Anda di halaman 1dari 7

Adapun kegiatan yang kami lakukan di Poli Umum , yakni

melakukan pemeriksaan kesehatan yang meliputi anamnesis,


pemeriksaan fisik dan tanda vital, pemberian terapi dan edukasi. Pada
Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yakni melakukan pengukuran berat
badan, panjang badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran LILA,
penyuluhan mengenai stunting dan gizi pada orangtua serta ibu
menyusui, pembagian MPASI dan melaukan imunisasi. Selain itu juga
melaksanakan ANC terpadu dan suntik TT bagi pasien. Pada kegiatan
Promosi Kesehatan (PROMKES), yakni dilakukan pemberian
penyuluhan terkait dengan COVID-19, apa itu COVID, gejala dan
pencegahannya baik di lingkungan puskesmas maupun di 3 dusun yaitu
Sumbermulyo, Sidomulyo, dan Mulyodadi, selain itu juga dilakukan
peragaan cara cuci tangan yang baik dan benar dan etika batuk . Pada
penyelidikan epidemiologi DBD dan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) yang bertujuan untuk mendapat kejelasan mengenai terjadinya
KLB DBD, yakni pencarian informasi mengenai pasien dan
lingkungannya dari pasien, keluarga pasien, dan tetangga, serta survei
kontak (dimana dilakukan pemeriksaan sampel darah (SD) pada
penghuni rumah yang berhubungan dengan pasien dan rumah yang
berdekatan dengan rumah pasien) yang selanjutnya sampel darah yang
diambil dibawa ke laboratorium Puskesmas Bambanglipuro untuk
diperiksa RTD maupun mikroskopis. Selain itu juga pada kegiatan PSN
dilakukan evaluasi dan penghitungan jentik nyamuk di setiap rumah
warga di dusun Sumbermulyo, Sidomulyo, dan Mulyodadi,
Melalui kegiatan komunitas ini, lebih meningkatkan
pengetahuan serta mengembangkan keterampilan kami sebagai Dokter
Muda yang nantinya akan terjun langsung menghadapi berbagai
persoalan di masyarakat. Adapun pengetahuan yang didapatkan bahwa
suatu penyakit tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan fisik kesehatan,
namun ekonomi dan status sosial ternyata juga dapat berperan dalam hal
teresebut. Selain itu, keterampilan kami dalam menganamnesis,
melakukan pemeriksaan fisik untuk penegakkan diagnosis, tatalaksana,
dan edukasi kepada pasien juga lebih terasah dan hal itu membuat kami
menjadi lebih percaya diri nantinya saat menghadapi dunia kerja di
bidang kesehatan. Kami merasa sangat senang bisa menerapkan ilmu
serta keterampilan yang telah diperoleh selama masa pendidikan saat
terjun langsung ke masyarakat yang ada di berbagai kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh Puskesmas Bambanglipuro. Seluruh pengalaman
yang telah didapatkan akan terus kami asah dan kembangkan agar layak
menjadi seorang Dokter yang holistik.

A. Substasis Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Kesehatan Ibu dan Anak merupakan suatu program yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Kegiatan yang
disediakan poli KIA Puskesmas Bambanglipuro adalah pemeriksaan ibu
hamil, pelayanan persalinan dan post partum, imunisasi, konseling gizi
KIA, pemeriksaan calon penganten & kelas calon temanten, kunjungan
rumah kesehatan ibu dan anak resiko tinggi (kunjungan rumah bagi ibu
hamil, ibu nifas, neonatal, dan bayi resiko tinggi), pelayanan Keluarga
Berencana, pelayanan Keluarga Berencana Post Plasenta (On Call),
kelas ASI, pelayanan USG ibu hamil, kelas ibu, kelas ibu resiko tinggi,
pelayanan kesehatan peduli remaja. Semua kegiatan tersebut masih
berjalan hingga saat ini.
Refleksi:
 Layanan ANC (Antenatal Care) merupakan yang tersering di poli
KIA. Dokter muda mendapat kesempatan untuk melakukan ANC
terpadu yang terdiri dari anamnesis terkait keluhan yang dialami ibu
hamil, pemeriksaan tekanan darah, pengukuran tinggi badan, berat
badan, serta LILA (Lingkar Lengan Atas), pemeriksaan tinggi
fundus uteri, letak janin, pemeriksaan denyut jantung janin, dan
pemberian resep obat.
 Dokter muda mendapat kesempatan untuk ikut memberikan layanan
imunisasi anak.
 Dokter muda ikut membantu dalam memberikan layanan KB,
kegiatan ini memberikan kesempatan untuk menerapkan
pengetahuan yang telah didapat selama masa pendidikan, sehingga
dapat mengetahui berbagai macam jenis alat kontrasepsi, dan
mampu menentukan metode apa yang sesuai dengan keinginan dan
kondisi pasien.

B. Substasis Balai Pengobatan Umum (BPU)


Selama di BPU kami ikut serta dalam memanggil pasien sesuai nama
urut, anamnesis pasien, pemeriksaan dan pemberian obat serat edukasi
dengan konsultasi ke dokter penanggung jawab, perawatan luka,
pemeriksaan EKG, pembuatan surat rujukan, surat keterangan
sehat/sakit/bebas NAPZA. Kami belajar untuk mengelola pasien baik
pasien baru/lama. Untuk pasien yang rutin kontrol obat diberikan untuk 2
minggu dan pemeriksaan lab berikutnya dilakukan setiap 1 bulan. Untuk
pasien dengan keluhan umum diberikan obat untuk 3-7 hari. Kami
berusaha menyampaikan edukasi sesuai dengan pemahaman pasien.
Terkadang kami terkendala di bahasa Jawa yang belum kami kuasai.
Refleksi :
Kami merasa memiliki konvidensi yang cukup dengan kemampuan yang
kami miliki karena kami sudah melewati beberapa stase mayor seperti
IPD, bedah serta stase minor

seperti saraf, THT, jiwa sehingga kami sudah memiliki pengalaman yang
bisa diaplikasikan dalam melayani pasien. Penguasaan pengetahuan kami
setidaknya mampu aplikasikan di poli dimana di sisi lain kami juga tetap
menambah ilmu seperti salah satu contoh kami menjadi lebih mengenal
sindrom mccune albright, kami juga menjadi lebih peka terhadap
penyakit apa saja yang sering timbul dan menjadi keluhan di masyarakat
yang datang memeriksakan diri ke poli puskesmas sebagai layanan
primer. Keterampilan kami terus dilatih khususnya dalam mengenali
perilaku dan gaya hidup pasien, melakukan penegakan diagnostik, dan
penatalaksaan komprehensif pasien. Kami merasa senang bisa turut
berpartisipasi dalam pelayanan pasien di poli karena hal ini dapat kami
jadikan bekal ketika kami menjadi dokter internship kelak yang akan
bertugas di puskesmas. Kami harap dapat menjalankan komitmen kami
yaitu ke depannya kami dapat menerapkan pelayanan holistik kepada
pasien dan keluarga walaupun kami hanya melakukan diagnostik di
dalam poli.

C. Substasis Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan (PROMKES) merupakan suatu pendekatan


terpadu untuk

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu


pendekatan yang terpadu untuk tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
meluruh. MTBS ialah bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan, dan
kecatatan bayi dan anak balita terutama di negara berkembang.
Dengan adanya fasilitas kesehatan dan pengetahuan dasar dari
kesehatan, kita dapat melakukan penilaian terhadap tumbuh
kembang anak sehat maupun tidak sehat. Sehingga pemberian
edukasi dan terapi dapat sesuai dan tepat terlebih untuk mencapai
tingkat kesembuhan, perkembangan dan pertumbuhan anak yang
diharapkan.
Pada pelayanan MTBS kasus terbanyak yang paling sering di jumpai
yaitu ISPA. Kami belajar bagaimana melakukan anamnesis baik itu
autoanamnesis atau alloanamnesis karena pasiennya kebanyakan masih
balita, melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan berat badan, tinggi
badan, ataupun panjang badan, diagnosis, juga pemberian terapi juga
edukasi yang tepat sesuai dengan keluhan dan diagnosis yang didapatkan
kepada pasien. Kami juga belajar bagaimana menilai tumbuh kembang
anak yang datang pada saat itu dan cara pemberian terapi yang sesuai
dengan dosis dan umur dari pasien, terlebih terapi yang diberikan
kebanyakan ialah sirup dan obat yang digerus sehingga perlu
perhitungan tersendiri untuk menentukan takarannya.

 Refleksi:
MTBS merupakan sebuah wadah yang sangat baik untuk mempelajari
dan menilai semua jenis penyakit yang sering dialami oleh balita dan
anak-anak. Pada pelaksanaan MTBS kami diberikan kesempatan untuk
belajar memberikan pelayanan kepada pasien terlebih dalam pola atau
cara komunikasi yang tepat baik itu secara autoanamnesis maupun
alloanamnesis ataupun pemberian terapi yang sesuai dengan didampingi
oleh para petugas kesehatan seperti dokter umum, bidan atau perawat
yang bertugas pada saat itu.
Selama mengikuti pelayanan di MTBS banyak hal baru yang kami
dapatkan seperti mengerti bahwa MTBS bukan hanya sebagai tempat
untuk memperbaiki kesehatan (pengobatan) tetapi bisa menjadi suatu
sarana untuk menilai seberapa besar tingkat kepuasan dan pemahaman
dari setiap pelayanan dan edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan
kepada pasien atau keluarga pasien (kemampuan perawatan keluarga dan
masyarakat dalam menangani balita yang sakit di rumah), meningkatkan
keterampilan sebagai petugas kesehatan, dan berusaha untuk
memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin. Hal ini dapat
menjadi bekal kami untuk kedepannya dan sebagai cerminan untuk
melihat dan memahami setiap hal yang kami lakukan sebagai petugas
kesehatan sudah sesuai, tepat, dan dapat diterima oleh kalangan
masyarakat atau sebaliknya, sehingga dapat dilakukan perbaikan agar
menjadi lebih baik lagi.
D. Substasis Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Merupakan pelayanan kesehatan darurat bagi penderita dalam waktu
segera demi penyelamatan. Peralatan dasar penunjang gawat darurat
tersedia untuk kompetensi dasar disertai ambulans yang siap sedia jika
diperlukan rujukan segera. IGD Puskesmas Bambanglipuro memberikan
pelayanan kesehatan selama 24 jam. Dikategorikan menjadi beberapa
kasus dengan penyakit akut yang datang ke IGD, yaitu gawat dan darurat,
gawat tapi tidak darurat, darurat tapi tidak gawat, dan tidak gawat serta
tidak darurat. Gawat merupakan definisi sebagai suatu kondisi atau
keadaan yang berhubungan dengan suatu penyakit ataupun kondisi lain
yang sifatnya mengancam jiwa, sedangkan darurat merupakan suatu
kondisi yang terjadi secara tiba-tiba tanpa disangka atau diperkirakan
sebelumnya, suatu kecelakaan, sesuatu yang bersifat “segera” atau
mendesak. Penggunaan fasilitas IGD sejauh ini sudah dimanfaatkan
dengan sesuai dan tepat sesuai dengan kebutuhan.

Kasus terbanyak yang paling sering dijumpai yaitu ISPA. Kami belajar
bagaimana anamnesis sesuai keluhan, pemeriksaan fisik, penunjang,
diagnosis bahkan terapi sesuai dengan keluhan. Kebanyakkan pasien
memiliki riwayat demam sehingga kami harus menyertakan obat penurun
panas. Kasus tersering lain yang paling banyak dijumpai yaitu kecelakaan
lalu lintas. Hal ini sering terjadi didepan pertigaan menuju puskesmas dan
langsung dibawa ke IGD. Pada kasus tersebut, kami harus dapat
memberikan tindakan yang tepat seperti irigasi luka, hecting dan
tatalaksana yang sesuai.
Refleksi :
IGD merupakan wadah yang sangat baik untuk mempelajari semua jenis
penyakit yang masuk. Kami diberikan kesempatan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien dan tetap didampingi oleh petugas kesehatan
yang jaga yakni dokter umum, perawat atau bidan yang sedang bertugas.
Begitu banyak hal baru yang kami dapatkan melalui tindakan di IGD
Puskesmas mulai dari anamnesis hingga terapi. Meskipun tidak banyak
pasien yang datang dengan kategori gawat darurat, tetapi kami tetap
berusaha memberikan pelayanan semaksimal mungkin. Hal ini menjadi
refleksi tersendiri bagi kami apakah pelayanan yang kami berikan sudah
sesuai dan baik atau apakah mesti ada peningkatan mutu layanan serta
perbaikan untuk kedepannya.

Maria Tifani Weruin / 42180222


• Konfidensi : Melalui kepaniteraan kedokteraan komunitas ini, saya mendapatkan banyak
pengalaman dan pengetahuan serta meningkatkan kepercayaan diri saya dalam menerapakan
ilmu kedokteran khususnya mengenai kesehatan komunitas. Saya menemukan banyak sekali
kasus yang membuat konvidensi penanganan kasus kesehatan semakin bertambah. Saya
juga dapat meningkatkan ketrampilan dlam menganalisa kasus, sehingga saya memiliki
banyak bekal kelak menjadi seorang dokter.
• Pengetahuan : Sebelum menjalankan kepaniteraan kedokteran komunitas ini,
pengetahuan saya mengenai kasus kesehatan hanya sebatas pada klinis yaitu berupa kuratif
dan rehabilitatif. Namun setelah saya mengikuti kegiatan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Bambanglipuro yang terbagi menjadi poli umum, poli batuk, skrining, farmasi,
serta promkes dalam penanggulangan serta pencegahan COVID-19, pengetahuan saya
makin bertambah. Kita juga dituntut untuk berpikir kritis agar mampu menangani kasus
yang tampak sederhana namun setelah dikaji sangat kompleks.
• Keterampilan : Dalam menjalani kepaniteraan kedokteran komunitas, saya mendapat
banyak sekali ketrampilan baru. Dari segi klinis, saya diberikan kesempatan sepenuhnya
untuk memberi tatalaksana klinis yang sesuai. Dari segi komunitas, ketrampilan mengasah
penyakit pasien dan determinan yang mungkin ada semakin tinggi. Contohnya saya
mendapat ketrampilan baru dalam pemeriksaan jentik dan menghitung ABJ.
• Perasaan : Saya merasa senang dapat mengikuti kegiatan kepaniteraan komunitas ini
karena saya dapat belajar banyak hal baik secara klinis maupun komunitas. Saya merasa
senang juga bisa bekerja sama dengan lintas profesi dan bagaimana membangun tim ketika
kami turun ke komunitas/masyarakat.
• Komitmen : Setelah saya mendapatkan begitu banyak pelajaran dan pengalaman dalam
menjalani kepaniteraan ilmu komunitas ini, saya berkomitmen untuk tidak pernah puas dan
belajar lebih lagi. Mawas diri, pengembangan diri, dan profesionalisme akan saya
tingkatkan untuk mempersiapkan diri kelak menjadi seorang dokter.

Anda mungkin juga menyukai