Anda di halaman 1dari 32

Pemberian Cairan dan Nutrisi

Tindakan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu memastikan ibu untuk mendapat asupan (makanan
ringan dan minum air) selama persalinan dan kelahiran bayi.Karena fase aktif ibu hanya ingin
mengkonsumsi cairan. Maka bidan menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu
minum sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan , karena makanan ringan dan
cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan memberikan lebh banyak energi dan
mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini bila terjadi akan memperlambat kontraksi atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur.

Wanita bersalin membutuhkan kurang lebih 50-100 kilokalori energi setiap jam, dan jika tidak
terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan otot dan kelaparan yang sangat. Jika glukosa tidak
tersedia, cadangan lemak digunakan sehingga menyebabkan ketosis dan pada akhirnya terjadi
ketonuria. Aktifitas uterus dapat menurun akibat akumulasi benda keton. Efek lain ketosis ringan
selama persalinan tidak diketahui. Cairan IV bukan pengganti yang adekuat untuk asupan oral
(cairan tersebut sering kali tidak adekuat dalam satuan kilokalori;  satu liter dekstrosa 5% dalam
air [ D5W] atau salin normal mengandng 225 kilokalori). Kelebihan beban cairan pada ibu,
hiponatremia, penurunan mortalitas, hemodilusi, dan asidosis laktik, juga hiperglikemia
neonatus, hiperinsulinemia dengan hipoglikemia, hiponatremia, asidosis, ikterus dan/atau
takipnea sementara dapat terjadi. Sepuluh persen glukosa harus dihindari.

Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan. Ini dianjurkan karena selama ibu
bersalin ibu mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran bayi.
Dengan cukupnya asupan cairan, ini dapat mencegah ibu mengalami dehidrasi.

Memberikan asupan nutrisi  (makanan ringan dan minuman) setelah persalinan, karena ibu telah banyak
mengeluarkan tenaga selama kelahiran bayi. Dengan pemenuhan asupan nutrisi ini diharapkan agar ibu
tidak kehilangan energi.

Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi
dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan
(kala I, II, III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan
makanan yang cukup       (makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber dari
glukosa darah. Glukosa darah merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula
darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang,
akan mengakibatkan dehidrasi pada ibi bersalin.

Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun
janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan
persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat meningkatkan
risiko perdarahan postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga
dapat mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.
Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his, dan
mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari
bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang sedikit.

Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi ibu.
Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan
persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi
peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela
kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah
ibu berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi
kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak
tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepanjang kehamilan Ibu dianjurkan untuk menjaga pola makan yang bergizi. Karena
melahirkan merupakan proses yang berat yang membutuhkan energi dan stamina (Beggs, et
al, 2002). Pemenuhan nutrisi dan hidrasi (cairan) merupakan faktor penting selama proses
persalinan untuk menjamin kecukupan energi dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit normal pada Ibu dan buah hati (Elias, 2009). Namun, tidak banyak Ibu yang
mengetahui kebutuhan gizinya selama menjalankan proses persalinan.
Banyak ibu yang takut untuk makan atau minum terlalu banyak menjelang persalinan,
dikarenakan ibu beranggapan hal itu dapat membawa pengaruh buruk untuk proses
persalinannya nanti seperti mual dan muntah pada saat bersalin, tidak ingin BAB karena
takut janin keluar pada saat BAB, merasa malu jika keluar veses pada saat melahirkan, cemas
jika persalinannya akan berjalan lama karena tidak kuat untuk mengejan akibat kekenyangan,
dll.
Pada kenyataannya nutrisi pada saat persalinan sangatlah dibutuhkan sebagai sumber
tenaga sang ibu ketika mengejan, maka dari itu untuk mengetahui apakah makan pada saat
bersalin itu boleh, di dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai
pemenuhan nutrisi pada persalinan.
1.2 Rumusan Makalah
1. Bagaimana hasil penelitian mengenai nutrisi pada saat persalinan?
2. Apa saja makanan yang dianjurkan saat proses persalinan?
3. Apa pengaruh makanan/asupan yang diberikan selama proses persalinan?
4. Bagaimana Nutrisi yang diberikan pasca melahirkan?
1.3 Tujuan Makalah
Untuk mengetahui hasil penelitian dari para ahli mengenai pentingnya nutrisi yang
diberikan pada saat persalinan, untuk mengetahui makanan yang dianjurkan bagi ibu bersalin
dan pengaruhnya terhadap proses persalinan, serta untuk mengetahui nutrisi pada pasca
melahirkan/post partum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penelitian Mengenai Gizi Selama Proses Persalinan
Tim investigasi Walter Reed Army Medical Center, mengamati bahwa kebutuhan
metabolisme saat persalinan sama dengan olah raga aerobik yang terus menerus. American
College of Nurse Midewife menerima analogi ini, dan menganjurkan pada Ibu bersalin untuk
minum cairan karbohidrat relevan dengan American College of Sport Medicine yang
menganjurkan minum cairan karbohidrat selama olah raga untuk mengatasi kelelahan, hal
yang sama berlaku untuk Ibu bersalin (Nancy, 2010).Menurut Saifuddin (2006) Faktor Ibu
berpengaruh terhadap proses persalinan meliputi keadaan hidrasi, perubahan sikap/perilaku
dan tingkat tenaga yang dimiliki untuk mengejan. Ibu yang mengalami persalinan harus
bebas untuk makan dan minum sebagai tuntutan tubuh mereka. Kebanyakan Ibu masih akan
merasa nyaman untuk makan cemilan pada awal persalinan, tapi setelah kontraksi yang
sering kecenderungan makan berkurang (Enkin et al (2000) dalam Thorpe et al, (2009)).
Penelitian sejenis dalam mengetahui pengaruh asupan oral selama persalinan terhadap
dampaknya pada persalinan atau hasil persalinan banyak dilakukan. Seperti O’Sulifan et al
(2009) bahwa konsumsi makanan ringan selama persalinan tidak mempengaruhi proses
persalinan atau hasil neonatal/bayi, juga tidak menyebabkan kejadian muntah. Tidak ada
pembenaran pembatasan intake cairan dan makanan bagi Ibu melahirkan pada resiko
komplikasi rendah.Tidak ada penelitian khusus yang mengamati meningkatnya resiko
komplikasi pada Ibu melahirkan, maka tidak ada bukti untuk membatasi intake cairan dan
makanan pada Ibu melahirkan (Singata et al, 2010).
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, Australia dan Europa menunjukkan
bahwa intake oral memiliki manfaat dan tidak ada hubungan terhadap kejadian buruk yang
sering dikaitkan dengannya seperti mual, lamanya persalinan dan begitu pula dengan keadaan
maternal lain dan bayinya (William L, and Wilkins, 2010). Sekitar 30 % dari Ibu yang maka
selama persalinan, 25 % diantaranya melaporkan bahwa mendapat kepuasan secara
keseluruhan dari pengalaman melahirkan dan penelitian tersebut menunjukkan tidak ada
perbedaan hasil persalinan pada kelompok Ibu yang makan dan kelompok Ibu yang tidak
makan (Armstrong dan Johnston, 2000).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa dikarenakan
kebutuhan energi yang begitu besar pada Ibu melahirkan dan untuk memastikan
kesejahteraan ibu dan anak, tenaga kesehatan tidak boleh menghalangi keinganan Ibu yang
melahirkan untuk makan atau minum selama persalinan (WHO, 1997 dalam William L, and
Wilkins, 2010). Persatuan dokter kandungan dan ginekologi Kanada merekomendasikan
kepada tenaga kesehatan untuk menawarkan Ibu bersalin diet makanan ringan dan cairan
selama persalinan (Persatuan dokter kandungan dan ginekologi Kanada, 1998 dalam William
L, and Wilkins, 2010).
2.2 Makanan Yang Dianjurkan Selama Persalinan
Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok Ibu yang makan saat persalinan
adalah roti, biskuit, sayuran dan buah-buahan, yogurt rendah lemak, sup, minuman isotonik
dan jus buah-buahan (O’Sullivan et al, 2009). Menurut Elias (2009) Nutrisi dan hidrasi
sangat penting selama proses persalinan untuk memastikan kecukupan energi dan
mempertahankan kesimbangan normal cairan dan elektrolit bagi Ibu dan bayi. Cairan
isotonik dan makanan ringan yang mempermudah pengosongan lambung cocok untuk awal
persalinan. Jenis makanan dan cairan yang dianjurkan dikonsumsi pada Ibu bersalin adalah
sebagai berikut (Champion dalam Elias,2009):
Makanan:
Apa saja yang harus diperhatikan Jika Ibu ingin makan selama proses persalian.
a. Makan dalam porsi kecil atau mengemil setiap jam sekali saat ibu masih dalam tahap
awal persalinan (KALA 1). Ibu disarankan makan beberapa kali dalam porsi kecil karena
lebih mudah dicerna daripada hanya makan satu kali tapi porsi besar.
b. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti crackers, agar-agar, atau sup. Saat persalinan
proses pencernaan jadi lebih lambat sehingga ibu perlu menghindari makanan yang butuh
waktu lama untuk dicerna.
c. Selain mudah dicerna, pilih makanan yang berenergi. Buah, sup dan madu memberikan
energi cepat. Untuk menyimpan cadangan energy, ibu bisa pilih gandum atau pasta.
d. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak, goreng-gorengan atau makanan yang
menimbulkan gas.
Makanan yang dianjurkan:
1. Roti atau roti panggan (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai ataupun
madu.
2. Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
3. Nasi tim
Biskuit.
5. Yogurt rendah lemak.
6. Buah segar atau buah kaleng.
Minuman:
Selama proses persalinan jaga tubuh agar tidak kekurangan cairan. Dehidrasi bisa
mengakitbakan ibu menjadi lemah, tidak berenergi dan bisa memperlambat persalinan.
Pilihan minumannya adalah:
1. Minuman yogurt rendah lemak.
2. Kaldu jernih.
3. Air mineral.
4. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan energi yang dibutuhkan saat
persalinan. Atau, Ibu bisa membuat sendiri dengan mencampurkan air putih dengan
sedikit perasan lemon.
5. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan yogurt atau pisang ke dalam smoothie
untuk menambah energi.
6. Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu mual.
Ibu melahirkan harus dimotivasi untuk minum sesuai kebutuhan atau tingkat
kehausannya. Jika asupan cairan Ibu tidak adekuat atau mengalami muntah, dia akan menjadi
dehidrasi, terutama ketika melahirkan menjadikannya banyak berkeringat (Micklewirght &
Champion, 2002 dalam Thorpe et al, 2009). Salah satu gejala dehidrasi adalah kelelahan dan
itu dapat mengganggu kemajuan persalinan dan menyulitkan bagi Ibu untuk lebih termotivasi
dan aktif selama persalinan.Jika Ibu dapat mengikuti kecenderungannya untuk minum, maka
mereka tidak mungkin mengalami dehidrasi (McCormick, 2003 dalam Thorpe et al, 2009).
Pembatasan makan dan minum pada Ibu melahirkan memberikan rasa ketidaknyamanan
pada Ibu.Selain itu, kondisi gizi buruk berpengaruh terhadap lama persalinan dan tingkat
kesakitan yang diakibatkannya, dan puasa tidak menjamin perut kosong atau berkurang
keasamannya.Lima penelitian yang melibatkan 3130 Ibu bersalin.Pertama penelitian
membandingkan Ibu dengan pembatasan makan dan minum dengan Ibu yang diberi
kebebasan makan dan minum.Kedua penelitian membandingkan antara Ibu yang hanya
minum dengan Ibu yang makan dan minum tertentu.Dua penelitian lagi membandingkan Ibu
yang hanya minum air mineral dengan minuman karbohidrat.Hasil penelitian menunjukkan
tidak adanya kerugian atau dampak terhadap persalinan pada Ibu yang diberi kebebasan
makan dan minum.Dengan demikian, Ibu melahirkan diberikan kebebasan untuk makan dan
minum sesuai yang mereka kehendaki (Singata et al, 2009).
2.3 Pengaruh/Manfaat Asupan Makan dan Minum Selama Persalinan
a. Kebutuhan Energi Selama Persalinan
Tidak ada data pasti dari hasil penelitian yang menunjukkan kebutuhan energi
pada Ibu yang bersalin. Namun 18 tahun yang lalu tim Investigator Walter Reed
Army Medical Center mengamati kebutuhan metabolik Ibu bersalin sama dengan
latihan aerobik selama terus-menerus. Sedangkan menurut American College of
sport medicine menetapkan bahwa minuman karbohidrat dapat menghilangkan
kelelahan pada yang latihan aerobik terus menerus, sehingga hal ini relevan pada Ibu
hamil.
b. Ketosis
Ibu hamil rentan terhadap ketosis karena tuntutan metabolism perkembangan
janin dan perubahan hormon. Persalinan lama akan meningkatkan produksi keton,
dan diperburuk dengan berpuasa. Scrutton et al (1999) melakukan penelitian secara
acak untuk mengetahui efek dari diet rendah residu sebanyak 48 orang atau hanya
minum air saja sebanyak 46 orang selama persalinan, terhadap kondisi metabolik,
hasil persalinan, dan volume residu lambung. Akhir persalinan kelompok yang
hanya minum air putih menunjukkan kejadian ketosis yang lebih besar serta
menurunnya kadar glukosa dan insulin.
Kubli et al (2002), melakukan penelitian terhadap pengaruh minuman isotonik
dibandingkan dengan yang hanya minum air mineral selama persalinan secara
random, pada 60 Ibu di London. Pada akhir dari kala I persalinan, pada Ibu yang
hanya minum air putih mengalami keadaan ketosis dan menurunkan kadar glukosa
serum. Volume lambung, kejadian muntah dan volume muntah pada kedua
kelompok sama. Tidak ada perbedaan antara kedua kelompok terhadap hasil
persalinan.Namun minuman isotonik disarankan untuk menghindari terjadinya
ketosis pada Ibu saat persalinan. Hal yang sama senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kulli, M. et al (2002) pada kelompok Ibu melahirkan yang minum
cairan isotonik dan kelompok Ibu yang minum air mineral, menyatakan bahwa
minuman isotonik diketahui dapat mengurangi ketosis pada Ibu dalam persalinan
tanpa meningkatkan volume lambung
c. Hiponatremia
Hiponatremia dapat menimbulakan komplikasi kehamilan pada Ibu
hamil.Hiponatremia kondisi yang ditemukan pada Ibu bersalin yang terlalu banyak
minum air. Penelitian Johanssen et al (2002) dalam Nancy (2010) ditemukan 4
neonatus dan Ibu melahirkan mengalami kejang dan gangguan sistem syaraf pusat
yang berhubungan dengan asupan oral Ibu selama bersalin sebanyak 4 dan 10 liter
air atau jus buah selama persalinan. Terjadi peningkatan cairan ekstraseluler pada
Ibu hamil dan kemampuan kompensasi cairan akut pada Ibu hamil mengalami
penurunan. Sehingga Ibu dan janin mengalami penurunan yang cepat kadar natrium
dalam darah.
Penelitian terbaru di Swedia oleh Moen et al (2009) dalam Nancy (2010) bahwa
hiponantremia ditemukan 16 dari 61 Ibu melahirkan yang minum lebih dari 2.500 ml
selama persalinan. Hiponatremia dihubungkan dengan lama persalinan kala II,
persalinan sesar, dan kegagalan kemajuan janin.Sehingga disarankan untuk
membatasi asupan cairan tidak lebih dari 2.500 ml, dan tidak diberikan cairan
hipotonik secara intravena pada Ibu bersalin.Sehingga makan dan minum dianjurkan
namun tidak pula berlebihan.
d. Stres Persalinan
Ternyata makan dan minum saat persalinan dapat mengurangi stress pada Ibu
ketika bersalin. Penelitian Penny Simpkin (1986) dalam Nancy (2010) melaporkan
dari 159 Ibu bersalin, 27% Ibu yang dibatasi asupan makanan mengalami stress dan
57% Ibu bersalin mengalami stress dengan pembatasan asupan cairan. Penelitian
senada dilakukan oleh Amstrong dan Johnson (2000), 149 Ibu bersalin di Scottish, 30
% diantaranya memilih untuk asupan makanan ketika bersalin dan 25% diantaranya
menunjukkan kepuasan terhadap proses persalinannya berlangsung.
e. Muntah
O’Reilly, Hoyer dan Walsh (1993) melakukan penelitian pada hubungan asupan
oral terhadap kejadian muntah pada 106 Ibu bersalin.Ibu tersebut memilih sendiri
jumlah dan jenis makanan yang ingin dikonsumsi.Penelitian ini diamati dari semua
tahap persalinan.pada awal persalinan 103 Ibu memilih untuk asupan makanan dan
menurun hingga 50 Ibu yang tetap asupan makanan pada fase mulai aktif
mendorong/persalinan. Ibu yang makan dan minum selama persalinan, 20 orang
mengalami muntah dan 8 orang muntah lebih dari sekali.Muntah dikaitkan dari
jumlah asupan makanan yang lebih banyak dari minum.Tidak ada hubungan antara
Ibu yang mengalami muntah dan tidak, terhadap lama persalinan, dan hasil persalinan
yang buruk.
Scrutton et al (1999) melakukan penelitian secara acak untuk mengetahui efek
dari diet rendah residu sebanyak 48 orang atau hanya minum air saja sebanyak 46
orang selama persalinan, terhadap kondisi metabolic, hasil persalinan, dan volume
residu lambung. Pada kelompok Ibu yang makan semakin menurun pada fase
persalinan lebih aktif. Akhir persalinan kelompok yang hanya minum air putih
menunjukkan kejadian ketosis yang lebih besar serta menurunnya kadar glukosa dan
insulin. Volume lambung 1 jam setelah lahir lebih besar pada kelompok Ibu yang
makanan. Kelompok asupan makan memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
muntah dengan volume lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok yang hanya
minum. Namun pada kelompok tersebut tidak ada perbedaan lama persalinan,
penggunaan oksitosin, hasil persalinan dan jumlah AFGAR skor.
f. Hasil Persalinan
Scheepers et al (2002) melakukan penelitian control placebo dan menerapkan
double blind di Belibu pada 100 Ibu beresiko rendah. Partisipan menerima 200 ml
cairan karbohidrat atau cairan sejenis yang mengandung aspartame. Ibu yang
memerlukan cairan intravena mendapatkan cairan normal saline dan tidak diijinkan
mengkonsumsi makanan lain secara oral. Tidak ada data perbedaan yang signifikan
terhadap kualitas hasil persalinan, atau kelahiran.Secara khusus, keseimbangan asam-
basa janin tidak berbeda antara 2 kelompok.
Tranmer et al (2005), melakukan uji klinis secara acak di Kanada apakah asupan
karbohidrat oral dapat menurunkan kejadian distosia pada Ibu nulipara yang beresiko
rendah. Ibu kelompok intervensi (N=163 orang), menerima pedoman tentang makan
dan minum selama persalinan dan didorong untuk makan dan minum sesukanya
selama persalinan. Mereka mengkonsumsi makanan dan minuman apa yang mereka
sukai. Ibu di kelompok pebanding (N=165) tidak mendapatkan mendapatkan
informasi asupan makan dan minum secara oral selama persalinan dan dibatasi
asupan oral kecuali air mineral dan es batu. Kejadian distosia pada kedua kelompok
tidak berbeda begitu pula dengan Ibu dan bayi tidak ada perbedaan.Penelitian terbaru
O’Sullivan et al (2009), pada 2.426 Ibu nulipara non diabetes, dengan prospektif
random kontrol. Tingkat kelahiran spontan pervaginam sama pada dua kelompok dan
tidak ada perbedaan signifikan yang diamati dari lamanya persalinan, angka kelahiran
sesar, kejadian muntah dan hasil neonatal.
Beberapa penelitian di atas, menjelaskan mengenai manfaat makan dan minum selama
persalinan.Akan tetapi anjuran makan dan minum ini berada dalam batas ketentuan yang
wajar. Karena terdapat pula dampak negatif yang tidak dapat dipungkiri dari makan dan
minum selama proses persalinan ini. Seperti hiponatremia ketika Ibu mengkonsumsi air
mineral lebih dari 2.500 ml selama proses persalinan. Atau keadaan muntah saat persalinan
ketika Ibu berlebihan makan makanan selama persalinan.Meski demikian, dari keseluruhan
penelitian yang meneliti makan dan minum selama persalinan tidak memiliki dampak negatif
terhadap lama persalinan atau pun hasil persalinan yaitu bayi. Artikel ini, menganjurkan Ibu
untuk tetap konsumsi makan dan minum selama persalinan, dengan makanan yang ringan
rendah lemak seperti biskuit, roti, buah-buahan, yogurt, jus buah atau mengkonsumsi
minuman istonik untuk menghindari kejadian ketosis pada Ibu selama persalinan dan
memberi tambahan energi dan stamina selama persalinan.
2.4 Nutrisi Pasca Melahirkan/ Post Partum
Masa nifas (postpartum / puerperium) berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata “puer”
yang artinya bayi dan “parious” yang berarti melahirkan. Masa nifas merupakan masa
dimulai setelah plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6 – 8 minggu atau dalam agama islam disebut 40 hari
(Mochtar R, 1998). Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003 : 003). Masa nifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari, 2000 : 122). Perawatan masa nifas
adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genetalian baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
bulan. Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan
adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada luka pada
jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan
sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 2 jam sesudah
melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdaraahan post partum.
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya.
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena
berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air
susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan
biasa.
Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori
bagus untuk proses metabolisms tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita
dewasa memerlukan 2.200 kkal. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita
dewasa + 700 kkal pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kkal bulan selanjutnya. Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur. Ibu nifas
memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan,
cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk
memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca melahirkan antara lain:
Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita dewasa memerlukan
1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kebutuhan kalori, karena akan
mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan tiga
gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 ¾ gelas yoghurt, 120-140 gram
ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
Kalsium dan vitamin D
Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium
dan vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi
kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60
gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280
gram tahu kalsium.
Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan
memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan kacang-kacangan.
Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi setara dengan 1/8
semangka, 1/4 mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah
dimasak, satu tomat.
Karbohidrat kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam porsi per hari. Satu
porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu
iris roti dari bijian utuh, ½ kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ½
cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.
Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya.
Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari,
empat sendok makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai
kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu
sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.
Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin seperti
kacang asin, keripik kentang atau acar.
Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari. Kebutuhan
akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan antara
lain:
1. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat
dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah 1,300 mcg.
2. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan
vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat ditemui di daging, hati, padi-
padian, kacang polong dan kentang.
3. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan gandum.
Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan. Kebutuhan Zinc
didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme
memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada
seafood, hati dan daging.
DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh
langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, Makan dan minum pada saat bersalin boleh dilakukan.Menurut sebuah penelitian,
makan dan minum saat persalinan normal diperbolehkan karena tidak berisiko.Makan dan
minum saat melahirkan juga penting untuk membantu Ibu lebih nyaman dalam menghadapi
persalinan.Melahirkan adalah aktivitas fisik melelahkan dan lama. Jika tidak mendapat
asupan makanan atau minuman, tubuh Ibuakan bereaksi seperti muntah, sakit kepala atau
pusing. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu bersalin sangatlah penting khusus pemenuhan
kebutuhan cairan/hidrasi, karena sebagai sumber tenaga bagi ibu untuk menjalani proses
persalinannya. Minum pada saat proses persalinan pun ternyata dapat menghilangkan
kelelahan dan juga dapat mencegah dehidrasi pada ibu bersalin. Dan dengan makan dan
minum pada saat persalinan ternyata juga dapat menghilangkan stress. Makan dan minum
pada saat persalinan tidak ada pengaruhnya dengan persalinan akan berlangsung lama, mual
dan muntah (asalkan porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan yang
dibutuhkan).
Kebutuhan gizi pada masa post partum sangat penting terutama bila menyusui, nurisi yg
dibutuhkan akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu
akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Untuk itu utrisi yang di konsumsi ibu pasca
melahirkan harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
3.2 Saran
Sebaiknya kita sebagai calon bidan nantinya harus memberitahu ibu untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya, tidak hanya pada masa kehamilan tetapi juga pada saat persalinan. Hal
ini sangat penting sebagai sumber energy ibu saat akan mengeluarkan bayinya
(mengejan),sehingga apabila kebutuhan gizi ibu terpenuhi, ibu tidak akan stress dan mudah
lelah sehingga proses persalinannya pun akan berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 97-115).
2. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 71-
76).
3. Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 101-118).
4. http://nutrisiuntukbangsa.org/gizi-yang-perlu-ibu-tau-
selamapersalinan2/#sthash.4OZNT01Z.dpuf
5. http://www.ayahbunda.com

TINJAUAN TEORI

A.           Konsep Teori Menurut Kasus Persalinan

1.    Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat hidup dari

dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai

ibu dan janin yang berlansung sekitar 18- 24 jam,dengan letak janin belakang kepala.

( Varneys,2003)

2.    Bentuk atau macam persalinan

a.    Persalinan Spontan : persalinan seluruh berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui

jalan lahir (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

b.    Persalinan Buatan : persalinan dengan bnatuan tenaga dari luar. Missal : section sessaria,

vacuum ekstrasi dan forshep (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

c.    Persalinan Anjuran : kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan

rangsangan, missal : pemberian oksitosin dan prostaglandin.

3.    Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

a.    Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan

entriotus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses

persalinan. Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap jalan yang relative kaku. Oleh karena itu,

ukuran dan bentuk panggul harus di tentukan sebelum persalinan dimulai.

b.    Passanger (janin dan plasenta)

Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor,

yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus

melewati jalan lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passanger yang menyertai

janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
c.    Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volenter secara

bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari eterus. Kontraksi involunter disebut juga

kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilitasi, usaha volunter

dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar

kekuatan kontraksi involunter.

4.    Tanda permulaan persalinan

a.    Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama pada primi para.

b.    Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun.

c.    Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah janin

d.   False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karenaadanya kontraksi lemah dari

uterus.

e.    Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir,darah dari vagina (bloedy

show). (Praworohardjo, 2000).

5.    Tanda dan gejala inpartu

a.    Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi makin pendek

sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat.

b.    Keluarlendir dan darah lebih banyak.

c.    Kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d.   Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatardan pembukaan lengkap.( Praworohardjo, 2000)

6.    Kala dalam persalinan


a.    Kala I

Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan serviks kurang 4 cm dan kontraksi terjadi

teratur minimal 2 kali dalam 10 menit, sampai pembukaan lengkap. Pada primigrafida kala I

berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multi kira-kira 7 jam. Proses pembukaak serviks

dibagi dalam 2 fase:

1)    Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai

ukuran diameter 3 cm.

2)    Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :

a)   Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm tmenjadi 4cm.

b)  Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4cm

menjadi 9cm.

c)   Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9cm

menjadi lengkap.

Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak

jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila

ketuban telah pecah sebelum pembukaan mencapai 5cm, disebut ketuban pecah dini.

b.    Kala II

Proses persalinan dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai lahirnya bayi. Pada

primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata- rata 0,5 jam.

c.    Kala III


Proses persalinan dari lahirnya bayi sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahir, uterus teraba

keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi

untuk melepas plasenta dari din dinginya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit

setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran

plasenta disertai dengan pengeluaran darah, (Catatan Obsetri, dr. Cipto Pramono, SpOG).

d.   Kala IV

Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum. Keduanya baru saja

mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc.

Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal. ( Prawirohardjo, 2007)

Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
rahim ibu. Persalinan dianggap normal bila prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Atau proses dimana kontraksi uterus mengarah pada dilatasi progresif dari serviks,
kelahiran bayi dan plasenta.
Persalinan normal merupakan proses dimana janin cukup bulan, pada
presentasi occiput melalui jalan lahir sesuai kurva partograf normal dan dilahirkan
secara spontan.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap.
 Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada
servikas.
Tanda dan gejala inpartu termasuk :

1. Penipisan dan pembukaan serviks


2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2x dalam 10 menit)
3. Keluarnya lender bercampur darah (show) melalui vagina
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase,
yaitu fase laten dan fase aktif.

Fase laten persalinan :


-            Dimulai sejak awal kontraksi yang ,menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap
-            Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
-            Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam

Fase Aktif persalinan :


-            Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap
adekuat / memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung 40 detik atau lebih)
-            Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga pembukaan 10 cm
-            Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

Asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan memerlukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik secara seksama. Pertama sapa ibu dan beritahu apa yang akan
anda lakukan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik,
perhatikan tanda-tanda penyulit atau kegawatdaruratan dan segera lakukan
tindakan yang sesuai bila diperlukan untuk memastikan persalinan yang aman. Catat
semua temuan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara seksama dan lengkap.
Kemudian jelaskan hasil pemeriksaan dan kesimpulan pada ibu dan keluarga
A.  Anamnese
1.     Nama, umur dan alamat
2.    Gravida dan para
3.    HPHT
4.    Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5.    Alergi obat-obatan
6.    Riwayat kehamilan sekarang
a.    Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan
antenatalnya (jika mungkin)
b.    Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya perdarahan,
hipertensi, dll)
c.    Kapan mulai kontraksi
d.    Apakah kontraksi teratur ? seberapa sering terjadi kontraksi
e.    Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi
f.    Apakah selaput ketuban sudah pecah, jika ya apa warna cairan ketuban, apakah
kental atau encer, kapan selaput ketuban pecah (periksa perineum ibu dan lihat air
ketuban di pakaiannya)
g.    Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu, apakah berupa bercak atau
darah segar pervaginam (periksa perineum ibu dan lihat darah di pakaiannya)
h.    Kapankah ibu terakhir makan / minum
i.     Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih
7.    Riwayat kehamilan sebelumnya
a.    Apakah ada masalah selama kahamilan atau persalinannya sebelumnya (bedah sesar,
ekstraksi vakum / forsep, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh
kehamilan, preeklamsi atau eklamsi, perdarahan pasca persalinan)
b.    Berapa berat badan bayi terbesar yang pernah ibu lahirkan
c.    Apakah ibu pernah punya masalah dengan bayi-bayi sebelumnya
8.    Riwayat medis lainnya (pernafasan. Hipertensi, jantung)
9.    Masalah medis saat ini (sakit kepla, pusing, nyeri epigastrium), jika ada periksa tensi
dan protein jika mungkin
10. Pertanyaan tentang hal-hal lain yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran
ibu lainnya
Setelah anamnese lengkap, lakukan pemeriksaan fisik

Anamnesis

Tujuan dan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan dan
kehamilan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.

Tanyakan pada ibu :


Nama, umur dan alarnat
Gravida dan para
Hari pertama haid terakhir
Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
Alergi obat-obatan
Riwayat kehamilan yang sekarang:

– Apakah ihu pernah inelakukan peineriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan
antenatalnya (jika inungkiri).

– Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya perdarahan, hipertensi, dll)?

– Kapan mulai kontraksi?

– Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering terjadi kontraksi?

– Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?

– Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau
encer? Kapan selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu dan lihat! air ketuban di
pakaiannya.)

– Apakah keluar cairan bercampur darah dan vagina ibu? Apakali berupa bercak atau darah segar
pervaginain? (Periksa perineum ibu dan lihat darah di pakaian nya.)

– Kapankah ibu terakhir kali makan atau minum?

– Apakah ibu men galami kesulitan untuk berkeinih?


Riwayat kehamilan sebelumnya :

– Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebeluinnya (bedah sesar persalinan
dengan ekstraksi vakuin atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh
kehamilan, preekiampsia/eklampsia, perdarahan pascapersalinan)?

– Berapa berat badan bayi paling besar pernah ibu lahirkan?

– Apakah ibu mempunyai masalah dengan bayi-bayi sebelumnya?


Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll).
Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium). Jika
ada, periksa tekanan darahnya dan jika mungkin periksa protein dalam urin ibu.
Pertanyaan tentang hal-hal lain yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.

Dokumentasikan semua temuan. Setelah anamnesis Iengkap, lakukan pemeriksaan fisik.

58 langkah asuhan persalinan normal

1.    Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua


a.    Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran

b.    Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina

c.    Perineum tampak menonjol

d.   Vulva dan sfingter ani membuka

2.    Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan

penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan

keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh

bayi.

a.    Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.

b.   Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3.    Pakai celemek plastik.

4.    Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air

bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.

5.    Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.

6.    Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan

DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik).

7.    Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang

dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.

a.    Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari

arah depan ke belakang

b.   Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c.    Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam larutan klorin 0,5

%)

8.    Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap,

Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9.    Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik

dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan

dilepaskan.

10.    Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120 – 160x/menit).

11.    Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta

asuhan lainnya pada partograf

12.    Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a.   Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu

dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)

b.   Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar

13.         Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi

kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan

pastikan ibu merasa nyaman).

14.         Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk meneran.
a.   Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif

b.   Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak

sesuai

c.   Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam

waktu yang lama)

d.  Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

e.   Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu

f.    Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)

g.   Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

h.   Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran

(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)

15.    Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

16.    Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka

vulva dengan diameter 5-6 cm).

17.    Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.

18.    Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

19.    Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

20.    Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum

dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

21.    Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
22.    Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi

dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

a.   Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi

b.   Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua

klem tersebut

23.    Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

24.    Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan

bahu belakang.

25.    Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala,

lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan

dan siku sebelah atas.

26.    Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai

dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-

masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainnya).

27.    Penilaian segera bayi baru lahir.

28.    Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

29.    Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal

(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.

30.    Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan (lindungi

perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.


31.    Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering, selimuti dan tutup

kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa atau diberi

yodium tapi dapat dioles dengan antiseptik, Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat

penatalaksanaan asfiksia

32.    Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai

pemberian ASI.

33.    Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk memastikan tidak

ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).

34.    Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.

35.    Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian

distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

36.    Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

37.    Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk mendeteksi. Tangan

lain menegangkan tali pusat.

38.    Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain

mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah

inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan

tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

Jika uterus tidak segera berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga untuk

melakukan stimulasi puting susu

39.    Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas. Minta ibu meneran

sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas

mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).


40.    Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan

putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada

tempat yang telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi

sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan

bagian selaput yang tertinggal.

41.    Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak

tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.

42.    Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan selaput ketuban

lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.

43.    Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan panjahitan bila laserasi

menyebabkan perdarahan.

44.    Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

45.    Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, bilas kedua

tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.

46.    Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.

47.    Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).

48.    Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

a.   2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

b.   Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

c.   Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan


d.  Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan

atonia uteri

49.    Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.

50.    Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

51.    Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1jam pertama

pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.

a.   Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan

b.   Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.

52.    Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10

menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.

53.    Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

54.    Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah.

Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.

55.    Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu

minuman dan makanan yang diinginkannya.

56.    Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.

57.    Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar dan

rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.

58.    Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

59.    Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV dan

lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis dan vitamin K 0, 1 cc.

Pengertian Kala I Persalinan


Persalinan adalah porses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan
plasenta dari rahim ibu. Partograf adalah alat bantu membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban utk menggunakannya secara rutin pd
setiap persalinan.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir. Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit.
Kala I Persalinan adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kla pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung
12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan
tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan .
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan
plasenta dari rahim ibu. Artikel ini akan memberikan gambaran mengenai kala satu persalinan
dan asuhan bagi ibu selama waktu tersebut dan juga mendefenisikan proses fisiologis persalinan
normal. Juga dijelaskan bagaimana cara memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan,
melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu dalam persalinan. Selain itu,
dikaji pula tentang deteksi dini dan penatalaksanaan awal berbagai masalah dan penyulit, kapan
dan bagaimana cara merujuk ibu.
Juga akan dijelaskan tentang penggunaan partograf. Partograf adalah alat bantu untuk
membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan
kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan. Partograf dapat digunakan
untuk deteksi dini masalah dan penyulit untuk sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut
atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Partograf tidak digunakan selama fase laten persalinan,
instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses
persalinan secara lengkap. Pada prinsipnya, setiap penolong persalinan diwajibkan untuk
memantau dan mendokumentasikan secara seksama kesehatan dan kenyamanan ibu dan janin
dari awal hingga akhir persalinan.
Tanda-tanda kala I persalinan adalah
1.    Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2.    Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada servik.
3.    Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.    Servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement)

B.     Tujuan Kala I persalinan


1.        Menjelaskan batasan persalinan
2.        Menjelaskan batasan kala satu persalinan
3.        Membedakan apakah ibu sudah inpartu atau belum
4.        Memahami langkah-langkah esensial untuk melakukan anamnesis rutin dan pemeriksaan fisik
pada ibu yang sudah inpartu.
5.        Mengidentifikasi kapan ibu berada dalam fase aktif persalinan.
6.        Memberikan asuhan sayang ibu selama kala satu persalinan.
7.        Penggunaan partograf secara rutin dan tepat untuk mendokumentasikan dan memantau
kemajuan persalinan serta kesehatan dan kenyamanan ibu dan bayi, penuntun untuk membuat
keputusan klinik dan deteksi dini masalah dan penyulit.
8.        Mengambil tindakan secara tepat sasaran dan waktu. Jika terjadi penyulit dan perlu dirujuk,
dapat dilakukan dengan sesegera mungkin.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.

C. Fase-Fase kala I Persalinan


Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin
lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
Terdapat 2 fase pada Kala 1 ini, yaitu :
1.         Fase laten :
1.         Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks Secara
bertahap.
2.         Pembukaan serviks kurang dan 4 cm.
3.         Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
2.         Fase aktif :
1.             Frekuensi dan lama kontraksi uterus urnumnya meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama
40 detik atau lebih).
2.             Serviks membuka dan 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga
pembukaan lengkap (10 cm).
3.             Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Fase aktif terbagi atas :
1.        Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2.        Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3.        Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada
primigravida dan multipara :
1.                  Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu sebelum terjadi pembukaan,
sedangkan pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan.
2.                  Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu daripada ostium eksternum
(inspekulo ostium tampak berbentuk seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada
multipara, ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak
berbentuk seperti garis lebar)
3.                  Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14 jam)
karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida memerlukan
waktu lebih lama.
Sifat His pada Kala 1 :
1.                  Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3
cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
2.                  Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
3.                  Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10
menit, lama 60-90 detik. Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
Peristiwa penting Kala 1 :
1.                  Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks,
dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
2.                  Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan mendatar.
3.                  Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini jika
terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).

D. Hal-Hal Yang Tidak Di Anjurkan Pada Kala I


Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung
kemih secara rutin.
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak
dapat berkemih sendiri. Alasan: Kateterisasi menimbulkan rasa sakit, meningkatkan risiko
infeksi dan perlukan saluran kemih ibu.
Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu merasa ingin buang air besar saat
persalinan aktif, lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan
disebabkan oleh tekanan kepala bayi pada rektum. Jika ibu belum siap melahirkan, perbolehkan
ibu untuk ke kamar mandi.
Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan
memperpendek waktu persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pas
capersalinan, malahan akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan.
1.    Pencegahan infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan kelahiran
yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya. Hal ini tergolong dalam unsur esensial asuhan
sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik juga
akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dan infeksi. Ikuti praktek-praktek
pencegahan infeksi yang sudah ditetapkan, ketika mempersiapkan persalinan dan kelahiran.
Anjurkan ibu untuk mandi pada awal persalinan dan pastikan bahwa ibu memakai pakaian yang
bersih. Mencuci tangan sesering mungkin. menggunakan peralatan stenil atau disinfeksi tingkat
tinggi dan sarung tangan pada saat diperlukan (lihat Bab 1). Anjurkan anggota keluarga untuk
mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/atau bayi baru
lahir. Alasan: Pencegalian infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu
dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan dalam melaksanakan prosedur pencegahan infeksi
yang baik, akan melindungi penolong persalinan terhadap risiko infeksi.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik rutin bagi ibu yang sedang bersalin.
Asuhan sayang ibu yang baik dan aman selama persalinan memerlukan: anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara seksama. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan anda
lakukan. Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jawab setiap pertanyaan
yang diajukan oleh ibu. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan tanda-tanda
penyulit atau gawat darurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan (Lihat Tabel
2-1 hal. 14) untuk memastikan persalinan yang aman. Catat semua temuan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara seksama dan Iengkap. Kemudian jelaskan hasil pemeriksaan dan
kesimpulannya pada ibu dan keluarganya.
2.    Anamnesis
Tujuan dan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan dan
kehamilan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR/POGI, 2007,Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI.


Manuaba, IBG. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan
bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC.
Prawirohadjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

 Untuk lebih   lengkap makalahnya bisa kunjungi kami di : RAYYA_NET alamat : Jalan
Lingkar Keuniree Lewat Kampus Teknik Unigha Sigli Kab. Pidie Provinsi Aceh.

Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan
berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan
medik/ dental. Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis.
Pada Auto Anamnesis, cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh
pasien . Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak
disampaikan oleh pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain.
Keadaan seperti ini dijumpai umpanya pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa,
penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak kecil. Cara ini disebut Allo
Anamnesis (Haryanto, dkk., 1991)
Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana
pasien sendirianlah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya,
pada anamnesis aktif penderita perlu dibantu pertanyaan-pertanyaan dalam
menyampaikan ceritanya (Haryanto, dkk., 1991)
Menurut Haryanto, dkk. pada saat Anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal
berikut:
1.      Nama penderita
2.      Alamat
3.      Pekerjaan
4.    Jenis kelamin
              Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untul
pria dan wanita. Namun demikian wanita pada umunya cenderung lebih
memperhatikan faktor estetik dibanding laki-laki, sedangkan laki-laki lebih
mementingkan rasa enak/nyaman.

     Tujuan Anamnesa
Dengan mempelajari manfaat anamnesa dapat mengembangkan pemahaman
mengenai masalah medis pasien membuat diagnosis banding. Walaupun telah banyak
kemajuan dalam pemeriksaan diagnostik modern, namun anamnesis masih sangat
diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. Akan teatapi, proses ini juga
memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya (dan begitu pula sebaiknya) serta
memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar sosial pasien (Kariyoso,
2003)
Menurut Kariyoso, tujuan anamnesa dapat dibagi sebagai beritkut:
1.  Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau
dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka infomasi yang
didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang hanya
dari anamnesis saja. Seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis (Kariyoso,
2003)
2.  Untuk membangun yang baik antara seorang dokter dan pasiennya. Umumnya seorang
pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan dokternya akan merasa canggung,
tidak nyaman dan takut, sehingga cenderung tertutup. Tugas seorang dokterlah untuk
mencairkan hubungan tersebut (Kariyoso, 2003)
3.  Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan untuk membangun
hubungan dokter dan paseinnya sehingga dapat mengembangkan keterbukaan dan
kerja sama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya (Kariyoso, 2003)
Teknik Anamnesa
Komunikasi dokter kepada pasien dalam satu kesempatan tentunya tidak dapat
menuntaskan semua upaya untuk memberikan informasi, melakukan edukasi atau
memotivasi pasien dalam rangka menyelesaikan masalah kesehatannya.Jika tanpa
penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian
informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi dan konseling) secara
prematur,akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran dokter (Margawati dkk,
2006).
Sesi penggalian informasi dimulai dengan mengenali alasan kedatangan pasien,
dimana belum tentu keluhan utama secara medis.Pasien menceritakan keluhan atau
apa yang dirasakan sesuai sudut pandangnya. Pasien berada pada posisi sebagai orang
yang paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri (Margawati dkk, 2006).
Sesi ini akan berhasil apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif.
Pendengar yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat
mengungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini
akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang merupakan data-
data penting untuk menegakkan diagnosis untuk itu diperlukan Pengetahuan dan
keterampilanmenggali informasi dari pasien yang memerlukan teknik anamnesis dalam
menyelesaikan masalah pasien tersebut (Margawati dkk, 2006).

Teknik Penggalian Riwayat Penyakit

Berikut beberapa tekhnik yang dapat dilakukan dokter saat pasien datang:

  Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.


  Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.

 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,


menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum,
spesialis,  dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh
kembang, dan lain lain)
  Menanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya (Margawati dkk, 2006)

Anda mungkin juga menyukai