Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

JUDUL KASUS :
FRAKTUR FEMUR DEXTRA TERTUTUP

OLEH :
WILLIAM FRATI PRATAMA

PEMBIMBING :
Ns. SETIAWAN M.Kes

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR DEXTRA TERTUTUP

A. DEFINISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya di sebabkan oleh trauma tenaga fisik,
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap/tidak lengkap. (Prime
dan Wilson, 2006).
Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha disertai adanya
kerusakan jaringan lunak. (Helmi, 2012).
Fraktur Femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi
akibat trauma langsung ( kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian. (Jitowiyono,
2010).
Fraktur Femur Dextra Tertutup adalah suatu keadaan patah tulang bagian paha
atas dengan kondisi tertutup yang disebabkan oleh trauma fisik.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi
mereka masih punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut
Periosteum dimana terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah
periosteum mengikat tulang dengan benang kolagen disebut benang sharpey, yang
masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu korteks sifatnya keras dan tebal
sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid dan sangat kuat yang
disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap sistem terdiri
atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari matriks
tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae
(didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti
lingkaran yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di
dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal
Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan
membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir
dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.
Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang
didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone
Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi
sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow kuning yang
terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa menyebabkan Fat
Embolism Syndrom (FES).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit
adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel
penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang
tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks.
Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan
substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,
oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain
itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang
menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400
ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang (Black,J.M,etal,1993 dan
Ignatavicius, Donna. D,1995).

2. Fungsi Tulang
a) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
b) Tempat melekatnya otot.
c) Melindungi organ penting.
d) Tempat pembuatan sel darah.
C. ETIOLOGI
1. Fraktur Fisiologis
Suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga
fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh:
a. Trauma langsung
Yaitu pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan. yang paling lazim adalah karena kecelakaan sepeda motor. Fraktur ini
disebabkan karena kekuatan yang berlebihan dan tiba-tiba, dapat berupa
pemukulan, pemuntiran, penekukan maupun penarikan antara tendon dan
ligament sehingga bisa berakibat tulang terpisah. Trauma langsung
menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian
sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
Benturan pada lengan bawah, ex: fraktur tulang ulna dan radius.
b. Trauma tidak langsung
Yaitu pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh.
Trauma tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. Jatuh tertumpu pada tangan, ex:
fraktur klavikula.
c. Trauma akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan
(Oswari E, 1993).
2. Fraktur Patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur ataupun akibat kelemahan tulang
akibat kelainan tulang. Dapat terjadi pada berbagai keadaan berikut:
a. Tumor tulang
Terbagi menjadi jinak dan ganas
b. Infeksi seperti Osteomielitis
c. Scurvy (penyakit gusi berdarah)
d. Osteomalasia
e. Rakhitis
f. Osteoporosis
D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang.
Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
(Black, J.M, et al, 1993).
PATHWAY :

Cidera

Kecelakaan,Trauma, Terjatuh,
Osteoporosis

Fraktur

Merusak Jaringan Lunak

Fraktur terbuka Fraktur tertutup


Pre Operasi

Operasi

Nyeri Post Operasi Adanya Luka

Gangguan Rasa Gangguan


Nyaman aktivitas Resiko
Perdarahan

Mobilisasi
Terapi Terapi Resiko
nonfarmakologi Infeksi
Farmakologi

Teknik relaksasi
nafas daalm
E. MANIFESTASI KLINIS
(Menurut, Nanda nic-noc, 2015)
1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma
4. Gangguan fungsi anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi/datang dengan gejala lain

F. KLASIFIKASI FRAKTUR
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi dan dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur.
1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan
keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
 Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cidera jaringan lunak
sekitarnya.
 Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
 Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
 Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.

b. Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur.


1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang.
2). Fraktrur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
a) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
b) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.
1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
e. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu
dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
f. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
g. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
G. KOMPLIKASI
1. Fraktur leher femur (umum) :
Trombosit, vena, emboli, paru, pneumonia, dekubitus. Nekrosis avaskuler terjadi
pada 30% fraktur femur yang di sertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa
pergeseran, apabila lokasi fraktur lebih ke proksimal kemungkinan terjadi nekrosis
avaskular lebih besar.
2. Fraktur diafisis femur
 Syok terjadi pendarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup
 Emboli lemak sering di dapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur
 Trauma pembuluh darah
 Nekrosis avaskular tulang
 Atropi otot
(Suratum et,al, 2008)

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) X-Ray menentukan lokasi/luas fraktur
2) Scan tulang : memperlihatkan fraktur lebih jelas
3) Arteriogram : memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
4) Hitung darah lengkap
5) Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klien ginjal
6) Profil koogulasi

I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


a) Penatalaksanaan Medis menurut (Stiana, 2017) :
 Diagnosis dan penilaian fraktur ( anamnesa pemeriksaan klinis &
radiologi )
 Reduksi, mengembalikan panjang/kesejajaran garis tulang yang di
capai reduksi
 Retensi, mencegah pergeseran fragmen
 Rehabilitas, mengembalikan aktifitas fungsional seoftimal
mungkin
b) Penatalaksanaan Keperawatan menurut ( Nanda Nic-Noc, 2015 )
 Reduksi :
Mengembalikan fragmen tulang pada kejajaran rotasi anatomis,
reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
dengan manifulasi yang traksi manual.
 Imobilisasi :
Dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal
mempertahan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler
selalu di pantau, peredaran darah, nyeri, gerakan. Perkiraan waktu
pulih adalah 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA

http. Helmi . 2N. 2012.”Buku saku kedaruratan di bidang orthopedi” jakarta.Medica co.id.
http. Istiana 2017. “Asuhan klien dengan gangguan sistem muskulokeletal”.co.id.
http. Jihowiyono.s. 2010. “Askep post operation”. Yogyakarta. Media. Medica. Co. Id
Nurarif. 2015. “ Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosis medis dan Nanda nic
noc. Jilid 2. Medi action.
Syaifuddin. 2011.”Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan dan
kebidanan”.Ed.4.Jakarta EGL.

Anda mungkin juga menyukai