Anda di halaman 1dari 30

BAB 6

PENJUALAN ANGSURAN

A. GAMBARAN UMUM
Pengertian dan Masalah Penjualan Angsuran
Penjualan Angsuran (installment sales) adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan
secara bertahap, di masa yang akan datang. Penjualan angsuran ini dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan volume penjualan, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan laba
perusahaan. Karena pembayarannya dilakukan beberapa periode di masa yang akan datang maka
penjualan angsuran mengandung risiko yang besar di dalam penagihan piutang. Risiko tersebut
menimbulkan beberapa masalah. Secara garis besar masalah yang timbul sehubungan dengan
penjualan angsuran dapat digolongkan menjadi 2, yaitu masalah akuntansi dan masalah non-
akuntansi.

Masalah non-akuntansi
Masalah non-akuntansi yang utama adalah bagaimana cara untuk menekan (mengurangi)
risiko terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya dapat
menjadi seminimal mungkin. Usaha untuk mengurangi risiko dapat dilakukan dengan beberapa
cara dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran.
2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual.
3. Menyediakan perlindungan ekonomi kepada penjual.

1. Mengurangi Kemungkinan Terjadinya Pembatalan Penjualan Angsuran

Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan angsuran dapat dilakukan


dengan beberapa cara, seperti :
a. Penjualan angsuran dilakukan secara selektif, dalam arti bahwa penjualan angsuran hanya
diberikan pada calon pembeli yang kemampuan dan kejujurannya dapat dipercaya, misalnya
pegawai negeri, profesi tertentu dan sebagainya.
b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan atasan pembeli.
c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji.

2. Menyediakan Perlindungan Hukum kepada Penjual


Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual – beli
angsuran yang isinya antara lain :
a. Perjanjian penjual bersyarat (conditional sales contract).
Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung diserahkan kepada pembeli
akan tetapi penyerahan hak atas barang tersebut ditunda sampai pembayarannya selesai.
b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit (transfer of title with property subject
to lien or mortgage).
Menggunakan bukti pemilikan barang yang dijual sebagai jaminan kredit. Cara ini banyak di
pakai didalam penjualan kredit atas kendaraan bermotor dan kredit perumahan rakyat
(KPR). Di dalam sistem ini sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermotor
(sepeda motor maupun mobil) digunakan sebagai jaminan kredit bank, kredit bank tersebut
digunakan untuk membayar utang kepada penjual barang yang bersangkutan. Dengan
demikian pembeli berutang kepada bank, bukan kepada penjual barang. Setelah kredit lunas
sertifikat atau BPKB akan diterima dari bank.
c. Menjaminkan kepada pihak ketiga (transfer of title to trustee).
Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga, sampai
pembayaran selesai. Setelah pembayaran selesai bukti pemilikan akan diserahkan kepada
pembeli.
d. Perjanjian beli–sewa (Lease-purchase arrangement)
Di dalam perjanjian beli sewa ini sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sebagai
sewa. Setelah pembayaran lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum
pembayaran lunas pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang sudah diterima
harus dikembalikan tanpa ganti rugi.

3. Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual


Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir masak-
masak sebelum memutuskan untuk membatalkan pembelian angsuran, karena pembatalan
pemelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli atau keuntungan bagi penjual. Hal ini akan
terjadi apabila sisa pinjaman lebih kecil daripada nilai pasar atas barang yang bersangkutan .
agar keadaan seperti ini dapat terwujud maka :
a. Uang muka harus cukup besar.
Yang dimaksud dengan cukup besar di sini adalah melebihi penurunan nilai dari barang atau
menjadi barang bekas.
b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang.
Semakin panjang jangka waktu angsuran berarti semakin besar penurunan nilai atas barang
yang dijual dan semakin besar peluang untuk menghilangkan jejak bagi pembeli.
c. Angsuran cukup besar.
Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selama jangka waktu angsuran .
Masalah Akuntansi
Masalah akuntansi yang berhubungan dengan penjualan angsuran dapat dikelompokkan menjadi
4, yaitu :
a. Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.
b. Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran.
c. Masalah yang berhubungan dengan tukar tambah.
d. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.
Pembahasan di dalam buku ini terbatas pada masalah akuntansi saja.

B. PENGAKUAN LABA KOTOR


Metode Pengakuan Pendapatan
Sesuai dengan prinsip maka pendapatan baru akan diakui apabila 2 kriteria berikut sudah
terpenuhi, yaitu :
1. ”Earning Process” telah selesai
2. Telah terjadi pertukaran
Apabila kedua syarat tersebut sudah terpenuhi berarti pendapatan sudah direalisir, dan
pendapatan akan diakui. Sesuai dengan terpenuhinya kriteria realisasi, maka ada 4 dasar
pengakuan pendapatan, yaitu :
a. Dasar penjualan
b. Dasar penerimaan kas atau dasar tunai
c. Dasar produk selesai
d. Dasar persentase produksi
Pengakuan pendapatan didalam penjualan angsuran sangat erat kaitannya dengan pengakuan
laba kotor. Oleh karena itu untuk pembahasan selanjutnya disebut pengakuan laba kotor
penjualan angsuran.

Laba Kotor Penjualan Angsuran


Dasar pengakuan laba kotor yang dapat dipakai didalam penjualan angsuran ada 2, yaitu :
1. Dasar penjualan (sales bases atau accrual bases).
2. Dasar tunai (cash bases).

1. Dasar penjualan
Pada dasar ini laba kotor atas penjualan angsuran diakui dalam periode penjualan angsuran
terjadi, tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Pengakuan
laba kotor yang demikian ini sama dengan pengakuan laba kotor dalam penjualan kredit biasa.
Agar laporan rugi-laba dapat mencerminkan “proper matching revenue with expenses”
sebaiknya perusahaan mencadangkan biaya penagihan dan biaya-biaya tersebut adalah seperti
pencatatan kerugian piutang dengan meggunakan metode cadangan.
Dasar ini cocok dipakai apabila 3 syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :
a. Jangka waktu pembayaran relatif pendek.
b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran, termasuk biaya penagihan dan
biaya-biaya penagihan dan biaya-biaya yang lain dapat ditaksir secara relatif teliti.
c. Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil.
Contoh 1
Pada awal tahun 1991 PT ABC melakukan penjualan angsuran seharga Rp. 12.500.000,00
dengan syarat pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka Rp. 2.500.000,00 langsung diterima.
- Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.
Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000,00.
Dengan harga demikian penerimaan pembayarannya adalah :
Tanggal Keterangan Jumlah
1 – 1 – 1991 Uang Muka Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1991 Angsuran ke – 1 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1992 Angsuran ke – 2 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1993 Angsuran ke – 3 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1994 Angsuran ke – 4 Rp. 2.500.000,00
Jumlah Rp. 12.500.000,00

Apabila perusahaan menggunakan metode ini maka untuk tahun 1991 perusahaan akan
mengakui laba kotor dari penjualan tersebut sebesar Rp. 2.500.000,00 tanpa memperhatikan
apakah pembayaran sudah diterima atau belum.

2. Dasar Kas
Menurut dasar kas ini laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayaran
dari piutang penjualan angsuran sudah diterima. Penerimaan kas tersebut terdiri dari 2 unsur,
yaitu :
a. Pembayaran atas harga pokok penjualan.
b. Pembayaran atas laba kotor.
Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebut ada 3 metode, yaitu :
a. Harga pokok kemudian laba kotor (cost recovery method).
b. Laba kotor kemudian harga pokok.
c. Harga pokok dan laba kotor secara proposional (metode penjualan angsuran).
a. Harga pokok penjualan kemudian laba kotor
Dalam metode ini penerimaan kas dari penjualan angsuran, baik uang muka maupun
pembayaran angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran (pengembalian) atas harga
pokok penjualan. Oleh karena itu selama harga pokok penjualan atas penjualan angsuran
tersebut belum selesai diterima pembayarannya perusahaan belum mengakui laba kotor. Setelah
harga pokok penjualan diterima semua maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai
pembayaran (realisasi) laba kotor. Metode ini tidak dapat dicerminkan proper matching revenue
with exspenses, karena terlalu konservatif.
Contoh 2
Pada awal tahun 1991 PT ABC melakukan penjualan angsuran seharga Rp. 12.500.000,00
dengan syarat pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka Rp. 2.500.000,00 langsung diterima.
- Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.
Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000,00.
Dengan harga demikian penerimaan pembayarannya adalah :
Tanggal Keterangan Jumlah
1 – 1 – 1991 Uang Muka Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1991 Angsuran ke – 1 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1992 Angsuran ke – 2 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1993 Angsuran ke – 3 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1994 Angsuran ke – 4 Rp. 2.500.000,00
Jumlah Rp. 12.500.000,00

Apabila perusahaan menggunakan metode ini maka penerimaan kas sampai dengan Rp.
10.000.000,00 dianggap sebagai pembayaran harga pokok penjualan. Oleh karena itu
penerimaan kas sampai dengan jumlah Rp. 10.000.000,00 tersebut, yaitu uang muka (1 Januari
1991) sampai dengan angsuran ke-3 (31 Desember 1993) perusahaan belum mengakui laba.
Perusahaan baru mengakui laba kotor setelah menerima pembayaran di atas Rp.
10.000.000,00 (di atas harga pokok) yaitu angsuran yang terakhir, sebesar Rp. 2.500.000,00
yaitu di dalam tahun 1994.
Metode ini tidak dapat mencerminkan proper marching revenue with expenses, karena
terlalu konservatif.

b. Laba kotor kemudian harga pokok penjualan


Metode ini merupakan kebalikan dari metode yang pertama. Dalam metode ini penerimaan
kas dari piutang penjualan angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran (realisasi) laba
kotor, sampai semua laba kotor atas penjualan angsuran tersebut diterima. Setelah laba kotor
tersebut direalisir semua maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai pembayaran atas harga
pokok penjualan.
Contoh 3
Dari data pada contoh tersebut apabila dipakai metode ini maka untuk tahun 1991 PT ABC
akan mengakui laba kotor sebesar Rp. 2.500.000,00. Untuk tahun-tahun 1992 sampai dengan
tahun 1994 perusahaan sudah tidak mengakui laba kotor lagi atas penjualan tersebut, karena
pembayaran yang diterima hanya merupakan pembayaran harga pokok penjualan.
Metode ini tidak dapat mencerminkan proper matching revenue with expenses karena tidak
memperhatikan konsep konservatif.

c. Harga pokok penjualan dan laba kotor secara proporsional


Metode ini lebih terkenal dengan sebutan metode penjualan angsuran. Dalam metode ini
setiap penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran dianggap terdiri dari 2 unsur, yaitu
pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran (realisasi) atas laba kotor, secara
proporsional.
Contoh 4
Dari data tersebut di muka apabila dipakai metode ini makabesarnya laba kotor yang diakui
setiap tahun adalah :
Tanggal Keterangan Pembayaran Pembayaran Pembayaran
Rp. Rp. Rp.
(100%) (100%) (100%)
1– 1–91 Uang Muka 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00
31–12 –91 Angsuran ke – 1 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00
31–12–92 Angsuran ke – 2 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00
31–12–93 Angsuran ke – 3 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00
31–12–94 Angsuran ke – 4 2.500.000,00 2.000.000,00 500.000,00

Jumlah 12.500.000,00 10.000.000,00 2.500.000,00

Pemakaian Metode Penjualan Angsuran


Untuk dapat menggunakan metode ini ada 4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Penjualan
Penjualan harus dipisahkan menjadi penjualan angsuran penjualan yang bukan angsuran
(penjualan tunai dan penjualan kredit biasa).
b. Harga dan penjualan
Harga pokok penjualan harus dipisahkan antara harga pokok penjualan untuk penjualan
angsuran dan harga pokok penjualan untuk penjualan biasa. Pencatatan terhadap harga
pokok penjualan ini tergantung pada system pencatatan persediaan yang dipakai, yaitu sitem
perpetual dan system fisik. Apabila menggunakan sistem perpetual maka pencatatan harga
pokok penjualan dilakukan pada saat penjualan, sebaliknya apabila menggunakan sistem
fisik maka harga pokok penjualan baru akan dicatat pada akhir periode melalui jurnal
penyesuaian.
c. Laba kotor penjualan angsuran
Pad akhir periode selisih antara penjualan angsuran dengan harga pokok penjualan angsuran
dipindah ke rekening laba kotor yang belum direalisasi. Sebaiknya laba kotor yang belum
direalisasi ini dipisahkan berdasarkan tahun penjualannya.
Jurnal penyesuaian untuk mengakui laba kotor penjualan angsuran adalah :
Penjualan angsuran …………………………… xxx
Harga pokok penjualan angsuran ……………….. xxx
Laba kotor penjualan angsuran belum direalisasi xxx
d. Piutang penjualan angsuran
Piutang penjualan angsuran sebaiknya dipisahkan berdasarkan tahun penjualannya. Dengan
demikian aka nada beberapa rekening piutang penjualan angusran, seperti :
- Piutang Penjualan Angsuran 1990
- Piutang Penjualan Angsuran 1991
- Piutang Penjualan Angsuran 1992
- Piutang Penjualan Angsuran 1993
- Dan sebagainya
Pencatatan di dalam Metode Penjualan Angsuran
Dengan demikian jurnal yang dibuat sehubungan dengan penjualan angsuran di dalam
metode ini meliputi :
1. Untuk mencatat penjualan dan penerimaan uang muka :
Kas …………………………… xxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX xxx
Penjualan Angsuran ……………….. xxx
Apabila perusahaan menggunakan sistem perpetual maka perusahaan juga harus mencatat harga
pokok penjualan, yaitu :
HPP-Penjualan Angsuran … ..… xxx
Persediaan ……………… xxx
Untuk penjualan real estate (harga tak bergerak) dapat langsung mengkredit rekening aktiva
yang bersangkutan sebesar harga pokok. Selisih antara harga pokok dengan harga jual langsung
di kredit ke rekening laba kotor yang belum direalisir. Dengan demikian jurnal untuk penjualan
angsuran real estate adalah :
Kas …………………………. xxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX ……. xxx
Aktiva ………………………… xxx
Laba kotor yang belum direalisir …… xxx
2. Untuk mencatat penerimaan angsuran :
Kas ………………………… xxx
Piutang Penjualan Angsuran 19XX …. xxx
3. Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :
Apabila perusahaan menggunakan system fisik, maka pada akhir periode perusahaan harus
membuat jurnal penyesuaian untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran dan harga
pokok penjualan biasa, yaitu :
HPP ……….……………………………. xxx
HPP-Penjualan Angsuran ……………… xxx
Persediaan ……………… xxx
Pengembalian Pembeli ……………… xxx
Potongan pembelian ……………… xxx
Persediaan ……………………… xxx
Pembelian ……………………… xxx
Biaya Angkut Pembelian ………….. xxx
4. Untuk mencatat laba kotor yang belum direalisir :
Penjualan Angsuran ……………………. xxx
HPP-Penjualan Angsuran ……………… xxx
Laba kotor belum direalisir 19xx ……. xxx
5. Untuk mencatat laba kotor yang sudah direalisir :
Laba kotor belum direalisir 19xx ………….. xxx
Laba kotor sudah direalisir …………….. xxx
Penyususnan Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang utama adalah :
a. Laporan rugi – laba
b. Laporan perubahan modal/laba ditahan
c. Neraca
a) Laporan Rugi – Laba
Pos – pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan di dalam
laporan rugi–laba terbatas pada laba kotor yang sudah direalisir. Dengan demikian laba kotor
yang disajikan di dalam laporan laba-rugi ada 2 macam, yaitu :
- Laba kotor yang diperoleh dari penjualan tunai dan kredit biasa.
- Laba kotor penjualan angsuran yang direalisir selama tahun yang bersangkutan, baik yang
berasa dari penjualan tahun yang bersangkutan maupun tahun – tahun sebelumnya.
b) Laporan Perubahan Modal / Laba Ditahan
Laporan perubahan modal/laporan perubahan laba ditahan tidak menyajikan pos-pos
yang berhubungan dengan penjualan angsuran. Jadi penyusunan laporan perubahan modal atau
laporan perbahan laba ditahan tidak berbeda dengan perusahaan yang tidak melakukan angsuran.
c) Neraca
Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan di dalam
neraca ada 2, yaitu :
a. Piutang penjualan angsuran
Piutang penjualan angsuran akan disajikan di dalam neraca sebagai elemen aktiva.
b. Laba kotor yang belum direalisir
Pada dasarnya laba kotor yang belum direalisir termasuk pendapatan yang ditangguhkan.
Cara penyajian ada berbagai macam cara. Cara penyajian yang lazim antara lain :
1) Sajikan di dalam kelompok aktiva sebagai pengurang piutang penjualan angsuran.
2) Disajikan di dalam kelompok pasiva sebagai pendapatan yang ditangguhkan.
Contoh 5
PT “KAWAN KITA” menjual barang dagangan secara angsuran. Neraca perusahaan tersebut
per 31 Desember 1991 adalah :
PT KAWAN KITA
Neraca
Per 31 Desember 1991
- Kas ………………………………………. Rp. 20.000.000,00
- Piutang Dagang …………………………. 10.000.000,00
- Piutang Penjualan Angsuran 1990 ………. 10.000.000,00
- Piutang Penjualan Angsuran 1991 ………. 35.000.000,00
- Persediaan Barang Dagangan …………… 50.000.000,00
- Aktiva Tetap …………………………….. 35.000.000,00 +

Total Aktiva ……………………………... Rp. 160.000.000,00


PASIVA
- Utang Dagang …………………………… Rp. 22.250.000,00
- Utang Bank ……………………………… 50.000.000,00
- Laba Kotor Belum Direalisir 1990 ………. 2.500.000,00
- Laba Kotor Belum Direalisir 1991 ………. 12.500.000,00
- Modal Saham …………………………….. 50.000.000,00
- Laba Ditahan ……………………………… 23.000.000,00 +

Total Aktiva ……………………………... Rp. 160.000.000,00

Ikhtisar transaksi keuangan yang terjadi selama tahun 1992 adalah sebagai berikut :
1) Pembelian barang dengan dagangan Rp. 140.000.000,00 secara kredit.
2) Penjualan barang dagangan :
- Tunai Rp. 40.000.000,00
- Kredit (biasa) Rp. 50.000.000,00
- Angsuran Rp. 85.000.000,00
3) Penerimaan kas Rp. 153.000.000,00 berasal dari :
- Penjualan Tunai Rp. 40.000.000,00
- Penagihan piutang dagang 48.000.000,00
- Piutang penjualan angsuran 1990 10.000.000,00
- Piutang penjualan angsuran 1991 20.000.000,00
- Piutang penjualan angsuran 1992 35.000.000,00
4) Pelunasan uang dagang sebesar Rp. 110.000.000,00.
5) Pengeluaran kas untuk membayar biaya komersial Rp. 15.500.000,00
6) Pembagian deviden tunai Rp. 5.000.000,00
7) Pengeluaran kas untuk membayar biaya bunga Rp. 7.500.000,00
8) Pengeluaran kas untuk membayar pajak penghasilan Rp. 4.200.000,00
9) Penyusutan aktiva tetap Rp. 2.500.000,00
Pada akhir periode diketahui bahwa persediaan barang dagangan berjumlah Rp. 65.500.000,00.
Harga pokok penjualan angsuran untuk tahun 1992 adalah Rp. 59.500.000,00.
Diminta :
a. Buatlah semua jurnal yang diperlukan selama tahun 1992.
b. Susunlah neraca saldo per 31 Desember 1992!
c. Buatlah semua jurnal penyusunan dan jurnal penutup yang diperlukan per 31 Desember
1992!
d. Buatlah semua laporan keuangan yang diperlukan!
Penyelesaian :
a) Jurnal transaksi yang diperlukan :
1. Untuk mencatat pembelian barang dagangan :
Pembelian …………………… Rp. 140.000.000,00
Utang Dagang ………….. Rp. 140.000.000,00
2. Untuk mencatat penjualan :
Kas ……………………… Rp. 40.000.000,00
Piutang Dagang …………. 50.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1992 85.000.000,00
Penjualan ………………… Rp. 90.000.000,00
Penjualan Angsuran ……... 85.000.000,00
3. Untuk mencatat penerimaan kas :
Kas ………………… ……… Rp. 113.000.000,00
Piutang Dagang ……….. Rp.48.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1990 10.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1991 20.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1992 35.000.000,00
Jumlah penerimaan kas Rp. 153.000.000,00
Dari penjualan tunai (dicatat dalam transaksi 2) 40.000.000,00
Dicatat di dalam transaksi nomor 3 Rp. 113.000.000,00
4. Untuk mencatat pelunasan utang dagang :
Utang Dagang ……………….. Rp. 110.000.000,00
Kas …………………… Rp. 110.000.000,00
5. Untuk mencatat pengeluaran kas untuk membayar biaya komersial :
Pembagian Dividen (LD) ………… Rp. 5.000.000,00
Kas ………………………. Rp. 5.000.000,00
6. Untuk mencatat pembagian dividen :
Pembagian Dividen (LD) …………. Rp. 5.000.000,00
Kas ………………………... Rp. 5.000.000,00
7. Untuk mencatat pembayaran biaya bunga :
Biaya bunga ……………………….. Rp. 7.500.000,00
Kas ……………………….. Rp. 7.500.000,00
8. Untuk mencatat pembayaran angsuran pajak penghasilan :
Persekot Pajak Penghasilan ………. Rp. 4.200.000,00
Kas ………………………. Rp. 4.200.000,00
b) Neraca salso per 31 Desember 1992
Setelah semua transaksi tersebut diposting, maka dapat disusun neraca saldo PT Kawan Kita
per 31 Desember 1992 adalah sebagai berikut :

PT KAWAN KITA
Neraca
Per 31 Desember 1992
Debit
- Kas ………………………………………. Rp. 33.800.000,00
- Piutang Dagang …………………………. 12.000.000,00
- Piutang Penjualan Angsuran 1991 ………. 15.000.000,00
- Piutang Penjualan Angsuran 1992 ………. 50.000.000,00
- Persediaan Barang Dagangan …………… 50.000.000,00
- Persekot Pajak Penghasilan …………….. 4.200.000,00
- Aktiva Tetap …………………………….. 35.000.000,00
- Pembelian ………………………………. 140.000.000,00
- Biaya Komersial………………………… 12.500.000,00
- Biaya Bunga ……………………………. 7.500.000,00
- Pembagian Dividen ……………………. 5.000.000,00 +
Total Debit ……………………………. Rp.365.000.000,00
Kredit
- Utang Dagang …………………………… Rp. 52.250.000,00
- Utang Bank ……………………………… 50.000.000,00
- Laba Kotor Belum Direalisir 1991 ………. 2.500.000,00
- Laba Kotor Belum Direalisir 1992 ………. 12.500.000,00
- Modal Saham …………………………….. 50.000.000,00
- Laba Ditahan ……………………………. 23.000.000,00
- Penjualan ………………………………… 90.000.000,00
- penjualan Angsuran ……………………… 85.000.000,00 +
Total kredit …………………………….... Rp.365.000.000,00

c) Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Penutup


1. Untuk mencatat penyusunan aktiva tetap :
Biaya komersial ……………… Rp. 2.500.000,00
Aktiva tetap ……….…. Rp. 2.500.000,00
2. Untuk mencatat harga poko penjualan :
Persediaan barang dagangan ……… Rp. 65.500.000,00
Harga pokok penjualan ……….. 65.000.000,00
Harga pokok penjualan angsuran ………. 59.500.000,00
Persediaan barang dagangan ……… Rp. 50.000.000,00
Pembelian ……………. 140.000.000,00
Perhitungan harga poko penjualan tersebut adalah sebagai berikut :
Persediaan barang dagangan 1 Januari Rp. 50.000.000,00
Pembelian barang dagangan tahun 1992 140.000.000,00 +
Harga pokok barang tersedia dijual Rp. 190.000.000,00
Persedian akhir 65.500.00,00 _
Harga pokok penjualan tahun 1992 Rp. 124.500.000,00
Harga pokok penjualan angsuran 59.500.000,00 _
Harga pokok penjualan reguler Rp. 65.000.000,00

3. Untuk mencatat laba kotor belum direalisir 1992 :


Penjualan angsuran ………. Rp. 85.000.000,00
Harga pokok penjualan angsuran Rp. 59.500.000,00
Laba kotor belum direalisir 1992 25.500.000,00
Besarnya laba kotor penjualan angsuran tahun 1992 adalah :
Penjualan angsuran ………….. Rp. 85.000.000,00
Harga pokok penjualan angsuran 59.500.000,00 _
Laba kotor penjualan angsuran 1992 Rp. 25.500.000, 00
Atau30% dari harga jual.
4. Untuk mencatat laba kotor yang sudah direalisir selama tahun 1992 :
Laba kotor belum direalisir 1990 … Rp. 2.500.000,00
Laba kotor belum direalisir 1991 … 7.000.000,00
Laba kotor belum direalisir 1992 … 10.500.000,00
Laba kotor yang sudah direalisir Rp. 20.000.000,00
Laba kotor yang direalisir selama tahun 1992 adalah :
- Dari penjualan 1990 : 25% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
- Dari penjualan 1991 : 35% x Rp. 20.000.000,00 = Rp. 7.000.000,00
- Dari penjualan 1992 : 20% x Rp. 35.000.000,00 = Rp. 10.500.000,00

1) Jurnal penutup untuk menutup pendapatan daan biaya :


Penjualan …………………………………… Rp90.000.000,00

Laba kotor yang direalisir ………………… 20.000.000,00

Harga pokok penjualan …………… Rp65.000.000,00

Biaya komersial ……………………… 15.000.000,00

Biaya bunga …………………………. 7.500.000,00

Rugi-laba ……………………………… 22.500.000,00

2) Jurnal unntuk mengakui utang pajak penghasilan :


Pajak penghasilan ……………………. .. Rp4.625.000,00
Persekot pajak penghasilan ……….. Rp4.200.000,00
Utang pajak penghasilan …………. 425.000,00
3) Jurnal untuk menutup pajak penghasilan :
Rugi-laba ……………………………… Rp4.625.000,00
Pajak penghassilan…………………. Rp4.625.000,00
4) Jurnal untuk menutup laba bersih setelah pajak penghasilan
Rugi-laba ……………………………… Rp17.875.000,00
Laba ditahan ………………………. Rp17.875.000,00
5) Jurnal untuk menutup pembagian dividen :
Laba ditahan ………………………… Rp5.000.000,00
Pembagian dividen ……………….. Rp5.000.000,00
a. Laporan keuangan
Setelah semua jurnal tersebut maka dapat disusun laporan keuangan sebagai berikut :
(1) Laporan rugi-laba
Laporan rugi-laba PT Kawan Kita untuk tahun 1992 adalah sebagai berikut :
PT Kawan Kita

Laporan Rugi-laba

Tahun 1992

Penjualan tunai dan kredit biasa :

Penjualan ……………………………………. Rp90.000.000,00

Harga pokok penjualan ……………………… 65.000.000,00


-
Laba kotor …………………………………… Rp25.000.000,00

Penjualan angsuran :

Laba kotor yang direalisir seelama 1992 :

- Dari penjualan 1990 Rp12.500.000,00

- Dari penjualan 1991 7.000.000,00

- Dari penjualan 1992 10.500.000,00


+

20.000.000,00
+
Jumlah laba kotor untuk tahun 1992 ………….. Rp45.000.000,00

Biaya komersial ……………….………………. 15.000.000,00


-
Laba bersih operasi ……………………………. Rp30.000.000,00

Biaya bunga …………………………………… 7.500.000,00


-
Laba bersih sebelum pajak penghasilan ………. Rp22.500.000,00

Pajak penghasilan:

- 15% x Rp10.000.000,00 = Rp1.500.000,00

- 25 x Rp12.500.000,00 = 3.125.000,00

Jumlah pajak penghasilan ……………………... 4.625.000,00


-
Laba bersih setelah pajak penghasilan ………... Rp17.875.000,00

(2) Laporan perubahan laba ditahan :


Laporan peubahan laba ditahan PT Kawan Kita untuk tahun 1992 aadalah :
PT Kawan Kita

Laporan Perubahan Laba Ditahan

Tahun 1992

Laba ditahan per 1 Januari 1992 ……………… Rp23.000.000,00

Ditambah :

Laba bersih setelah pajak penghasilan ……….. 17.875.000,00 +

Rp40.875.000,00

Pembagian dividen ……………………………. 5.000.000,00 -

Laba ditahan per 31 Desember 1992 ………….. Rp35.875.000,00

=============

(3) Neraca
Neraca PT Kawan Kita per 31 Desember 1992 adalah sebagai berikut :

PT Kawan Kita

Laporan Perubahan Laba Ditahan

Tahun 1992

Aktiva

- Kas ……………………………………... Rp 33.000.000,00

- Piutang Dagang ……………………….. 12.000.000.000,00

- Piutang Penjualan Angsuran 1991 ……... 15.000.000,00

- Piutang Penjualan Angsuran 1992 ……... 50.000.000,00

- Persediaan Barang Dagangan ………….. 65.500.000,00

- Aktiva Tetap …………………………… 32.500.000,00


+
Total Aktiva ………………………………... Rp208.800.000,00

Pasiva
- Utang Dagang …………………………... Rp 52.250.000,00

- Utang Bank ……………………………... 50.000.000,00

- Utang Pajak Penghasilan ……………….. 425.000,00

- Laba Kotor Belum Direalisir 1991 ……... 5.250.000,00

- Laba Kotor Belum Direalisir 1992 ……... 15.000.000,00

- Modal Saham …………………………… 50.000.000,00

- Laba Ditahan ……………………………. 35.875.000,00


+
Total pasiva Rp208.800.000,00

===============

C.PERHITUNGAN BUNGA DAN ANNGSURAN


Dalam pembahasan di muka penjualan angsuran tersebut tidak diperhitungkan bunga,
sehingga jumlah yang akan diterima dari pembeli sama dengan harga jual. Di dalam praktek
keadaan seperti itu jarang terjadi. Pada umumnya setiap jual-beli angsuran diperhitungkan
bunga. Dalam keadaan seperti ini besarnya pembayaran yang diterima dari pembeli terdiri 2
unsur, yaitu bunga yang diperhitungkan dan angsuran pokok pinjaman. Dengan demikian
besarnya pembayaran yang diterima setiap saat tergantung pada 2 hal, yaitu :
a. Daasar perhitungan bunga dan
b. Dasar penentuan angsuran pokok pinjaman.
a. Dasar Perhitunngan Bunga
Dewasa ini terdapat 2 dasar perhitungan bunga yang sering dipakai, yaaitu :
(1) Bunga dihitung dari sisa pinjaman.
(2) Bunga dihitung dari pokok pinjaman.
Besarnya bunga untuk masing-masing dasar perhitungan tersebbut adalah sebagai berikut :
(1) Bunga Dihitung dari Sisa Pinjaman
Dalam cara ini besarnya buunga dihitung berdasarkan ssisa pinjaman pada awal
periode. Oleh karena besarnya sisa pinjaman ini dari periode ke periode selalu menurun
maka besarnya bunga juga selalu menurun. Oleh karena itu cara atau sistem ini sering
disebut dengan sistem bunga meneurun. Cara ini lebih meringankan pembeli. Cara ini
banyak dipakai dalam penjualan angsuran yang jangka waktunya panjang, seperti
perumaahan dan sejenisnya.

(2) Bunga Dihitung dari Pokok Pinjaman


Dalam cara perhitungan ini besarnyaa bunnga untuk setiap periodenya dihitung
berdasarkan pokok pinjaman mula-mula. Oleh karena pokok pinjaman mula-mula itu
besarnya selalu tetap maka besarnya bunga juga tetap. Oleh karena itu sistem ini disebut
sisteem bunga tetap. Dalam sistem ini tingkat bunga yang sesungguhnya lebih besar
daripada tingkat bunga yang dinyatakan seecara skpllisit. Cara ini banyak dipakai untuk
merangsang pembeli yang kurang mengetahui cara perhitungan bunga, karena tingkat
bunga yang dinyatakan secara ekplisit rendah akan tetapi tingkat bunga yang sebenarnya
tinggi. Besarnya tingkat bunga yang sebenarnya, yang dihitung berdasarkan modal rata-
rata mendekati 2 kali tingkat bunga yanng didnyatakan ekplisit.

b. Dasar Perhitungan Angsuran Pokok Pinjaman


Dewasa ini terdapat 2 sistem perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :
(1) Sistem angsuran tetap.
(2) Sistem anuitet.
Prosedur perhitungan anngsuran pokook pinjaman untuk masisng-masing sistem adalah sebagai
berikut :
(1) Sistem Angsuran Tetap
Dalam sistem ini besarnya angsuran untuk setiap periode akan selallu tetap. Besarnya
angsuran pokok pinjaman dapat dihitung dengan rumus :

PP
APP =
JA

Di mana :
APP : Aangsuran pokok pinjaman
PP : Pokok pinjaman
JA : Banyaknya angsuran.
Sistem angsuran tetap ini dapat dipakai biaik sistem bungaa tetap maupun sistem bunga
menurun.
(2) Sistem Anuitet
Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode akan selalu tetap, yang terdiri
atas bunga pinjaman yang selalu menurun dan angsuran pokok pinjaman yang semakin besar.
Jumlah pembayaran tersebut dihitung dengan menggunakaan rumus-rumus anuitet. Sistem
anuitet ini hanya dipakai pada sisteem bunga menurun. Ditinjau dari segi besarnya mbungaa dan
angsuran pokok pinjaman, maka sistem anuitet dapat disebut seebagai sistem bunga menurun
dan anggsuran meningkat.
Dengan memperhatikan sistem perhitungan bunga dan sistem perhitunggan pokok
pinjamaan tersebut maka terdapat 3 alternatif, yaitu :
a. Sistem bungaa tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.
b. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.
c. Sistem anuitet (bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat).
a. Sistem Bunga Tetap dan Angsuran Pokok Pinjaman Tetap
Di dalam sistem ini besarnya angsusran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk
seetiap periodenya selalu tetap. Dengan demikian jumlah angsurannya juga tetap..
besarnya angsuran ini dapat dihitung dengan prosedur :
1. Menghitung aangsuran pokok pinjaman.
Besarnya angssuran pokok pinjaman adalah sama dengan jumlah pokok pinjaman
dibagi dengan banyaknya angsuran.
2. Menghitung bunga.
Besarnya bunga untuk setiap periodenya adalah sama dengan tingkaat bunga
dikalikan dengan pokok pinjaman.
3. Menghitung jumlah kas yang diterima.
Besaranya kas yang diterima setiap angsuran adalah sama dengan angsuran pokok
pinjaman ditambah bunga.
Contoh 1
Pada tanggal 1 Januari 1992 PT ABC menjual barang dagangan seharga
Rp12.500.000,00 dengan cara pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka 20% atau Rp2.500.000,00
- Sisanya sebesar Rp10.000.000,00 akan diangsur sebanyak 5 kali setiap tanggal
31 Desember 1992.
- Diperhitungkan bunga sebesar 15% per tahun.
Apabila bunga dan angsuran pokok pinjaman dihitung dengan sistem bunga tetaap maka
besarnya angsuran pokok pinjaman, bunga dan jumlah angsuran dapat dihitung sebagai berikut :
Rp10.000.000,00
Angsuran pokok pinjaman = = Rp2.000.000,00
5
Bunga = 15% x Rp10.000.000,00 = 1.500.000,00
Jumlah kas yang diterima setiap periode RP3.500.000,00
Dalam contoh tersebut tingkat bunga yang sebenarnya dapat dihitung seperti pada Tabel 6.1
berikut ini :
Tabel 6.1
Perhitungan Bunga
Tahun Angsuran Bunga Kas yang Sisa

Pokok Diterima Pinjaman

Pinjaman
(2)
(1) (3) (4)

1 – 1 – 1992 - - 2.500.000,00 10.000.000,00

31 – 12 – 1992 2.000.000,00 1.500.000,00 3.500.000,00 8.000.000,00

31 – 12 – 1993 2.000.000,00 1.500.000,00 3.500.000,00 6.000.000,00

31 – 12 – 1994 2.000.000,00 1.500.000,00 3.500.000,00 4.000.000,00

31 – 12 – 1995 2.000.000,00 1.500.000,00 3.500.000,00 2.000.000,00

31 – 12 – 1996 2.000.000,00 1.500.000,00 3.500.000,00 -

Jumlah 10.000.000,00 7.500.000,00 19.500.000,00 -

Keterangan :
(1) = 10.000.000,00 : 5
(2) = 15% x Rp10.000.000,00
(3) = (1) + (2)
(4) = (4) awal – (1).
Bunga selama 5 tahun = Rp7.500.000,00
Bunga pertahun = 1/5 x Rp7.500.000,00 = Rp1.500.000,00
Jumlah modal rata-rata selama 5 tahun :
Tahun Jumlah modal
1992 Rp10.000.000,00
1993 8.000.000,00
1994 6.000.000,00
1995 4.000.000,00
1996 2.000.000,00 +
Jumlah Rp30.000.000,00
Rp30.000.000,00
Modal rata-rata per tahun = = Rp6.000.000,00
5
Bunga rata-rata
Tingkat bunga yang sebenarnya = x 100%
Modal rata-rata

1.500.000,00
= x 100%
6.000.000,00
(Bandingkan dengan tingkat bunga yaang dinyatakan secara esplisit hanya 15%)
Transaksi tersebut akan dicatat oleh PT ABC (penjual):
a. Pada tanggal 1 Januari 1992 : untuk mencatat penjualan
Kas Rp 2.500.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 10.000.000,00
Penjualan Angsuran Rp12.500.000,00
b. Setiap tanggal 31 Desember, yaitu saat menerima angsuran :
Kas Rp3.500.000,00 (kolom 3)
Piutang Penjualan Angssuran Rp2.000.000,00 (kolom 1)
Pendapatan Bunga 1.500.000,00 (kolom 2)

b.....Sistem Bunga Menurun dan Angsuran Pokok Pinjaman Tetap


Dalam sistem ini besarnya bunga per periode aelalu menurun sedangkan besarnya
angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga jumlah angsuran secara keseluruhan selalu menurun.
Besarnya jumlah angsuran per periodenya dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut :
1. Menghitung angsuran pokok pinjaman.
Besarnya angsuran pokok pinjaman adalah sama dengan pokok pinjaman dibagi dengan
banyaknya angsuran.
2. Menghitung bunga.
Besarnya bunga adalah sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan sisa pokok
pinjaman pada awal periode yang bersangkutan.
3. Menghitung jumlah kas yang diterima.
Besarnya kas yang diterima setiap pembayaran anngsuran adalah sama dengan angsuran
pokok pinjaman ditambah dengan bunga

Contoh 2
Dengan menggunakan data yang sama dengan contoh di muka, yaitu :
Pada tanggal 1 Januari 1992 PT ABC menjual barang dagangan seharga Rp12.500.000,00
dengan cara pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka 20% atau Rp2.500.000,00
- Sisanya sebesar Rp10.000.000,00 akan diangsur sebanyak 5 kali setiap tanggal 31 Desember.
Angsuran pertama akan dimulai pada tanggal 31 Desember 1992.
- Diperhitungkan bunga sebesar 15% per tahun.
Apabila dipakai bunga dihitun berdasarkan sisa pinjaman dan angsuran pokok pinjaman tetap,
maka besarnya angsuran pokok pinjaman , bunga, angsuran dan sisa pijaman untuk setiap
periodenya dapat dilihat pada Tabel 6.2 berikut ini.

Tabel 6.2
Perhitungan Bunga
Tahun Angsuran Bunga Kas yang Sisa

Pokok Diterima Pinjaman

Pinjaman
(2)
(1) (3) (4)

1 – 1 – 1992 - - 2.500.000,00 10.000.000,00

31 – 12 – 1992 2.000.000,00 1.500.000,00 3.500.000,00 8.000.000,00

31 – 12 – 1993 2.000.000,00 1.500.000,00 3.200.000,00 6.000.000,00

31 – 12 – 1994 2.000.000,00 900.000,00 2.900.000,00 4.000.000,00

31 – 12 – 1995 2.000.000,00 600.000,00 2.600.000,00 2.000.000,00

31 – 12 – 1996 2.000.000,00 300.000,00 2.300.000,00 -

Jumlah 10.000.000,00 4.500.000,00 19.500.000,00 -

Keterangan :
(1) = 10.000.000 : 5
(2) = 15% x (4) awal
(3) = (1) + (2)
(4) = (4) awal – (1).
Bunga selama 5 tahun = Rp4.500.000,00
Bunga rata-rata per tahun = 1/5 x Rp4.500.000,00
= Rp900.000,00
Jumlah modal rata-rata selama 5 tahun :
Tahun Jumlah modal
1992 Rp10.000.000,00
1993 8.000.000,00
1994 6.000.000,00
1995 4.000.000,00

+
1996 2.000.000,00
Jumlah Rp30.000.000,00

Rp30.000.000,00
Modal rata-rata per tahun = = Rp6.000.000,00
5

Bunga rata-rata
Tingkat bunga yang sebenarnya = x 100%
Modal rata-rata

900.000,00
= x 100%
6.000.000,00
= 15%
====
(Bandingkan dengan tingkat bunga yang dinyatakan secara ekplisit hanya 15%).

Transaksi tersebut akan dicatat :


a. Pada tanggal 1 Januari 1992 : untuk mencatat penjualan
Kas Rp 2.500.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 10.000.000,00
Penjualan Angsuran Rp12.500.000,00
b. Setiap tanggal 31 Desember, yaitu saat menerima angsuran :
Kas xxx (kolom 3)
Piutang Penjualan Angssuran xxx (kolom 1)
Pendapatan Bunga xxx (kolom 2)
xxx : diambil dari tabel untuk kolom dan tanggal yang sesuai.

Pencatatan sesungguhnya untuk setiap penerimaan angsuran tersebut adalah sebagai berikut ;
31 Desember 1992 :
Kas.................................................. .... Rp3.500.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 1.500.000,00

31 Desember 1993 :
Kas.................................................. .... Rp3.200.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 1.200.000,00

31 Desember 1994 :
Kas.................................................. .... Rp2.900.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 900.000,00
31 Desember 1995 :
Kas.................................................. .... Rp2.600.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga..................... 600.000,00

31 Desember 1996 :
Kas.................................................. .... Rp2.300.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 300.000,00
c. Sistem Anuitet
Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan menggunakan
pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran, bunga dan angsuran pokok pinjaman
dihitung dengan prosedur :
1. Menghitung besarnya kas yang diterima per tahun dapat dihitung dengan rumus

PP
A=
A n>p

Dimana :
A :Jumlah angsuran per periode.
PP :Pokok pinjaman mula-mula dan
A n>p :Nilai tunai dari Rp1,00 yang akan diterima setiap periode selama n
periode yang akan datang dengan tingkat bunga p% per periode. Nilai ini
dapat dilihat pada tabel bunga atau dihitung sendiri dengan memakai
rumus deret ukur menurun.
2. Menghitung bunga.
Besarnya bunga adalah sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan sisa pokok
pinjaman pada awal periode. Besarnya bunga ini akan selalu menurun, kaarena
dihitung berdasarkan jumlah yang selalu menurun.
3. Menghitung angsuran pokok pinjaman.
Besarnya angsuran pokok pinjaman yang diterima setiap periodenya sama dengan
kas yang diterima (langkah 1) dikurangi dengan bunga pinjaman (langkah 2). Jumlah
kas yang diterima ini makin lama makin besar (jumlah yang tetap dikurangi dengan
jumlah yang selalu menurun).
Contoh 3
Dengan menggunakan data yang sama dengan contoh tersebut di muka, yaitu:
Pada tanggal 1 Januari 1992 PT ABC menjual barang dagangan seharga Rp12.500.000,00
dengan cara pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka 20% atau Rp2.500.000,00
- Sisanya sebesar Rp10.000.000,00 akan diangsur sebanyak 5 kali setiap tanggal
31 Desember. Angsuran pertama akan dimulai pada tanggal 31 Desember 1992.
- Diperhitungkan bunga sebesar 15% per tahun.
Apabila digunakan sistem anuitet maka besarnya angsuran, bunga, angsuran pokok pinjaman
dan sisa pinjaman untuk tiap-tiap periode dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini :

Tabel 6.3
Perhitungan Angsuran, Bunga dan Sisa Pinjaman
Metode Anuitet

Tahun Kas yang Bunga Angsuran Sisa

Diterima Pokok Pinjaman

Pinjaman
(2)
(1) (3) (4)

1 – 1 – 1992 2.500.000,00 - - 10.000.000,00

31 – 12 – 1992 2.983.156,00 1.500.000,00 1.483.156,00 8.516.844,00

31 – 12 – 1993 2.983.156,00 1.277.527,00 1.705.629,00 6.811.215,00

31 – 12 – 1994 2.983.156,00 1.021.682,00 1.961.474,00 4.849.741,00

31 – 12 – 1995 2.983.156,00 727.461,00 2.255.695,00 2.594.046,00

31 – 12 – 1996 2.983.156,00 389.107,00 2.594.046,00 -

Jumlah 17.415.777,00 4.915.777,00 10.000.000,00 -

Keterangan :
(1) = 10.000.000 : 3,352155
= 2.982.155,612 dibulatkan menjadi rupiah penuh.
Untuk tahun terakhir terjadi selisih karena pembulatan selama 4 periode sebelumnya.
(2) = 15% x (4) awal.
(3) = (1) – (2)
(4) = (4) awal – (3).
Bunga selama 5 tahun = Rp4.915.777,00
Bunga pertahun = 1/5 x Rp4.915.777,00 = Rp983.155,40

Jumlah modal rata-rata selama 5 tahun :


Tahun Jumlah modal
1992 Rp10.000.000,00
1993 8.516.844,00
1994 6.811.215,00
1995 4.849.741,00
1996 2.594.046,00 +
Jumlah Rp32.771.846,00

Rp32.771.846,00
Modal rata-rata per tahun = = Rp6.554.369,20
5

Bunga rata-rata
Tingkat bunga yang sebenarnya = x 100%
Modal rata-rata

983.155,40
= x 100%
6.554.369,20

= 15%
====

(Bandingkan dengan tingkat bunga yang dinyatakan secara ekplisit hanya 15%).

Transaksi tersebut akan dicatat :


a. Pada tanggal 1 Januari 1992 : untuk mencatat penjualan
Kas Rp 2.500.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 10.000.000,00
Penjualan Angsuran Rp12.500.000,00
b. Setiap tanggal 31 Desember, yaitu saat menerima angsuran :
Kas xxx (kolom 3)
Piutang Penjualan Angssuran xxx (kolom 1)
Pendapatan Bunga xxx (kolom 2)
xxx : diambil dari tabel untuk kolom dan tanggal yang sesuai.

Pencatatan sesungguhnya untuk setiap penerimaan angsuran tersebut adalah sebagai berikut ;
31 Desember 1992 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp1.483.156,00
Pendapatan Bunga................... 1.500.000,00

31 Desember 1993 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp1.705.629,00
Pendapatan Bunga................... 1.277.527,00

31 Desember 1994 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp1.961.474,00
Pendapatan Bunga................... 1.277.527,00

31 Desember 1995 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.255.695,00
Pendapatan Bunga..................... 727.461,00

31 Desember 1996 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.153,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.594.046,00
Pendapatan Bunga................... 389.107,00

A. TUKAR TAMBAH
Di dalam penjualan angsuran seringkali perusahaan (penjual) menerima barang bekas
sebagai uang muka (down payment). Untuk menarik pembeli biasanya barang bekas yang
diterima sebagai uang muka ini dihargai (dinilai) lebih oleh perusahaan. Dengan menghargai
lebih ini berarti harga jual atas transaksi tersebut juga terlalu tinggi. Agar laporan keuangan
dapat mencerminkan keadaan yang sebesarnya sebaiknya barang bekas yang diterima tersebut
dicatat berdasarkan nilai realisasi bersihnya saja. Besarnya nilai realisasi bersih ini tidak boleh
melebihi harga pokok pengganti (current replacement cost) pada saat itu. Apabila harga pokok
pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi bersih adalah sama dengan taksiran harga
jual dikurangi dengan taksiran biaya perbaikan sebelum dijual, biaya pemasaran dan laba
normal. Selisih antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati sebaiknya dikumpulkan dalam
rekening tersendiri, misalnya dalam rekening cadangan kelebihan harga. Pada akhir periode
saldo rekening cadangan kelebihan harga ini diperlakukan sebagai pengurang rekening
penjualan angsuran. Dengan demikian penjualan angsuran yang sesungguhnya adalah sama
dengan penjualan angsuran yang disepakati dikurangi dengan cadangan kelebihan harga
tersebut.

Contoh :
Pada awal tahun 1992 Toko Radio& Televisi “MERDU” menjual televisi berwarna
secara angsuran seharga Rp1.375.000,00. Cara pembayarannya adalah sebagai berikut :
- Sebagai uang muka diterima sebuah televisi kecil bekas, yang nilainya disepakati
Rp375.000,00.
- Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing
Rp100.000,00
Televisi bekas yang diterima tersebut direncanakan dapat diperbaiki dengan biaya Rp37.500,00.
Setelah diperbaiki diperkirakan dapat dijual seharga Rp350.000,00. Dalam menjual kembali
televisi bekas ini perusahaan memperhitungkan laba normal dan biaya pemasaran, masing-
masing sebesar 20% dan 5% dari harga jual. Harga perolehan televisi baru adalah
Rp1.000.000,00.

Dalam transaksi ini nilai bersih televisi bekas dan kelebihan harga dapat dihitung :
Taksiran harga jual ................................................................. Rp350.000,00
Taksiran biaya perbaikan .............................. Rp37.500,00
Laba normal = 20% x Rp350.000,00 = 70.000,00
Biaya pemasaran 5% x Rp350.000,00 = 17.500,00 125.000,00
+ -
Taksiran nilai realisasi bersih Rp250.000,00
Harga yang disepakati ............................................................ 375.000,00
-
Kelebihan harga .................................................................... ......... Rp125.000,00
Transaksi tersebut akan dicatat :
a. Untuk mencatat penjualan :
Piutang Penjualan Angsuran Rp1.000.000,00
Persediaan Barang Dagangan 250.000,00
Cadangan Kelebihan Harga 125.000,00
Penjual Angsuran Rp1.375.000,00
b. Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :
Harga Pokok Penjualan Angsuran Rp1.000.000,00
Persediaan Barang Dagangan Rp1.000.000,00
c. Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisir :
Apabila selama satu periode tersebut tidak terjadi penjualan angsuran yang lain,
maka pada akhir periode akan dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat laba kotor
yang belum direalisir :
Penjualan Angsuran .............................................. Rp1.375.000,00
Harga pokok penjualan angsuran ............. Rp1.000.000,00
Cadangan Kelebihan Harga .................... 125.000,00
Laba kotor belum direalisir .................... 250.000,00
Besarnya laba kotor tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Harga jual yang disepakati ........................................ Rp1.375.000,00
Cadangan Kelebihan Harga ................................. 125.000,00
-
Harga jual yang sesungguhnya ........................... Rp1.250.000,00
Harga pokok penjualan ....................................... 1.000.000,00
-
Laba kotor penjualan angsuran ........................... Rp 250.000,00
=============

B. PEMBATALAN PENJUALAN ANGSURAN


Seringkali erjadi pembatalan atas penjualan angsuran yang belum lunas. Dalam hal ini
perusahaan akan :
- Menerima kembali barang yang sudah dijual.
Barang yang diterima kembali ini akan dicatat berdasarkan taksisran nilai realisasi bersih
pada saat itu.
- Menghapus piutang penjualan angsuran yang belum dilunasi dan laba kotor belum
direalissir yang berhubungan dengan pennjualan yang dibatalkan dan
- Mengakui laba atau rugi pembatalan penjualan anngsusran akan tergantung pada metode
pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yaitu metode accural dan metode
penjualan angsuran.
1. Metode Accural (Accural Bases)
Di dalam metode accural ini semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada saat
penjualan, sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukan besarnya harga pokok
penjualan yang belum diterima penjualannya. Oleh karena itu maka besarnya laba atau
rugi yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran adalah sama dengan selisih antara
nilai pasar bekas yang diterima dengan saldo piutang peenjualan angsuran yanng belum
diterima penjualannya.
Contoh :
PT ABC menjual barang-barang dagangannya secara angsusran. Dalam tahun
1992 terjadi pembatalan atas penjualan angsuran yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Informasi mengenai penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut adalah :
- Penjualan semula Rp10.000.000,00
- Harga pokok Rp7.500.000,00
- Tingkat laba kotor 20% dari harga jual.
- Piutang yang sudah berhasil diterima pembayarannya Rp4.000.000,00
- Taksian nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali Rp5.000.000,00
Dalam transaksi ini besarnya laba penjualan angsuran dapat dihitung sebagai berikut :
Harga jual ........................................................... Rp10.000.000,00

Piutang yang sudah ditagih ............................... 4.000.000,00


-

Piutang penjualan angsuran belum ditagih .......... Rp6.000.000,00


-
Taksiran nilai realisasi bersih .............................. 5.000.000,00

Rugi pembatalan penjualan angsuran .................. Rp1.000.000.00

Transaksi tersebut akan dicatat :


Persediaan barangg dagangan ........ Rp5.000.000,00
Rugi pembatalan penjualan angsuran 1.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran – 1987 Rp6.000.000,00

2. Metode Penjualan Angsuran


Di dalam metode ini perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan angsuran secara
proporsional dengan besarnya penerimaan kas. Dengaan demikian saldo piutang penjualan
angsuran terdiri atas 2 unsur, yaitu harga pokok penjualan angsuran dan laba kotor yanng
belum direalisir. Besarnya harga pokok penjualan angsuran yang belum diterima
pembayarannya adalah sama dengan saldo piutang penjualan angsuran dikurangi dengan
saldo laba kotor belum direalisir atas penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut. Besarnya
laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran dapat dihitung dengan rumus :

L = TNRS – (PPA – LBBR)

Di mana :
L : Laba (rugi) pembatalan penjualan angsuran,
TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali,
PPA : Saldo piutang penjualan angsuran atas penjualan yang dibatalkan dan
LBBR : Laba kotor yaang belum direalisir atas penjualan angsuran yanng dibataalkan.

Contoh :
PT ABC menjual baarang-barang dagangannya secara angsuran. Dalam tahun 1992
terjadi pembatalan atas penjualan angsuran yang terjadi pada tahun sebelumnya. Informasi
mengenai penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut adalah :
- Penjualan semula Rp10.000.000,00.
- Harga pokok Rp7.500.000,00.
- Tingkat laba 25% dari harga jual.
- Piutang yang sudah berhasil diterima pembayarannya Rp4.000.000,00.
- Taksian nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali Rp5.000.000,00.
Dalam transaksi ini besarnya laba pembatalan penjualan angsuran dapat dihitung sebagai
berikut :
Harga jual ........................................................... Rp10.000.000,00

Piutang yang sudah ditagih ............................... 4.000.000,00


-

Piutang penjualan angsuran belum ditagih .......... Rp6.000.000,00

Laba kotor belum direalisir = 25% 1.500.000,00


-
Harga pokok penjualan yang belum dibayar ...... Rp4.500.000,00

Taksiran nilai realisasi bersih .............................. 5.000.000,00


-

Laba pembatalan penjualan angsuran ................. Rp 500.000.00

Transaksi tersebut akan dicatat :


Persediaan barang dagangan .............. Rp5.000.000,00
Laba kotor belum direalisir – 1987...... 1.500.000,00
Piutanng Penjualan Angsuran – 1987 Rp6.000.000,00
Laba pembatalan penjualan angsuran 500.000,00

Anda mungkin juga menyukai