ۗ َوهَّللا ُ َغفُو ٌر ُّون هَّللا َ فَاتَّبِعُونِي يُحْ بِ ْب ُك ُم هَّللا ُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم
َ قُلْ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحب
َر ِحي ٌم
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. [Ali Imran/3 : 31].
ون َم ْن َحا َّد هَّللا َ َو َرسُولَهُ َولَ ْو َكانُوا َ ون بِاهَّلل ِ َو ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر ي َُوا ُّد
َ ُاَل تَ ِج ُد قَ ْو ًما ي ُْؤ ِمن
ان َوأَيَّ َدهُ ْم
َ ب فِي قُلُوبِ ِه ُم اإْل ِ ي َم َ ِۚ أُو ٰلَئ يرتَهُ ْم
َ َك َكت َ آبَا َءهُ ْم أَ ْو أَ ْبنَا َءهُ ْم أَ ْو إِ ْخ َوانَهُ ْم أَ ْو َع ِش
ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم
ِ ۚ َر ين فِيهَا َ ت تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِهَا اأْل َ ْنهَا ُر َخالِ ِد ٍ َويُ ْد ِخلُهُ ْم َجنَّا ۖ ُُوح ِم ْنه
ٍ بِر
َ ب هَّللا ِ هُ ُم ْال ُم ْفلِح
ُون َ أَاَل إِ َّن ِح ْز ۚ ِ ك ِح ْزبُ هَّللا َ ِۚ أُو ٰلَئ َُو َرضُوا َع ْنه
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, ataupun keluarga
mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka denga pertolongan yang datang daripadaNya. Dan dimasukkanNya mereka ke dalam
Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)Nya. Mereka itulah
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang
beruntung” [al Mujadilah/58 : 22]. Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, bahwa seorang
mukmin wajib memusuhi karena Allah dan berloyalitas karena Allah. Apabila disana ada
orang mukmin, maka ia wajib memberikan loyalitas kepadanya –walaupun ia berbuat zhalim-
karena kezhaliman tidak memutus loyalitas iman. Allah berfirman:
ت إِحْ َداهُ َما َعلَى اأْل ُ ْخ َر ٰى ْ فَإِ ْن بَ َغ ۖ ين ا ْقتَتَلُوا فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما َ َِوإِ ْن طَائِفَتَا ِن ِم َن ْال ُم ْؤ ِمن
بَ ْينَهُ َما بِ ْال َع ْد ِلÀت فَأَصْ لِحُوا ْ فَإِ ْن فَا َء ۚ ِ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَب ِْغي َحتَّ ٰى تَفِي َء إِلَ ٰى أَ ْم ِر هَّللا
ۚ ون إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَي َْن أَ َخ َو ْي ُك ْم َ ُ﴾إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمن٩﴿ين َ إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِط ۖ َوأَ ْق ِسطُوا
َ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُم
ون
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang
lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah
bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat”. [al Hujurat/49 : 9-10]. Allah menyebutkan persaudaraan,
walaupun terjadi peperangan dan perbuatan aniaya. Allah memerintahkan perdamaian di
antara mereka. Sehingga diwajibkan memberikan loyalitas kepada mukmin, walaupun ia
menzhalimi dan berbuat aniaya kepadamu. Sedangkan orang kafir, maka ia wajib dimusuhi,
walaupun ia telah memberi dan berbuat baik kepadamu. Hal ini, lantaran Allah telah
mengutus para rasul dan menurunkan kitab suci, agar agama ini semua untukNya, sehingga
cinta, kemuliaan dan pahala hanyalah untuk para waliNya. Adapun kebencian, kehinaan dan
siksaan untuk para musuhNya. Apabila terkumpul pada diri seseorang kebaikan, keburukan
dan kefajiran, ketaatan dan kemaksiatan, sunnah dan bid’ah, maka ia berhak mendapatkan
loyalitas dan pahala, sesuai dengan kebaikan yang dimilikinya. Dia (juga) berhak
mendapatkan permusuhan dan siksaan, sesuai dengan keburukan yang dimilikinya. Sebab
terkumpul pada orang tersebut kemuliaan dan kehinaan, lalu berkumpul ini dan itu, seperti
pencuri yang fakir dipotong tangannya karena mencuri, dan ia diberi dari Baitul Mal sesuatu
untuk mencukupi kebutuhannya. Inilah dasar pokok (asal) yang disepakati Ahlu Sunnah wal
jama’ah.[18] Demikian sebagian tanda dan bukti penting perwujudan cinta kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga Allah memudahkan kita untuk dapat
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Wabillahi taufiq.