Anda di halaman 1dari 9

3.

Untuk menuju pada terwujudnya birokrasi yang berwawasan atau berorientasi pada
pelayanan public, beberapa criteria harus dipenuhi seperti berikut. (Mohamad, 2003 dalam
bapenas ,2004):

1. Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan yang
mengfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi kegiatan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat
mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah
dibangun bersama.
3. Menerapkan system kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan public tertentu
sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas.
4. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi pada hasil
(outcome) sesuai dengan masukan yang digunakan.
5. Lebih mengutamakan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
6. Pada hal tertuntu pemerintah juga berperan untuk memperoleh pendapat dari
masyarakat dari pelayanan yang dilaksanakan.
7. Lebih mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan
8. Lebih mengutamakan desentralisasi dalam pelaksanaan pelayanan.
9. Menerapkan system pasar dalam memberikan pelayanan.

Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi dan Bersih Melayani (WBBM) di KPKNL Pamekasan
Selasa, 18 Februari 2020 pukul 11:09:46   |   16464 kali
Pembangunan Zona Intergritas mendasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2019 sebagai perubahan dari
Permenpan RB Nomor 52 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas
menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBK/WBBM). Sedangkan di Kementerian Keuangan diatur berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.01/2017 tentang Pedoman Pembangunan Zona
Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBK/WBBM).
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sejak tahun 2009 terus dijalankan secara konsisten
dan berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, saat ini pelaksanaan Reformasi Birokrasi telah
memasuki periode kedua dan akan menuju periode ketiga atau periode terakhir masa berlaku
Road Map. Pada periode pertama hingga periode kedua telah tercapai banyak kondisi yang
mendukung sasaran Reformasi Birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih, akuntabel, dan
berkinerja tinggi; birokrasi yang efektif dan efisien; dan birokrasi yang mempunyai
pelayanan publik yang berkualitas. Birokrasi sebagai pelaksana tugas pemerintah terus
melakukan perubahan dalam mencapai sasaran Reformasi Birokrasi dengan meningkatkan
kualitas pelayanan publik serta memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat. Agar masyarakat merasakan hasil percepatan Reformasi Birokrasi yang telah
dilakukan pemerintah, terutama pada unit kerja, Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN RB) telah menerbitkan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan
Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.
Pembangunan Zona Integritas dianggap sebagai role model Reformasi Birokrasi
dalam penegakan integritas dan pelayanan berkualitas. Dengan demikian pembangunan Zona
Integritas menjadi aspek penting dalam hal pencegahan korupsi di pemerintahan.
Sebenarnya itu bukan hal baru. Konsep ini sudah “ditawarkan” pemerintah sejak
terbitnya Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi yang mengatur tentang pelaksanaan program Reformasi Birokrasi. Peraturan
tersebut menargetkan tercapainya tiga sasaran hasil utama, yaitu peningkatan kapasitas dan
akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan
pelayanan publik. Zona Integritas adalah sebuah konsep yang berasal dari konsep island of
integrity. Island of integrity atau pulau integritas biasa digunakan oleh pemeirntah maupun
NGO untuk menunjukkan semangatnya dalam pemberantasan dan pencegahan tindak pidana
korupsi. Terdapat dua kata kunci dalam Zona Integritas, yaitu integrity ataupun integritas dan
island/zone atau pulau/kepulauan.

Konsep dan Implementasi


Integrity atau integritas diartikan sebagai sikap ataupun budaya yang menunjukkan
konsistensi antara perkataan dan perbuatan serta sikap untuk menolak segala tindakan tercela
yang dapat merugikan diri dan instansinya. Adapun zona atau island digambarkan dengan
unit-unit instansi pemerintah yang telah menanamkan nilai integritas di dalamnya.
Salah satu hal yang juga menjadi penekanan pada Zona Integritas adalah bahwa
sangat memungkinkan lahirnya zona-zona/island-island baru yang juga ikut menerapkan
sistem integritas di dalamnya. Munculnya island baru ini dimungkinkan melalui proses
replikasi oleh unit instansi pemerintah lainnya kepada unit instansi pemerintah yang telah
menanamkan sistem integritas terlebih dahulu. Dalam rangka mengakselerasi pencapaian
konsep integritas tersebut, maka instansi pemerintah (pusat dan daerah) perlu untuk
membangun pilot project pelaksanaan reformasi birokrasi yang dapat menjadi percontohan
penerapan pada unit-unit kerja dalam melakukan penataan sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara
cepat, tepat, dan profesional serta menghapus penyalahgunaan wewenang, praktik KKN, dan
lemahnya pengawasan. Untuk itu, perlu secara konkret dilaksanakan program reformasi
birokrasi pada unit kerja melalui upaya pembangunan Zona Integritas.
Zona Integritas (ZI) merupakan sebutan atau predikat yang diberikan kepada
kementerian, lembaga dan pemerintah daerah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai niat
(komitmen) untuk mewujudkan WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi,
reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Kementerian, lembaga dan
pemerintah daerah yang telah mencanangkan sebagai ZI mengusulkan salah satu unit
kerjanya untuk menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi.
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit
kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tata laksana, penataan
sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja.
Sedangkan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) adalah predikat yang diberikan
kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan
tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.
Diharapkan melalui pembangunan Zona Integritas ini unit kerja yang telah mendapat
predikat WBK/WBBM dapat menjadi pilot project dan benchmark untuk unit kerja lainnya
sehingga seluruh unit kerja tersebut diberikan kebebasan untuk bekerja dengan benar sesuai
dengan ketentuan perundangan-undangan. Selain itu unit kerja berpredikat WBK/WBBM
merupakan outcome dari upaya pencegahan korupsi yang dilaksanakan secara konkrit di
dalam lingkup Zona Integritas.
Permenpan RB Nomor 52 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Permenpan
RB Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas di Lingkungan
Instansi Pemerintah telah menjelaskan bahwa proses pembangunan Zona Integritas memiliki
beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu pencanangan, pembangunan, pengusulan,
penilaian, dan penetapan.
Tahapan yang paling penting dalam Zona Integritas adalah pembangunan itu sendiri.
Pembangunan berarti membangun integritas pada unit instansi pemerintah melalui berbagai
perubahan dan perbaikan yang terencana, massif, komprehensif, dan sistematis. Membangun
integritas berarti membangun sistem, membangun manusia, dan membangun budaya.
Membangun sistem berarti membangun berbagai instrumen, SOP, dan peraturan
untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi/perbuatan tercela lainnya. Sebagai contoh,
membangun sistem pengendalian gratifikasi, membangun Whistleblowing System (WISE),
membangun sistem pengendalian intern, dan lainnya.
Membangun manusia berarti membangun mindset aparatur pemerintah untuk enggan,
malu, dan merasa bersalah melakukan tindak pidana korupsi/tindakan tercela lainnya. Proses
membangun mindset tidak mudah, karena akan ditemukan keengganan bahkan penolakan.
Selain itu pula diperlukan waktu yang tidak singkat dengan pembiasaan yang terus menerus.
Masih banyak yang harus dikerjakan, tak perlu ragu memantapkan diri menuju zona
nyaman baru ini. Pada akhirnya, efektivitas Zona Integritas sangat ditentukan oleh komitmen
pimpinan dan seluruh jajaran pegawai di dalamnya. Berbagai success story pembangunan
Zona Integritas di Indonesia dan di negara lainnya menunjukkan bahwa komitmen menjadi
prasyarat (prerequisite) sebuah instansi yang berintegritas. Jika komitmen kuat, maka
mewujudkan institusi yang bersih dan melayani melalui Zona Integritas akan menjadi sebuah
keniscayaan. Namun jika komitmen lemah, cita-cita menjadi zona integritas hanya akan
menjadi sebatas angan dan pencitraan.
Tujuan utama dalam pembangunan ZI menuju WBK/WBBM adalah untuk
pencegahan korupsi, kolusi dan nepotisme dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Dalam implementasinya adalah dengan senantiasa meningkatkan akuntabilitas kinerja,
menyusun kontrak kinerja dan mengadakan penyuluhan tentang anti gratifikasi dan
penanggulangan korupsi.
Sebagai langkah awal dicanangkannya suatu unit kerja dalam pembangunan ZI
menuju WBK/WBBM adalah dengan pembuatan dan penandatanganan Pakta Integritas yang
disaksikan oleh pihak pemangku kepentingan dan atau masyarakat, penanda tanganan ini
merupakan tonggak awal dan merupakan indikator utama dalam penilaian.
Untuk menunjang kegiatan dimaksud peran masyarakat atau pemangku kepentingan
diperlukan. Masyarkat diminta berpartisipasi aktif juga untuk melaksanakna pemantauan,
penilaian dan memberikan masukan untuk perbaikan dalam hal mencegah terjadinya
kecurangan dan korupsi. Membuat kontrak kinerja yang jelas dan mengevaluasi pekerjaan
yang telah dilaksanakan apakah telah sesuai dengan apa yang tertera dalam kontrak kinerja
dimaksud. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat harus ditingkatkan untuk memberi
kepuasan kepada pemangku kepentingan.
Untuk dapat mewujudkan hasil sesuai dengan nilai yang telah ditentukan, maka
berbagai sarana dan prasana serta berbagai action dilaksanakan. Kementerian Keuangan yang
merupakan kementerian negara di lingkungan Pemerintah Indonesia yang bertugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Kementerian Keuangan memiliki beberapa Direktorat Jenderal, antara lain, Direktorat
Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea Cukai, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, dan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara, serta memiliki beberapa Badan, seperti Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, dan lainnya. Dalam pelaksanaan tugasnya Kementerian
Keuangan terlibat langsung dalam hal perencanaan penerimaan, pengelolaan, dan
pelaksanaan APBN serta semua unsur yang berhubungan dengan penerimaan dan belanja
atau pengeluaran negara serta penginventarisir serta mengelola kekayaan negara.
Kementerian Keuangan merupakan unit kerja yang memberikan kontribusi terbesar
dalam hal penerimaan keuangan negara, baik di bidang cukai, pajak dan jasa keuangan
lainnya serta pengelolaan kekayaan Negara. Kekayaan Negara yang terbentang dari Ujung
Propinsi Aceh sampai dengan Ujung Provinsi Papua bahkan yang berada di luar Negeri
merupakan kewenangan Kementerian Keuangan yang dalam hal ini DJKN untuk
melaksanakan inventarisiasi, menilai dan mengelolanya.
Tugas dalam hal penerimaan dan pengelolaan kekayaan negara yang dilaksanakan
langsung oleh unit-unit operasional di Kementerian Keuangan adalah merupakan pekerjaan
yang memberi ruang besar dan kesempatan bagi terjadinya penyelewengan. Untuk mencegah
terjadinya penyelewengan dalam tugas serta mengawasi kinerja pegawainya, Kementerian
Keuangan telah melakukan beberapa hal, antara lain:
1. Membentuk dan meningkatkan fungsi Unit Kepatuhan Internal
Unit Kepatuhan Internal yang terdapat pada masing-masing unit kerja diharapkan
melaksanakan tugas dan fungsinya dalam hal melaksanakan pemantauan dan
pengendalian intern. Tentang Kepatuhan Internal ini telah telah diatur dengan Peratuan
Menteri keuangan Nomor 152 Tahun 2011.
2. Pengawasan melalui aplikasi WISE
Aplikasi WISE merupakan sistem yang diciptakan untuk mendorong masyarakat ataupun
pegawai berperan aktif dalam mencegah terjadinya penyelewengan dengan cara
melaporkan jika diindikasi ada penyelewengan atau kecurangan yang dketahui.
3. Melibatkan keluarga pegawai
Seringkali kegiatan kecurangan atau korupsi didorong oleh adanya dorongan dari pihak
lain. Kebutuhan yang tepatnya keinginan yang berlebih sebagai gaya hidup terkadang
mendorong seseorang untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak sepantasnya. Ada
unit di bawah Kementerian Keuangan yang mengundang para isteri pegawai dan memberi
sosialisasi tentang program kementerian yang tengah giat-giatnya berperang melawan
korupsi dan anti gratifikasi. Diharapkan dengan pemberian pengetahuan tentang larangan
korupsi dan gratifikasi serta sanksi bagi yang masih melaksanakannya para isteri juga
dapat mengingatkan para suaminya serta dapat menysukuri penghasilan yang telah
diberikan oleh pemerintah.
4. Penerapan nilai-nilai Kementerian Keuangan.
Menurut penulis dari sekian banyak cara atau peraturan yang dikeluarkan untuk
mencegah terjadinya penyelewengan, korupsi ataupun penyalahgunaan wewenang yang
paling tepat sasaran adalah penerapan nilai-nilai Kementerian Keuangan.
Kementerian Keuangan yang telah mengeluarkan nilai-nilai dalam rangka
mewujudkan Kementerian Keuangan sebagai institusi pemerintahan terbaik, berkualitas,
bermartabat, terpercaya, dihormati, dan disegani serta bermoral adalah merupakan langkah
yang sangat tepat .
Mari kita cermati norma-norma yang terkandung dalam nilai-nilai Kementerian
Keuangan tersebut:

Integritas, integritas merupakan tindakan berpikir, berkata dan berprilaku dan bertindak dengan baik
dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Jika seseorang menerapkan
dalam hatinya dalam prilakunya bahwa berpikir berkata dan berprilaku dengan benar sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan, sudah dapat dipastikan dia tidak akan melakukan kesalahan yang
disengaja. Prinsip moral adalah sebuah tindakan yang senantiasa berpedoman untuk perbuatan baik.
Penilaian terhadap perilaku yang sengaja dilakukan atas perbuatan penilaian etis atau moral. Sasaran
dari prinsip moral adalah adanya keselarasan perbuatan seseorang dengan aturan-aturan yang ada.
Kejujuran merupakan bagian dari sifat positif manusia. Kejujuran diikat dengan hati nurani manusia,
yang merupakan anugerah dari Allah SWT. Kejujuran dalam hal ini adalah dalam melaksankan setiap
pekerjaan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang sudah ada, tidak melakukan hal diluar
ketentuan, kejujuran pada diri sendiri dan keyakinan bahwa apapun yang dikerjakan pasti mata Tuhan
mengawasi, tidak ada yang luput dari penglihatan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kejujuran merupakan
pangkal dari kepercayaan. Yang menilai kejujuran seseorang adalah Allah, Sang Pencipta dan orang-
orang di sekitar Anda. Sedangkan kepercayaan adalah imbas positif dari sikap jujur. Orang yang
mendelegasikan kepercayaan merupakan hasil dari penilaiannya terhadap sikap kita. Jadi sekali lagi
kepercayaan adalah amanah yang harus dijaga erat. Menjaga martabat dan tidak melakukan
perbuatan tercela adalah merupakan implementasi dari seseorang yang senantiasa menjaga dirinya
dan berpegang teguh pada prinsip integritas tindakan berpikir, berkata dan berprilaku dan bertindak
dengan baik dan benar serta memegang teguh prinsip-prinsip moral, bersikap jujur. Bukan hanya
sekedar untuk mencegah terjadinya korupsi saja, namun makna yang terkandung dalam norma
integritas tersebut sangat mencerminkan kemurnian akhlak yang mulya dari seseorang. Jika
seseorang yang melekatkan nilai-nilai tersebut dalam hatinya yang diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari pastinya yang bersangkutan akan selalu memproteksi dirinya dan senantiasa
berdoa kepada Tuhan agar dia terhindar atau tidak melakukan perbuatan dosa, karena hal ini juga
berkaitan langsung dengan ketuhanan.

Profesional, profesional adalah bekerja dengan tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik
dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi. Melaksanakan pekerjaan secara
professional sesuai dengan indikator dan penetapan target kerja serta tujuan yang jelas tentu hal ini
akan berdampak kepada pekerjaan yang tuntas dan memuaskan pihak pemangku kepentingan.

Sinergi, sinergi dilaksanakan dengan membangun dan memastikan hubungan kerjasama


internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan,
untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dengan menciptakan hubungan
baik dan harmonis dengan berbagai pihak terkait, dengan memiliki prasangka baik dan saling percaya
serta saling menghormati, tentunya akan mencipatakan hubungan kerja yang berkesinambungan
dengan memudahkan dalam hal mencari solusi terhadap permasalahan yang timbul.

Pelayanan, pelayanan yang diharapkan adalah memberikan layanan yang memenuhi kepuasan
pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat dan
aman. Dalam hal memberikan pelayanan yang mengacu kepada kepuasan pemangku kepentingan
dengan memberikan pelayanan yang terbaik aktif dan cepat tanggap, tentunya hal ini akan
menimbulkan rasa bekerja dengan ikhlas, untuk berbuat yang terbaik.

Kesempurnaan, untuk mewujudkan suatu kesempurnaan diperlukan upaya senantiasa melakukan


upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.

Jika ditelaah lebih dalam norma-norma yang terkandung dalam nilai-nilai


Kementerian Keuangan adalah merupakan tembok yang kokoh yang sangat kuat yang
membentengi setiap individu setiap pegawai Kementerian Keuangan, jika saja semua
pegawai melekatkan nilai-nilai tersebut dalam dirinya dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, sudah tentu penyelewengan tidak akan pernah terjadi, maka
seyogyanya pembangunan mental pegawai untuk semakin mematrikan keimanan dan nilai-
nilai luhur tersebut dapat lebih giat dilaksanakan.
Hanya niat dan hati nurani yang bersih yang berpegang teguh pada kebaikan dan
senantiasa memagari dirinya dengan akhlak moral serta kejujuran yang dapat mencegah
perbuatan tidak terpuji.
Di Kementerian Keuangan juga terdapat program budaya sebagaiamana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 127/KMK.01/2013 tentang Program Budaya di
lingkungan Kementerian Keuangan. Ada lima budaya yang penting yaitu:

1. Satu Informasi Setiap Hari. Dengan bertambahnya satu informasi setiap hari, maka akan
menambahkan ilmu pengetahuan kita; Satu Informasi Setiap Hari dimaksudkan untuk
mendorong seluruh Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian
Keuangan (Pegawai Kementerian Keuangan) mencari informasi yang positif dan
membaginya (sharing) dengan Pegawai Kementerian Keuangan lainnya untuk pengetahuan
Bersama;

2. Dua Menit Sebelum Jadwal. Dengan membiasakan hadir dua menit sebelum jadwal/acara
dimulai, akan melatih kedisiplinan kita;

3. Salam Setiap Hari. Dimaksudkan dalam rangka memberikan pelayanan yang baik bagi
stakeholder dan bersikap sopan dengan memberikan salam sesuai waktunya, yaitu Selamat
Pagi, Selamat Siang, dan Selamat Sore;

4. Tindakan, yaitu rencanakan, kerjakan, monitor dan tindaklanjuti. Agar seluruh pegawai
dalam melaksanakan tugas sehari-hari menerapkan etos kerja dan prinsip-prinsip
manajemen/organisasi yang baik, dengan senantiasa membuat perencanaan terlebih
dahulu, mengerjakan hingga tuntas, memantau dan mengevaluasi proses dan hasil
terhadap sasaran dan spesifikasi dan melaporkan hasilnya, dan menindaklanjuti hasil untuk
membuat perbaikan;

5. Laksanakan lima R, yaitu ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin. Dimaksudkan untuk
mendorong tumbuhnya kesadaran, keyakinan dan kepedulian pegawai akan pentingnya
penataan ruang kantor dan dokumen kerja yang rapi, agar tercipta lingkungan kerja yang
nyaman untuk menciptakan etos kerja dan semangat berkarya.
KPKNL Pamekasan telah melaksanakan Pencanangan Pembangunan Zona Integritas
menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani tahun 2020
yang dihadiri oleh Kepala Kanwil DJKN Jawa Timur berserta jajarannya dan beberapa
perwakilan pengguna jasa/stakeholder di wilayah Kabupaten Pamekasan, Sumenep,
Sampang, dan Bangkalan.

Upaya yang sedang dilaksanakan sekarang adalah melaksanakan tahapan


pembangunan yang tentu saja membutuhkan usaha maksimal dengan komitmen bersama
seluruh pegawai dengan harapan dapat mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan publik
dan pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
JAKARTA - Pembangunan zona integritas (ZI) menuju wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah
birokrasi bersih melayani (WBBM) merupakan miniatur penerapan reformasi birokrasi di Indonesia. Ada lima
strategi yang merupakan kunci untuk menyukseskan pembangunan zona integritas, salah satunya adalah
komitmen.

Menurut Asisten Deputi Pengelolaan Pengaduan Aparatur dan Masyarakat Kementerian Pendayagunan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Agus Uji Hantara, pimpinan dan karyawan harus terlibat
aktif dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan menularkan semangat dan visi yang sama. “Dalam konteks
pembangun zona integritas, pemimpin harus menunjukkan bahwa seluruh tingkah laku, komitmen, dan
kebijakan yang dikeluarkannya selaras dengan semangat untuk menghasilkan instansi yang bebas dari korupsi
serta birokrasi yang bersih dan melayani,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam Diskusi dan Sosialisasi
Online (Disko) edisi ketiga yang disiarkan secara live melalui akun instagram rbkunwas, Senin (27/04).

Pembangunan zona integritas sejatinya bertujuan untuk membangun program reformasi birokrasi sehingga
mampu mengembangkan budaya kerja birokrasi yang anti korupsi, berkinerja tinggi dan mampu memberikan
pelayanan publik yang berkualitas. Agus menambahkan, selain komitmen, ada empat hal lain yang dapat
menyukseskan terwujudnya zona integritas di sebuah instansi.

Keempat hal tersebut adalah kemudahan pelayanan; program yang menyentuh masyarakat; monitoring dan
evaluasi; serta manajemen media. Kemudahan pelayanan, menurut Agus, dapat diraih apabila semua pihak
bersemangat dalam memberikan pelayanan terbaik serta meningkatkan hospitality.

Selain itu, program yang dapat memberikan dampak langsung kepada masyarakat akan meningkatkan
kepercayaan publik. Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat inovasi agar unit kerja lebih dekat dengan
masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan kehadiran unit kerja tersebut.

Setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah harus terus dimonitor dan dilakukan evaluasi untuk memperbaiki
kekurangan dan mengikuti perkembangan sesuai kebutuhan masyarakat. Monitoring dan evaluasi harus
dilakukan berkelanjutan untuk memastikan bahwa program yang sedang dijalankan tetap di jalurnya dan
melakukan tindak lanjut perbaikan. Keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program/kegiatan harus
dikomunikasikan kepada masyarakat dengan menentukan strategi komunikasi yang tepat. Dengan manajemen
media diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat, mengubah pola pikir masyarakat, dan berakhir
pada terwujudnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Pada kesempatan tersebut, Agus juga menekankan bahwa pembangunan zona integritas kedepan akan lebih
difokuskan pada upaya membantu mempercepat prioritas pembangunan, terutama tentang pembangunan sumber
daya manusia (SDM) dan kemudahan perizinan. Oleh karena itu, pembangunan zona integritas akan diperluas
pada unit kerja pelayanan dasar pendidikan (sekolah) serta pelayanan kesehatan (puskesmas/RSUD) karena
kedua unit tersebut membantu mendorong kualitas SDM.

Selain itu, pembangunan zona integritas juga akan difokuskan pada unit pelayanan perizinan terpadu satu pintu
(PTSP) di setiap daerah sehingga dapat mempercepat kemudahan perizinan serta peningkatan Ease of Doing
Business (EODB). “Muwujudkan zona integritas bisa dimulai dengan membangun percontohan (role model) di
tingkat unit kerja pada instansi pemerintah sebagai unit menuju WBK/WBBM sehingga dapat ditiru oleh unit
kerja lainnya,” tandasnya. (dit/HUMAS MENPANRB)

Anda mungkin juga menyukai