Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah
Dosen Pengampuh:
Kelompok 8:
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa
penulis hadiahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. manusia terbaik yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menuju ke zaman yang berlimpah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu agama Islam, sehingga kita mampu membedakan
mana yang wajib yang harus dikerjakan dan haram yang harus ditinggalkan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kontrak Bisnis Syariah”. Semoga makalah ini dapat dipahami serta berguna
untuk semua pembaca, terkhusus kepada penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pembiyaan..................................................................................................3
B. Tujuan dan Fungsi Pembiyaan...................................................................3
C. Ijarah..........................................................................................................4
D. Dasar Hukum Ijarah...................................................................................4
1. Al-Qur’an............................................................................................5
2. Al-Hadits.............................................................................................5
3. Ijma’....................................................................................................6
E. Rukun dan Syarat Ijarah...........................................................................7
F. Skema Akad Ijarah....................................................................................7
G. Penerapan Akad Ijarah pada Perbankan Syariah......................................8
A. Simpulan....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia tidak akan pernah bisa terlepas dari kegiatan
ekonomi, karena setiap manusia mempunyai kebutuhan yang harus
dipenuhi. Kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disebut kegiatan
ekonomi. Manusia melakukan kegiatan ekonomi untuk mencapai aktivitas
ekonomi dapat dikatakan sama tuanya sejarah manusia itu sendiri.
Islam juga mengatur aktivitas ekonomi tidak hanya untuk
pemeluknya tetapi untuk umat sekuruh dunia. Hal ini karena Islam
merupakan agama yang syamil mukammil yaitu agama yang tidak hanya
menyeluruh atau konprehensif tetapi juga universal.
Perbankan syariah adalah segala sesuatu tentang bank syariah dan
Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara
dan proses dalam melaksanakan usahanya. Dalam melaksanakan usahanya
tersebut, bank syariah memiliki produk perbankan yang dapat digunakan
oleh masyarakat baik untuk kepentingan konsumtif maupun produktif.
Beberapa produk perbankan syariah di antaranya adalah
musyarakah, mudharabah, murabahah, Bai al-Murabahah, Bai’ al
Assalam, Bai’ al-Istishna, al-Ijarah, al-Ijarah muntahia bit tamlik, al-
Wakalah, al-Kafalah, al-Hiwalah, ar-Rahn dan al-Qardh semua produk ini
tidak menggunakan sistem bunga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pembiyaan?
2. Apa tujuan dan fungsi Pembiyaan?
3. Apa yang dimaksud dengan Ijarah?
4. Bagaimana Dasar Hukum Ijarah?
1
5. Bagaimana Syarat dan Rukun Ijarah?
6. Bagaimana Skema Akad Ijarah?
7. Bagaimana Penerapan Akad Ijarah pada Perbankan Syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Pembiyaan
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi Pembiyaan
3. Untuk mengetahui pengertian Ijarah
4. Untuk mengetahui Dasar Hukum Ijarah
5. Untuk mengetahui Syarat serta Rukun Ijarah
6. Untuk mengetahui Skema Ijarah pada Perbankan Syariah
7. Untuk mengetahui penerapan akad Ijarah pada Perbankan Syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembiyaan
Aktivitas yang tidak kalah pentingnya dalam manajemen dana
koperasi adalah pembiayaan. Pembiayaan sering digunakan untuk
menunjukkan aktivitas utama lembaga keuangan syariah, karena
berhubungan dengan rencana memperoleh pendapatan.
Berdasarkan UU No 7 tahun 1992 yang dimaksud pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan atau yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya selama jangka waktu tertentu ditambah dengan
jumlah imbalan atau bagi hasil.
Selanjutnya pembiayaan menurut pasal 1 angka 25 Undang-Undang
Perbankkan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
3
Pembiayaan memiliki fungsi meningkatkan daya guna uang,
meningkatkan daya guna barang, meningkatkan semangat usaha, menjaga
stabilitas ekonomi nasional, meningkatkan pendapatan nasional, dan alat
hubungan ekonomi internasional.
C. Ijarah
Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang
pembiayaan ijarah, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran
sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan,
tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada
penyewa.
Definisi fiqih al-ijarah disebut akad pemindahan hak guna
(manfaat), atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri. Ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang
melibatkan dua belah pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang
memberikan barang yang dapat dimanfaatkan kepada si penyewa untuk
diambil manfaatnya dengan penggantian atau tukaran yang telah
ditentukan oleh syara’ tanpa diakhiri dengan kepemilikan.
Ada 2 (dua) Jenis ijarah dalam Islam:
1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu
mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan
jasa yang disewa.
2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset atau properti, yaitu
memindahkanhak untuk memakai dari asset atau properti
tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.
4
Surah at-Thalaq: 6
وا َعلَ ۡي ِه ۚ َّن َوإِن ْ ُيِّقXض َ ُٓارُّ وه َُّن لِتXض َ ُم َواَل تXۡج ِد ُك
Xۡ ث َس َكنتُم ِّمن ُو ُ أَ ۡس ِكنُوه َُّن ِم ۡن َح ۡي
اتُوه َُّنXََٔ ۡعنَ لَ ُكمۡ ٔفXXض َ ض ۡعنَ َحمۡ لَه ۚ َُّن فَإِ ۡن أَ ۡر ْ ُت َحمۡ ٖل فَأَنفِق
َ َوا َعلَ ۡي ِه َّن َحتَّ ٰى ي ِ َُك َّن أُوْ ٰل
ض ُع لَ ٓۥهُ أُ ۡخ َر ٰى
ِ ُوف َوإِن تَ َعا َس ۡرتُمۡ فَ َستُ ۡر Xْ أُجُو َره َُّن َو ۡأتَ ِمر
ٖXۖ ُوا بَ ۡينَ ُكم بِ َم ۡعر
Surah al-Qashash: 26
ۡ ۡ خَير من ۡ ۡ قَالَ ۡت إ ۡحد َٰىهما ٰيٓأَبت
٢٦ ُٱسٔتَ َج ۡرتَ ۡٱلقَ ِويُّ ٱأۡل َ ِمين ِ َ َ ۡ ٱسٔتَ ِج ۡر ۖهُ إِ َّن ِ َ َ َُ ِ
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya”.
2) Al-Hadits
Hadis Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
Artinya: “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.
5
Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i dari Sa‟ad bin Abi
Waqas menyebutkan
3) Ijma’
Mengenai disyari‟atkannya ijarah, semua Ulama bersepakat,
tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ijma‟
ini, sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda
pendapat dalam tataran teknisnya. Pakar-pakar keilmuan dan
cendekiawan sepanjang sejarah di seluruh negeri telah sepakat
akan legitimasi ijarah.
Dari beberapa nash yang ada, kiranya dapat dipahami bahwa
ijarah itu disyari'atkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia
senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh
karena itu, manusia antara yang satu dengan yang lain selalu terikat
dan saling membutuhkan.
Ijarah (sewa menyewa) merupakan salah satu aplikasi
keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Bila dilihat uraian diatas, rasanya mustahil manusia
bisa berkecukupan hidup tanpa berijarah dengan manusia. Oleh
karena itu boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah
salah satu bentuk aktivitas antara dua pihak atau saling
meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong menolong
yang diajarkan agama.
6
E. Rukun Ijarah
1) Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa) adalah pihak yang
menyewa, dan mu’jir/mua’jir (pemilik) adalah pihak pemilik yang
menyewakan.
2) Objek akad, yaitu ma’jur (barang yang disewakan), dan ujroh
(harga sewa).
3) Shiqhat, yaitu ijab dan qabul.
7
6) Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah atau
ijarah paralel), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut
dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual atau pemilik.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Iijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad
ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak
guna saja dari yang menyewakan pada penyewa.
Ada dua jenis akad ijarah dalam Islam yaitu ijarah yang
berhubungan dengan sewa jasa, yakn mempekerjakan jasa seseorang
dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa; ijarah yang berhubungan
dengan sewa asset atau properti, yakni memindahkanhak untuk memakai
dari asset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya
sewa. Dasar Hukum ijarah yaitu: al-qur’an (at-thalaq:6 al-qhasash:26); al-
hadits; ijma’.
Implementasi dari al-Ijarah ini, lembaga keuangan syariah dapat
melakukan leasing. Akan tetapi pada umumnya, lembaga keuangan
syariah tersebut lebih banyak menggunakan al-Ijarah al-Muntahia bit-
Tamlik (IMB) karena lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu,
lembaga keuangan syariah pun tidak direpotkan untuk mengurus
pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10