Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KELOMPOK 12

OBAT PERANGSANG (DOPING)

DISUSUN OLEH :

1. SEPTIAN RAHMAWANTO (19086055)


2. SARAH AULIA SEPTIHANA (19086054)
3. YULIA LATIFA (19086281)

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. SYAHRASTANI, M.Kes

PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Fisiologi Olahraga”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Obat Perangsang (Doping) bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak selaku dosen Fisiologi Olahraga yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 16 Mei 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………….......1


B. RUMUS MASALAH………………………………………………………….....2
C. TUJUAN……………………………………………………………………….....2

BAB II PEMBAHASAN

A. SEJARAH & PENGERTIAN DOPING .……...............................……………....3


B. ORGANISASI PENANGANAN DOPING ………………........................……..4
C. DAFTAR DOPING & EFEKNYA …………..................................................…4

BAB II PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………....……7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan salah satu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Olahraga merupakan faktor penting dalam upaya pemeliharaan kesehatan manusia.
Menurut UNESCO, olahraga merupakan aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan
perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain ataupun sendiri (Lutan: 2001: 39).

Seiring perkembangan zaman, olahraga tidak hanya sebagai sarana untuk pemeliharaan
kesehatan manusia tetapi juga sebagai ajang kompetisi yang dapat mengharumkan nama bangsa
dan negara. Mengacu pada gagasan tentang olahraga tersebut merefleksikan bahwa melalui
olahraga, seseorang memperoleh jawaban atau pernyataan tentang kemampuan, kekuatan, serta
kompetisi yang dimiliki. Berbagai event olahraga semakin sering diselenggarakan baik di tingkat
daerah, nasional, hingga internasional.

Beragam motivasi seseorang menjadi atlet dan mengikuti kejuaran menjadikan event
olahraga sebagai arena yang menarik dan menantang. Hal ini dikarenakan pihak-pihak yang
mengikuti kejuaraan olahraga memiliki satu tujuan yaitu untuk memperoleh kemenangan pada
cabang olahraga yang digelutinya. Orientasi untuk memperoleh kemenangan memiliki beragam
motivasi di antaranya sebagai ajang pembuktian ketangkasan atau kekuatan fisik diri seseorang,
memperoleh gelar atau kedudukan, pengakuan, medali, hadiah berupa materi hingga
memperoleh kepuasan dalam diri karena berhasil memperoleh kemenangan. diperbolehkan
mengikuti sampai dengan empat event dalam satu kejuaraan namun demikian, tidak mudah bagi
seorang atlet untuk memperoleh kemenangan dalam setiap pertandingan. Diperlukan dukungan
secara moril maupun materiil untuk mencetak atlet-atlet unggul dan tangguh agar mampu meraih
prestasi yang diharapkan mengingat persaingan yang dihadapi seorang atlet semakin berat.

Dewasa ini, tantangan yang dihadapi atlet semakin kompleks, khususnya kekhawatiran dalam
menghadapi pertandingan seperti: (1) keraguan terhadap kesiapan dan potensi yang dimilik atlet,
(2) rasa takut ketika menghadapi lawan, (3) desakan untuk menang dari pelatih, orang tua,
sponsor, dan lain sebagainya, (4) emosional atlet seperti mudah panik, mudah marah, dan lain-
lain, (5) dan berbagai kekhawatiran baik yang muncul dari dalam diri maupun lingkungan atlet.
Kekhawatiran yang dialami seorang atlet akan berdampak pada krisis kepercayaan diri dan dapat
merusak konsentrasi atlet dalam menghadapi pertandingan. Berbagai tantangan tersebut
mendorong munculnya keinginan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atlet secara instan,
antara lain adanya isu tentang penggunaan doping, memodifikasi teknologi yang digunakan
dalam pertandingan, maupun sampai isu tentang sponsor dalam suatu event pertandingan.
Penggunaan doping dalam aktivitas olahraga prestasi menjadi salah satu isu yang sedang hangat
dibahas pada saat ini.

1
Penggunaan doping dilarang karena berdampak negatif bagi karir dan masa depan seorang
atlet. Hal ini dikarenakan, dampak negatif dari penggunaan doping dalam jangka panjang seperti
menimbulkan ketergantungan, rusaknya organ atau saraf pada tubuh, rentan terserang penyakit,
hilangnya karir dalam dunia olahraga. Ambisi untuk memenangkan pertandingan akibat
kekhawatiran yang terjadi dalam diri atlet melatarbelakangi tingginya penggunaan doping di
lingkungan atlet berbagai cabang olahraga. Sedangkan pengetahuan dan pemahaman atlet
tentang doping sangat minim.

Penolakan menggunakan doping juga didukung oleh gagasan Baron Pierre de Courbertin,
menurutnya tujuan akhir olahraga dan pendidikan jasmani terletak dalam peranannya sebagai
wadah untuk penyempurnaan watak, sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk
kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia (Lutan, 2002: 1). Mengacu pada
pendapat Baron Pierre de Courbertin, olahraga bukan semata-mata sebagai ajang persaingan,
menunjukkan kekuatan, mengalahkan orang lain, dan memperoleh kemenangan semata. Namun
lebih kompleks lagi yaitu olahraga sebagai media untuk menciptakan manusia yang bersikap dan
berperilaku manusiawi, menghormati dan menghargai sesama, dan membentuk sikap dan
perilaku yang mulia, menghindari keserakahan, dan membentuk manusia yang kuat yang dapat
bermanfaat bagi manusia lainnya dan lingkungan sekitar. Apabila seorang atlet menggunakan
doping maka secara otomatis atlet tersebut mengingkari esensi olahraga. Pentingnya menanggapi
masalah tentang doping menjadi perhatian penulis karena doping justru akan merugikan
pemakainya sendiri, dibandingkan manfaat sementara yang didapat setelah memakai doping.

B. Rumusan Masalah
- Jelaskan sejarah dan pengertian doping?
- Organisasi penanganan doping?
- Daftar doping dan efeknya?

C. Tujuan
- Sesuai dengan Rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa bahayanya doping di gunakan untuk atlit-atlit saat bertanding.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH DAN PENGERTIAN DOPING

Penggunaan obat-obatan dalam olahraga sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, hampir
sepanjang perjalanan kembali ke penemuan konsep olahraga. Pada zaman kuno, ketika yang
terkuat suatu bangsa dipilih sebagai atlet atau pejuang, mereka diberi makan makanan dan diberi
perawatan yang dianggap bermanfaat untuk membantu meningkatkan otot. Misalnya, mitologi
Skandinavia mengatakan Berserkers dapat meminum campuran yang disebut "butotens", untuk
meningkatkan kekuatan fisik mereka dengan risiko kegilaan. Satu teori mengatakan bahwa
campuran dibuat dari jamur Amanita muscaria , meskipun hal ini masih diperdebatkan.

The Olimpiade kuno di Yunani telah diduga telah memiliki bentuk doping. Di Roma kuno ,
di mana balap kereta telah menjadi bagian besar dari budaya mereka, para atlet meminum infus
herbal untuk memperkuat mereka sebelum balapan kereta. 

Doping berasal dari Bahasa Belanda “doop” yang artinya saus kental, berupa campuran
tembakau dengan biji Datura stramonium yang digunakan oleh perampok untuk membuat
korbanya berhalusinasi dan kebingungan (Rohatgi, Vishesh,Reddy S Narayana, 2012). Doping
adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba, berupa bahan yang asing bagi organism
melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang abnormal atau diberikan melalui
jalan yang abnormal, dengan tujuan meningatkan prestasi (Internasional Congress Of sport
Sciences: 1964). Definisi tentang doping menurut Kushartanti (2008: 3) adalah:
(1) penggunaan beberapa hal yang mengandung substansi terlarang pada tubuh seorang atlet dan
atlet,
(2) melakukan penolakan mengumpulkan sampel untuk kepentingan pemeriksaan doping,
(3) melanggar persyaratan pemeriksaan doping,
(4) melakukan pengrusakan pada saat pengawasan doping,
(5) memiliki substansi atau metode terlarang, dan
(6) memberikan substansi atau metode terlarang.

Substansi dan metode yang terlarang dalam doping diantaranya sebagai berikut:
(1) Obat terlarang seperti anabolic agents, hormones and related substances, beta-2 agonists,
agents with anti estrogenic activity, diuretics and other masking agents, stimulants, narcotics,
cannabinoids, glucocorticosteroids.
(2) Metode terlarang seperti Enhancement of oxygen Transfer, Chemical and physical
Manipulation, Gene Doping.

3
B. ORGANISASI PENANGANAN DOPING

“World Anti Doping Agency” (WADA) adalah sebuah badan yang di bentuk atas prakarsa
komite olimpiade internasional (IOC) pada 10 november 1999 di lausanne, swiss untuk
memerangi penggunaan obat-obatan terlarang dalam olahraga. Ketuanya sekarang ini adalah
“Richard pound’ mantan wakil presiden IOC.

WADA membantu federasi-federasi olahraga untuk melakukan prosedur pengujian dan


mengeluarkan daftar yang berisi substansi yang di larang untuk di konsumsi seorang atlet.
WADA awalnya didanai oleh komite olimpiade internasional. Sekarang ini IOC hanya mendanai
setengah dari kebutuhan WADA yang setengahnya lagi berdasarkan dari sejumlah negara.

Pada tahun 2004, sebuah peraturan anti obat-obatan terlarang diimplementasikan oleh
orgaisasi-organisasi olahraga sebelum Olimpiade Athena 2004 di Yunani di mulai. Dengan
demikian memberikan standardisasi peraturan dan regulasi anti obat-obatan terlarang untuk
semua cabang olahraga di seluruh negara untuk pertama kalinya.

Alasan Larangan Penggunaan Doping

IOC (International Olympic Committee) memberikan batasan tentang dasar konsep doping
meliputi dua pengertian yakni (1) penggunaan bahan yang dilarang dan (2) penggunaan metoda
yang dilarang. Adapun alas an pelarangan doping meliputi:

1. Alasan etis. Penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan
jiwa olahraga.

2. Alasan medis. Membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan mengalami habitutiaton


(kebiasaan) dan addiction (ketagihan) serta drugs abuse (ketergantungan obat) yang dapat
membahayakan jiwanya. (Irianto, 2006: 116).

C. DAFTAR DOPING & EFEKNYA

Ada sejumlah obat doping tergolong populer di kalangan atlet yang notabene sangat tidak
diperbolehkan oleh badan-badan olahraga mana pun. Apa saja jenis obat terlarang yang beredar
di dunia olahraga.

 Erythropoietin (EPO)

Hormon peptida ini diproduksi secara alami oleh tubuh manusia melalui organ ginjalnya.
EPO pasalnya dilepaskan dari ginjal dan bekerja di bagian sumsum tulang untuk merangsang
produksi sel darah merah. Dengan menyuntikkan EPO, para atlet berniat untuk meningkatkan

4
konsentrasi sel darah merah mereka yang mana akan memicu kemampuan dan kapasitas
penggunaan oksigen dalam pembuatan energi oleh otot-otot atau yang notabene dikenal dengan
istilah aerobik.Penyalahgunaan EPO bisa menyebabkan sakit jantung, stroke, paru-paru hingga
kematian.

 CERA

CERA merupakan salah satu bentuk EPO ynag jauh lebih berbahaya lantaran penggunaan
dalam kadar sedikit saja sudah bisa memastikan efek berjangka panjang yang tak dimiliki EPO.
Pasalnya para atlet beralih ke tipe doping ini untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka
sekaligus mempercepat proses pemulihan pada sakit atau luka yang ada pada tubuhnya.

 Steroid Anabolik

Doping ini mirip dengan hormon testosteron yang diproduksi di testis pria. Menyuntikkan
obat ini akan mempengaruhi pertumbuhan otot. Para atlet yang menggunakannya
dilatarbelakangi keinginan untuk memiliki otot lebih besar dan kuat. Selain itu, doping jenis ini
juga digunakan lantaran bisa mengurangi kadar lemak dalam tubuh dan mempercepat pemulihan
dari cedera.

Efek samping dari penyalahgunaan obat ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi,
timbulnya jerawat, kelainan pada fungsi hati, perubahan dalam siklus menstruasi, penurunan
produksi sperma serta impotensi pada pria, gagal ginjal dan penyakit jantung. Mereka juga dapat
membuat orang lebih agresif.

 Human Growth Hormone (hGH)

Human Growth Hormone (hGH) yang juga disebut somatotrophin atau somatotrophic adalah
hormon yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Hormon ini digunakan untuk merangsang hati
dan jaringan lain untuk mensekresikan insulin serta merangsang produksi sel-sel tulang rawan,
sehingga dapat membantu menumbuhkan otot yang diperlukan guna meningkatkan kinerja
olahraga. Mereka yang menyalahgunakannya rentan terhadap penyakit jantung, otot, nyeri pada
sendi tulang, hipertensi, defisiensi jantung dan osteoarthritis.

 Doping Gen

Doping gen digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan otot, produksi darah, daya tahan
tubuh, penyebaran oksigen dan kekebalan terhadap rasa nyeri atau sakit. Pasalnya doping ini
menggunakan rekayasa genetika yang diinjeksikan ke dalam tubuh seseorang untuk kepentingan-
kepentingan tadi. Saat ini belum ada metode pengujian yang mampu mendeteksi doping gen.

 Insulin

5
Insulin meningkatkan penyerapan glukosa ke dalam otot yang mana membantu para atlet
mendapatkan daya tahan tubuh yang lebih tinggi. Penyalahgunaan insulin dapat menyebabkan
hipoglikemia, hilangnya fungsi kognitif, kejang-kejang, ketidaksadaran diri dan dalam beberapa
kasus ekstrem dapat menyebabkan kerusakan otak serta kematian.

 Diuretik

Doping jenis ini umumnya digunakan untuk menutupi keberadaan zat terlarang lain yang ada
dalam tubuh atlet. Selain itu, obat ini dapat membantu mereka memenuhi syarat kategori berat
badan karena salah efek terkuatnya adalah menurunkan berat badan.

BAB III
6
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan tentang pengembangan olahraga pariwisata di atas, dapat


disimpulkan sebagai berikut:

1. Doping adalah zat yang larang digunakan dalam olahraga.

2. Penggunaan doping dapat memberikan efek negative bagi penggunanya dan dapat
menciderai fair play dalam olahraga.

3. Dalam proses mengurangi dan memerang penggunaan doping dalam olahraga maka
dibentuk WADA (World Anti Doping Agency) dan LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia)

4. Proses mengurangi pengguna doping dapat dengan menanamkan nilai etika dalam
olahraga dan tidak selalu menuntut kemenangan menjadi hal yang utama.

5. Penggunaan doping lebih berasal dari aspek individu sendiri, tanpa adanya kesadaran dari
individu pelaku olahraga penggunaan doping akan terus ada dalam olahraga.

Anda mungkin juga menyukai