seperti saraf, THT, jiwa sehingga kami sudah memiliki pengalaman yang
bisa diaplikasikan dalam melayani pasien. Penguasaan pengetahuan kami
setidaknya mampu aplikasikan di poli dimana di sisi lain kami juga tetap
menambah ilmu seperti salah satu contoh kami menjadi lebih mengenal
sindrom mccune albright, kami juga menjadi lebih peka terhadap
penyakit apa saja yang sering timbul dan menjadi keluhan di masyarakat
yang datang memeriksakan diri ke poli puskesmas sebagai layanan
primer. Keterampilan kami terus dilatih khususnya dalam mengenali
perilaku dan gaya hidup pasien, melakukan penegakan diagnostik, dan
penatalaksaan komprehensif pasien. Kami merasa senang bisa turut
berpartisipasi dalam pelayanan pasien di poli karena hal ini dapat kami
jadikan bekal ketika kami menjadi dokter internship kelak yang akan
bertugas di puskesmas. Kami harap dapat menjalankan komitmen kami
yaitu ke depannya kami dapat menerapkan pelayanan holistik kepada
pasien dan keluarga walaupun kami hanya melakukan diagnostik di
dalam poli.
Refleksi:
MTBS merupakan sebuah wadah yang sangat baik untuk mempelajari
dan menilai semua jenis penyakit yang sering dialami oleh balita dan
anak-anak. Pada pelaksanaan MTBS kami diberikan kesempatan untuk
belajar memberikan pelayanan kepada pasien terlebih dalam pola atau
cara komunikasi yang tepat baik itu secara autoanamnesis maupun
alloanamnesis ataupun pemberian terapi yang sesuai dengan didampingi
oleh para petugas kesehatan seperti dokter umum, bidan atau perawat
yang bertugas pada saat itu.
Selama mengikuti pelayanan di MTBS banyak hal baru yang kami
dapatkan seperti mengerti bahwa MTBS bukan hanya sebagai tempat
untuk memperbaiki kesehatan (pengobatan) tetapi bisa menjadi suatu
sarana untuk menilai seberapa besar tingkat kepuasan dan pemahaman
dari setiap pelayanan dan edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan
kepada pasien atau keluarga pasien (kemampuan perawatan keluarga dan
masyarakat dalam menangani balita yang sakit di rumah), meningkatkan
keterampilan sebagai petugas kesehatan, dan berusaha untuk
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin. Hal ini dapat
menjadi bekal kami untuk kedepannya dan sebagai cerminan untuk
melihat dan memahami setiap hal yang kami lakukan sebagai petugas
kesehatan sudah sesuai, tepat, dan dapat diterima oleh kalangan
masyarakat atau sebaliknya, sehingga dapat dilakukan perbaikan agar
menjadi lebih baik lagi.
D. Substasis Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Merupakan pelayanan kesehatan darurat bagi penderita dalam waktu
segera demi penyelamatan. Peralatan dasar penunjang gawat darurat
tersedia untuk kompetensi dasar disertai ambulans yang siap sedia jika
diperlukan rujukan segera. IGD Puskesmas Bambanglipuro memberikan
pelayanan kesehatan selama 24 jam. Dikategorikan menjadi beberapa
kasus dengan penyakit akut yang datang ke IGD, yaitu gawat dan darurat,
gawat tapi tidak darurat, darurat tapi tidak gawat, dan tidak gawat serta
tidak darurat. Gawat merupakan definisi sebagai suatu kondisi atau
keadaan yang berhubungan dengan suatu penyakit ataupun kondisi lain
yang sifatnya mengancam jiwa, sedangkan darurat merupakan suatu
kondisi yang terjadi secara tiba-tiba tanpa disangka atau diperkirakan
sebelumnya, suatu kecelakaan, sesuatu yang bersifat “segera” atau
mendesak. Penggunaan fasilitas IGD sejauh ini sudah dimanfaatkan
dengan sesuai dan tepat sesuai dengan kebutuhan.
Kasus terbanyak yang paling sering dijumpai yaitu ISPA. Kami belajar
bagaimana anamnesis sesuai keluhan, pemeriksaan fisik, penunjang,
diagnosis bahkan terapi sesuai dengan keluhan. Kebanyakkan pasien
memiliki riwayat demam sehingga kami harus menyertakan obat penurun
panas. Kasus tersering lain yang paling banyak dijumpai yaitu kecelakaan
lalu lintas. Hal ini sering terjadi didepan pertigaan menuju puskesmas dan
langsung dibawa ke IGD. Pada kasus tersebut, kami harus dapat
memberikan tindakan yang tepat seperti irigasi luka, hecting dan
tatalaksana yang sesuai.
Refleksi :
IGD merupakan wadah yang sangat baik untuk mempelajari semua jenis
penyakit yang masuk. Kami diberikan kesempatan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien dan tetap didampingi oleh petugas kesehatan
yang jaga yakni dokter umum, perawat atau bidan yang sedang bertugas.
Begitu banyak hal baru yang kami dapatkan melalui tindakan di IGD
Puskesmas mulai dari anamnesis hingga terapi. Meskipun tidak banyak
pasien yang datang dengan kategori gawat darurat, tetapi kami tetap
berusaha memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Hal ini menjadi
refleksi tersendiri bagi kami apakah pelayanan yang kami berikan sudah
sesuai dan baik atau apakah mesti ada peningkatan mutu layanan serta
perbaikan untuk kedepannya.