Patologi
- Patologi merupakan ilmu (logos) tentang penyakit (phatos)
- Patogenesis merupakan mekanisme tahapan timbulnya suatu penyakit. Mekanisme ini akan
menjelaskan bagaimana faktor etiologi memicu perubahan sel dan molekul dan mengakibatkan
kelainan fungsi dan struktur khusus yang merupakan tanda khas suatu penyakit
ADAPTASI
Perubahan reversible terhadap jumlah, ukuran, fenotip, aktivitas metabolik, dan fungsi sel dalam
respon terhadap kondisi perubahan lingkungan.
1. FISIOLOGIS
Respon sel terhadap stimulasi normal hormon maupun mediator kimia endogen
2. PATOLOGIS
Respon terhadap stres yang memungkinkan sel mungubah struktur dan fungsinya untuk
menghindari jejas , tetapi masih memiliki fungsi normal
Causes of cell injury
1. HYPERTROPHY
Penambahan ukuran sel sebagai akibat peningkatan ukuran suatu organ. Terjadi apabila sel
memiliki kemampuan terbatas untuk membelah.
Terdiri dari :
- Fisiologis
Fisiologis Hipertrofi
Sebagai konsekuensi terhadap peningkatan fungsi terhadap stimulasi hormon maupun growth
factor. Misal : smooth muscle hypertrophy
- Patologis
Patologis Hipertrofi
Cardiac enlargement yang terjadi pada pasien hipertensi maupun kelainan katub jantung
2. Hyperplasia
Peningkatan jumlah sel dalam suatu organ sebagai hasil peningkatan proliferasi baik sel yang
terdiferensiasi maupun sel progenitor yang kurang terdiferensiasi.
Terdiri dari : fisiologis dan patologis hiperplasia
dalam kedua keadaan, proliferasi sel distimulasi oleh adanya growth factor yang
dihasilkan oleh beragam tipe sel.
Tipe hiperplasia fisiologis :
HORMONAL HYPERPLASIA
Proliferasi kelenjar epitel selama masa menstruasi dan kehamilan
COMPENSATORY HYPERPLASIA
Pertumbuhan jaringan yang tersisa setelah pemindahan/ pembuangan bagian suatu organ
Mayoritas bentuk Hiperplasia Patologis diakibatkan kelebihan hormon dan rangsangan
growth factor
Proses hiperplasia dapat terkontrol apabila sinyal rangsangan dapat dihilangkan
3. ATROPHY
Penyusutan ukuran sel karena kehilangan substansi sel.
Atrofi sel ukuran jaringan/organ berkurang penurunan fungsi ≠ mati
Atrofi dapat disebabkan fisiologis/patologis
Etiologi :
a. Decrease workload
b. Loss of inervation
c. Diminished blood supply
d. Inadequate nutrition
e. Loss of endocrine stimulation
f. Aging
g. Pressure
Cellular atrophy disebabkan kombinasi penurunan sintesa protein dan peningkatan degradasi
protein
Sintesa protein menurun akibat aktivitas metabolisme berkurang
Degradasi protein seluler terjadi karena ubiquitin – proteasome pathway
Dalam beberapa kasus atrofi disebabkan peningkatan jumlah vakuola autofagi. Autofagi adalah
proses dimana sel memakan organelnya untuk survive.
4. Metaplasia
Perubahan dalam suatu tipe sel dewasa (epitel/ mesenchymal) yang diganti dengan tipe sel
dewasa lain
Perubahan fenotipe sel terdiferensiasi sebagai respon terhadap iritasi kronik, menyebabkan sel
yang lebih tahan terhadap stress yang menyebabkan penurunan fungsi dan peningkatan
tranformasi maligna
Cell death
Tumor Suppressor Genes
Tumor-suppressor genes, function like brakes, keep cell numbers down, either by:
1. Inhibiting progress through the cell cycle and thereby preventing cell birth, or
2.Promoting apoptosis
When cellular tumor suppressor genes are rendered non-functional through mutation, the cell
becomes malignant. Example: pRb, p53, and p16INK4a.
Otot Rangka & Neuromuskular
Otot
Otot membentuk 43% berat badan.
> 1/3-nya merupakan protein tubuh dan 1/2-nya tempat terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh
istirahat.
Proses vital di dalam tubuh (seperti; Kontraksi jantung, kontriksi pembuluh darah, bernapas,
peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.
Untuk menggerakkan anggota gerak dan melekat pada tulang.
Fungsi Sistem Otot Rangka
Menghasilkan gerakan rangka.
Mempertahankan sikap dan posisi tubuh.
Menyokong jaringan lunak.
Menunjukkan pintu masuk dan keluar saluran dalam sistem tubuh.
Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot : energi
-> panas
Tipe Jaringan Otot
Otot Polos ; memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter),
serat otot polos (tidak berserat), terdapat di organ dalam tubuh (viseral), sumber energi terutama
dari metabolisme aerobik, awal kontraksi lambat, kadang mengalami tetani, tahan terhadap
kelelahan.
Otot Rangka; memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik, melekat pada tulang, sumber
energi dari metabolisme aerobik dan anaerobik, awal kontraksi cepat, mengalami tetani, dan
cepat lelah.
Otot Jantung; memiliki 1 inti yang berada di tengah, dipersarafi oleh saraf otonom (involunter),
serat otot berserat, hanya ada di jantung, sumber energi dari metabolisme aerobik, awal kontraksi
lambat, tidak mengalami tetani, dan tahan terhadap kelelahan.
Komposisi Otot Rangka
Otot merah dan putih
Otot merah: banyak mengandung pigmen pernapasan yaitu mioglobin, yang berfungsi membawa
oksigen dari kapiler darah (ekstrasel) ke mitokondria (intrasel) kapasitas metabolisme
oksidatif yang lebih tinggi dengan aktivitas siklus Krebs dan enzim transport elektron yang kuat.
Otot putih; karena kurang mioglobin sehingga kapasitas glikolisis anaerobik yang tinggi dengan
aktivitas enzim glikolisis dan fosforilase yang kuat.
Ekstraktif; yaitu zat non-protein yang larut dalam air meliputi kreatinin fosfat, ADP, asam
amino, asam laktat, dll. Zat yang memiliki struktur grup fosfat merupakan zat yang "kaya
energi“.
Protein; komponen enzim otot yang mengkatalisis berbagai tahapan pada proses glikolisis
merupakan protein sarkoplasmik. Protein lain yang membentuk struktur otot ialah miosin, aktin,
troponin, dan tropomiosin.
Struktur Otot
Otot bergaris terdiri dari myofibril yang dikelilingi membran peka rangsangan listrik yang disebut
Sarkolema.
Myofibril tersusun sejajar dikelilingi cairan intrasel yang disebut Sarkoplasma.
Sarkoplasma mengandung glikogen, ATP, Foskreatin, dan enzim glikolisis.
Terdapat Sarkomere sepanjang poros fibril dengan jarak 1500-2300 nm.
Masing-masing myofibril terdiri dari pita A, pita I, pita H dan garis Z serta dibentuk oleh 2 jenis
filamen longitudinal yaitu filamen tebal (myosin) dan tipis yang mengandung protein aktin,
tropomiosin dan troponin. Pada garis Z terdapat Alfa aktinin sedangkan pada pita M terdapat
protein M dan pada filamen tipis terdapat beta aktinin.
Struktur Otot Rangka
Tendon
Hampir semua otot rangka menempel pada tulang. Tendon: jaringan ikat fibrosa (tidak elastis)
yang tebal dan berwarna putih yang menghubungkan otot rangka dan tulang.
Fascia
1. Otot rangka merupakan kumpulan fasciculus (berkas sel otot berbentuk silindris yang diikat oleh
jaringan ikat).
2. Seluruh serat otot dihimpun menjadi satu oleh jaringan ikat yang disebut epimysium (fascia).
3. Setiap fasciculus dipisahkan oleh jaringan ikat perimysium.
4. Di dalam fascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot.
5. Di antara endomysium dan berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi dalam perbaikan
jaringan otot yang rusak.
Sel otot -> serat otot (endomysium) -> fascicle -> fasciculus (perimysium) -> fascia (epimysium) ->
otot rangka (organ)
Sarcolemma (membran sel/serat otot) dan Sarcoplasma
1. Unit struktural jaringan otot ialah serat otot (diameter 0,01-0,1 mm; panjang 1-40 mm).
2. Besar dan jumlah jaringan, terutama jaringan elastik, akan meningkat sejalan dengan penambahan
usia.
3. Setiap 1 serat otot dilapisi oleh jaringan elastik tipis yang disebut Sarcolemma.
4. Protoplasma serat otot yang berisi materi semicair disebut Sarkoplasma.
5. Di dalam matriks serat otot terbenam unit fungsional otot berdiameter 0,001 mm yang disebut
myofibril.
Myofibril (diameter 1-2 µm)
1. Di bawah mikroskop, myofibril akan tampak seperti pita gelap dan terang yang bersilangan.
2. Pita gelap (thick filament) dibentuk oleh miosin.
3. Pita terang (thin filament) dibentuk oleh aktin, troponin, dan tropomiosin).
Sarkomer
1 Sarkomer terdiri dari:
- Filamen tebal,
- Filamen tipis,
- Protein yang menstabilkan posisi filamen tebal dan tipis,
- Protein yang mengatur interaksi antara filamen tebal dan tipis.
Pita gelap (pita A/anisotropic); pita terang (pita I/isotropic)
Filamen tebal terdapat di tengah sarkomer pita A, terdiri dari:
Garis M, zona H, dan zona overlap
Filamen tebal terdapat pada pita I;
Garis Z merupakan batas antara 2 sarkomer yang berdekatan dan mengandung protein connectins
yang menghubungkan filamen tipis pada sarkomer yang berdekatan.
Retikulum Sarkoplasma
1. Jejaring kantung dan tubulus yang terorganisir pada jaringan otot.
2. Sama seperti Retikulum endoplasma di sel lain.
3. Terdiri dari tubulus-tubulus yang sejajar dengan myofibril, yang pada garis Z dan zona H
bergabung membentuk kantung (lateral sac) yang dekat dengan sistem tubulus transversal
(Tubulus T).
4. Tempat penyimpanan ion Ca2+.
5. Tubulus T -> saluran untuk berpindahnya cairan yang mengandung ion
6. Tubulus T dan Retikulum Sarkoplasma berperan dalam metabolisme, eksitasi, dan kontraksi otot.
Motor end plates
Merupakan tempat inervasi ujung-ujung saraf pada otot.
Aktivitas Otot
Otot mempunyai kemampuan kontraksi dan relaksasi.
Dalam aktivitasnya otot satu dengan yang lain bersifat antagonis, hal ini mengakibatkan bagian
tubuh kita (terutama kaki dan tangan) mampu kembali pada posisi semula. Contoh: otot triceps
dalam keadaan antagonis terhadap otot biceps pada gerakan fleksi pada siku.
Sumber Energi Otot
Sumber energi utamanya adalah perpecahan senyawa phosphat yang kaya energi.
ATP (adenosin tri phosphatase) -> ADP (adenosin di phosphatase) + Energi
Anaerobic:
Perubahan ATP menjadi ADP + Energi tanpa bantuan O2.
Sifat gerakan: cepat, mendadak, cepat lelah.
Contoh: Sprint
Aerobic:
Perubahan ATP menjadi ADP + Energi dengan bantuan O2 yang cukup.
Sifat gerakan: lambat, lama, tidak cepat lelah.
Contoh: duduk menunggu, jalan sehat, dll.
Rangkaian Kejadian Dalam Kontraksi dan Relaksasi Otot Bergaris
Tahapan kontraksi
1. Pelepasan impuls dari neuron motorik
2. Pelepasan transmiter (asetilkolin) pada motor end plates
3. Pengikatan asetilkolin pada reseptor nikotinik asetilkolin
4. Peningkatan hantaran Na+ dan K+ dalam membran end plate
5. Produksi potensial end plate
6. Produksi potensial aksi dalam serabut otot
7. Penyebaran depolarisasi ke arah dalam di sepanjang tubulus T
8. Pelepasan ion Ca+ dari sistem terminalis retikum sarkoplasma dan difusi ke dalam filamen tebal
dan tipis
9. Pengikatan ion Ca2+ pada troponin C yang merupakan tempat pengikatan miosin pada aktin
10. Pembentukan ikatan silang antara aktin dan miosin dan peluncuran filamen tipis ada filamen tebal
sehingga terjadi pemendekan
Tahapan relaksasi
1. Ca2+ dipompa balik ke dalam retikulum sarkoplasma
2. Pelepasan ion Ca2+ dari troponin
3. Penghentian interaksi antara aktin dan miosin
Metabolisme Otot Rangka
Otot rangka berfungsi dalam keadaan aerob (istirahat) maupun anaerob (mis: lari sprint),
sehingga glikolisis aerob maupun anaerob berlangsung keduanya menurut keadaan.
Otot rangka mengandung mioglobin sebagai tempat simpanan oksigen.
Otot rangka mengandung berbagai tipe serabut sesuai keadaan: anaerob (kedutan cepat) dan aerob
(kedutan lambat).
Aktin, miosin, tropomiosin, dan kompleks troponin, ATP dan Ca2+ merupakan unsur penting
yang dibutuhkan dalam kontraksi.
Insulin berperan terhadap otot rangka untuk meningkatkan ambilan glukosa.
Epinefrin menstimulasi glikogenolisis dalam otot rangka sedangkan glikogen tidak karena tidak
ada reseptornya.
Otot rangka tidak dapat berperan langsung pada glukosa darah karena tidak memiliki glukosa 6-
fosfatase.
Laktat yang dihasilkan oleh proses metabolisme anaerob pada otot rangka akan dibawa ke hati
yang digunakan untuk mensistesis glukosa yang kemudian dapat dibawa kembali ke dalam otot
(siklus Cori).
Otot rangka mengandung fosfokeratin yang bekerja sebagai cadangan energi untuk keperluan
jangka pendek (sekunder).
Asam lemak bebas dalam plasma merupakan sumber energi utama khususnya pada pelari
maraton dan kelaparan yang lama.
Otot rangka adalah tapak utama metabolisme asam amino rantai bercabang yang digunakan
sebagai sumber energi.
Proteolisis otot selama kelaparan akan memasok asam amino untuk glukoneogenesis.
Asam amino utama yang dikeluarkan dari otot adalah alanin (ditujukan terutama untuk
glukoneogenesis di hati dan melakukan sebagian siklus glukosa-alanin) dan glutamin (ditujukan
terutama untuk usus dan ginjal).
NEUROMUSKULAR
Sistem Neuromuskular
Tiga komponen utama Neuromuskular
Nerve
Neuromuscular junction
Muscle
Upper Motor Neuron
Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN atau melalui
interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron-neuron tersebut banyak terdapat di
girus presentralis dinamakan juga korteks motorik. Melalui aksonnya neuron korteks motorik
menghubungi motoneuron di kornu anterior medulla spinalis.
Lower Motor Neuron
Merupakan neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan
terakhir (kornu anterior medula spinalis) ke sel-sel otot skeletal.
Motor end Plate
Pada ujungnya setiap akson akan bercabang-cabang dan setiap cabang menghubungi
membrane serabut otot. Serabut-serabut otot setiap unit motorik berkisar antara 10-500 serabut
otot. Tiap serabut otot memilki satu “motor end plate”.
Pelepasan Acetilkolin
Nerves releasing Achetylcholine at the neuromuscular junction (=end plate) cause the
contraction of skeletal muscle. The functional unit of a muscle organ is the muscle fiber (=muscle
cell).
The muscle fiber contracts in an "all-or-none" fashion when stimulated by an action
potential. The action potential first causes intracellular Ca ++ release from the sarcoplasmic
reticulum and the Ca++ activates a cascade of events which results in the movement of actin over
myosin (=sliding filament theory).
Manusia dapat berdiri dan bergerak karena mempunyai rangka. Rangka tubuh manusia seperti
pada gambar di samping tersusun atas tulang beraneka bentuk yang saling berhubungan.
Jadi, tulang adalah bagian penyusun rangka, dan hubungan antar tulang membentuk sendi
(artikulasi)
Rangka yang dimiliki manusia terdapat di dalam tubuh, sehingga disebut rangka dalam
(endoskeleton)