PENJUALAN ANGSURAN
A. GAMBARAN UMUM
Pengertian dan Masalah Penjualan Angsuran
Penjualan Angsuran (installment sales) adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan
secara bertahap, di masa yang akan datang. Penjualan angsuran ini dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan volume penjualan, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan laba
perusahaan. Karena pembayarannya dilakukan beberapa periode di masa yang akan datang maka
penjualan angsuran mengandung risiko yang besar di dalam penagihan piutang. Risiko tersebut
menimbulkan beberapa masalah. Secara garis besar masalah yang timbul sehubungan dengan
penjualan angsuran dapat digolongkan menjadi 2, yaitu masalah akuntansi dan masalah non-
akuntansi.
Masalah non-akuntansi
Masalah non-akuntansi yang utama adalah bagaimana cara untuk menekan (mengurangi)
risiko terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya dapat
menjadi seminimal mungkin. Usaha untuk mengurangi risiko dapat dilakukan dengan beberapa
cara dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran.
2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual.
3. Menyediakan perlindungan ekonomi kepada penjual.
1. Dasar penjualan
Pada dasar ini laba kotor atas penjualan angsuran diakui dalam periode penjualan angsuran
terjadi, tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Pengakuan
laba kotor yang demikian ini sama dengan pengakuan laba kotor dalam penjualan kredit biasa.
Agar laporan rugi-laba dapat mencerminkan “proper matching revenue with expenses”
sebaiknya perusahaan mencadangkan biaya penagihan dan biaya-biaya tersebut adalah seperti
pencatatan kerugian piutang dengan meggunakan metode cadangan.
Dasar ini cocok dipakai apabila 3 syarat berikut ini terpenuhi, yaitu :
a. Jangka waktu pembayaran relatif pendek.
b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran, termasuk biaya penagihan dan
biaya-biaya penagihan dan biaya-biaya yang lain dapat ditaksir secara relatif teliti.
c. Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil.
Contoh 1
Pada awal tahun 1991 PT ABC melakukan penjualan angsuran seharga Rp. 12.500.000,00
dengan syarat pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka Rp. 2.500.000,00 langsung diterima.
- Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.
Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000,00.
Dengan harga demikian penerimaan pembayarannya adalah :
Tanggal Keterangan Jumlah
1 – 1 – 1991 Uang Muka Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1991 Angsuran ke – 1 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1992 Angsuran ke – 2 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1993 Angsuran ke – 3 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1994 Angsuran ke – 4 Rp. 2.500.000,00
Jumlah Rp. 12.500.000,00
Apabila perusahaan menggunakan metode ini maka untuk tahun 1991 perusahaan akan
mengakui laba kotor dari penjualan tersebut sebesar Rp. 2.500.000,00 tanpa memperhatikan
apakah pembayaran sudah diterima atau belum.
2. Dasar Kas
Menurut dasar kas ini laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayaran
dari piutang penjualan angsuran sudah diterima. Penerimaan kas tersebut terdiri dari 2 unsur,
yaitu :
a. Pembayaran atas harga pokok penjualan.
b. Pembayaran atas laba kotor.
Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebut ada 3 metode, yaitu :
a. Harga pokok kemudian laba kotor (cost recovery method).
b. Laba kotor kemudian harga pokok.
c. Harga pokok dan laba kotor secara proposional (metode penjualan angsuran).
a. Harga pokok penjualan kemudian laba kotor
Dalam metode ini penerimaan kas dari penjualan angsuran, baik uang muka maupun
pembayaran angsuran pertama-tama dianggap sebagai pembayaran (pengembalian) atas harga
pokok penjualan. Oleh karena itu selama harga pokok penjualan atas penjualan angsuran
tersebut belum selesai diterima pembayarannya perusahaan belum mengakui laba kotor. Setelah
harga pokok penjualan diterima semua maka penerimaan selanjutnya dianggap sebagai
pembayaran (realisasi) laba kotor. Metode ini tidak dapat dicerminkan proper matching revenue
with exspenses, karena terlalu konservatif.
Contoh 2
Pada awal tahun 1991 PT ABC melakukan penjualan angsuran seharga Rp. 12.500.000,00
dengan syarat pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka Rp. 2.500.000,00 langsung diterima.
- Sisanya dibayar melalui 4 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.
Harga pokok penjualan Rp. 10.000.000,00.
Dengan harga demikian penerimaan pembayarannya adalah :
Tanggal Keterangan Jumlah
1 – 1 – 1991 Uang Muka Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1991 Angsuran ke – 1 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1992 Angsuran ke – 2 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1993 Angsuran ke – 3 Rp. 2.500.000,00
31 – 12 – 1994 Angsuran ke – 4 Rp. 2.500.000,00
Jumlah Rp. 12.500.000,00
Apabila perusahaan menggunakan metode ini maka penerimaan kas sampai dengan Rp.
10.000.000,00 dianggap sebagai pembayaran harga pokok penjualan. Oleh karena itu
penerimaan kas sampai dengan jumlah Rp. 10.000.000,00 tersebut, yaitu uang muka (1 Januari
1991) sampai dengan angsuran ke-3 (31 Desember 1993) perusahaan belum mengakui laba.
Perusahaan baru mengakui laba kotor setelah menerima pembayaran di atas Rp.
10.000.000,00 (di atas harga pokok) yaitu angsuran yang terakhir, sebesar Rp. 2.500.000,00
yaitu di dalam tahun 1994.
Metode ini tidak dapat mencerminkan proper marching revenue with expenses, karena
terlalu konservatif.
Ikhtisar transaksi keuangan yang terjadi selama tahun 1992 adalah sebagai berikut :
1) Pembelian barang dengan dagangan Rp. 140.000.000,00 secara kredit.
2) Penjualan barang dagangan :
- Tunai Rp. 40.000.000,00
- Kredit (biasa) Rp. 50.000.000,00
- Angsuran Rp. 85.000.000,00
3) Penerimaan kas Rp. 153.000.000,00 berasal dari :
- Penjualan Tunai Rp. 40.000.000,00
- Penagihan piutang dagang 48.000.000,00
- Piutang penjualan angsuran 1990 10.000.000,00
- Piutang penjualan angsuran 1991 20.000.000,00
- Piutang penjualan angsuran 1992 35.000.000,00
4) Pelunasan uang dagang sebesar Rp. 110.000.000,00.
5) Pengeluaran kas untuk membayar biaya komersial Rp. 15.500.000,00
6) Pembagian deviden tunai Rp. 5.000.000,00
7) Pengeluaran kas untuk membayar biaya bunga Rp. 7.500.000,00
8) Pengeluaran kas untuk membayar pajak penghasilan Rp. 4.200.000,00
9) Penyusutan aktiva tetap Rp. 2.500.000,00
Pada akhir periode diketahui bahwa persediaan barang dagangan berjumlah Rp. 65.500.000,00.
Harga pokok penjualan angsuran untuk tahun 1992 adalah Rp. 59.500.000,00.
Diminta :
a. Buatlah semua jurnal yang diperlukan selama tahun 1992.
b. Susunlah neraca saldo per 31 Desember 1992!
c. Buatlah semua jurnal penyusunan dan jurnal penutup yang diperlukan per 31 Desember
1992!
d. Buatlah semua laporan keuangan yang diperlukan!
Penyelesaian :
a) Jurnal transaksi yang diperlukan :
1. Untuk mencatat pembelian barang dagangan :
Pembelian …………………… Rp. 140.000.000,00
Utang Dagang ………….. Rp. 140.000.000,00
2. Untuk mencatat penjualan :
Kas ……………………… Rp. 40.000.000,00
Piutang Dagang …………. 50.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1992 85.000.000,00
Penjualan ………………… Rp. 90.000.000,00
Penjualan Angsuran ……... 85.000.000,00
3. Untuk mencatat penerimaan kas :
Kas ………………… ……… Rp. 113.000.000,00
Piutang Dagang ……….. Rp.48.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1990 10.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1991 20.000.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 1992 35.000.000,00
Jumlah penerimaan kas Rp. 153.000.000,00
Dari penjualan tunai (dicatat dalam transaksi 2) 40.000.000,00
Dicatat di dalam transaksi nomor 3 Rp. 113.000.000,00
4. Untuk mencatat pelunasan utang dagang :
Utang Dagang ……………….. Rp. 110.000.000,00
Kas …………………… Rp. 110.000.000,00
5. Untuk mencatat pengeluaran kas untuk membayar biaya komersial :
Pembagian Dividen (LD) ………… Rp. 5.000.000,00
Kas ………………………. Rp. 5.000.000,00
6. Untuk mencatat pembagian dividen :
Pembagian Dividen (LD) …………. Rp. 5.000.000,00
Kas ………………………... Rp. 5.000.000,00
7. Untuk mencatat pembayaran biaya bunga :
Biaya bunga ……………………….. Rp. 7.500.000,00
Kas ……………………….. Rp. 7.500.000,00
8. Untuk mencatat pembayaran angsuran pajak penghasilan :
Persekot Pajak Penghasilan ………. Rp. 4.200.000,00
Kas ………………………. Rp. 4.200.000,00
b) Neraca salso per 31 Desember 1992
Setelah semua transaksi tersebut diposting, maka dapat disusun neraca saldo PT Kawan Kita
per 31 Desember 1992 adalah sebagai berikut :
PT KAWAN KITA
Neraca
Per 31 Desember 1992
Debit
- Kas ………………………………………. Rp. 33.800.000,00
- Piutang Dagang …………………………. 12.000.000,00
- Piutang Penjualan Angsuran 1991 ………. 15.000.000,00
- Piutang Penjualan Angsuran 1992 ………. 50.000.000,00
- Persediaan Barang Dagangan …………… 50.000.000,00
- Persekot Pajak Penghasilan …………….. 4.200.000,00
- Aktiva Tetap …………………………….. 35.000.000,00
- Pembelian ………………………………. 140.000.000,00
- Biaya Komersial………………………… 12.500.000,00
- Biaya Bunga ……………………………. 7.500.000,00
- Pembagian Dividen ……………………. 5.000.000,00 +
Total Debit ……………………………. Rp.365.000.000,00
Kredit
- Utang Dagang …………………………… Rp. 52.250.000,00
- Utang Bank ……………………………… 50.000.000,00
- Laba Kotor Belum Direalisir 1991 ………. 2.500.000,00
- Laba Kotor Belum Direalisir 1992 ………. 12.500.000,00
- Modal Saham …………………………….. 50.000.000,00
- Laba Ditahan ……………………………. 23.000.000,00
- Penjualan ………………………………… 90.000.000,00
- penjualan Angsuran ……………………… 85.000.000,00 +
Total kredit …………………………….... Rp.365.000.000,00
Laporan Rugi-laba
Tahun 1992
Penjualan angsuran :
20.000.000,00
+
Jumlah laba kotor untuk tahun 1992 ………….. Rp45.000.000,00
Pajak penghasilan:
- 25 x Rp12.500.000,00 = 3.125.000,00
Tahun 1992
Ditambah :
Rp40.875.000,00
=============
(3) Neraca
Neraca PT Kawan Kita per 31 Desember 1992 adalah sebagai berikut :
PT Kawan Kita
Tahun 1992
Aktiva
Pasiva
- Utang Dagang …………………………... Rp 52.250.000,00
===============
PP
APP =
JA
Di mana :
APP : Aangsuran pokok pinjaman
PP : Pokok pinjaman
JA : Banyaknya angsuran.
Sistem angsuran tetap ini dapat dipakai biaik sistem bungaa tetap maupun sistem bunga
menurun.
(2) Sistem Anuitet
Dalam sistem ini besarnya pembayaran untuk setiap periode akan selalu tetap, yang terdiri
atas bunga pinjaman yang selalu menurun dan angsuran pokok pinjaman yang semakin besar.
Jumlah pembayaran tersebut dihitung dengan menggunakaan rumus-rumus anuitet. Sistem
anuitet ini hanya dipakai pada sisteem bunga menurun. Ditinjau dari segi besarnya mbungaa dan
angsuran pokok pinjaman, maka sistem anuitet dapat disebut seebagai sistem bunga menurun
dan anggsuran meningkat.
Dengan memperhatikan sistem perhitungan bunga dan sistem perhitunggan pokok
pinjamaan tersebut maka terdapat 3 alternatif, yaitu :
a. Sistem bungaa tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.
b. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.
c. Sistem anuitet (bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat).
a. Sistem Bunga Tetap dan Angsuran Pokok Pinjaman Tetap
Di dalam sistem ini besarnya angsusran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk
seetiap periodenya selalu tetap. Dengan demikian jumlah angsurannya juga tetap..
besarnya angsuran ini dapat dihitung dengan prosedur :
1. Menghitung aangsuran pokok pinjaman.
Besarnya angssuran pokok pinjaman adalah sama dengan jumlah pokok pinjaman
dibagi dengan banyaknya angsuran.
2. Menghitung bunga.
Besarnya bunga untuk setiap periodenya adalah sama dengan tingkaat bunga
dikalikan dengan pokok pinjaman.
3. Menghitung jumlah kas yang diterima.
Besaranya kas yang diterima setiap angsuran adalah sama dengan angsuran pokok
pinjaman ditambah bunga.
Contoh 1
Pada tanggal 1 Januari 1992 PT ABC menjual barang dagangan seharga
Rp12.500.000,00 dengan cara pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka 20% atau Rp2.500.000,00
- Sisanya sebesar Rp10.000.000,00 akan diangsur sebanyak 5 kali setiap tanggal
31 Desember 1992.
- Diperhitungkan bunga sebesar 15% per tahun.
Apabila bunga dan angsuran pokok pinjaman dihitung dengan sistem bunga tetaap maka
besarnya angsuran pokok pinjaman, bunga dan jumlah angsuran dapat dihitung sebagai berikut :
Rp10.000.000,00
Angsuran pokok pinjaman = = Rp2.000.000,00
5
Bunga = 15% x Rp10.000.000,00 = 1.500.000,00
Jumlah kas yang diterima setiap periode RP3.500.000,00
Dalam contoh tersebut tingkat bunga yang sebenarnya dapat dihitung seperti pada Tabel 6.1
berikut ini :
Tabel 6.1
Perhitungan Bunga
Tahun Angsuran Bunga Kas yang Sisa
Pinjaman
(2)
(1) (3) (4)
Keterangan :
(1) = 10.000.000,00 : 5
(2) = 15% x Rp10.000.000,00
(3) = (1) + (2)
(4) = (4) awal – (1).
Bunga selama 5 tahun = Rp7.500.000,00
Bunga pertahun = 1/5 x Rp7.500.000,00 = Rp1.500.000,00
Jumlah modal rata-rata selama 5 tahun :
Tahun Jumlah modal
1992 Rp10.000.000,00
1993 8.000.000,00
1994 6.000.000,00
1995 4.000.000,00
1996 2.000.000,00 +
Jumlah Rp30.000.000,00
Rp30.000.000,00
Modal rata-rata per tahun = = Rp6.000.000,00
5
Bunga rata-rata
Tingkat bunga yang sebenarnya = x 100%
Modal rata-rata
1.500.000,00
= x 100%
6.000.000,00
(Bandingkan dengan tingkat bunga yaang dinyatakan secara esplisit hanya 15%)
Transaksi tersebut akan dicatat oleh PT ABC (penjual):
a. Pada tanggal 1 Januari 1992 : untuk mencatat penjualan
Kas Rp 2.500.000,00
Piutang Penjualan Angsuran 10.000.000,00
Penjualan Angsuran Rp12.500.000,00
b. Setiap tanggal 31 Desember, yaitu saat menerima angsuran :
Kas Rp3.500.000,00 (kolom 3)
Piutang Penjualan Angssuran Rp2.000.000,00 (kolom 1)
Pendapatan Bunga 1.500.000,00 (kolom 2)
Contoh 2
Dengan menggunakan data yang sama dengan contoh di muka, yaitu :
Pada tanggal 1 Januari 1992 PT ABC menjual barang dagangan seharga Rp12.500.000,00
dengan cara pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka 20% atau Rp2.500.000,00
- Sisanya sebesar Rp10.000.000,00 akan diangsur sebanyak 5 kali setiap tanggal 31 Desember.
Angsuran pertama akan dimulai pada tanggal 31 Desember 1992.
- Diperhitungkan bunga sebesar 15% per tahun.
Apabila dipakai bunga dihitun berdasarkan sisa pinjaman dan angsuran pokok pinjaman tetap,
maka besarnya angsuran pokok pinjaman , bunga, angsuran dan sisa pijaman untuk setiap
periodenya dapat dilihat pada Tabel 6.2 berikut ini.
Tabel 6.2
Perhitungan Bunga
Tahun Angsuran Bunga Kas yang Sisa
Pinjaman
(2)
(1) (3) (4)
Keterangan :
(1) = 10.000.000 : 5
(2) = 15% x (4) awal
(3) = (1) + (2)
(4) = (4) awal – (1).
Bunga selama 5 tahun = Rp4.500.000,00
Bunga rata-rata per tahun = 1/5 x Rp4.500.000,00
= Rp900.000,00
Jumlah modal rata-rata selama 5 tahun :
Tahun Jumlah modal
1992 Rp10.000.000,00
1993 8.000.000,00
1994 6.000.000,00
1995 4.000.000,00
+
1996 2.000.000,00
Jumlah Rp30.000.000,00
Rp30.000.000,00
Modal rata-rata per tahun = = Rp6.000.000,00
5
Bunga rata-rata
Tingkat bunga yang sebenarnya = x 100%
Modal rata-rata
900.000,00
= x 100%
6.000.000,00
= 15%
====
(Bandingkan dengan tingkat bunga yang dinyatakan secara ekplisit hanya 15%).
Pencatatan sesungguhnya untuk setiap penerimaan angsuran tersebut adalah sebagai berikut ;
31 Desember 1992 :
Kas.................................................. .... Rp3.500.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 1.500.000,00
31 Desember 1993 :
Kas.................................................. .... Rp3.200.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 1.200.000,00
31 Desember 1994 :
Kas.................................................. .... Rp2.900.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 900.000,00
31 Desember 1995 :
Kas.................................................. .... Rp2.600.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga..................... 600.000,00
31 Desember 1996 :
Kas.................................................. .... Rp2.300.000,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.000.000,00
Pendapatan Bunga................... 300.000,00
c. Sistem Anuitet
Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan menggunakan
pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran, bunga dan angsuran pokok pinjaman
dihitung dengan prosedur :
1. Menghitung besarnya kas yang diterima per tahun dapat dihitung dengan rumus
PP
A=
A n>p
Dimana :
A :Jumlah angsuran per periode.
PP :Pokok pinjaman mula-mula dan
A n>p :Nilai tunai dari Rp1,00 yang akan diterima setiap periode selama n
periode yang akan datang dengan tingkat bunga p% per periode. Nilai ini
dapat dilihat pada tabel bunga atau dihitung sendiri dengan memakai
rumus deret ukur menurun.
2. Menghitung bunga.
Besarnya bunga adalah sama dengan tingkat bunga dikalikan dengan sisa pokok
pinjaman pada awal periode. Besarnya bunga ini akan selalu menurun, kaarena
dihitung berdasarkan jumlah yang selalu menurun.
3. Menghitung angsuran pokok pinjaman.
Besarnya angsuran pokok pinjaman yang diterima setiap periodenya sama dengan
kas yang diterima (langkah 1) dikurangi dengan bunga pinjaman (langkah 2). Jumlah
kas yang diterima ini makin lama makin besar (jumlah yang tetap dikurangi dengan
jumlah yang selalu menurun).
Contoh 3
Dengan menggunakan data yang sama dengan contoh tersebut di muka, yaitu:
Pada tanggal 1 Januari 1992 PT ABC menjual barang dagangan seharga Rp12.500.000,00
dengan cara pembayaran sebagai berikut :
- Uang muka 20% atau Rp2.500.000,00
- Sisanya sebesar Rp10.000.000,00 akan diangsur sebanyak 5 kali setiap tanggal
31 Desember. Angsuran pertama akan dimulai pada tanggal 31 Desember 1992.
- Diperhitungkan bunga sebesar 15% per tahun.
Apabila digunakan sistem anuitet maka besarnya angsuran, bunga, angsuran pokok pinjaman
dan sisa pinjaman untuk tiap-tiap periode dapat dilihat pada Tabel 6.3 berikut ini :
Tabel 6.3
Perhitungan Angsuran, Bunga dan Sisa Pinjaman
Metode Anuitet
Pinjaman
(2)
(1) (3) (4)
Keterangan :
(1) = 10.000.000 : 3,352155
= 2.982.155,612 dibulatkan menjadi rupiah penuh.
Untuk tahun terakhir terjadi selisih karena pembulatan selama 4 periode sebelumnya.
(2) = 15% x (4) awal.
(3) = (1) – (2)
(4) = (4) awal – (3).
Bunga selama 5 tahun = Rp4.915.777,00
Bunga pertahun = 1/5 x Rp4.915.777,00 = Rp983.155,40
Rp32.771.846,00
Modal rata-rata per tahun = = Rp6.554.369,20
5
Bunga rata-rata
Tingkat bunga yang sebenarnya = x 100%
Modal rata-rata
983.155,40
= x 100%
6.554.369,20
= 15%
====
(Bandingkan dengan tingkat bunga yang dinyatakan secara ekplisit hanya 15%).
Pencatatan sesungguhnya untuk setiap penerimaan angsuran tersebut adalah sebagai berikut ;
31 Desember 1992 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp1.483.156,00
Pendapatan Bunga................... 1.500.000,00
31 Desember 1993 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp1.705.629,00
Pendapatan Bunga................... 1.277.527,00
31 Desember 1994 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp1.961.474,00
Pendapatan Bunga................... 1.277.527,00
31 Desember 1995 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.156,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.255.695,00
Pendapatan Bunga..................... 727.461,00
31 Desember 1996 :
Kas.................................................. .... Rp2.983.153,00
Piutang Penjualan Angsuran.... Rp2.594.046,00
Pendapatan Bunga................... 389.107,00
A. TUKAR TAMBAH
Di dalam penjualan angsuran seringkali perusahaan (penjual) menerima barang bekas
sebagai uang muka (down payment). Untuk menarik pembeli biasanya barang bekas yang
diterima sebagai uang muka ini dihargai (dinilai) lebih oleh perusahaan. Dengan menghargai
lebih ini berarti harga jual atas transaksi tersebut juga terlalu tinggi. Agar laporan keuangan
dapat mencerminkan keadaan yang sebesarnya sebaiknya barang bekas yang diterima tersebut
dicatat berdasarkan nilai realisasi bersihnya saja. Besarnya nilai realisasi bersih ini tidak boleh
melebihi harga pokok pengganti (current replacement cost) pada saat itu. Apabila harga pokok
pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi bersih adalah sama dengan taksiran harga
jual dikurangi dengan taksiran biaya perbaikan sebelum dijual, biaya pemasaran dan laba
normal. Selisih antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati sebaiknya dikumpulkan dalam
rekening tersendiri, misalnya dalam rekening cadangan kelebihan harga. Pada akhir periode
saldo rekening cadangan kelebihan harga ini diperlakukan sebagai pengurang rekening
penjualan angsuran. Dengan demikian penjualan angsuran yang sesungguhnya adalah sama
dengan penjualan angsuran yang disepakati dikurangi dengan cadangan kelebihan harga
tersebut.
Contoh :
Pada awal tahun 1992 Toko Radio& Televisi “MERDU” menjual televisi berwarna
secara angsuran seharga Rp1.375.000,00. Cara pembayarannya adalah sebagai berikut :
- Sebagai uang muka diterima sebuah televisi kecil bekas, yang nilainya disepakati
Rp375.000,00.
- Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing
Rp100.000,00
Televisi bekas yang diterima tersebut direncanakan dapat diperbaiki dengan biaya Rp37.500,00.
Setelah diperbaiki diperkirakan dapat dijual seharga Rp350.000,00. Dalam menjual kembali
televisi bekas ini perusahaan memperhitungkan laba normal dan biaya pemasaran, masing-
masing sebesar 20% dan 5% dari harga jual. Harga perolehan televisi baru adalah
Rp1.000.000,00.
Dalam transaksi ini nilai bersih televisi bekas dan kelebihan harga dapat dihitung :
Taksiran harga jual ................................................................. Rp350.000,00
Taksiran biaya perbaikan .............................. Rp37.500,00
Laba normal = 20% x Rp350.000,00 = 70.000,00
Biaya pemasaran 5% x Rp350.000,00 = 17.500,00 125.000,00
+ -
Taksiran nilai realisasi bersih Rp250.000,00
Harga yang disepakati ............................................................ 375.000,00
-
Kelebihan harga .................................................................... ......... Rp125.000,00
Transaksi tersebut akan dicatat :
a. Untuk mencatat penjualan :
Piutang Penjualan Angsuran Rp1.000.000,00
Persediaan Barang Dagangan 250.000,00
Cadangan Kelebihan Harga 125.000,00
Penjual Angsuran Rp1.375.000,00
b. Untuk mencatat harga pokok penjualan angsuran :
Harga Pokok Penjualan Angsuran Rp1.000.000,00
Persediaan Barang Dagangan Rp1.000.000,00
c. Untuk mencatat laba kotor penjualan angsuran yang belum direalisir :
Apabila selama satu periode tersebut tidak terjadi penjualan angsuran yang lain,
maka pada akhir periode akan dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat laba kotor
yang belum direalisir :
Penjualan Angsuran .............................................. Rp1.375.000,00
Harga pokok penjualan angsuran ............. Rp1.000.000,00
Cadangan Kelebihan Harga .................... 125.000,00
Laba kotor belum direalisir .................... 250.000,00
Besarnya laba kotor tersebut dapat dihitung sebagai berikut :
Harga jual yang disepakati ........................................ Rp1.375.000,00
Cadangan Kelebihan Harga ................................. 125.000,00
-
Harga jual yang sesungguhnya ........................... Rp1.250.000,00
Harga pokok penjualan ....................................... 1.000.000,00
-
Laba kotor penjualan angsuran ........................... Rp 250.000,00
=============
Di mana :
L : Laba (rugi) pembatalan penjualan angsuran,
TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali,
PPA : Saldo piutang penjualan angsuran atas penjualan yang dibatalkan dan
LBBR : Laba kotor yaang belum direalisir atas penjualan angsuran yanng dibataalkan.
Contoh :
PT ABC menjual baarang-barang dagangannya secara angsuran. Dalam tahun 1992
terjadi pembatalan atas penjualan angsuran yang terjadi pada tahun sebelumnya. Informasi
mengenai penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut adalah :
- Penjualan semula Rp10.000.000,00.
- Harga pokok Rp7.500.000,00.
- Tingkat laba 25% dari harga jual.
- Piutang yang sudah berhasil diterima pembayarannya Rp4.000.000,00.
- Taksian nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali Rp5.000.000,00.
Dalam transaksi ini besarnya laba pembatalan penjualan angsuran dapat dihitung sebagai
berikut :
Harga jual ........................................................... Rp10.000.000,00