SEMESTER 2
Disusun oleh:
HANNIES PURWANANTRIO
Kelas: X-MIPA 7
Pembimbing: H. MISDI HANTONO, M. Pd.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur semata-mata hanya untuk Allah SWT, karena atas segala rahmat,
hidayah dan bantuan-Nya maka akhirnya makalah dengan judul “Makalah Semester
Genap.” ini telah selesai penulis susun. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini tentunya tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan, untuk itu segala
kritikan dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Makalah ini sangat
diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam mempelajari ilmu
fisika.
Penulis
Hannies Purwanantrio
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB 1. DINAMIKA PARTIKEL ............................................................................................................ 4
1. Hukum Newton dan Penerapannya ........................................................................ 4
2. Jenis-jenis Gaya ........................................................................................................ 4
BAB 2. HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN HUKUM KEPLER .......................................... 7
1. Hukum Gravitasi Newton ........................................................................................ 7
2. Medan atau Percepatan Gravitasi ........................................................................... 7
3. Hukum Kepler .......................................................................................................... 8
BAB 3. KONSEP USAHA dan ENERGI ............................................................................................. 10
1. Pengertian dan Rumus Usaha ................................................................................ 10
2. Pengertian dan Rumus Energi................................................................................ 11
BAB 4. MOMENTUM dan IMPLUS ................................................................................................. 13
1. Momentum ............................................................................................................ 13
2. Implus..................................................................................................................... 13
3. Hubungan Momentum dan Implus ....................................................................... 14
4. Hukum Kekekalan Momentum .............................................................................. 14
5. Tumbukan .............................................................................................................. 15
12𝑚1𝑣12 + 12𝑚2𝑣22 > 12𝑚1𝑣1𝑟2 + 12𝑚2𝑣2𝑟2 .................................................................... 16
• Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali ................................................................................... 16
Bab 5: Getaran Harmonis .............................................................................................................. 19
1. Contoh Geteran Harmonik..................................................................................... 19
2. Syarat Getaran Harmonik ...................................................................................... 19
3. Periode dan Frekuensi Getaran Harmonik ............................................................ 19
3
BAB 1. DINAMIKA PARTIKEL
Dinamika Partikel adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang berbagai
penyebab terjadinya gerak akibat suatu gaya
1. Hukum Newton dan Penerapannya
a. Hukum I Newton (Hukum Inersia / kelembaman)
Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-
mula diam akan terus diam, sedangkan benda yang mula-mula bergerak akan terus
bergerak dengan kecepatan tetap.
Rumus:
∑𝐹 = 0
Keterangan:
ΣF: Resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
b. Hukum II Newton
Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada suatu benda
berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya dan berbanding
terbalik dengan massa benda.
Rumus:
∑𝐹 = 𝑚 . 𝑎
Keterangan:
ΣF: Resultan gaya yang bekerja pada benda (N)
m: Massa benda (kg)
a: Percepatan yang dialami benda (m/s2)
c. Hukum III Newton
Ketika kamu memberikan aksi terhadap suatu partikel/benda, maka benda
tersebut juga akan memberikan reaksi yang besarannya sama, namun arahnya
berlawanan.
Rumus
𝐹 𝑎𝑘𝑠𝑖 = −𝐹 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
2. Jenis-jenis Gaya
a. Gaya Berat
Gaya berat adalah gaya yang dimiliki massa suatu benda akibat percepatan gaya
gravitasi bumi. Perlu diingat bahwa arah gaya berat ini selalu mengarah ke bawah
menuju pusat bumi, meskipun pada bidang miring.
Rumus:
𝑊 = 𝑚.𝑔
Keterangan:
W: gaya berat suatu benda (N)
m: massa benda (kg)
4
g: percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2)
b. Gaya Normal
Gaya Normal adalah gaya yang berkerja pada bidang yang bersentuhan antara dua
permukaan benda, yang arahnya selalu tegak lurus dengan bindang sentuh.
Lambang gaya normal adalah N dan satuan Sistem Internasionalnya adalah kgm/𝑠 2
atau Newton
Rumus:
𝑁 = 𝑊 = 𝑚. 𝑔
Keterangan:
N: gaya normal (N)
W: gaya berat benda (N)
m: massa benda (kg)
g: percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2)
c. Gaya Gesek
Gaya gesek berarti gaya yang bekerja akibat adanya sentuhan antara kedua
permukaan benda. Dengan adanya gaya gesek, maka benda yang bergerak akan
memiliki hambatan.
Ada dua jenis gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
Rumusnya:
𝑓𝑠 = 𝜇𝑠 𝑥 𝑁
Keterangan:
𝑓𝑠 : besar gaya gesek statis (N)
𝜇𝑠: koefisien gesek statis
𝑁: gaya normal (N)
Rumusnya:
𝑓𝑘 = 𝜇𝑘 𝑥 𝑁
Keterangan:
𝑓𝑘 : besar gaya gesek kinetis (N)
𝜇𝑘 : koefisien gesek kinetis
5
𝑁: gaya normal (N)
ΣF= 𝑚. 𝑎
e. Gaya Sentripental
Gaya sentripetal adalah gaya yang bekerja pada benda yang bergerak melingkar.
Gaya ini cara kerjanya selalu menuju pusat lintasan.
𝐹𝑠 = 𝑚. 𝑎𝑠
Keterangan:
𝐹𝑠: gaya sentripetal (N)
𝑚: massa benda (kg)
𝑎𝑠: percepatan sentripetal (m/s2)
6
BAB 2. HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN HUKUM
KEPLER
1. Hukum Gravitasi Newton
Secara singkat Newton atau Sir Isaac Newton merupakan seorang fisikawan,
matematikawan, filsuf alam, alkimiawan, serta teolog yang berasal dari Inggris,
Newton mempublikasi dan menjelaskan bahwa setiap partikel di alam saling tarik
menarik dengan partikel lain yang besarnya sebanding dengan perkalian massa
kedua partikel dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak kedua partikel dan
pernyataan ini saat ini terkenal sebagai Hukum Gravitasi Newton. Di mana menurut
Newton, dalam bidang mekanika klasik atau sering juga disebut Mekanika Newton,
benda apapun yang berada di atas atmosfer akan ditarik oleh bumi.
Secara sistematis untuk menghitung gaya gravitasi digunakan persamaan:
𝑚1 . 𝑚2
𝐹 = 𝐺.
𝑟2
Keterangan:
𝐹 = gaya gravitasi (N)
𝐺 = konstanta gravitasi = 6.673 x 10-11Nm2/kg2
𝑚1 = massa benda pertama (kg)
𝑚2 = massa benda kedua (kg)
𝑟 2 = jarak antara pusat kedua benda (m)
7
m di masing-masing sisi dapat di coret, maka persamaan g didapatkan sebagai
berikut
𝑚1 . 𝑚2
𝑔=𝐺
𝑟2
Dimana, r merupakan jarak antara benda dengan pusat bumi (m).
3. Hukum Kepler
Setelah adanya penemuan mengenai gravitasi yang ditemukan oleh Isaac Newton,
seorang ahli matematika dan astronomi yang berasal dari Jerman yaitu Johannes
Kepler berhasil menemukan 3 (tiga) hukum tentang pergerakan planet dalam tata
surya, dimana hukum-hukum kepler ini sesuai dengan hukum gravitasi Newton.
a. Hukum 1 Kepler
b. Hukum 2 Kepler
8
c. Hukum 3 Kepler
Pada hukum ketiga ini Kepler menyatakan bahwa “Kuadrat periode suatu planet
sebanding dengan pangkat tiga jarak rata – ratanya dari Matahari”
Pada dasarnya hukum ini menjelaskan mengenai revolusi planet mengelilingi
matahari, planet yang letaknya lebih jauh dari matahari juga akan memiliki periode
orbit yang lebih lama, dan sebaliknya atau secara sistematis dapat dituliskan sebagai
berikut
𝑇1 2 𝑅1 3
( ) =( )
𝑇2 𝑅2
Keterangan:
𝑇1= periode planet pertama
𝑇2= periode planet kedua
𝑅1 = jari-jari planet pertama
𝑅2 = jari-jari planet kedua
9
BAB 3. KONSEP USAHA dan ENERGI
1. Pengertian dan Rumus Usaha
Usaha adalah besarnya energi atau gaya yang diberikan untuk memindahkan atau
menggerakkan suatu benda atau objek. Yang dimaksud dengan memindahkan disini
artinya tempat atau letaknya yang berubah setelah dilakukan usaha. Oleh karena itu
untuk menghitung seberapa besar usaha digunakan persamaan berikut
𝑊 = 𝐹. 𝑠
Keterangan:
F= Gaya (N)
W= Usaha (Joule)
s= Perpindahan (m).
Usaha (W) bertanda positif (+), usaha searah dengan perpindahan benda.
Usaha (W) bertanda negatif (-), usaha berlawanan arah dengan perpindahan benda.
• Usaha pada Bidang Datar
Meskipun pada bidang yang datar, namun gaya yang diberikan tidak selalu lurus,
yang berarti dalam kondisi tertentu gaya akan membentuk sudut tertentu, seperti
gambar diatas. Oleh karena itu digunakan persamaan
𝑊 = 𝐹. 𝑐𝑜𝑠𝜃. 𝑠
Dimana,𝜃 = sudut yang dibentuk oleh gaya
• Usaha pada Bidang Miring
Tidak hanya bidang datar, usaha pun dapat dilakukan pada bidang miring, salah
satu contoh yang sering kita temui adalah pada saat melihat kurir yang memindahkan
barang ke dalam truk menggunakan bantuan salah satu pesawat sederhana yaitu
bidang miring.
10
𝑊 = 𝑚. 𝑔. 𝑠𝑖𝑛𝜃. 𝑠
Dimana, m= massa (kg), g=gravitas(𝑚/𝑠 2 )
11
iii. Energi Potensial Pegas
Energi potensial pegas adalah energi yang diperlukan untuk meregangkan dan
menekan pegas. Oleh karena itu digunakan persamaan berikut:
1 1
𝐸𝑝 = 𝑘 (∆𝑥 )2 = . 𝑘. 𝑥 2
2 2
dimana, k = konstanta pegas (N/m); x= perubahan panjang pegas (m).
iv. Energi Mekanik
Energi mekanik dapat dikatakan jumlah atau total dari energi potensial dan energi
mekanik, karena energi mekanik merupakan energi yang berkaitan dengan
pergerakan. Maka digunakan persamaan berikut:
𝐸𝑚 = 𝐸𝑝 + 𝐸𝑘
Dimana Em merupakan Energi Mekanik (dalam Joule)
v. Daya
Daya merupakan kecepatan melakukan kerja atau usaha atau bisa dikatakan daya
merupakan jumlah energi yang dihabiskan dalam per satuan waktu (per detik). Oleh
karena itu dapat persamaan yang digunakan
𝑊 𝐹. 𝑠
𝑃= = = 𝐹. 𝑣
𝑡 𝑡
Keterangan:
P= daya (Watt)
W= usaha (Joule)
t= waktu (detik)
F= gaya (N)
s= jarak (m)
v= kecepatan (m/s)
12
BAB 4. MOMENTUM dan IMPLUS
1. Momentum
Momentum merupakan besaran turunan yang muncul karena terdapat benda
bermassa yang bergerak. Dalam fisika besaran turunan ini dilambangkan dengan
huruf P, Momentum adalah hasil kali antara massa dan kecepatan.
Secara matematis, persamaan momentum dapat dituliskan sebagai
𝑃 = 𝑚. 𝑣
dengan P adalah momentum (kg.m/s), m adalah massa benda (kg), dan v adalah
kecepatan benda (m/s), serta satuan dimensi momentum adalah [M][L][T]-1.
Istilah momentum adalah konsep fisika, objek apa pun dengan momentum akan sulit
dihentikan. Untuk menghentikan objek seperti itu, perlu untuk menerapkan gaya
terhadap gerakannya selama jangka waktu tertentu. Semakin banyak momentum
yang dimiliki suatu objek, semakin sulit untuk berhenti. Untuk merubah momentum
benda dibutuhkan sebuah gaya, baik untuk menaikkan momentum, menurunkannya.
∆p
ΣF =
∆t
Dimana Σ𝐹 = gaya total, Δ𝑝 = hasil perubahan momentum, Δ𝑡 = selang waktu.
Maka dapat diturunkan dalam bentuk yang lebih dikenal dengan hukum Newton
kedua, Σ𝐹= ma. Jika 𝑣0 adalah kecepatan awal dan 𝑣1 kecepatan waktu setelah Δ𝑡,
maka
Δ𝑝 𝑚𝑣1 − 𝑚𝑣0 𝑚(𝑣1 − 𝑣0 ) Δ𝑣
Σ𝐹 = = = =𝑚 = 𝑚𝑎
Δ𝑡 Δ𝑡 Δ𝑡 Δt
2. Implus
Impuls adalah peristiwa gaya yang bekerja pada benda dalam waktu sesaat atau
peristiwa bekerjanya gaya dalam waktu yang sangat singkat. Suatu impuls adalah
hasil kali suatu gaya yang bekerja dalam waktu yang singkat yang menyebabkan
suatu perubahan dari momentum. Sebuah benda menerima momentum melalui
pemakaian suatu impuls.
Dari hukum II Newton, diperoleh:
𝐹 = 𝑚. 𝑎
𝐹 𝑑𝑡 = 𝑚. 𝑑𝑣
𝐹 𝑑𝑡 = 𝑚(𝑣2 − 𝑣1 )
= 𝑚𝑣2 − 𝑚𝑣1
Implus = 𝐹. 𝑡 = 𝑚. 𝑣
13
Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut 𝐼 = 𝐹. Δ𝑡
Keterangan 𝐼 = implus (𝑁/𝑠), 𝐹 = gaya (𝑁),Δ𝑡 = selang waktu (𝑠)
Sehingga diperoleh:
𝐼 = (𝑚. 𝑣2 ) − (𝑚. 𝑣1 )
𝐼 = Δ𝑃
Jadi dapat disimupulkan bahawa I = ΔP, dimana besarnya impuls yang bekerja
atau dikerjakan pada suatu benda sama dengan besarnya perubahan momentum pada
benda tersebut.
14
newton kedua sebagaimana dinyatakan dalam persamaaan 7.2 dan dapat kita tuliskan
kembali dengan mengalihkan kedua sisi dengan:
∆𝑃 = 𝐹∆𝑡
Kita terapkan ini pada bola kedua, dengan memperhatikan bahwa gaya 𝐹21 pada
bola2 yang disebabkan oleh bola 1 selama tumbukan mempunyai anak ke kanan
(arah +x)
Momentum total dari suatu sistem benda-benda yang terisolasi tetap konstan.
Dengan istilah sistem, yang dimaksud adalah sekumpulan benda yang berinteraksi
satu sama lain. Sistem terisolasi adalah suatu sistem dimana gayayang ada hanyalah
gaya gaya diantara benda benda pada sistem itu sendiri. Jumlah semua gaya ini akan
nol dengan berlakunya hukum newton ketiga. Jika adanya gaya luar, yang dimaksud
adalah gaya gaya yang diberikan oleh benda diluar sistem dan jumlahnya tidak nol
(secara vektor) maka,
∆𝑃2 = 𝑚2 𝑣2𝑟 − 𝑚2 𝑣2 = 𝐹21 ∆𝑡
Berdasarkan hukum Newton ketiga, gaya 𝐹12pada bola 1 yang disebabkan oleh
bola 2 adlah 𝐹21 = −𝐹12dan berkerja kearah kiri, dengan
∆𝑃1 = 𝑚1 𝑣1𝑟 − 𝑚1 𝑣1 = 𝐹12 ∆𝑡 = −𝐹21 ∆𝑡
Kita dapat menggabungkan kedua persamaan terakhir ini (ruas kanan hanya boleh
dibendakan oleh tanda minum)
𝑚1 𝑣1𝑟 − 𝑚1 𝑣1 = −(𝑚2 𝑣2𝑟 − 𝑚2 𝑣2 )
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1𝑟 + 𝑚2 𝑣2𝑟 |
Dan merupakan hukum kekekalan momentum.
5. Tumbukan
Kekekalan momentum merupakan cara yang sangat berguna untuk menangani
proses tumbukan. Tumbukan merupakan sesuatu kejadian yang umum dalam
kehidupan sehari-hari, raket tenis atau tongkat bisbol dua bola bilyar yang
bertumbukan, sebuah gerbong kereta menumbuk gerbong yang lainya, martil
memukul paku. Pada tingkat sub antonik, para ilmuan memperlajari struktur inti dan
penyusunannya, dan mengenal jenis gaya yang terlibat, dengan mempelajari secara
teliti mengenal tumbukan antara inti dan atau partikel partikel elementer. Tumbukan
dibagi kedalam tiga jenis, yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting
sebagaimana, dan tumbukan tidak lenting sama sekali.
15
• Tumbukan Lenting Sempurna
Dua buah benda bisa dikatakan mengalami tumbukan lenting sempurna
bila tidak terjadi kehilangan energi kinetik ketika terjadi tumbukan. Energi
kinetik sebelum dan sesudah tumbukan sama, demikian juga dengan
momentum dari sistem tersebut.
Pada peristwa tumbukan lenting sempurna, berlaku :
1. Hukum kekekalan energi mekanik
2. Huku kekekalan momentum
3. Koefisien restitusi e = 1
Nilai koefisien resistansi tumbukan lenting sempurna adalah e = 1. Ini
merupakan hasil yang menarik, menjelaskan kepada kita bahwa tumbukan
lenting sempurna, laju relatif dari kedua partikel setelah tumbukan
mempunyai dasar yang sama sepertu sebelumnya (tetapi dengan arah yang
berbeda), tidak peduli berapapun massanya. Contoh dari tumbukan lenting
sempurna terjadi di antara gerakan atom-atom, inti atom, dan partikel-partikel
atau molekul- molekul lain yang seukuran dengan atom atau lebih kecil lagi.
• Tumbukan Lenting Sebagian
Pada tumbukan lenting sebagian hanya berlaku hukum kekekalan momentum
dan tidak berlaku hukum kekekalan energi mekanik, karena energi kinetik
benda berkurang selama tumbukan. Jumlah energi kinetik sesudah tumbukan
lebih kecil daripada jumlah energi kinetik sebelum tumbukan. Koefisien
restitusi pada tumbukan lenting sebagian adalah 0 < e < 1.
1 1 1 1
𝑚1 𝑣12 + 𝑚2 𝑣22 > 𝑚1 𝑣1𝑟2 + 𝑚2 𝑣2𝑟2
2 2 2 2
• Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Tumbukan dimana energi kinetik tidak kekal disebut tumbukan tidak lenting.
Sebagian energi kinetik awal pada tumbukan seperti ini diubah menjadi energi jenis
lain, seperti energi panas atau potensial, sehingga energi kinetik akhir total lebih
kecil dari energi kinetik awal total. Kebalikannya juga dapat terjadi ketika energi
potensial (seperti kimia atau nuklir) dilepaskan, dimana energi kinetik akhir total
16
bisa lebih besar dari energi kinetik awal total. Ledakan merupakan salah satu
contohnya. Tumbukan-tumbukan makroskopik tertentu tidak lenting, setidaknya
sampai tingkat tertentu, dan seringkali sampai tingkat yang tinggi. Jika dua benda
bersatu sebagai akibat dari tumbukan, tumbukan tersebut dikatakan tidak lenting
sama sekali.
Dua bola yang bertumbukan, kemudian bersatu atau dua gerbong kereta yang
menyambung ketika bertabrakan merupakan contoh dari tumbukan yang tidak
lenting sama sekali. Energi kinetik pada beberapa kasus seluruhnya diubah menjadi
energi bentuk lain pada tumbukan yang tidak lenting, tetapi pada kasus lain hanya
sebagian. Misalnya kita lihat bahwa ketika gerbong kereta yang berjalan
bertumbukan dengan yang diam, gerbong-gerbong yang tersambung tersebut
berjalan dengan energi kinetik tertentu. Pada tumbukan tidak lenting sama sekali,
jumlah maksimum energi kinetik diubah menjadi bentuk lain yang konsisten dengan
kekekalan momentum. Bahkan walaupun energi kinetik tidak kekal pada tumbukan
tidak lenting, energi total tetap kekal, dan jumlah vektor momentum juga selalu
kekal.
Pada peristiwa tidak lenting sama sekali, tidak berlaku hukum kekekalan energi
kinetik dan nilai koefisien resistansinya e = 0. Setelah terjadi peristiwa tumbukan
kedua benda bersatu dan bergerak bersama-sama.
𝑣1𝑟 = 𝑣2𝑟 = 𝑣
Sehingga berlaku persamaan
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = 𝑚1 𝑣1𝑟 + 𝑚2 𝑣2𝑟
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 𝑟
Penerapan tumbukan tidak lenting sama sekali adalah ayunan balistik. Ayunan
balistik merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur benda yang
bergerak dengan kecepatan cukup besar, misalnya kecepatan peluru. Prinsip kerja
ayunan balistik berdasarkan hal-hal berikut.
Penerapan sistem tumbukan tidak lenting
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 𝑟
𝑚1 𝑣1 + 0 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 𝑟
𝑚1 + 𝑚2 𝑟
𝑣1 = 𝑣
𝑚1
Hukum kekekalan energi mekanik
17
1
(𝑚 + 𝑚2 )(𝑣 𝑟 )2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑔ℎ
2 1
𝑣 𝑟 = √2𝑔ℎ
Dengan mensubtitusikan persamaan diatas, maka diperoleh persamaan
𝑚1 + 𝑚2
𝑣𝑟 = ( )(√2𝑔ℎ)
𝑚1
18
Bab 5: Getaran Harmonis
Gerak harmonik merupakan gerak sebuah benda dimana grafik posisi partikel
sebagai fungsi waktu berupa sinus (bisa dinyatakan dalam bentuk sinus atau
kosinus). Gerak semacam ini disebut dengan gerak osilasi atau getaran harmonik.
1 𝑘 𝑚
𝑓= √ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 = 2𝜋√
2Π 𝑚 𝑘
Periode dan frekuensi sebuah sistem beban pegas hanya bergantung pada massa
dan konstanta gaya pegas.
19
➢ Periode dan Frekuensi Bandul Sederhana
Sebuah bandul sederhana terdiri atas sebuah beban bermassa m yang
digantung di ujung tali ringan (massanya dapat diabaikan) yang
panjangnya l. Bila beban ditarik ke satu sisi dan dilepaskan, maka beban
berayun melalui titik keseimbangan menuju ke sisi yang lain.
Bila amplitudo ayunan kecil, maka bandul melakukan getaran
harmonik. Periode dan frekuensi getaran pada bandul sederhana sama
seperti pada pegas. Artinya, periode dan frekuensinya dapat dihitung
dengan menyamakan gaya pemulih dan gaya sentripetal.
1 𝑘 𝑚
𝑓= √ 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 = 2𝜋√
2𝜋 𝑚 𝑘
Periode dan frekuensi bandul sederhana tidak bergantung pada massa dan
simpangan bandul, tetapi hanya bergantung pada panjang tali dan
percepatan gravitasi setempat.
20
DAFTAR PUSAKA
https://www.zenius.net/blog/materi-dinamika-partikel-hukum-newton
https://rumus.co.id/hukum-newton/#Hukum_Newton_1
https://www.zenius.net/blog/materi-fisika-sma-hukum-gravitasi-
newton
https://www.zenius.net/blog/materi-fisika-sma-usaha-dan-energi
https://katapengetahuan.wordpress.com/2019/04/07/momentum-dan-
impuls-fisika-kelas-x/
21