Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

Di negara sedang berkembang maupun di negara maju, penyakit infeksi masih


merupakan masalah medis yang sangat penting oleh karena angka kematiannya masih cukup
tinggi. Diantara penyakit infeksi yang amat berbahaya adalah infeksi Susunan Saraf Pusat (SSP)
termasuk ke dalamnya meningitis dan ensefalitis. Meningitis sinonim dengan leptomeningitis
yang berarti adanya suatu infeksi selaput otak yang melibatkan arachnoid dan piamater
sedangkan ensefalitis adalah adanya infeksi pada jaringan parenkim otak.

Penyakit infeksi susunan saraf pusat memiliki angka kematian di atas 50%, jika
seseorang selamat dari infeksi otak umumnya mengalami kecacatan mulai dari lumpuh hingga
koma.

Susunan saraf pusat merupakan bagian tubuh yang paling terlindungi atau yang paling
terakhir kena, jadi kalau otak sudah terkena infeksi akan sangat mungkin mempengaruhi organ
lainnya di tubuh dan fungsinya menjadi terganggu.

Gejala dari infeksi ini seringkali tidak khas yang secara umum mengalami demam dan
sakit kepala. Jika setelah beberapa hari tidak membaik atau ada gejala lanjutan seperti kejang dan
sakit kepala yang semakin parah segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Untuk diagnostic dini
memang tidak mudah, karenanya proses pencarian penyebabnya harus progresif agar bisa
ditangani dengan baik.

Untuk diagnosis pastinya dilakukan pemeriksaan cairan otak agar bisa diketahui
penyebab pastinya apakah akibat infeksi virus, bakteri, jamur, parasit atau cacing pita. Jika
prosedur ini dilakukan dengan cepat dan progresif maka bisa mengurangi kecacatan yang timbul.

1|Page
BAB 2

ISI

2.1 Definisi

Infeksi ialah invasi dan multiplikasi kuman (mikro-organisme) di dalam jaringan tubuh. Jadi
infeksi susunan saraf pusat ialah invasi dan multiplikasi kuman (mikro-organisme) di dalam
susunan saraf.

2.2 Klasifikasi

Klasifikasi infeksi susunan saraf menurut organ yang terkena peradangan, tidak memberikan
pegangan klinis yang berarti. Radang pada saraf tepi dinamakan neuritis, pada meningen disebut
meningitis, pada jaringan medulla spinalis dinamakan mielitis dan pada otak dikenal sebagai
ensefalitis. Sebaliknya pembagian menurut jenis kumkan mencakup sekaligus diagnosis kausal.
Maka dari itu, pembahasan mekanisme infeksi susunan saraf akan dilakukan menurut klasifikasi:

1) Infeksi viral
2) Infeksi bakteri

CAIRAN SEREBRO SPINAL

Cairan Serebro Spinal (CSS) ditemukan di ventrikel otak dan sisterna dan ruang
subarachnoid yang mengelilingi otak dan medula spinalis. Seluruh ruangan berhubungan satu
sama lain, dan tekanan cairan diatur pada suatu tingkat yang konstan.

2|Page
Gambar 1. Anatomi ventrikel otak dan ruang subarachnoid

Fungsi Bantalan Cairan Serebrospinal

Fungsi utamanya adalah untuk melindungi sistem saraf pusat (SSP) terhadap trauma.
Otak dan cairan serebrospinal memiliki gaya berat spesifik yang kurang lebih sama (hanya
berbeda sekitar 4%), sehingga otak terapung dalam cairan ini. Oleh karena itu, benturan pada
kepala akan menggerakkan seluruh otak dan tengkorak secara serentak, menyebabkan tidak satu
bagian pun dari otak yang berubah bentuk akibat adanya benturan tadi.

Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal

Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus ventrikel
serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang membatasi
ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang bocor ke
ruangan perivaskuler disekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah otak).

Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500 mL/
hari), volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS mengalir dari ventrikel lateralis melalui
foramen intraventrikular (foramen Monroe) ke venrikel ketiga, lalu melewati cerebral
aquaductus (aquaductus sylvii) ke venrikel keempat, dan melalui apertura medialis (foramen
Magendi) dan apertura lateral (foramen Luschka) menuju ke sisterna cerebelomedular (sisterna

3|Page
magna). Dari sisterna cerebelomedular, CSS memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi
disekitar otak dan medula spinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang terdapat
pada hemisfer serebral.

Sekresi Pleksus Koroideus

Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol yang
dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporal dari setiap ventrikel
lateral, bagian posteror ventrikel ketiga dan atap ventrikel keempat.

Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada transpor aktif dari ion
natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus. Ion- ion natrium pada waktu
kembali akan menarik sejumlah besar ion-ion klorida, karena ion natrium yang bermuatan positif
akan menarik ion klorida yang bermuatan negatif. Keduanya bersama – sama meningkatkan
kuantitas osmotis substansi aktif dalam cairan serebrospinal, yang kemudian segera
menyebabkan osmosis air melalui membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut. Transpor
yang kurang begitu penting memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan serebrospinal
dan ion kalium dan bikarbonat keluar dari cairan serebrospinal ke dalam kapiler. Oleh karena itu,
sifat khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan osmotik kira-kira sama
dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama dengan plasma; klorida kurang lebih 15%
lebih besar dari plasma; kalium kira-kira 40% lebih kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih
sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase (acetazolamide), kortikosteroid, spironolactone, furosemide,
isoflurane dan agen vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS.

Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis

Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid ke dalam sinus
venosus otak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis adalah penonjolan seperti jari dari membran
arakhnoid ke dalam dinding sinus venosus. Kumpulan besar vili-vili ini biasanya ditemukan
bersama-sama, dan membentuk suatu struktur makroskopis yang disebut granulasi arakhnoid
yang terlihat menonjol ke dalam sinus. Dengan menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa
vili ditutupi oleh sel endotel yang memiliki lubang-lubang vesikular besar yang langsung
menembus badan sel. Telah dikemukakan bahwa lubang ini cukup besar untuk menyebabkan
aliran yang relatif bebas dari cairan serebrospinal, molekul protein, dan bahkan partikel–partikel

4|Page
sebesar eritrosit dan leukosit ke dalam darah vena. Sebagian kecil diabsorpsi di nerve root
sleeves dan limfatik meningen. Walaupun mekanismenya belum jelas diketahui, absorpsi CSS
ini tampaknya berbanding lurus terhadap tekanan intra kranial (TIK) dan berbanding terbalik
dengan tekanan vena serebral (Cerebral Venous Pressure = CVP). Karena otak dan medula
spinalis sedikit disuplai oleh sistem limfatik, absorpsi melalui CSS merupakan mekanisme utama
untuk mengembalikan protein perivaskuler dan interstitiil ke dalam aliran darah.

5|Page

Anda mungkin juga menyukai