Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II

SEMEN ( BIJI )

Dosen Pengampu : Zuraida Sagala, M.Si

Disusun oleh :

RAIHAN FADHIL MUHAMMAD (1943050027)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2020/2021
SEMEN
1. PENDAHULUAN
Biji adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah
masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau
Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut pandang
evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi
sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk
pertumbuhan. Dengan demikian biji telah memperlihatkan diri sebagai
perkembangan penting dalam reproduksi dan pemencaran Spermatophyta
(tumbuhan berbunga atau tumbuhan berbiji; Gr. sperma biji, phyton
tumbuhan); dibandingkan dengan tanaman yang lebih primitif seperti
lumut, lumut hati dan pakis, yang tidak memiliki biji dan menggunakan cara
lain untuk menyebarkan diri. Ini tampak pada kenyataan bahwa tumbuhan
berbiji mendominasi relung-relung biologi sejak dari padang rumput hingga
ke hutan, baik di wilayah tropis maupun daerah beriklim dingin.
Kata “biji” adalah pinjaman dari bahasa Sanskerta. Kata “biji” acap
dipertukarkan penggunaannya dengan “benih” dan “bibit”. Dalam istilah
teknis pertanian dan kehutanan, “benih” adalah biji yang dipersiapkan
khusus untuk menghasilkan tanaman baru. Sedangkan “bibit” (atau juga
disebut “semai”) adalah tanaman muda siap tanam hasil perkembangan
benih, atau hasil perbanyakan tanaman dengan cara yang lain (misalnya
cangkok, stek, okulasi dan lain-lain).

2. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri spesifik cacahan biji
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen spesifik pada
serbuk biji
3. TINJAUAN PUSTAKA
a. Myristica semen

Nama : pala, rou dou kou, nutmeg


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans Houtt.
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli
Indonesia yang berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman
keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman
pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula
di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk famili Myristicaceae yang
terdiri atas 15 genus (marga) dan 250 species (jenis). Dari 15 marga tersebut
5 marga di antaranya berada di daerah tropis Amerika, 6 marga di tropis
Afrika dan 4 marga di tropis Asia (Rismunandar 1990).
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis
dan multiguna karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam
berbagai industri. Biji, fuli dan minyak pala merupakan komoditas ekspor
dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Minyak yang berasal
dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan, parfum
dan kosmetik. Buah pala berbentuk bulat berkulit kuning jika sudah tua,
berdaging putih. Bijinya berkulit tipis agak keras berwarna hitam
kecokelatan yang dibungkus fuli berwarna merah padam. Isi bijinya putih,
bila dikeringkan menjadi kecokelatan gelap dengan aroma khas. Buah pala
terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4 %), tempurung (5,1%) dan biji
(13,1%) (Rismunandar, 1990).

b. Coffeae semen

Nama : Kopi, Kape


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea Robusta

Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di


Indonesia tetapi juga terkenal di seluruh dunia yang kaya akan senyawa aktif
seperti asam nikotinat, trigonelin, asam quinolinat, asam tanat, asam
pirogalat, dan khususnya kafein. Kopi mengandung asupan mineral, antara
lain memberikan hingga 8% dari kebutuhan harian unsur Krom dan
merupakan salah satu sumber penting dari unsur Magnesium, yaitu 63,7
mg/cangkir (100 mL), dan juga merupakan sumber penting dari polifenol,
diantaranya asam kafeat, asam klorogenat, asam koumarat, asam ferulat,
dan asam sinapat (Hecimovic, et al, 2011).

Berdasarkan penelitian Bettina dan Lothar (2006) menyatakan


bahwa biji kopi robusta memiliki kandungan polifenol yang tinggi yang
berperan penting sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan dapat
menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara terbentuknya
radikal bebas. Aktivitas antioksidan pada biji kopi robusta yang ditanam di
satu daerah dengan daerah yang lainnya memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sesuai dengan usia tanaman yang digunakan, waktu panen,
lingkungan tempat tumbuh atau ekologi dataran tinggi.

c. Biji pinang

Nama : English: betel nut. Indonesian: pinang, jambe.


Tagalog: bunga. Chinese: binâ lang
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L

Biji pinang dapat digunakan sebagai bahan pewarna dan penyamak.


Biji pinang yang belum terlalu masak dihaluskan dan dicampur dengan
alkali dapat mengghasilkan warna merah anggur tua. Oleh karena itu, India
telah memanfaatkan biji pinang untuk mewarnai kain (Heyne dalam yernisa,
2013)

Polifenol (flavonol, tanin) merupakan komponen yang cukup


banyak terkandung dalam biji pinang. kadar polifenol pada biji pinang
bervariasi tergantung pada wilayah tempat tumbuh, tingkat kematangan dan
proses pengolahan. Kadar tanin tertinggi pada buah yang masih muda dan
kadarnya menurun dengan meningkatnya tingkat kematangan buah
(Raghavan dalam yernisa, 2013).

d. Colae semen

Nama : kola, kola nut


Kingdom: Plantae
Subkingdom: Viridiplantae
Superdivisi: Embryophyta
Divisi: Tracheophyta
Subdivisi: Spermatophytina
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Dilleniidae
Ordo: Malvales
Famili: Sterculiaceae
Genus: Cola
Spesies: Cola acuminata (P. Beauv.) Schott & Endl.

Kola merupakan tanaman asli Afrika Barat dan Sudan yang sejak
dulu banyak dikonsumsi untuk stimulan. Ekstrak biji kola digunakan dalam
industri makanan sebagai bahan penambah rasa. Dua spesies tanaman yang
banyak dipakai dalam industri makanan adalah Cola nitida (Vent.) Schott et
Endl. dan Cola acuminata (Beauv.) Schott et Endl. dari famili Sterculiaceae

Tanaman Kola banyak mengandung metabolit sekunder antara lain


alkaloid, saponin, tanin dan cardenolida. Tanaman ini mengandung banyak
kafein, proantosianidin dan katecin. Kandungan senyawa yang banyak
terdapat dalam biji Kola adalah metilxantin (yaitu kafein dan theobromin),
flavanoid, antosianin dan tanin (Harborne et al., 1999a,b,c; Burdock, 2005).
Penelitian membuktikan bahwa metabolit sekunder pada daun Kola (Cola
nitida (Vent.) Schott & Endl., Cola millenii and Cola gigantea A. Chev.)
dapat berfungsi sebagai anti mikroba (Sonibare et al., 2009).
Proantosianidin Kola secara aktif dapat menghambat reactive oxygen
species (ROS) (Daels-Rakotoarison et al., 2003), ekstrak biji Kola dapat
menginduksi perubahan bifasik aktivitas lokomotor mencit pada dosis dan
durasi tertentu, meningkatkan aktivitas lokomotorik pada dosis 5 mg/kg dan
berefek depresif pada dosis 10 mg/kg (Ajarem, 1990).

e. Nigella semen

Nama : jinten hitam, black cumin


Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Magnoliidae
Ordo: Ranunculales
Famili: Ranunculaceae
Genus: Nigella
Spesies: Nigella sativa L
Nigella sativa L. atau yang biasa disebut jinten hitam, jinten ireng,
black cumin, merupakan tanaman asli dari Eropa Selatan yang mempunyai
beragam kandungan. Tanaman ini tumbuh di berbagai belahan dunia tetapi
paling banyak ditemukan di daerah Timur Tengah, Asia, dan Afrika (Heyne,
1987). Jinten hittam mengandung minyak atsiri, minyak lemak, saponin,
melantin, nigellein, zat samak, nigellon, thymoquinone, dithymoquinone,
hymohydroquinone, thymol, dan komponen gizi seperti karbohidrat, lemak,
vitamin, unsurunsur mineral, protein, asam amino esensial, monosakarida
dalam bentuk glukosa, rhamnosa, xylose, dan arabinose (Mohammad et al.,
2009).

Jinten hitam memiliki banyak manfaat bagi dunia pengobatan.


Secara historis, biji jinten hitam telah digunakan di era Mesir Kuno dan
diresepkan oleh dokter Yunani untuk mengobati sakit kepala, hidung
tersumbat, sakit gigi, cacing usus, diuretic, dan untuk meningkatkan
produksi susu. Aktifitas biologi biji jinten hitam adalah antibakteri (Ferdous
et al., 1992), antioksidan (Burits dan Bucar, 2000), antitumor (David et al.,
1998), anti-inflamasi, sitotoksik, dan imunostimulan (Swamy dan Tan,
2000)

f. Foenigraciae semen

Nama : halba, fenugreek, menthya


Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Subkelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus: Trigonella
Spesies: Trigonella foenum-graecum L.

Biji klabet atau Foenigraeci semen (Fenugreek) adalah biji yang


dikeringkan dari tanaman Trigonella foenum-graecum L. suku
Leguminosae, (MMI, 1979). Biji klabet mengandung fitoestrogen
sapogenin steroid, diantaranya adalah diosgenin, yamogenin, tigogenin dan
gitogenin), protodioscin, trigonelin dan protease inhibitor. Secara in vitro,
biji klabet memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker leukemia H-60,
sel kanker usus besar manusia HT-29 dan human chang liver cells.

Biji klabet bersifat estrogenik pada tubuh diduga karena kandungan


beberapa sapogenin steroidnya yaitu diosgenin, yang merupakan prekursor
pembentukan hormon seks, isomernya yaitu yamogenin, gitogenin dan
tigogenin, serta trigoneosida (saponin steroid mirip estrogen) yang memiliki
efek terapi pada gejala menopause, diabetes mellitus serta
hiperkolesterolemia. Kandungan diosgeninnya terdapat dalam bentuk basa
bebas sebesar 0,8 - 2,2%.

4. METODE, ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
• Kaca objek
• Kaca penutup (cover)
• Mikroskop
• Spatula
• Tissue
• Pipet tetes
2. Bahan
• Aquadest
• Xilol
• alkohol
• Sampel serbuk simplisia
- Myristica semen
- Coffeae semen
- Areca semen
- Colae semen
- Nigela sativa semen
- Foenigraciae semen
3. Cara kerja
Pemeriksaan makroskopis
1. Lengkapi identitas simplisia dan amati ciri-ciri organoleptis serta
ciri-ciri spesifik makroskopis dari masing-masing simplisia
cacahan Biji
2. Amati ciri-ciri organoleptis dari masing-masing simplisia serbuk
Biji
3. Buatlah sediaan dalam media air dari masing-masing simplisia
serbuk Biji, amati di bawah mikroskop lalu gambar!

Pemeriksaan mikroskopis

1. Buatlah sediaan dalam media kloralhidrat dari masing-masing


simplisia serbuk biji dengan cara :

– Ambil sedikit simplisia serbuk biji, letakkan pada gelas


obyek.

– Tambahkan beberapa tetes larutan kloralhidrat, hangatkan di


atas nyala spiritus (jangan sampai mendidih!).

– Tutup dengan gelas penutup.

– Tambahkan kloralhidrat kembali, jika diperlukan. Setelah


dingin amati di bawah mikroskop

2. Warnai sediaan dengan pereaksi floroglusin-HCl, amati dan


gambarkan fragmen yang berwarna merah seperti : sklereida dan
sklerenkim
5. PENGAMATAN MAKROSKOPIS & MIKROSKOPIS
1. Myristica semen
Makroskopis :

Warna: coklat muda


Bau: khas aromatik biji pala
Bentuk: biji bulat lonjong
Mikroskopis :
Fragmen pengenal: perisperm sekunder dengan sel minyak, berkas
pembuluh, butir pati, endosperm dengan butir pati dan butir aleuron
atau zat warna coklat

2. Coffeae semen
Makroskopis :

Warna : coklat tua-hitam


Bau: khas aromatik kopi
Bentuk: biji bulat lonjong berbetuk bulir
Mikroskopis :
Fragmen pengenal: sel batu makrosklereid (berbentuk batang) dan
endosperm berdinding tebal
3. Areca semen
Makroskopis :

Warna : coklat
Rasa : pahit
Bentuk : Biji pinang berupa biji keras, utuh atau berupa irisan. Biji
utuh berbentuk kerucut pendek dengan ujung membulat, jarang
berbentuk hampir setengah bulatan, bagian pangkal agak datar dengan
suatu lekukan dangkal, panjang 15- 30 mm
Mikroskopis :
Gambar mikroskopik serbuk biji pinang. 1 = Endosperm, 2 = Perisperm,
3 = Sel batu, 4 = Serabut, 5 = Aleuron, 6 = Berkas pembuluh

4. Colae semen
Makroskopis :
Warna : coklat tua
Rasa : -
Bentuk : Inti biji jarang terdapat dalam keadaan utuh, terdiri dari 2-4
keping biji, bentuk hampir bulat, bulat telur atau bulat panjang.

Mikroskopis :

Gambar mikroskopik serbuk biji kola. 1 = Fragmen parenkim


(diperkecil), 2 = Rambut penutup, 3 = Epidermis dengan parenkim, 4 =
Fragmen berkas pembuluh (diperbesar), 5 = Butir pati, 6 = Epidermis
luar, 7 = Epidermis dalam.
5. Nigela sativa semen
Makroskopik :
Warna : hitam
Rasa : pahit-pedas
Bentuk : oval
Mikroskopik :
1 = Kulit biji
2 = Epidermis dalam terlihat tangensial
3 = Endosperm
4 = Sel parenkim di bawah palisade terlihat tangensial

6. Foenigraciae semen
Makroskopik :
Warna : coklat muda
Bau : khas
Bentuk : biji berbentuk persegi panjang
Mikroskopik :
spermoderm berupa sel-sel memanjang transparan,perisperm dan
endosperm berisi minyak dan butir aleuron

6. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Myristica semen
Warna simplisia coklat muda dengan bau khas aromatik biji pala dan
bentuk biji bulat lonjong. Fragmen pengenal dari biji myristica ialah
perisperm sekunder dengan sel minyak, berkas pembuluh, butir pati,
endosperm dengan butir pati dan butir aleuron atau zat warna coklat.
2. Coffeae semen
Warna simplisia coklat tua-hitam dengan bau khas aromatik kopi dan
bentuk biji bulat lonjong berbetuk bulir. Pada pemeriksaan mikroskopis
ditemukan Fragmen pengenal: sel batu makrosklereid (berbentuk
batang) dan endosperm berdinding tebal
3. Areca semen
Biji pinang berupa biji keras, utuh atau berupa irisan. Biji utuh berbentuk
kerucut pendek dengan ujung membulat, jarang berbentuk hampir
setengah bulatan, bagian pangkal agak datar dengan suatu lekukan
dangkal, panjang 15- 30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan
sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan
warna yang lebih muda; pada pangkal biji sering terdapat bagian-bagian
dari kulit buah, warna putih. Pada bidang irisan biji tampak perisperm
berwarna coklat tua dengan lipatan-lipatan tidak beraturan menembus
endosperm yang berwarna agak keputih-putihan.. Pada pemeriksaan
mikroskopis dapat ditemukan endosperm, perisperm, sel batu, serabut,
aleuron dan berkas pembuluh.
4. Colae semen
Pada pemeriksaan makroskopis Inti biji jarang terdapat dalam keadaan
utuh, terdiri dari 2-4 keping biji, bentuk hampir bulat, bulat telur atau
bulat panjang.memiliki rasa yang pahit dan bau yang khas. Pada
pemeriksaan rajangan Keping biji tidak setangkup, bentuk tidak
beraturan, umumnya berbentuk bulat panjang atau bulat telur, kadang-
kadang berbentuk ginjal memanjang tidak beraturan, permukaan luar
umumnya cembung, kadang-kadang agak berombak atau agak datar,
warna coklat, coklat kemerahan atau coklat kehitaman, tidak rata
kadang-kadang berkeriput, permukaan dalam umumnya cekung
kadangkadang datar, licin atau sedikit berkeriput, warna coklat, coklat
kemerahan, atau coklat kehitaman. Pada pemeriksaan mikroskopis
ditemukan, fragmen parenkim, rambut penutup, epidermis dengan
parenkim, fragmen berkas pembuluh, butir pati, epidermis luar dan
epidermis dalam.
5. Nigela sativa semen
Pada pemeriksaan makroskopis, simplisia rajangan berwarna hitam dan
berbentuk oval, pada pemeriksaan simplisia serbuk berwarna hitam, bau
yang khas dan rasa yang pedas-pahit. Pada pemeriksaan mikroskopis,
terdapat kulit biji, epidermis, endosperm dan sel parenkim
6. Foenigraciae semen
Pada pemeriksaan makroskopis, simplisia rajangan berbentuk persegi
panjang namun tidak beraturan dengan warna coklat muda seperti
simplisa serbuk dengan bau dan rasa yang khas. Pada pemeriksaan
mikroskopis spermoderm berupa sel-sel memanjang transparan,
perisperm dan endosperm berisi minyak dan butir aleurone.

7. KESIMPULAN
Pada pemeriksaan simplisia semen dapat disimpulkan bahwa, simplisia
dapat dibedakan berdasarkan penyusunnya karena setiap simplisia memiliki
penyusun yang berbeda-beda disesuaikan dengan cara tanaman itu hidup
8. DAFTAR PUSTAKA
1. Rismunandar, 1990. Budidaya dan Tataniaga pala. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta. Cetakan kedua
2. Hecimovic, I., Cvitanovic, A.B., Horzic, D. & Komes, D. 2011.
Comparative study of polyphenols and caffeine in different coffee
varieties affected by the degree of roasting. Food Chemistry. 129:3.
991 –1000.
3. Bettina, C. & Lothar W. Kroh. Antioxidant activity of coffee brews.
2006. Springers – Verlag. 14(6) : 496 – 474.
4. David, R.W., Omar, A.G., Peter, A.C. 1998. The in vitro antitumor
activity of some crude and purified anticomponents of black 97 seed
Nigella sativa. Anticancer Res. 18(3A):1527-1532.
5. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi kedua.
Diterjemahkan oleh Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Jakarta:
Yayasan Sarana Wana Jaya
6. Burits, M. dan Bucar, F. 2000. Antioxidant activity of Nigella sativa
essential oil. Phytother Res, 14:323-08.
7. Ferdous, A.J., Islam S.N., Ashan, M., Hasan, C.M., Ahmed, Z.U.
1992. In vitro antibacterial activity of the volatile oil of Nigella sativa
seeds against multiple drug resistant isolates of Shigella, V. cholerae,
and E. coli. Phytother Res, 6:137-140.
8. Swamy, S.M.K. dan Tan, B.K.H. 2000. Cytotoxic and immuno
potentiating effects of ethanolic extract of Nigella sativa L. seeds. J
Ethnopharmacol, 70:1-7.
9. Mohammad, M.A., Mohamad, M.M.J., Dradka, H. 2009. Effects of
black seeds (Nigella sativa) on spermatogenesis and fertility of male
albino rats. Research Journal of Medicine and Medical Sciences,
4(2):386-390.
10. Anonim. WHO monograph on selected medicinal plants. Volume 3.
Otawa: 2007. 338-48.
11. Hibasami H, Hiroyuki M, Kengo I, Hirotaka K, Kunio I, Kazumi Y, et
al. Protodioscin isolated from fenugreek (Trigonella foenum-graecum
L.) induces cell death and morphological change indicative of
apoptosis in leukemic cell line H-60, but not in gastric cancer cell line
KATO III – International Journal of Molecular Medicine. 2003.11:23-
6.
12. Raju J, Jagan MRP, Malisetty VS, Chinthalapally VR, et al. Diosgenin,
a steroid saponin of Trigonella foenum graecum (Fenugreek), inhibits
azoxymethane-induced aberrant crypt foci formation in F344 rats and
induces apoptosis in HT-29 human colon cancer cells. Cancer
Epidemiology Biomarkers & Prevention. 2004.13: 1392-8.
13. Kaviarasan S, Ramamurty R. Fenugreek (Trigonella foenum-graecum
L.) seed extract prevent ethanol induced toxicity and apoptosis in
Chang liver cells. Alcohol and Alcoholism. 2006.41(3):267-73.
14. Evans CW. Pharmacognosy. 15th ed. London: W.B. Saunders; 2002.
15. Wiryowidagdo S. Kimia dan farmakologi bahan alam. Jakarta:
Universitas Indonesia; 2001. 318-28

Anda mungkin juga menyukai