Anda di halaman 1dari 8

Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/rekabuana

ISSN 2503-2682 (Online)


ISSN 2503-3654 (Cetak)

Model Debit Puncak Banjir Berdasarkan Faktor Bentuk DAS Untuk


Sungai-Sungai di Sulawesi Selatan
Dandy Achmad Yani 1) dan Ery Suhartanto 2)

1) Doctoral Program on the Department of Water Resources, Faculty of Engineering, University


of Brawijaya, Malang
2) Department of Water Resources, Faculty of Engineering, University of Brawijaya, Malang
Email : herminddd@gmail.com

ABSTRAK

Kurangnya ketersediaan data hidrograf merupakan kendala bagi perencanaan bangunan air. Kendala ini
menjadikan model-model HSS akan memberikan manfaat yang cukup besar. Idealnya setiap DAS
mempunyai Hidrograf Satuan dengan ciri tertentu. Studi ini bertujuan untuk mengamati karakteristik
hidrograf pengamatan di tiap DAS dan semua DAS di Propinsi Sulawesi Selatan. Tujuan utama studi
ini adalah membuat rancangan Model Hidrograf Satuan Sintetis antara lain persamaan debit puncak
banjir (Qp) dan waktu mencapai puncak banjir (Tp) yang antara lain merupakan fungsi dari luas DAS
(A), panjang sungai terpanjang (L), dan faktor bentuk DAS. Faktor bentuk DAS merupakan rasio dari
keliling (K) dan luas area (A) DAS. Analisis model menggunakan regresi dengan berbagai alternatif.
Hasilnya permodelan hidrograf satuan sintetis (HSS) dengan variabel luas DAS (A), panjang sungai
terpanjang (L), dan faktor bentuk DAS (FD) dan tentunya sesuai dengan kriteria dari koefisien
determinasi, diharapkan mempunyai sensitivitas yang cukup tinggi. Faktor bentuk DAS (FD)
diharapkan mempunyai hubungan linear dengan parameter hidrograf satuan sintetis.

Kata kunci : debit puncak banjir; waktu mencapai puncak; luas DAS; faktor bentuk DAS

ABSTRACT

The lack of hydrograph data availability is an obstacle for water building planning. This constraint makes
HSS models will provide considerable benefits. Ideally each watershed has a Hydrograph Unit with certain
characteristics. This study aims to observe the hydrograph characteristics of observations in each watershed and
all watersheds in South Sulawesi Province. The main objective of this study is to design a Synthetic Unit
Hydrograph Model, including the peak flood discharge equation (Qp) and the time to reach the flood peak
(Tp), which among others is a function of the watershed area (A), longest river length (L), and form factor
Watershed. The watershed form factor is the ratio of perimeter (K) and area (A) of the watershed. Model
analysis uses regression with various alternatives. The result is synthetic unit hydrograph modeling (HSS) with
a broad variable watershed (A), longest river length (L), and DAS (FD) form factor and of course according
to the criteria of the coefficient of determination, it is expected to have a high enough sensitivity. The DAS
(FD) form factor is expected to have a linear relationship with the parameters of synthetic unit hydrographs.

Keywords : peak flood discharge; peak reaching time; watershed area; watershed form
factor

8
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

1. PENDAHULUAN yang karakteristik DAS-nya jauh berbeda


Kurangnya ketersediaan data hidrograf dengan DAS terapan, maka seringkali
merupakan kendala bagi perencanaan memberikan hasil analisis yang kurang
bangunan air. Ketidaktersediaan data akurat. Akibat lebih lanjut akan
tersebut dapat disebabkan antara lain karena menimbulkan dampak ketidakefisienan
alat pencatatnya rusak, kelalaian petugas, dalam penentuan dimensi bangunan air.
data rusak sehingga tidak terbaca atau hilang Kondisi hidrologi di setiap daerah adalah
(Sobriyah et al., 2001) atau memang belum khas, sehingga tidak semua cara dan konsep
terpasang alat pencatatnya. Kendala ini yang ada dapat digunakan untuk
menjadikan model-model HSS akan memecahkan masalah hidrologi di setiap
memberikan manfaat yang cukup besar. DAS (Sri Harto, 1993).
HSS dapat memberikan informasi penting Faktor bentuk DAS (FD) memberikan
untuk keperluan evaluasi keamanan harapan yang baik untuk digunakan dan
bangunan air (hydraulic structures) dan resiko dikembangkan lebih lanjut dalam
yang didasarkan pada perencanaan (Tung et permodelan HSS (Suwignyo, 2001). Faktor
al., 1995). Di kalangan praktisi, penerapan bentuk DAS merupakan karaktersitik fisik
model tersebut dimaksudkan untuk DAS dan didefinisikan sebagai nilai banding
menganalisis banjir rancangan (design flood) antara keliling batas DAS (km) terhadap
dengan masukan data hujan. Namun luas DAS (km2). Dengan mengamati faktor
demikian, sejauh ini para praktisi di bentuk DAS, maka dapat dibuat model
Indonesia masih sangat fanatik parameter HSS antara lain Debit Puncak
menggunakan HSS Nakayasu, karena (Qp) dan Waktu Puncak (Tp) yang
dipandang paling praktis, padahal merupakan fungsi dari faktor bentuk DAS
penerapan model tersebut untuk Pulau Jawa dan beberapa parameter lain seperti panjang
masih memerlukan kalibrasi beberapa sungai terpanjang (L) dan luas DAS (A).
parameter (Hoesein dan Montarcih, 1993a). Untuk kasus-kasus yang ideal perlu
Beberapa praktisi menggunakan HSS Gama dilakukan kalibrasi parameter-parameter
I walaupun model tersebut memerlukan 10 model berdasarkan karakteristik DAS yang
jenis data fisik DAS dan tidak dapat bersangkutan (Nandakumar and Mein,
diterapkan untuk DAS yang hanya 1997).
mempunyai satu sungai. Sementara Studi ini akan dilakukan dengan rencana
Limantara (2006) mencoba untuk membuat tahapan sebagai berikut: 1) Alihragam stage
model HSS Limantara yang relatif hydrograph menjadi discharge hydrograph; 2)
sederhana dengan memasukkan faktor fisik Menganalisis distribusi hujan jam-jaman; 3)
DAS yang didefinisikan secara eksak antara Melakukan pemisahan aliran dasar dari
lain panjang sungai utama: L, luas DAS: A, hidrograf diperlukan untuk memperoleh
kemiringan rerata sungai: S, koefisien hidrograf aliran langsung; 4) Menganalisis
kekasaran DAS: n, panjang sungai dari titik kehilangan air. Jenis kehilangan air meliputi
berat DAS ke outlet: Lc. Namun demikian, intersepsi, penguapan, infiltrasi, dan
HSS Limantara pun mempunyai tampungan di cekungan dan yang terbesar
keterbatasan tertentu. Mengingat model- adalah infiltrasi; 5) Menurunkan hidrograf
model HSS diteliti dan dibentuk di daerah satuan; 6) Memperhitungkan kriteria akurasi
model.

9
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

2. METODE PENELITIAN
Studi ini dilakukan di wilayah sungai Walanae-Cenranae yang meliputi 39 DAS. Lokasi
studi disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Wilayah sungai Walanae-Cenranae

Masing-masing DAS dicari hidrograf 2.1. Permodelan debit puncak dan


satuan pengamatannya. Hidrograf satuan waktu untuk mencapai puncak
pengamatan untuk semua DAS, didapat banjir
dengan merata-rata ordinat hidrograf Pembuatan model debit puncak dan
satuan pengamatan pada jam yang sama, waktu puncak pada studi ini didasarkan
debit puncak dan waktu untuk mencapai pada luas DAS (A), panjang sungai
debit puncak, dengan tahapan sebagai terpanjang (L), dan 2 (dua) karakteristik
berikut: fisik DAS, yaitu rasio antara keliling DAS
1. Menghitung waktu puncak rata-rata (K) dan luas DAS (A). Analisis pembuatan
dan debit puncak rata-rata. model menggunakan cara regresi dengan
2. Menghitung hidrograf satuan beberapa alternatif berdasarkan variabel
pengamatan tak berdimensi (t/TP dan bebas yang digunakan (lima, empat, tiga,
Q/Qp) untuk masing-masing DAS. dua dan satu variabel bebas). Dalam
3. Menghitung hidrograf satuan analisis ini, debit puncak (Qp) merupakan
pengamatan rata-rata tak berdimensi. variabel tetap, sedangkan karakteristik fisik
4. Menghitung hidrograf satuan DAS (A, L, dan FD) merupakan variabel
pengamatan (hidrograf satuan bebas. Dengan demikian akan dihasilkan
observasi) rata-rata. banyak alternatif. Pemilihan model

10
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

didasarkan pada model rasional dengan Sedangkan data sekunder yang diperlukan
kriteria sebagai berikut (Soewarno, 1991): adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas dan variabel tidak 1. Peta DAS dengan skala minimum 1 :
bebas mempunyai hubungan korelasi 500.000.
yang cukup kuat, dengan koefisien 2. State Hydrograph dari stasiun AWLR
korelasi r antara 0,60 – 1,00 dan termasuk lengkung debit yang
koefisien determinasi (R2) terbesar. bersangkutan.
2. Nilai perkiraan kesalahan standar 3. Hujan jam-jaman dari stasiun ARR dan
(SEY) terkecil. hujan harian dari stasiun manual untuk
3. Terdapat pengaruh nyata antara DAS yang tidak tersedia stasiun ARR.
variabel bebas dengan variabel tidak 4. Data kemiringan sungai dan luas hutan
bebas, dalam model regresi digunakan yang disesuaikan dengan waktu
Uji-F. pengambilan data hidrograf
4. Tes penyimpangan pada model pengamatan dan data hujan.
hidrograf terpilih berdasarkan
hidrograf satuan pengamatan dengan 2.2. Hidrograf Satuan Pengamatan
tingkat penyimpangan cukup rendah. Hidrograf pengamatan yang dimaksud
adalah hidrograf banjir yang merupakan
Kriteria pemilihan sampel atau data untuk hidrograf debit (discharge hydrograph), yaitu
masing-masing DAS adalah sebagai berikut: grafik hubungan antara debit terhadap
1. Tersedia stasiun hidrometri (AWLR) waktu, yang didapat dari konversi hidrograf
dan di dalam atau sekitar DAS terdapat muka air dengan menggunakan persamaan
stasiun hujan otomatis (ARR), luas umum sebagai berikut (Soewarno, 1991):
DAS < 5000 km2. Q = c Hm ……………… (1)
2. Faktor fisik DAS memiliki jenis tanah Dengan :
relatif homogen, demikian pula dengan Q = debit (m3/dt}
karakteristik hidrologi bahwa hujan H = tinggi muka air (m)
tahunan juga homogen. Dengan c, m = konstanta yang diperoleh dari
demikian bentuk hidrograf relatif kalibrasi langsung di lokasi pos duga air
serupa. Hidrograf satuan mempunyai andaian
3. Hidrograf harus dipilih yang berpuncak pokok dan didasarkan pada landasan
tunggal, yang disebabkan oleh hujan pemikiran, yaitu (Sri Harto, 1993):
jam-jaman. Waktu hujan dan hidrograf 1. Hidrograf satuan ditimbulkan oleh
harus bersesuaian. Jika terdapat hujan yang terjadi merata di seluruh
beberapa hidrograf yang memenuhi DAS (evently spatial distribution)
persyaratan tersebut, maka akan 2. Hidrograf satuan ditimbulkan oleh
dilakukan perataan hidrograf dengan hujan yang terjadi merata selama
catatan hidrograf tersebut tetap waktu yang telah ditetapkan (constant
mewakili puncak tertinggi untuk DAS intensity).
yang bersangkutan. 3. Ordinat hidrograf satuan sebanding
dengan volume hujan yang
menimbulkannya (linier system).

11
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

4. Tanggapan DAS tidak bergantung dari c. Jumlah data minimal adalah (N+2) di
waktu terjadinya masukan hujan (time mana N adalah jumlah parameter
invariant). bebas.
5. Waktu mulai puncak hidrograf satuan Sedangkan pemilihan model regresi terbaik
sampai akhir hidrograf limpasan didasarkan pada kriteria sebagai berikut (Sri
langsung selalu tetap (tidak Harto, 1993 dan Soewarno, 1991):
memandang besarnya tingkat a. Koefisien korelasi gabungan atau
intensitas hujan). koefisien determinasi terbesar.
b. Tidak terjadi hubungan (korelasi)
2.3. Permodelan Matematika antara setiap parameter bebas.
Dalam proses hidrologi banyak c. Terdapat pengaruh nyata antara
parameter yang terkait, sehingga dalam parameter bebas dengan parameter
praktek sering dilakukan upaya untuk tak bebas.
memperoleh hubungan fungsional antara d. Jika digambarkan hubungan antara
satu parameter tak bebas (y) dengan sisa (residual) dengan salah satu
beberapa parameter proses (x) berupa parameter, maka tidak menunjukkan
faktor-faktor fisik DAS. Untuk itu suatu kecenderungan (trend).
digunakan regresi berganda (Sri Harto, 1993) e. Jika dilakukan rekalkulasi, maka
yaitu: diperoleh koefisien korelasi linier
y = a0 + a1 * x1 + a2 * x2 + ……….. + ai * xi terbesar atau pencaran nilai-nilai
+ error ………………….(2) observasi dan estimasi berada dalam
dengan : kisaran garis lurus.
y = variabel tak bebas
a0, a1 … dst = koefisien 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
x = variabel bebas
error = kesalahan 3.1. Hidrograf Satuan Pengamatan
Untuk mengantisipasi heteroskedasitas
(variasi residual tidak sama untuk semua Berdasarkan hidrograf banjir pengamatan
pengamatan), maka perlu dilakukan dianalisis hidrograf satuan pengamatan
transformasi logaritma. Mulyantari (1993) untuk masing-masing DAS dengan
menyatakan bahwa y harus bernilai nol jika menggunakan metode Collins. Data
parameter fisik DAS bernilai nol. Dengan hidrograf banjir (dari analisis AWLR) yang
demikian diperlukan transformasi logaritma dipakai untuk menurunkan hidrograf
( Y = ln y dan X = ln x), sehingga: satuan pengamatan dari masing-masing
Y = ea0 . X1a1 . X2a2 . X3a3 . …….. Xiai (3) DAS dipilih yang tertinggi dan berpuncak
Persyaratan analisis regresi adalah tunggal. Periode waktu AWLR (data
(Soewarno, 1991): hidrograf banjir) harus sama dengan data
a. Tiap parameter adalah homogen, ARR (data hujan jam-jaman) untuk tiap
semua data diukur dengan cara yang DAS. Namun demikian, tidak diperlukan
sama. waktu yang homogen antar DAS karena
b. Nilai-nilai parameter diukur tanpa sasaran dari analisis hidrograf adalah untuk
kesalahan, yang merupakan kejadian aliran tinggi. Oleh sebab itu, data untuk
acak dan saling tidak berhubungan. analisis harus mempunyai nilai ekstrim

12
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

seoptimal mungkin antara lain dengan semua air hujan yang jatuh ke sungai akan
mengambil hidrograf banjir dengan puncak mencapai outlet, yang akan menaikkan debit
tertinggi di tiap DAS. puncak banjir.
Makin besar DAS akan menyebabkan
3.2. Parameter fisik DAS yang makin lama pula limpasan mencapai outlet,
berpengaruh pada model sehingga lebar dasar hidrograf (lama
Dengan debit puncak banjir (Qp) dan limpasan) menjadi lebih panjang dan debit
waktu mencapai puncak banjir (Tp) sebagai puncaknya akan berkurang (Sri Harto,
variabel bebas dan luas DAS (A), panjang 1995). Semakin luas suatu DAS akan
sungai terpanjang (L), dan faktor bentuk menyebabkan distribusi hujan semakin
DAS yaitu rasio antara keliling DAS (K) tidak merata. Sifat ini bertentangan dengan
dan luas DAS (A) sebagai variabel konsep yang dikemukakan Sherman (1932)
tergantung, akan dihasilkan beberapa dalam Sri Harto (1993) bahwa hidrograf
alternatif persamaan regresi. Pemilihan satuan merupakan hidrograf limpasan
model didasarkan pada rasionalisasi model langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif
dan kriteria seperti di atas. Asdak (1995) merata di DAS. Ukuran DAS menentukan
mengatakan bahwa semakin panjang patokan maksimum penggunaan hidrograf
sungai, maka jarak antara tempat jatuhnya satuan. Sebenarnya ukuran yang pasti
hujan dengan outlet semakin besar, sehingga belum ada, namun menurut Soemarto
waktu yang diperlukan air hujan untuk (1995) diambil maksimum 5000 km 2,
mencapai outlet lebih lama dan dengan seperti yang sementara akan dilakukan
demikian akan menurunkan debit puncak. pada penelitian ini. Dengan demikian jika
Hal ini disebabkan karena makin panjang terjadi hujan merata dalam suatu DAS,
sungai makin banyak memberikan maka makin besar DAS, limpasan akan
kesempatan bagi air hujan untuk mengalir cepat mencapai outlet dan akan menaikkan
sebagai limpasan sehingga jumlah debit puncak banjir.
kehilangan air semakin besar. Berdasarkan
pernyataan tersebut berarti makin panjang 3.3. Permodelan Debit Puncak
sungai akan menghasilkan debit puncak Banjir (Qp) and Waktu untuk
banjir makin kecil. Memang benar seperti Mencapai Puncak Banjir (Tp)
yang dikatakan Asdak (1995) bahwa
semakin panjang sungai akan menyebabkan Faktor bentuk DAS (FD) didefinisikan
kehilangan air makin besar, namun sebagai rasio antara keliling DAS (K)
prosentase kehilangan air tersebut sangat dengan luas DAS (A) (km/km2). Faktor
kecil dibandingkan dengan besarnya debit bentuk DAS bisa dipakai sebagai salah satu
puncak banjir, mengingat yang dibicarakan variabel dalam permodelan hidrograf
dalam kasus ini adalah aliran-aliran tinggi. satuan sintetis, di samping variabel luas
Di samping itu, semakin panjang sungai DAS (A) dan panjang sungai terpanjang
akan memberikan kesempatan air hujan (L). Permodelan debit puncak (Qp) dengan
tetap berada pada badan sungai, dalam arti salah satu variabel tergantung faktor
kemungkinan untuk meluap sangat kecil. bentuk DAS (FD) disusun dengan
Dengan demikian untuk sungai yang relatif menggunakan teknik statistik regresi
panjang, sangat dimungkinkan hampir berganda. Jika hasil awal dari permodelan

13
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

tidak memuaskan, selanjutnya dilakukan memprediksi harga parameter dari


transformasi data ke logaritma dan data hidrograf satuan sintetis (HSS).
invers, dan jika hasilnya tetap tidak
memuaskan, maka dilanjutkan dengan test 4. KESIMPULAN
homogenitas atau abnormalitas data yang Berdasarkan analisis di atas, dapat
mempunyai simpangan maksimum. disimpulkan bahwa:
Proses permodelan waktu untuk 1. Permodelan hidrograf satuan sintetis
mencapai puncak banjir adalah sama (HSS) dengan variabel luas DAS (A),
dengan tahapan permodelan debit puncak panjang sungai terpanjang (L), dan
banjir. Parameter permodelan terbaik dari faktor bentuk DAS (FD) dan tentunya
Hidrograf Satuan Sintetis terpilih sesuai dengan kriteria dari koefisien
tergantung pada kriteria dari koefisien determinasi, diharapkan mempunyai
determinasi tertinggi yang dikalibrasi sensitivitas yang cukup tinggi.
terhadap data hidrograf pengamatan. Uji 2. Faktor bentuk DAS (FD) diharapkan
kalibrasi dimaksudkan untuk mengetahui mempunyai hubungan linear yang kuat
tingkat reliabilitas dari model untuk dengan parameter hidrograf satuan
sintetis (HSS)

5. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Suhartanto, E. dan S. Hardjomidjojo. [4]. Pavoni, B; A. Voinov and N. Zhavora.


2001. Optimasi Pengelolaan DAS di Sub 2001. Basin (Watershed) Approach As A
Daerah Aliran Sungai Cidanau Methodological Basis for Regional
Kabupaten Serang Propinsi Banten Decision Making And Management in
Menggunakan Model Hidrologi the EX USSR. March 12, 2001.
ANSWERS. Proc. Kongres VII & [5]. Sobriyah; Sudjarwadi; Sri Harto Br dan
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVIII D. Legono. 2001. Input Data Hujan
HATHI, Jurusan Pengairan Fakultas Dengan Sistem Grid Menggunakan Cara
Teknik Unibraw Malang, Vol. II, hal. 98- Pengisian dan Tanpa Pengisian Data
103. Hilang pada Sistem Poligon Thiessen.
[2]. Soewignyo. 2001. Kajian Pengaruh Proc. Kongres VII & Pertemuan Ilmiah
Faktor Bentuk DAS Terhadap Parameter Tahunan (PIT) XVIII HATHI, Jurusan
Hidrograf Satuan Sintetik Sungai-Sungai Pengairan Fakultas Teknik Unibraw
di Jawa Timur. Proc. Kongres VII & Malang, Vol. II, hal. 66-76.
Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XVIII [6]. Holko, L. and A. Lepsito. 1997.
HATHI, Jurusan Pengairan Fakultas Modelling the Hydrological Behaviour of
Teknik Unibraw Malang, Vol. II, hal. 98- Mountain Catchment Using
103. TOPMODEL, Journal Hydrology 196:
[3]. Limantara, Lily Montarcih. 2010. Hidrologi 361-377.
Praktis. CV Lubuk Agung Bandung.

14
Reka Buana : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 4 (1), 2019, page 8 - 15

[7]. Nandakumar, N and R.G. Mein.1997. [11]. Hoesein, A.A. dan L. Montarcih. 1993a.
Uncertainty in Rainfall-Runoff Model Kalibrasi Parameter Hidrograf Satuan
Simulations And The Implications for Sintetik
Predicting the Hydrologic Effect of [12]. Nakayasu di Sub DAS Lesti, Genteng,
Land-Use Change, Journal of Hydrology dan Amprong, Jawa Timur, Laporan
192: 211-232 Penelitian, Fakultas Teknik Universitas
[8]. Tung, B. Z.; Yeh, Y.K.; Chia, K. and Brawijaya Malang.
Chuang, J. Y.. 1997. Storm Resampling [13]. Cordery, I. 1991. The Unit Hydrograph
for Uncertainty Analysis of a Multiple- Method of Flood Estimation. Australian
Storm Unit-Hydrograph, Journal Of Rainfall And Runoff, The Institute of
Hydrology 194: 366-384 Engineers, Australia, p.153.
[9]. Blazkova, S. and K. Beven. 1997. Flood [14]. Wilson, E.M. 1990. Engineering
Frequency Prediction for Data Limited Hydrology. A. Marjuki (penterjemah).
Catchments in the Czech Republic Using 1993. Hidrologi Teknik. Edisi Pertama.
a Stochastic Rainfall Model and Erlangga. Jakarta.
TOPMODEL, Journal of Hydrology 195:
256-278.
[10]. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan
DAS, University Press, Gajah Mada
Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai