Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATN KOMUNITAS

MAKALAH KONSEP EPIDEMIOLOGI


DAN KEPENDUDUKAN

Disusun oleh:

Kelompok 4 / Kelas: 5B

1. Ricky Ferdyansyah (1130018006)


2. Siti Muharomah (1130018043)
3. Siti Aemah (1130018059)
4. Silvia Anggraini (1130018060)

Dosen pembiming:
Dr. Abdul Muhith, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
TAHUN AJARAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan Mengucap syukur kehadirat Allah SWT. yang hanya dengan rahmat
serta petunjuk-nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Epidemiologi dan Kependudukan”  Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa 2.Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran
dan nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kapada yang terhormat dosen Pmebimbing yang telah memberikan tugas
dan kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta
semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasihat  hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, penulis sadar masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang
berkaitan dengan penyusunan makalah ini akan penulis terima dengan senang hati
untuk menyempurnakan penyusunan makalah dan Askep tersebut.
Semoga makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Konsep Epidemiologi dan
Kependudukan” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, 27 Oktober 2020


Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................1
LATAR BELAKANG....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI............................................................................7
2.1 Konsep Dasar Epidemiologi.....................................................................7
2.2 Metode Epidemiologi.............................................................................13
2.3 Perubahan dan Pekembangan Pola Penyakit..........................................14
2.4 Peran Perawat dalam Epidemiologi........................................................18
2.5 Konsep Dasar Kependudukan.................................................................19
2.6 Kependudukan dan Kaitannya dengan Kesehatan..................................21
2.7 Masalah Kesehatan yang Lazim di Indonesia.........................................22
2.8 Pencegahan Masalah Kesehatan karena Demografi Kependudukan......26
BAB 3 PENUTUP........................................................................................30
3.1 Kesimpulan.............................................................................................30
3.2 Saran.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................31

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan telah menjadi kebutuhan utama bagi setiap manusia di dunia


dalam menjalankan aktivitas hidup. Berdasarkan pengertiannya keadaan sehat
merupakan kondisi dimana seorang, sejahtera secara fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Artinya apabila salah
satu dari ketiga unsur tersebut tidak dalam kondisi yang baik maka akan timbul
suatu masalah atau gangguan kesehatan. Hal ini merugikan penderita karena akan
menurunkan produktifitas terhadap kehidupan pribadi dan negaranya. Dengan
demikian, perlu adanya suatu usaha-usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Menanggapi hal tersebut, Hippocrates (460-377 SM) muncul sebagai


Bapak kedokteran yang menangani kasus kejadian sakit yang menitik beratkan
pada kuratif atau metode pengobatan dan penyembuhan. Penyembuhan ini
dilakukan setelah terjadi insiden sakit. Akan tetapi setelah perkembangan zaman,
penyembuhan melalui bidang kedokteran saja tidak cukup berhasil dalam
menyelesaikan masalah kesehatan di masyarakat. Setelah itu muncullah metode
preventif yang mengedepankan upaya-upaya pencegahan penyakit. Hal ini
dilakukan berdasarkan ilmu Epidemiologi atau ilmu mengenai distribusi,
frekuensi dan determinan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakt serta
aplikasinya dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Bidang
epidemiologi lebih fokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit bukan
pada teknik pengobatan sekunder dan tersier yang ada dalam ilmu pengobatan
tradisional.

Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam


menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu
epidemiologi itu sendiri, yang berkaitan erat dengan penyakit menular. Sejalan
berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur masyarakat dari
agraris ke industri yang mempengaruhi gaya hidup, keadaan demografi, sosial
ekonomi, dan sosial budaya. Epidemiologi kesehatan mengalami perubahan dari

4
penyakit menular yang selalu menjadi penyebab kesakitan dan kematian utama,
mulai digantikan oleh penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke,
kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit
kronik lainnya yang merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan
membunuh 36 juta jiwa per tahun (Kemenkes RI, 2018).

Dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang lainnya,


Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah penduduk setelah Cina dan
India. Indonesia merupakan negara yang sedang membangun dengan disertai
masalah kependudukan yang sangat serius, yaitu jumlah penduduk yang sangat
besar disertai dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi dan persebaran
penduduk yang tidak merata. Jumlah penduduk bukan hanya merupakan modal,
tetapi juga merupakan beban dalam pembangunan. (Aris, 2016)

Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan


kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen
demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan,
perkawinan dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu
kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan program
pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan yang tepat pada
sasaran. (Rofiqoh, 2016)

Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia


adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya
penyebaran dan struktur umur penduduk. Progran kependudukan dan keluarga
berencana bertujuan turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial
bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian
penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara
jumlah dan kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan
jasa. (Yulistiawan, 2016)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar epidemiologi ?


2. Bagaimana metode epidemiologi ?

5
3. Bagaimana perubahan dan perkembangan pola penyakit ?
4. Bagaimana peran perawat dalam epidemiologi ?
5. Bagaimana konsep dasar kependudukan ?
6. Apa kaitannya kependudukan dengan kesehatan ?
7. Apa masalah kesehatan yang lazim di Indonesia ?
8. Bagaimana strategi pencegahan masalah kesehatan karena masalah demografi
kependudukan ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar epidemiologi


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode epidemiologi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perubahan dan
perkembangan pola penyakit
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan peran perawat dalam
epidemiologi
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar kependudukan
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kependudukan dan kaitannya
dengan kesehatan
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan masalah kesehatan yang
lazim di Indonesia
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan strategi pencegahan
kesehatan karena masalah demografi kependudukan

6
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Epidemiologi

a. Definisi
1) Wade Hampton Frost 1972 Adalah guru besar epidemiologi di School of
Hygiene, mengatakan bahwa epidemiologi adalah pengetahuan tentang
fenomena massal (mass phenomena) penyakit infeksi atau sebagai riwayat
alamiah (natural history) penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu
itu penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah
penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).
2) Greenwood 1934 Professor di School of Hygiene and Tropical Medicine,
London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas di mana
dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala
macam kejadian penyakit yang mengenai kelompok (herd) penduduk.
Kelebihan pengertian ini adalah dengan adanya penekanan pada kelompok
penduduk yang memberikan arahan pada distribusi dan metode terkait
3) Brian Mac Mahon 1970 Pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang
bernama Thomas F. Pugh menulis buku Epidemiology; Princples and
Methods menyatakan bahwa Epidemiology is the study of the distributions
and determinants of disease frequency in man. Epidemiologi adalah studi
tentang penyebaran dan penyebab kejadian penyakit pada manusia dan
mengapa terjadi distribusi semacam itu.
4) Definisi lama Ilmu yang memperlajari penyebaran dan perluasan suatu
penularan penyakit di dalam suatu kelompok penduduk (masyarakat).
5) Omran (1974) Suatu study mengenai terjadinya dan didistribusi keadaan
kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga
determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk,
masyarakat.
6) Hacmohan dan Pugh (1970) Ilmu yang memperlajari penyebaran penyakit
dan factor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada masyarakat.

7
7) WHO (Regional Commite Nacting ke-42 di Bandung Epidemiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan peristiwa kesehatan
dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa
sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut.
8) Gary D. Friedman (1974) Selanjutnya dalam bukunya Primer of
Epidemiology menuliskan bahwa Epidemiology is the study of disease
occurance in human populations. Batasan ini lebih sederhana dan tampak
senapas dengan MacMahon.

b. Ruang lingkup epidemiologi


1) Epidemiologi penyakit menular Sebagai bentuk upaya manusia untuk
mengatasi gangguan penyakit menular yang saat ini hasilnya sudah tampak
sekali.
2) Epidemiologi Penyakit tidak menular Upaya untuk mencegah penyakit yang
tak menular seperti: Cancer, penyakit sistemik, penyakit akibat kecelakaan
lalu lintas, penyalahgunaan obat termasuk penyakit akibat gangguan industry.
3) Epidemiologi klinik Bentuk yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi
yang bertujuan untuk membekali para klinisi atau dokter/para medis tentang
cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.
4) Epidemiologi kependudukan Cabang epidemiologi yang menggunakan
system pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor yang
mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang terjadi di dalam
masyarakat. Memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara
demografi dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dalam masyarakat.
Juga berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana.
Juga digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan dan menyusun
perencanaan yang baik.
5) Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan Salah satu system pendekatan
manajemen dalam menganalisis masalah, mencari factor penyebab timbulnya
suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah tersebut secara
menyeluruh dan terpadu. Bentuk pendekatan ini dapat digunakan oleh para

8
perencana pelayanan kesehatan, baik dalam bentuk penilaian hasil suatu
kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun sebagai sasaran yang khusus.
6) Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja Occupational and
environmental epidemiology merupakan salah satu bagian epidemiologi yang
mempelajari serta menganalis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat
pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja baik yang bersifat fisik, kimia,
biologis, maupun social budaya serta kebiasaan hidup para pekerja.
Kegunaannya adalah analisis tingkat kesehatan para pekerja serta untuk
menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja (PAK).
7) Epidemiologi kesehatan jiwa Salah satu pendekatan dan analisis masalah
gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa
kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor yang
memperngaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
8) Epidemiologi gizi Banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat,
dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang
menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan ini bertujuan untuk
menganalisis factor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi
masyarakat, baik yang bersifat biologis dan terutama yang berkaitan dengan
masalah social.

Terhadap masalah kesehatan yang ada, epidemiologi memberikan


pendekatan khusus, mulai dari mengidentifikasi sampai mengevaluasi keadaan
kesehatan. Ruang lingkup epidemiologi dalam maslaah kesehatan tersebut di atas
dapat meliputi “6E” yakni:

1) Etiologi, berkaitan dengan lingkup kegiatan epidemiologi dalam


mengidentifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
Misalnya: etiologi dari malaria adalah parasit dan plasmodium.
2) Efikasi (efficacy), berkaitan dengan efek atau daya optimal yang dapay
diperoleh dari adanya intervensi kesehatan. Efikasi dimaksudkan untuk
melihat hasil atau efek suatu intervensi, misalnya efikasi vaksinasi. Hal ini
merupakan kemujaraban teoritis dari suatu obat yang dapat dilakukan
dengan melakukan uji klinik (clinical trial).

9
3) Efektivitas (effectiveness) adalah besarnya hasil yang dapat diperoleh dari
suatu tindakan (pengobatan atau intervensi) dan besarnya perbedaan dari
suatu tindakan yang satu dengan lainnya. Efektivitas ini ditujukan untuk
mengetahui efek intervensi atau pelayanan dalam berbagai kondisi lapangan
yang sebenarnya yang sangat berbeda-beda. Untuk pengobatan maka hal ini
berkaitan dengan kemujaraban praktis, kenyataan khasiat obat di klinik.
4) Efisiensi (efficiency) adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh
yang dapat diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan. Efisiensi
ini ditujukan untuk mengetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh
berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi/biaya yang dilakukan.
5) Evaluasi adalah penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan
atau program kesehatan masyarakat. Evaluasi melihat dan member nilai
keberhasilan program seutuhnya.
6) Edukasi (education) adalah intervensi berupa peningkatan pengetahuan
tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya pencegahan
penyakit. Edukasi merupakan salah satu bentuk intervensi andalan
kesehatan masyarakat yang perlu diarahkan secara tepat oleh epdemiologi.

Kegunaan epidemiologi Bagi seorang tenaga kesehatan, khususnya perawat, yang


akan diterjunkan ke masyarakat hendaknya memahami tujuan dan manfaat ilmu
epidemiologi bagi kesehatan masyarakat, khusunya ibu dan anak. Tujuan dan
manfaat tersebut antara lain diuraikan di bawah ini.

1) Mempelajari riwayat alamiah penyakit


2) Menentukan masalah komunitas
3) Melihat risiko dan pengaruhnya
4) Menilai dan meneliti
5) Menyempurnakan gambaran penyakit
6) Identifikasi sindrom
7) Menentukan penyebab dan sumber penyebab

c, Ukuran Epidemiologi

Ada tiga macam ukuran yang digunakan dalam epidemiologi, yaitu:

10
1) Ukuran frekuensi penyakit: mengukur kejadian penyakit, cacat, atau kematian
pada populasi. Ukuran ini merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif.
Frekuensi kejadian yang diamati diukur menggunakan prevalens dan insidens.
2) Ukuran dari akibat pemaparan: Mengukur keeratan hubungan statistic antara
factor tertentu dan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan
tersebut. Hubungan antara pemaparan dan akibat diukur menggunakan relative
risk atau odds ratio.
3) Ukuran dari potensi dampak: Menggambarkan kontribusi dari factor yang
diteliti terhadap kejadian suatu penyakit dalam populasi tertentu. Ukuran yang
digunakan dalam attributable risk percent dan population attributable risk.
Ukuran ini berguna untuk meramalkan efficacy atau effectiveness suatu
pengobatan dan strategi intervensi pada populasi tertentu.

Sebelum membahas ukuran frekuensi penyakit sebaiknya dipahami terlebih


dahulu ukuran dasar dari epidemiologi. Ada 2 komponen ukuran dasar yaitu:

1) Pembilang (nominator) X: frekuensi atau jumlah kasus yang diamati (subjek


pengamatan yang mengalami kejadian atau akibat yang tidak diinginkan).
2) Penyebut (denominator) Y: jumlah populasi yang berisiko, yaitu sekelompok
individu yang mempunyai peluang untuk mengalami kasus yang diamati.

Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi digunakan salah
satu dari tiga bentuk pecahan, yaitu proporsi, rasio, dan rate.

1) Proporsi Distribusi
proporsi adalah suatu persen (yakni, proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa
dalam kelompok data yang mengenai masingmasing kategori (atau
subsekelompok) dari kelompok itu. Rumus yang dipakai dalam menghitung
proporsi adalah:
Di mana:
x = Banyaknya peristiwa atau orang, dan lain-lain, yang terjadi dalam kategori
tertentu atau subkelompok dari kelompok yang lebih besar.
y = Jumlah peristiwa atau orang, dan lain-lain, yang terjadi dalam semua
kategori dari kelompok data tersebut.
k = Selalu sama dengan 100

11
Proporsi umumnya dipakai dalam keadaan di mana tidak mungkin
menghitung angka insidensi; Karen aitu proporsi bukan suatu rate dan dia tidak
dapat menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika
banyaknya orang di mana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap
subkelompok. Tetapi biasanya hal ini tidak terjadi.
Karena x dan y berada pada tempat yang sama, berbagai persen dalam
kelompok data yang ada dapat dan seharusnya saling ditambahkan bersama
semua kategori data, dan jumlah harus menjadi 100%, sedangkan angka (rate)
kalau dijumlahkan tidaklah demikian. Interpretasi dari proporsi adalah: dari
jumlah frekuensi di mana suatu jenis peristiwa tertentu terjadi, kejadiannya
dinyatakan dalam persen dari berbagai subkelompok utama.

2) Rasio
Rasio adalah suatu pernyataan frekuensi nisbi kejadian suatu peristiwa
terhadap peristiwa lainnya. Misalnya, jumlah anak sekolah kelas 6 yang telah
diimunisasi dibandingkan dengan jumlah anak sekolah kelas 6 yang tidak
diimunisasi pada sekolah tertentu. Rumus rasio adalah:
Di mana :
x = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut
tertentu
y = Banyaknya peristiwa atau orang yang mempunyai satu atau lebih atribut
tertentu, tetapi dalam hal berbeda atributnya dengan anggota x.
k=1
Karena k = 1, rumus rasio dapat disederhanakan menjadi: Rasio = x/y = x:y
Populasi dan masa jedah (atau titik waktu) dari data yang dipakai haruslah
tertentu/khusus, persis untuk angka/rate. Rasio dapat dihitung untuk angka
hanya sebagai banyaknya peristiwa. Umumnya nilai x dan y dibagi oleh nilai x
maupun nilai y sehingga salah satu nomor dalam ratio menjadi sama dengan
1,0. Misalnya, jika suatu kelompok 20 orang menderita penyakit tertentu dan 2
mati karenanya maka rasio terhadap kematian lebih tepat dinyatakan bukan
20:2, tetapi angka ini dibagi 2 menjadi 10:1 (10 kasus:1 mati. Interpretasinya
adalah bahwa pada episode ini dalam 10 kasus ada 1 orang yang mati (atau 10
kali banyaknya kasus dari kematian).

12
2.2 Metode Epidemiologi

Metode Epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mencari faktor


penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu (termasuk
penyakit infeksi) pada suatu populasi tertentu.

1) Epidemiologi deskriptif

Epidemiologi deskriptif berkaitan dengan epidemiologi sebagai ilmu yang


memperlajari tentang distribusi (distribution) penyakit atau masalah kesehatan
masyarakat. Hasil pekerjaan epidemiologi deskriptif diharapkan mampu
menjawab pertanyaan mengenai factor who (siapa), where (dimana), dan when
(kapan). Di sini epidemiologi merupakan langkah awal untuk mengetahui adanya
masalah kesehatan dengan menjelaskan siapa yang terkena dan di mana serta
kapan terjadinya masalah itu.

a) Siapa: merupakan pertanyaan tentang factor orang yang akan dijawab dengan
mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah, bisa mengenai variabel
umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Factor-faktor ini biasa disebut sebagai variabel epidemiologi atau demografi.
Kelompok orang yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau
mendapatkan risiko, biasanya disebut population at risk (populasi berisiko).
b) Di mana: pertanyaan ini mengenai factor tempat di mana masyarakat tinggal
atau bekerja, atau di mana saja di mana ada kemungkinan mereka menghadapi
masalah kesehatan. Factor tempat ini dapat berupa: kota (urban) dan desa
(rural); pantai dan pegunungan; daerah pertanian, industry, tempat bermukim
atau kerja.
c) Kapan: kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Factor waktu ini
dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun; musim hujan dan musim
kering.

2) Epidemiologi analitik

Epidemiologi analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis


factor penyebab (determinant) masalah kesehatan. Di sini diharapkan
epidemiologi mamapu menjawab pertanyaan kenapa (why) atau apa penyebab

13
terjadinya masalah itu. Misalnya: setelah ditemukan secara deskriptif bahwa
banyak perokok yang menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut
apakah memang rokok itu merupakan factor determinan/ penyebab terjadinya
kanker paru.

3) Epidemiologi eksperimentasl Salah satu hal yang perlu dlakukan sebagai


pembuktian bahwa factor sebagai penyebab terjadinya suatu luaran
(output=penyakit), adalah diuji kebenarannya dengan percobaan (experiment).
Misalnya kalau rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu
dilakukan eksperimen jika rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun,
ataupun sebaliknya. Eksperimen epidemiologi dapat juga dilakukan di
laboratorium, tetapi disesuaikan dengan masalah komuniti yang dihadapinya,
sehingga ekperimen epidemiologi sewajarnya dilakukan di komuniti. Untuk itu,
mislanya, pembuktian peranan rokok terhadap kanker paru dilakukan dengan
melakukan intervensi pengurangan rokok dalam kehidupan masyarakat dan
melihat apakah memang terjadi penurunan kanker paru. Peraturan pelarangan
merokok ditandai menurunnya jumlah perokok dan diikuti dengan menurunnya
kanker paru akan membuktikan bahwa rokoklah yang menjadi penyebab kanker
paru. Bentuk ekperimental lain yang sering dilakukan adalah berkaitan dengan
pengaruh intervensi penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan tentang suatu
masalah.misalnya, dilakukan penyuluhan tentang HIV/AIDS dan dilihat apakah
intervensi ini sebagai komponen eksperimen yang menyebabkan meningkatnya
pengetahuan subjek penelitian.

2.3 Perubahan dan Pekembangan Pola Penyakit

Perkembangan epidemiologi melibatkan banyak pemain kunci untuk


memahami penyakit, cedera Akbar penyakit dan kematian akibat penyakit.
Pemahaman ini diperoleh dari perspektif ilmiah melalui observasi dan kajian -
kajian ilmiah lainnya. Perkembangan awal epidemiologi dimulai dari perubahan
studi penyakit, dimana awalnya berpusat pada kaitan penyakit dengan
supranatural, kemudian mengarah pada bukti - bukti ilmiah sebagai dasar
penentuan penyebab penyakit. Pembuktian ilmiah melalui pendekatan dan

14
penilaian secara sistematik untuk menyimpulkan dan menggambarkan masalah
kesehatan masyarakat, sehingga dari pemahaman tidak mendasar tentang kejadian
penyakit secara natural berkembang pemahaman terkait kemungkinan penyebab,
model transmisi hingga kejadian terjadinya penyakit. (Bhopal, 2016).

Perkembangan awal epidemiologi berjalan lambat, penegasan awal konsep


epidemiologi ditandai dengan adanya pemikiran Hipocrates (460 - 377 SM)
pertama kali mencoba menjelaskan penyebab penyakit secara rasional ( Arundar
et al, 2017). Penerapan metode epidemiologi dalam penyelidikan terjadinya
penyakit dimulai sejak pertengahan hingga akhir tahun 1800-an. Pada saat itu,
sebagian besar peneliti berfokus pada penyakit menular. Selanjutnya pada tahun
1940-an ahli epidemiologi mulai memperluas metode kajian ke arah kejadian
penyakit tidak menular dan terus berkembang hingga diterapkan pada seluruh
berbagai kajian bidang kesehatan, perilaku dan bahkan pengetahuan dan sikap.
Dalam mempelajari ilmu epidemiologi maka itu tidak terlepas dari dua istilah
penting berikut :

a. Endemi “Keadaan yang biasa atau normal dimana frekuensi penyakit tertentu
berada dalam keadaan normal"

Endemi juga merupakan istilah yang dapat digunakan pada penyakit -


penyakit yang telah lama ada pada suatu tempat. sebagai contoh, Papua telah
dinobatkan sebagai salah satu daerah endemis malaria, dimana kasus malaria
selalu ada sepanjang tahun di daerah tersebut ( Mayasari et al, 2016).

Schistosomiasis juga merupakan salah satu penyakit yang endemis di


Indonesia dan hanya ditemukan di dataran tinggi Lindu dan lembah Napu
kabupaten Poso provinsi Sulawesi tengah. Schistosomiasis atau bilharzia
menempati rangking ke dua setelah malaria sebagai masalah sosial ekonomi dan
ksehatan masyarakat pada daerah tropis dan sub tropis. Selama periode tahun
1982 - 1988 di Dataran Tinggi Napu dilakukan berbagai upaya pemberantasan
dan hasilnya terjadi penurunan angka prevalensi dari 33,58% menjadi 1,51%
namun reinfeksi masih terjadi sehingga prevalensinya masih fluktuatif hingga saat
ini. kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor diantarannya rantai penularan yang

15
masih terus berlangsung, kurangnya kesadaran masyarakat, aspek sosial, budaya
dan ekonomi serta aspek lingkungan. ( Pitriani and Rau, 2017).

b. Pandemi ( Wabah ) “Keadaan dimana frekuensi penyakit melebihi frekuensi


biasa atau dalam waktu singkat terdapat penyakit yang berlebih"

Wabah atau KLB ( Kejadian Luar Biasa )

dapat juga diartikan : "


Terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka"
( Peraturan Menteri Kesehatan, No 82 Tahun 2014 ) Secara lebih rinci, berikut
kami uraikan beberapa wabah besar yang telah tercatat dalam sejarah dunia :

1) Plague of Justinian ( wabah Justinian)

Merupakan wabah yang dimulai pada tahun 541 M sebagai wabah pes bubonik
pertama dalam sejarah dunia. wabah justinian mulai merebak di Mesir kemudian
menyebar sampai Konstantinopel, dalam catatannya Procopius dari Bizantium
pada puncaknya wabah ini telah menewaskan 10.000 orang setiap hari dan
mungkin mencapai 40% dari total populasi kota tersebut. wabah ini terus berlanjut
dan memakan korban sampai seperempat populasi di Mediterania timur.

2) The Black Death

Merupakan wabah yang dimulai pada tahun 1300-an yang merupakan wabah pes
bubonik yang kembali merebak di Eropa delapan abad setelah wabah berakhir.
wabah ini mulai berjangkit di Asia dan terus meluas hingga mencapai Mediterania
dan Eropa barat. Pada tahun 1348, menurut catatan sejarah wabah ini telah
menewaskan sekitar 20 juta orang di Eropa dalam kurun waktu 6 tahun.

3) Kolera

a). Pandemi pertama : terjadi pada tahun 1816 - 1826, pada awalnya merebaknya
penyebaran wabah ini hanya terbatas pada wilayah anak benua India, dimulai di

16
daerah Bengal kemudian menyebar luas ke luar india. wabah terus meluas
mencapai Republik Rakyat Cina dan Laut Kaspia sebelum akhirnya berkurang.

b). Pandemi kedua : terjadi pada tahun 1829 - 1851, penyebarannya meliputi
benua Eropa, London, Ontario Kanada, New York dan pesisir Pasifik Amerika
Utara.

c). Pandemi ketiga : terjadi pada tahun 1852 - 1860, wabah ini menyerang Rusia
dan memakan korban lebih dari 1 juta lebih jiwa.

d). Pandemi keempat : terjadi pada tahun 1863 - 1875, meliputi benua Eropa dan
Afrika.

e). Pandemi kelima : terjadi pada tahun 1899 - 1923, wabah ini hanya
mempengaruhi sedikit wilayah Eropa berkat kemajuan dalam bidang kesehatan
masyarakat.

f). Pandemi keenam : terjadi pada tahun 1961, wabah ini disebut "kolera El Tor"
sesuai dengan nama galur bakteri penyebabnya dan mulai merebak di indonesia
kemudian meluas hingga mencapai Bangladesh pada tahun 1963, selanjutnya
merebak ke India pada tahun 1964 dan Uni Soviet pada tahun 1966.

Gangguan mulai terlihat pada rentang usia 18 bulan, gangguan ditemukan lebih
banyak pada anak laki laki ( Tatsuta et all, 2018 ).

Global UNAIDS monitoring 2018 melaporkan pada tahun 2017 sebanyak 21.7
juta orang menjalani pengobatan AIDS, angka ini mengalami peningkatan 2,3 juta
sejak akhir tahun 2016. Kondisi ini makin memprihatinkan dengan fakta 180.000
anak - anak terinfeksi HIV, hal ini sangat jauh dari target eliminasi HIV pada anak
- anak di tahun 2018 ( Sidibe, 2018 ).

Tujuan dan peran Epidemiologi

Epidemiologi modern tidak lagi terbatas hanya sebagai sebuah ilmu namun
menjadi sebuah sarana, karir, dan profesi. Secara umum tujuan epidemiologi
adalah:

a. Mengidentifikasi / menemukan kejadian penyakit

17
b. Mengukur besar kejadian penyakit.
c. Menentukan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap suatu kejadian
penyakit.
d. Menentukan akibat lanjut suatu kejadian penyakit
e. Mengukur intensitas faktor penyebab atau pengaruh dari suatu kejadian
penyakit
f. Menentukan hubungan proses kejadian penyakit dengan proses - proses
sebelum dan sesudahnya
g. Meramalkan prognosis kejadian penyakit

Dari waktu ke waktu peran epidemiologi juga mengalami transisi (Last JM, 2016)
mengemukakan bahwa epidemiologi dapat berguna dalam hal :

1) Penelitian sejarah untuk menilai apakah kesehatan masyarakat semakin baik


atau lebih buruk
2) Diagnosis komunitas untuk menilai masalah kesehatan yang aktual dan
potensial
3) Menilai efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
4) Menilai risiko individual dan peluang risiko aktual
5) Melengkapi gambaran klinik pada penyakit yang berbeda
6) Penilaian bahaya kesehatan
7) Mencari penyebab penyakit melalui studi case control and cohort
8) Mengevaluasi simptoms dan tanda tanda penyakit
9) Analisis keputusan klinis

2.4 Peran Perawat dalam Epidemiologi

Peran epidemiologi menjadi lebih luas dalam bidang keperawatan sebagiamana


dikemukakan ( Bhopal, 2017 ) yaitu :

a. Menyiapkan informasi penting untuk mendukung perencanaan, pelaksanaan


program hingga evaluasi berbagai program layanan kesehatan masyarakat, baik
itu pada tingkat pencegahan, penanggulangan penyakit maupun program
lainnya dalam menentukan skala prioritas terhadap program tersebut

18
b. Memberikan pemahaman terkait hal yang menjadi penyebab bertahannya
penyakit dalam satu populasi
c. Mencegah dan mengendalikan kejadian penyakit dalam satu populasi
d. Arah kebijakan dan perencanaan kesehatan

2.5 Konsep Dasar Kependudukan

a. Definisi Penduduk
Penduduk adalah suatu kumpulan individu dari jenis yang sama yang
menempati area tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain. Penduduk juga
dapat di artikan semua orang yang berdomisili di wilayah geografis suatu
Negara selama kurang lebih enam bulan dan atau mereka yang berdomisili
kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap.
Penduduk di definisikan menjadi dua, yaitu:
1. Orang yang tinggal di daerah tersebut
2. Orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut.

b. Dinamika Penduduk
Dinamika penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk yang disebabkan
oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk
merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan- kekuatan yang
menambah dan mengurangi penduduk.
Faktor penyebab perubahan jumlah penduduk adalah sebagai berikut:
1. Fertilitas (kelahiran), dalam pengertian demografi adalah kemampuan rill
seorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang
dilahirkan.
2. Mortalitas (kematian), diartikan sebagai suatu kematian manusia pada indikator
ilmu hitung penduduk atau ilmu demografi.
3. Migrasi, ialah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain. Migrasi
dibagi menjadi dua, yaitu imigrasi dan emigrasi. Imigrasi adalah datangnya

19
penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain. Sedangkan emigrasi adalah
berpindahnya penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain.

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh:

1. Reproductive Change (Perubahan reproduktif) atau natural growth


(pertumbuhan penduduk alamiah) adalah selisih antara fertilitas dan
mortalitas
2. Net migration (Migrasi neto) adalah selisih antara imigran dan emigran.

c. Teori dan Pemikiran Tentang Penduduk dan Pengembangan Penduduk


Penduduk dibahas dari sisi agama, politik, pertahanan, dn sebagainya.
Penduduk juga dibahas dari sisi ekonomi dan social. Penduduk yang tinggi
jumlahnya dapat menyebabkan berbagai masalah.
Faktor Biologi, Lingkungan, Ekonomi, Sosial, Politik, dan Teknologi akan
mempengaruhi Fertilitas, Mortalitas, dan Migrasi. Dengan demikian semua
factor tersebut merupakan penyebab pertumbuhan dan persebaran populasi.

1. Teori Plato dan Aristoteles (300 SM), pemikiran Yunani ini menganjurkan
jumlah penduduk yang tepat dan ideal untuk sebuah kota. Apabila sebuah kota
tidak mampu menampung sejumlah penduduk yang ada, maka diperlukan
pembatasan kelahiran, sebaliknya jika penduduk kurang maka diperlukan
insentif (pendorong) untuk menambah kelahiran.
“Dalam rata-rata negeri, jika tiap penduduk dibiarkan bebas punya anak
semaunya, ujung-ujungnya akan dilanda kemiskinan”(Aristoteles dan Plato)
2. Teori Konfusius (500 SM), filsuf Cina ini membahas hubungan antara
jumlah penduduk dan tingkat kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk yang
terlampau besar akan menekan standar kehidupan masyarakat, terutama jika
dikaitkan dengan luas lahan. Beliau menganjurkan untuk melakukan
transmigrasi.
3. Teori Thomas Malthus (1766-1834), dorongan manusia untuk berkembang
biak selalu dan akan selalu ada,dengan kecepatan yang mengikuti deret ukur
sehingga jumlah manusia akan menjadi dua kali lipat dalam waktu yang cukup
pendek sekitar 25 tahun. Kecepatan berkembang biak manusia lebih cepat

20
daripada kecepatan kenaikan produksi bahan makanan dari tanah yang tersedia
(deret hitung), sehingga mengakibatkan kesengsaraan dan kelaparan.
Penghambat pertumbuhan penduduk menurut Malthus, positive checks
(bencana alam, kelaparan, penyakit menular, perang, dan pembunuhan),
preventive checks (menunda perkawinan dan selibat permanen)
4. Teori Baru Ekonomi Rumah Tangga (new home economics), seseorang
dalam menentukan fertilitasnya akan melalui proses yang sama dengan apabila
ia memutuskan suatu pilihan untuk mendapatkan barang dan jasa bagi
keperluan rumah tangganya. Pilihan fertilitas dibatasi oleh informasi dan
sumber-sumber yang ada, namun keputusan mereka dalam memilih jumlah
anak tetap rasional.

Leibenstein (1954), perubahan demografi di Negara Negara berkembang adalah


kenaikan pendapatan sedikit akan meningkatkan jumlah penduduk dan persediaan
tenaga kerja.

2.6 Kependudukan dan Kaitannya dengan Kesehatan

Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang


muncul di dunia. Jumlah penduduk yang besar tanpa disertai kualitas yang
memadai, akan menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pembangunan nasional. Selama
rentang tahun 2010-2015, kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,49%
per tahun (BKKBN, 2018).
Upaya pemerintah untuk menekan peningkatan jumlah penduduk, salah
satunya adalah Keluarga Berencana (KB) di samping program pendidikan dan
kesehatan. KB memiliki visi untuk “mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun
2015”. Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri terdapat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014
adalah penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti IUD
(Intra Uterine Device), implant (susuk) dan sterilisasi (Yuhedi et al, 2014;
BKKBN, 2011).

21
Alat kontrasepsi menurut program nasional yang memiliki efektifitas
tinggi adalah IUD walaupun masih mungkin terjadi kegagalan. Kegagalan pada
pemakaian IUD diperkirakan 1-3 kehamilan per-seratus wanita pertahun (Yuhedi
et al, 2016). Banyak wanita kesulitan untuk menentukan pilihan alat kontrasepsi.
Tidak hanya karena banyaknya jumlah metode yang tersedia, selain itu juga
menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan, pasangan, dan metode
kontrasepsi (Hartanto, 2014).

Faktor Pasangan yang merupakan bagian dari anggota keluarga memiliki


peran dalam memotivasi masalah kesehatan seperti program KB dalam
menentukan pemilihan alat kontrasepsi. Peran pasangan dan orang lingkungan
dengan memberikan dukungan serta penerimaan terhadap saran yang merupakan
wujud adaptation dari fungsi keluarga, saling mengisi antara anggota keluarga
yang merupakan wujud parthnership, mendukung hal-hal yang dilakukan anggota
keluarga yang merupakan wujud growth dari fungsi keluarga, menggambarkan
kasih sayang serta interaksi antar anggota keluarga yang mencerminkan affection
dari fungsi keluarga, dan anggota keluarga puas dalam membagai waktu untuk
bersama sebagai wujud resolve dari fungsi keluarga, akan meringankan masalah
kesehatan (Hartanto, 2004; Prasetyawati, 2010).

Fungsi keluarga memiliki keterkaitan dalam menentukan pemilihan alat


kontrasepsi. Pemilihan alat kontrasepsi IUD dan Non IUD merupakan masalah
kesehatan. Fungsi keluarga akan mepengaruhi masalah kesehatan. Keluarga
memiliki kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota keluarga.
Penelitian yang dilakuakan oleh Nomleni et al menyatakan bahwa adanya hasil
yang signifikan pada dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD.
Suami merupakan anggota keluarga yang memiliki wewenang tertinggi dalam
mengambil keputusan didalam keluarga. (Prasetyawati, 2010; Nomleni et al,
2014).

Pemahaman tentang KB sebagian besar masih berkonotasi hanya 3


masalah kaum wanita saja. Peran suami (52%) lebih rendah dibandingkan dengan
pengaruh orang lain (55%). Peran suami yang kurang sedangkan pengaruh orang
lain yang lebih besar dibandingkan pengaruh dari anggota keluarga sendiri

22
menunjukan adanya permaslahan dalam fungsi keluarga. Dalam penelitian Titik
Kurniawati peran suami sangat kurang dan masih ada anggapan KB adalah
masalah wanita (Hana et al, 2017; Kurniawati, 2016)

2.7 Masalah Kesehatan yang Lazim di Indonesia

a. Gizi Buruk

Malnutrisi atau gizi buruk adalah salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang
sangat umum. Kondisi ini rentan dialami oleh mereka yang masih berusia anak-
anak. Gizi yang buruk berakibat pada sejumlah komplikasi kesehatan serius pada
anak yang mengalaminya.

Salah satu akibat malnutrisi atau gizi buruk tersebut adalah stunting. Stunting
adalah kondisi malnutrisi kronis di mana penderitanya mengalami gangguan
pertumbuhan, dalam hal ini, tinggi badan. Ya, seorang anak dikatakan mengidap
stunting ketika ia memiliki tinggi badan lebih pendek dari tinggi badan ideal
untuk ukuran anak seusianya (merujuk standar baku WHO-MGRS).

Masalahnya, masih banyak masyarakat yang percaya bahwa stunting ini erat
kaitannya dengan faktor genetik. Kendati hal tersebut benar, namun para orangtua
juga harus paham bahwa stunting juga bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, seperti:

1) Pola makan yang salah


2) Kurangnya asupan nutrisi yang seimbang
3) Cara mengasuh anak tidak benar
4) Higienitas lingkungan tempat tinggal
5) Finansial

Selain stunting, malnutrisi pada anak bisa menyebabkan komplikasi kesehatan


lainnya seperti busung lapar. Memastikan anak Anda untuk senantiasa terpenuhi
kebutuhan nutrisi dan vitaminnya sejak usia dini (bahkan saat masih berada di
dalam kandungan) adalah solusi untuk mencegah anak dari kondisi malnutrisi
tersebut.

23
Pasalnya, kondisi malnutrisi tidak hanya berdampak pada terhambatnya
pertumbuhan. Lebih dari itu, masalah kesehatan di Indonesia ini menyebabkan
penurunan kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat mengancam daya
saing bangsa Indonesia dengan bangsa lain di dunia.

b. Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan selanjutnya yang marak terjadi di


Indonesia. Data dari WHO menyebutkan bahwa Indonesia menjadi Negara
dengan penderita TBC terbesar kedua di dunia.

Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI)


yakni depkes.go.id, berdasarkan Rakekesnas 2018, jumlah penderita TBC di
Indonesia mencapai 759 per 100 ribu penduduk berusia 15 tahun ke atas. Pria
menjadi kelompok yang lebih banyak mengidap penyakit ini, sementara wilayah
perkotaan menjadi titik TBC terbanyak.

Masih dilansir dari situs yang sama, Pemerintah melalui Kemenkes tengah
mencanangkan solusi penanganan TBC ini, yaitu dengan:

1) Peningkatan deteksi melalui pendekatan keluarga


2) Menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC melalui penguatan PPM
3) Meningkatkan kepatuhan pengobatan TBC
4) Perbaikan sistem deteksi MDR TBC
5) Akses terapi MDR TBC
6) Edukasi
7) Peningkatan sensitivitas Dx

c. Kematian Ibu

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kasus kematian ibu saat melahirkan adalah
masalah kesehatan yang cukup memprihatinkan di Bumi Pertiwi. Indonesia masih
dikatakan tertinggal dalam hal angka kematian ibu (AKI), di mana pada tahun
2015 mencapai 305 kasus per 100 ribu kelahiran. Jangankan bersaing dengan

24
Negara-negara maju seperti Jerman, Inggris, Jepang. Dengan Negara-negara
tetangga seperti Singapura dan Malaysia saja, Indonesia masih tertinggal.

Hal ini tentunya menjadi PR besar bagi Pemerintah, mengingat masalah kesehatan
yang satu ini secara tidak langsung berdampak pada stabilitas sosial dan ekonomi
Negara. Untuk diketahui, penyebab kematian ibu saat melahirkan biasanya
meliputi:

1) Perdarahan akut
2) Kejang (eklampsia)
3) Aborsi
4) Infeksi kehamilan

d. Kematian Bayi

Kasus kematian bayi, balita, hingga anak-anak usia remaja juga menjadi masalah
kesehatan di Indonesia yang masih terus menyumbang persentase besar. Kondisi
ini tak lepas dari sejumlah faktor. Pada kasus kematian bayi, asupan nutrisi yang
kurang selama masih berada di dalam kandungan disinyalir menjadi penyebab
utamanya. Sedangkan pada anak balita hingga remaja, faktor-faktor yang
menyebabkan kematian umumnya meliputi:

1) Penyakit akibat infeksi (diare, TBC, dan sebagainya)


2) Kecelakaan
3) Gaya hidup tidak sehat (merokok, alkohol, kurang olahraga)
4) Oleh sebab itu, perlu adanya semacam edukasi secara masif kepada seluruh
lapisan masyarakat guna mencegah penyakit-penyakit ini merenggut nyawa.

5. Penyakit Menular

Penyakit menular juga menjadi penyumbang terbesar masalah kesehatan di


Indonesia. DBD, malaria, leptospirosis, flu babi, hingga HIV/AIDS adalah contoh
penyakit menular yang sudah ‘akrab’ dengan kehidupan masyarakat Indonesia.

Sejumlah langkah pun telah dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi pelbagai
masalah kesehatan tersebut. Khusus HIV/AIDS, Pemerintah terus memperbaiki

25
segala elemen yang berkaitan dengan pengobatan penyakit ini, mulai dari tenaga
medis, fasilitas kesehatan, tata laksana penanganan, hingga laboratorium.

Selain itu, sebuah sistem bernama Early Warning and Responds System
(EWARS) adalah cara lainnya yang dilakukan Negara guna mencegah penyebaran
penyakit menular.

f. Penyakit Tidak Menular

Tidak hanya penyakit menular sebagaimana dijelaskan di atas, Indonesia juga


menghadapi ‘serangan’ penyakit tidak menular. Sebut saja komplikasi paru-paru
dan sistem pernapasan secara keseluruhan, yang mana hal ini berkaitan dengan
kualitas udara yang buruk, terutama di daerah perkotaan.

Diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan tak ketinggalan, kanker, adalah
penyakit tidak menular lainnya yang sampai saat ini masih terus menghantui
rakyat Indonesia. Edukasi tentang kesehatan secara rutin dan terstruktur adalah
solusi untuk menekan peningkatan jumlah penderita penyakit-penyakit tersebut.
Masyarakat pun dihimbau untuk selalu waspada dengan cara sebisa mungkin
menerapkan pola hidup sehat.

g. Gangguan Jiwa

Dihimpun dari berbagai sumber, Indonesia memiliki kuantitas pengidap gangguan


jiwa yang cukup banyak, yakni sekitar 14 juta jiwa. Bahkan, 400 ribu di antaranya
disebut mengidap gangguan jiwa parah. Hal ini menjadikan gangguan jiwa
menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang memerlukan perhatian khusus guna
menekan peningkatan jumlahnya.

Pasalnya, hal ini turut memengaruhi kualitas dan produktivitas masyarakat


Indonesia, yang lantas juga berdampak terhadap daya saing bangsa Indonesia di
dunia. Kendati demikian, Pemerintah sudah berusaha untuk mengambil langkah
sebagai solusi atas masalah ini, seperti diimplementasikannya program Upaya
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang melibatkan Puskesmas dan
masyarakat.

26
2.8 Pencegahan Masalah Kesehatan karena Demografi Kependudukan

Pada zaman sekarang ini, Negara kita telah dilanda banyak masalah. Salah
satu masalahnya adalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan merupakan
masalah yang sangat kompleks. Karena, kesehatan itu sangatlah berharga.
Kesehatan merupakan anugerah yang Tuhan berikan untuk kita dan kita harus
menjaganya. Tidak hanya menjaga kesehatan diri sendiri, tetapi kita juga harus
menjaga kesehatan orang-orang yang berada disekitar kita. Masalah kesehatan
yang terjadi didalam negeri ini adalah masalah kesehatan masyarakat. Masalah ini
harus segera diatasi agar tidak banyak menelan korban. Namun, untuk mengatasi
hal ini harus ada kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan ahli kesehatan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya problematika kesehatan


masyarakat Indonesia, yaitu:

a. Kurangnya Pengetahuan Masyarakat Tentang Kesehatan

Sebagian dari masyarakat khususnya masyarakat didaerah yang terpencil, mereka


belum mengetahui berbagai macam penyakit, bagaimana mencegahnya, dan
bagaimana mengatasinya. Hal ini merupakan faktor yang penting untuk
diselesaikan. Karena dengan pengetahuan tentang kesehatan, masyarakat dapat
menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lingkungannya agar tidak ada penyakit
yang menimpa dirinya.

b. Faktor Keturunan

Seseorang yang memiliki riwayat penyakit dari orangtuanya, penyakit itu dapat
menurun ke dirinya bahkan ke anaknya. Contohnya, seseorang yang terkena
penyakit Diabetes, anak dari orang itu bisa terkena penyakit Diabetes juga. Tetapi,
anak itu juga bisa tidak terkena penyakit Diabetes apabila sejak dini ia sudah
mengatur pola makannya dengan baik.

c. Faktor Pelayanan Kesehatan.

27
Keberadaan pusat pelayanan kesehatan masyarakat tidak merata. Maksudnya
adalah pusat pelayanan kesehatan masyarakat di kota lebih banyak dibanding
didaerah yang jauh dari kota. Akibatnya masyarakat didaerah yang jauh dari kota
tidak mendapatkan jaminan kesehatan dengan baik.

d. Faktor Perilaku

Perilaku masyarakat yang kurang baik dapat memunculkan problematika di


Negara ini. Perilaku atau kebiasaan masyarakat dalam menjaga diri, orang
disekitarnya, dan lingkungan, tidak berjalan dengan seimbang. Maksudnya
mereka kurang peduli dengan kesehatan dirinya atau hal lainnya. Contohnya,
seperti makan makanan yang tidak bergizi, jarang berolahraga, dll.

e. Faktor Lingkungan

Faktor ini memegang peranan utama dalam status kesehatan masyarakat. Tingkat
kesehatan manusia dapat diukur dari bagaimana tingkat kebersihan
dilingkungannya. Lingkungan yang bersih, masyarakat juga akan sehat. Tetapi
jika lingkungan kotor pasti banyak sekali kuman yang dapat membawa penyakit.

Dari kelima faktor diataslah yang mengakibatkan masalah kesehatan di


Indonesia. Untuk mengatasinya selain diri sendiri, peran masyarakat sekitar,
pemerintah, dan ahli kesehatan sangat penting. Hal ini akan dijelaskan sebagai
berikut.

1) Diri Sendiri

Kita harus menjaga diri kita agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Hal
yang harus dilakukan adalah memakan makanan yang sehat dan bergizi, rajin
berolahraga, merawat tubuh, tidak membuang sampah sembarangan dan masih
banyak lagi yang masih bisa kita lakukan. Selama apa yang kita kerjakan positif,
maka hasilnya akan positif juga. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus
mencegah penyakit sejak dini.

2) Masyarakat Sekitar

Peran dari masyarakat sekitar dalam mengatasi problematika ini adalah ikut peduli
dalam menjaga kesehatan dilingkungan. Contohnya, seperti mengadakan kerja

28
bakti mingguan di wilayah perumahannya, mengubur kaleng-kaleng bekas, dan
sebagainya.

3) Pemerintah

Tugas pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan di negeri ini adalah


sebagai fasilitator. Pemerintah harus membangun pusat pelayanan kesehatan
masyarakat diseluruh wilayah terutama wilayah yang terpencil. Karena, sebagian
besar masyarakat yang tinggal di wilayah yang terpencil tidak mendapatkan
fasilitas kesehatan yang layak. Akses jalan menuju daerah yang susah dijangkau
juga dapat menjadi masalah dalam memberikan fasilitas kesehatan pada
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah juga harus mencari akses jalan lain agar
dapat mencapai daerah-daerah yang susah dijangkau. Hal ini juga membutuhkan
bantuan dari masyarakat wilayah yang susah dijangkau tersebut.

4) Tenaga Kesehatan

Negara kita memerlukan tenaga kesehatan yang banyak. Setiap daerah harus
memiliki tenaga ahli kesehatan masyarakat. Karena, tenaga kesehatan dapat
berperan sebagai sumber informasi. Masyarakat memerlukan pengetahuan tentang
masalah kesehatan. Para ahli kesehatan masyarakat dapat memberikan informasi-
informasi dapat dengan cara memberikan penyuluhan diwilayah-wilayah.

Itulah cara-cara mengatasi problematika kesehatan masyarakat. Inti dari


permasalahan tersebut adalah kurang meratanya fasilitas, informasi, dan
sebagainya di wilayah-wilayah. Kebanyakan, seseorang yang tinggal diwilayah
yang jauh dari kota pasti mengalami hambatan seperti masalah-masalah yang
telah dibahas diatas. Tetapi, seseorang yang tinggal di kotapun dapat mengalami
hal itu tetapi hanya sebagian saja. Contohnya orang yang tinggal dikota tetapi ia
kurang mampu. Selama kerja sama dapat berjalan dengan baik antara diri sendiri,
masyarakat sekitar, pemerintah, dan ahli kesehatan masyarakat, maka masalah
kesehatan di negeri ini dapat teratasi dengan baik.

29
30
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masalah kependudukan adalah masalah yang paling penting dalam


pembangunan suatu negara karena dapat menghambat pembangunan nasional
yang sedang dialksanakan. Dengan persebaran penduduk yang lebih merata
dimaksudkan untuk membantu mengurangi berbagai beban sosial, ekonomi dan
lingkungan yang ditimbulkan akibat tekanan kepadatan penduduk yang semakin
meningkat. Di samping itu persebaran penduduk yang lebih merata juga
dimaksudkan untuk membuka dan mengembangkan wilayah baru guna
memperluas lapangan kerja dan memanfaatkan sember daya alam sehingga
berhasil guna. Jumlah penduduk yang lebih sedikit akan mempermudah
pemerintah untuk meningkatkan derajat hdup, kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Dengan demikian hasil pembangunan dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat, baik di wilayah yang baru.

3.2 Saran

Untuk para perawat yang masuk dalam bidang demografi agar dapat
melakukan perananya sesuai dengan tujuan dasar dalam melakukan pekerjaanya
secara efisien. Hendaknya pemerintah ikut bertanggung jawab atas bertambahnya
penduduk yang relative cepat, begitu pula membatasi kelahiran untuk
meminimalisr keadaan yang sering terjadi diantaranya kematian ibu atau bayi saat
proses melahirkan, berikan masukan – masukan dan dorongan pentingnya
memelihara kesehatan dan bekerja sama antara masyarakat dan pemerintah.

31
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Kontrasepsi. 2016. Keluarga Berencana, Ilmu Kebidanan, Jakarta,


Yayasan Bina Pustaka.
BKKBN, 2016. Gerakan keluarga Berencana Nasional, Jakarta.
Bustam, M. N. 2016. Pengantar Epidemiologi edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Rajab, Wahyudin. 2019. Buku Ajar Epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal & Chayatin, Nurul, 2015. Ilmu Keperawatan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsipprinsip dasar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta

32

Anda mungkin juga menyukai