Anda di halaman 1dari 7

Ainun Pratiwi (5552180023)

S1 AKUNTANSI 4A
Tugas Mata Kuliah PEMERIKSAAN AKUNTANSII

”KLASIFIKASI PROSEDUR AUDIT UMUM DAN KHUSUS SETARA KAS “

 Prosedur Audit Umum :

1. Perikatan audit

Yakni kesepakatan antara pihak auditor dengan perusahaan.  Surat perikatan menjadi
bentuk perikatan antara keduanya dimana  klien menyerahkan audit laporan keuangan
kepada auditor. Dari sudut pandang sendiri adanya perikatan ini  yang disepakati keduanya
mengisyaratkan bahwa auditor menyanggupi untuk melakukan audit laporan keuangan
sesuai dengan kompetensinya.

2. Perencanaan

Dalam tahap ini, auditor merencanakan bagaimana proses audit akan dilakukan. Auditor
perlu memahami bagaimana kegiatan perusahaan tersebut untuk memahami bisnis dari
perusahaan anda.Dalam tahap perencanaan sendiri juga terdapat beberapa tahapan seperti
mempertimbangkan risiko bawaan.Dalam tahap ini auditor mempertimbangkan risiko salah
saji yang melekat pada saldo akun. Selanjutnya ada tahap pengembangan strategi audit awal
terhadap asersi kemudian mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi saldo awal.
Auditor juga perlu mempertimbangkan tingkat materialitas dan melaksanakan prosedur dan
analitis.

3. Pengujian

Pada tahap pengujian audit, auditor melakukan pengujian analitik, pengendalian dan
pengujian substantif.Pengujian substantif adalah prosedur untuk menemukan kesalahan
yang mampu memberikan dampak langsung pada laporan keuangan.Pengujian analitik
sendiri merupakan kegiatan untuk mempelajari data-data serta membandingkan data dengan
informasi lainnya.
Pengujian pengendali ialah tindakan verifikasi  efektivitas pengendalian internal klien.
Dalam tahap ini, auditor melakukan tahap pemetaan tentang masalah yang muncul dari
proses observasi tersebut.

4. Pelaporan

Pada tahap ini, auditor telah mendapatkan hasil  dan tanggung jawab sebagai auditor telah
dilakukan. Pada tahap ini  mungkin saja auditor menemukan kesalahan dari laporan
keuangan yang diaudit atau malah sebaliknya. Pada umumnya, semakin besar suatu
perusahaan, maka resiko penyimpangan keuangan juga akan semakin besar. Auditor
biasanya akan melakukan klarifikasi ulang dan mencocokkan hasil auditor dengan auditor
lainnya untuk memastikan kesalahan keuangan tersebut apakah benar terjadi atau tidak.
Setelah itu, barulah auditor akan menyusun hasil evaluasinya berupa laporan yang akan
diserahkan kepada pihak perusahaan. Di dalam laporan hasil evaluasi tersebut, auditor
menulis rekomendasi perkembangan yang dicapai dan memberikan opininya.

 Prosedur Audit Khusus

(dalam "setara kas" )

1. Prosedur Audit Kas


a. Siapkan daftar perincian utama dari kas dan setara kas.
b. Lakukan perhitungan kas (cash count) secara mendadak dan serentak untuk semua
jenis kas yang ada di perusahaan serta dibuatkan berita acara pemeriksaan.
c. Yakinkan bahwa buku kas telah ditutup per tanggal pemeriksaan dan semua bukti
pengeluaran dan penerimaan telah dibukukan.
d. Bandingkan saldo kas menurut perhitungan kas dengan saldo buku kas.
e. Apabila perhitungan kas dilakukan sesudah tanggal neraca, lakukan prosedur
penarikan mundur (trace back) ke tanggal neraca dan bila dilakukan sebelum tanggal
neraca lakukan penarikan maju (trace forward) ke tanggal neraca.
f. Bandingkan saldo buku besar dengan saldo perhitungan kas setelah prosedur
penarikan per tanggal neraca.
g. Periksa penjumlahan (footing/cross footing) lembaran-lembaran buku kas, perhatikan
pemindahan saldo pada lembaran tersebut ke lembaran berikutnya.
h. Jika kas kecil menggunakan sistem dana tetap (Imprest fund), teliti apakah sudah ada
petanggungjawaban dari dana tetap sebelum diadakan pengisian kembali.
i. Pastikan bila ada kas yang dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs
yang benar per tanggal neraca.
j. Buat daftar koreksi yang diperlukan.
k. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan kas yang perlu diketahui oleh para
partner serta saran perbaikan kepada pihak manajemen yang juga merupakan salah
satu penilaian terhadap mutu audit. 

2. Prosedur Audit Bank


a. Lakukan prosedur konfirmasi untuk semua akun bank, baik yang masih aktif maupun
yang sudah tidak aktif.
b. Minta dari klien hasil rekonsiliasi bank dan periksa kebenaran rekonsiliasi tersebut
meliputi pencocokan saldo R/K dengan saldo buku besar bank, pemeriksaan cek/giro
yang masih beredar (outstanding check) dan setoran dalam perjalanan (deposit in
transit).
c. Yakinkan bahwa saldo bank dalam mata uang asing telah dikonversikan ke dalam
kurs yang benar per tanggal neraca.
d. Yakinkan bahwa setiap pembukuan dan penutupan rekening bank mendapat
persetujuan dari pejabat yang berwenang. Mintalan informasi mengapa perlu dibuka
rekening baru maupun alasan dari penutupan rekening.
e. Yakinkan bahwa tidak ada lapping/window dressing dengan memeriksa bukti-bukti
penerimaan dan pengeluaran akhir tanggal neraca.
f. Untuk rekening yang sudah tidak aktif, mintalah penjelasan dari klien dan sarankan
untuk ditutup saja.
g. Yakinkan bahwa semua rekening di bank atas nama perusahaan, bukan perorangan.
h. Perhatikan apakah ada kelebihan saldo di bank yang tidak digunakan dalam waktu
singkat dan sarankan untuk didepositokan untuk mendapat tingkat bunga yang lebih
tinggi.
i. Periksa pendebitan dan pengkeditan yang ada dalam jurnal dan dibukukan kedalam
buku besar.
j. Catat hal-hal yang perlu diberikan saran kepada manajemen dalam surat manajemen
(Management Letter).
k. Buat kesimpulan dan komentar hasil pemeriksaan bank yang perlu diketahui oleh
partner.
3. Prosedur Audit Investasi Jangka Pendek
a. Siapkan daftar perincian utama investasi jangka pendek
b. Lakukan konfirmasi atas investasi yang dipegang oleh pihak lain, apabila digunakan
sebagai jaminan oleh pihak bank atau dikuasai oleh pihak broker/pialang.
c. Mintalah catatan kurs harga pasar pada tanggal neraca untuk saham dan bandingkan
dengan harga belinya.
d. Periksa transaksi mutasi penambahan dan pengurangan dengan melihat bukti
pembelian dan penjualan serta apakah telah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
e. Lakukan verifikasi atas dividen tunai/saham dan penerimaan bunga deposito.
f. Lakukan pengecekan pencatatan investasi apakah sudah sesuai dengan ketentuan
standar akuntansi berlaku umum.
g. Perhatikan klasifikasi dari setara kas bahwa investasi tersebut segera akan jatuh tempo
dalam tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya termasuk sebagai kelompok
kas dan setara kas dan tidak digunakan sebagai jaminan ( jika lebih dari tiga bulan
termasuk investasi jangka pendek ).

4. Prosedur Audit Piutang

Sukrisno Agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha sebagai berikut:

a. Pelajari dan evaluasi internal kontrol atas piutang dan transaksi penjualan, piutang
danpenerimaan.
b. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca.
c. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain
menunjukkan namapelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa
subsequent collections-nya.
d. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya kegeneral ledger.
e. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales
invoice.
f. Kirimkan konfirmasi piutang:
1. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat 
konfirmasi.
2. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
3. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmas
i.
4. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicaripe
rbedaannya.
5. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
g. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untukperiode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan(audit field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collections hanyalah yangberhubungan dengan penjualan dari periode
yang sedang diperiksa.
h. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk
mengetahuikemungkinan adanya contingent liability.
i. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakanoleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
j. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2(dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijualmelalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahualasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari
tahun yang diperiksa, yang dibatalkandalam periode berikutnya.
k. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence fileuntuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.
l. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yangberlaku umum di Indonesia/SAK13.
m. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

5. Prosedur Audit Aset Tetap


1. Pelajari dan evaluasi internal kontrol aset tetap. Beberapa ciri internal kontrol yang
efektif untukaset tetap:
a. Setiap penambahan dan penarikan aset tetap harus diotorisasi oleh pejabat
yangberwenang
b. Setiap penambahan aset tetap harus disesuaikan dengan anggaran.
c. Adanya kebijakan yang jelas dan tertulis tentang capitalization dandepreciation
policy.
d. Perusahaan mempunyai sub buku besar aset tetap yang mencantumkan data-data
aset tetap, diantaranya: tanggal pembelian aset tetap, nama supplier, harga
perolehan, metodepenyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan
nilai buku aset tetap
e. Dilakukannya inventarisasi/pemeriksaan yang rutin terhadap aset tetap, untuk
mengetahuikeberadaan dan kondisi dari aset tetap tersebut.
f. Bukti-bukti kepemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.
g. Aset tetap diasuransikan oleh perusahaan dengan jumlah/nilai pertanggungan
(insurancecoverage) yang wajar.
h. Minta kepada klien Top schedule dan Supporting schedule aset tetap, sehingga
dapat dilihatberapa saldo awalnya, berapa penambahan/pengurangannya dan
berapa saldo akhir dari aset tetap tersebut.
i. Periksa footing dan cross footing serta cocokkan totalnya dengan general ledger
atau subledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
j. Apakah setiap penambahan dan pengurangan dari aset tetap dilengkapi dengan
supportingdocument, termasuk otorisasinya.
k. Lakukan pemeriksaan fisik terhadap aset tetap tersebut untuk melihat
kondisinyaapakah masihlayak dan penilaiannya wajar.
l. Periksa bukti kepemilikan aset tetap.
m. Periksa apakah capitalization policy sudah benar dan depreciation policy
dijalankan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
n. Analisis tentang perkiraan Repair and Maintenance, sehingga dapat
diketahui apakah adapengeluaran yang seharusnya masuk capital expenditure,
dicatat sebagai revenue expenditure.
o. Periksa apakah aset tetap sudah diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang
cukup.
p. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, konfirmasi bank, untuk mengetahui
apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
q. Periksa apakah ada komitmen-komitmen yang dibuat perusahaan untuk
membeli/menjual aset tetap.
r. Jika ada contsruction in process, periksa ketepatan nilai pertambahan yang
ditransfer ke aset tetap.
s. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement-nya
dan apakahpencatatannya sudah sesuai dengan SAK.
t. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, missal :ketentuan penyajian baik di neraca, laba-rugi maupun catatan atas
laporan keuangan.

6. Prosedur Pemeriksaan Beban


a. Meminta buku besar (atau buku pembantu/rincian) masing-masing jenis beban,
kemudiancocokkan dengan saldo biaya untuk laporan laba-rugi
b. Meminta SK Direksi yang mengatur jenis beban (misalnya yang mengatur biaya gaji,
honor, jasa,produksi).
c. Periksa apakah beban yang dikeluarkan telah sesuai dengan ketentuan.
d. Periksa apakah ada pengeluaran/pembebanan beban telah mendapat persetujuan dari
pejabatyang yang berwenang.
e. Periksa apakah ada pengeluaran beban yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
operasionalperusahaan, kalau ada tanyakan dan ungkap.
f. Periksa apakah struktur gaji sesuai dengan jabatan (misalnya apakah gaji direksi lebih
kecil darikomisaris/kabag).
g. Periksa apakah semua pengeluaran beban telah didukung oleh bukti-bukti yng akurat
dan sah.
h. Menentukan ketetapan sistem pengendalian intern atas beban.
i. Menentukan kebenaran jumlah beban.
j. Menentukan bahwa beban telah dicatat dengan tepat.
k. Menentukan bahwa beban telah diklasifikasikan dengan tepat.

Prinsip beban diverifikasi pada saat menerima buku-buku harian. Prosedur


pemeriksaanapa yang harus dilakukan akan tergantung pada sistem pengendalian intern,
praktek-praktekperusahaan dan klasifikasi beban yang tepat. Pemeriksa harus
mempelajari prosedurpembukuannya, luas tidaknya pemeriksaan perkiraan beban akan
tergantung kepada efektivitaspemeriksaan intern dan pengendalian melalui
anggaran biaya overhead pabrik.

Anda mungkin juga menyukai