Oleh
Lipid atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan dalam
sel jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar seperti (eter,
kloroform, dan benzena). Lipid bersifat non polar atau hidrofolik. Penyusun utama
lipida adalah trigliserida, Lipid adalah senyawa yang dapat disarikan dari sel dan
jaringan oleh pelarut organik non polar. Lipid merupakan komponen tidak larut
Emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam cairan lain
di mana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil,
diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent,
yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Bahan
emulsifier dapat berupa protein, brom, sabun, atau garam empedu. Daya kerja
emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik
Adapun tujuan pada praktikum uji kelarutan lipid dan uji pembentukan emulsi
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui uji kelarutan dan pembentukan yang terjadi pada uji
2. Untuk mengetahui adanya protein dengan uji kelarutan lipid dan uji
pembentukan emulsi
1.3 Manfaat
laboratorium.
alat – alat laboratorium yang berkaitan dengan uji kelarutan lipid dan uji
pembentukan emulsi.
BAB II METEDEOLOGI
Adapun prosedur kerja pratikum uji kelarutan lipid adalah sebagai beriku :
berikut:
air dan 2 tetes minyak kelapa murni. Tabung 2 : diisi 2 ml air, 2 tetes
Hasil pengamatan pada praktikum uji kelarutan lipid dapat dilihat pada
tabel 3
1. Aquades
2. Na2 CO3
3. Alkohol
4. Kloroform
3.2. Pembahasan
serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non- polar seperti suatu
Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat yang tidak
tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian adalah zat
yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. Emulsi dapat pula
diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang keduanya
tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka diperlukan
suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Hal ini sesuai dengan
khusus dari dispresi koloid, yang memiliki setidaknya 4 water in oil in water.
Uji kelarutan lipid dengan minyak bimoli atau lemak yang mengandung
asam-asam lemak tidak jenuh dapat teroksi dari oksigen yang menghasilkan suatu
peroksida yang dihasilkan akan meningkat. Minyak mempunyai sifat tidak larut
dalam pelarut polar dan larut dalam pelarut non-polar. Pada pengamatan yang
minyak. Hal ini dikarenakan air dapat memecah ikatan polipeptida pada rantai
hidrokarbonnya yang terdapat dalam minyak bimoli dan Na2 CO3. Hal ini
digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji merupakan asam lemak jenuh
sedangkan mimyak bimoli bersifat nonpolar kecuali bahan klorofrom larut dalam
melarutkan gliserol dan asam oleat meskipun alkohol bersifat polar tetapi karena
suhu panas alkohol dapat melarutkan sebagian lemak dan minyak. Alkohol dingin
melarutkan gliserol dan asam oleat, karena gliserol yang memiliki 3 gugus
hidroksil sehingga bersifat cenderung polar dan asam oleat seharusnya tidak larut
Susanti (2011). Menyatakan bahwa lipid tidak larut pada senyawa polar
sedangkan lipid larut dalam senyawa non-polar dan membentuk emulsi stabil.
3.2.2. Uji Pembentukan Emulsi
Uji pembentukan Emulsi adalah salah satu campuran yang terdiri dari zat
yang tidak tercampur atau tidak homogen, seperti air dan minyak, pengemulsian
adalah zat yang menstabilkan emulsi yang biasanya berupa protein. emulsi dapat
pula diartikan sebagai dispersi atau suspensi menstabil suatu cairan lain yang
keduanya tidak saling melarutkan. Supaya terbentuk emulsi yang stabil maka
diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulgator yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Hal ini
berbagai jenis zat pengemulsi dapat berasal dari bahan alamiah maupun bahan
sintetik.
stabil atau dengan kata lain bahwa kedua cairan ini tidak larut (tidak menyatu),
larutan mengalami emulsi stabil dikarenakan adanya emulsigator pada reagen uji
bimoli + Na2 CO3 stabil karena ketiga cairan ini dapat menyatu (larut). Larutan
mengalami emulsi tidak stabil dikarenakan tidak adanya emulsigator pada reagen
uji sehingga kondisinya stabil. Hal sesuai dengan pernyataan Sari (2015).
sabun, stabil karena ketiga cairan ini dapat menyatu (larut), dan pada tabung IV
yang disi larutan protein + minyak bimoli + minyak stabil karena ketiga cairan ini
dapat menyatu (larut), karena sabun merupakan larutan yang bersifat basa
sehingga dapat saling berikatan dengan ikatan minyak bimoli. Larutan mengalami
emulsi tidak stabil dikarenakan tidak adanya emulsigator pada reagen uji sehingga
kondisinya stabil.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum uji kelarutan lipid dan pembetukan emulsi
1. Lipid merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam larutan polar,
tetapi dapat larut dalam larutan nonpolar. Lipid yang memiliki ikatan
rangkap merupakan lipid yang bersifat tak jenuh dan bentuknya cair pada
suhu kamar. Lipid tidak larurt dalam bahan aquades, alkohol, Na2 CO3,
dan larut dalam kloroform. Lipid yang tidak memiliki ikatan rangkap
kelarutan suatu zat ditentukan oleh banyak hal, diantaranya yaitu sifat
bantuan emulgator pada semua bahan yaitu air (aquades), Na2 CO3,
kelarutan dan ditandai dengan adanya busa yang terjadi pada bahan air
4.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan pada praktikum uji kelarutan lipid dan
mengetahui tengtang definisi lipid sama emulsi agar kita tau apa yang akan
dilakukan pada pratikum kali ini. Dan mendengarkan asitensi ketikah melakukan
Susanti. W., dkk. 2011. Kelarutan Lipid Terhadap Pengaruh Emulgator Terhadap
Kelarutan Lipid. Jurnal Biokimia Praktikum.
Wiyani. L., dkk. 2020. Pengaruh Waktu Dan Kecepatan Homogenisasi Terhadap
Emulsi Virgin Coconut Oil – Sari Jeruk Dengan Emulsi Vier Gumarab.
Jurnal Of Chemical Process Engineering.Vol. 5(2).