaanya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani,
nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.
4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah
mengembalikan objek ijarah tersebut dengan bank.
5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al bai’ wal ijarah),
setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh
bank sebagai asset yang bisa disewakan kembali.

7
6) Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah atau
ijarah paralel), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut
dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual atau pemilik.

G. Penerapan Akad Ijarah pada Perbankan Syariah


Implementasi dari al-Ijarah ini, lembaga keuangan syariah dapat
melakukan leasing. Akan tetapi pada umumnya, lembaga keuangan
syariah tersebut lebih banyak menggunakan al-Ijarah al-Muntahia bit-
Tamlik (IMB) karena lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu,
lembaga keuangan syariah pun tidak direpotkan untuk mengurus
pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Iijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad
ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak
guna saja dari yang menyewakan pada penyewa.
Ada dua jenis akad ijarah dalam Islam yaitu ijarah yang
berhubungan dengan sewa jasa, yakn mempekerjakan jasa seseorang
dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa; ijarah yang berhubungan
dengan sewa asset atau properti, yakni memindahkanhak untuk memakai
dari asset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya
sewa. Dasar Hukum ijarah yaitu: al-qur’an (at-thalaq:6 al-qhasash:26); al-
hadits; ijma’.
Implementasi dari al-Ijarah ini, lembaga keuangan syariah dapat
melakukan leasing. Akan tetapi pada umumnya, lembaga keuangan
syariah tersebut lebih banyak menggunakan al-Ijarah al-Muntahia bit-
Tamlik (IMB) karena lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu,
lembaga keuangan syariah pun tidak direpotkan untuk mengurus
pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang Pembiayaan


Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UUP AMP
YKPN, 2005, h. 17.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN,
2002, h. 22.
Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012, h. 191.
Muhammad Ridwan, Konstruksi Bank Syariah Indonesia Yogyakarta: Pustaka
SM, cetakan 1, 2007, h. 95
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 3, Jakarta:
Salemba Empat, 2013, h. 228.
Muhammad Ridwan, Konstruksi..., h. 51.
Fatwa DSN NO.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah. Lihat, dalam
Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama,
DSN-MUI, BI, 2001 h. 55.
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008, h .99.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Bandung: CV. Penerbit J
Art, 2004, h. 559.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Bandung: CV. Penerbit
JArt, 2004, h. 388.
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah, dari Teori ke Praktek, Jakarta, Gema
Insani, 2001, h. 108.
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi..., h. 232.
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Sukses Offset, 2011, h. 79.

10

Anda mungkin juga menyukai