Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KLB (KEJADIAN LUAR BIASA)” menurut beberapa ahli. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Gadar. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu
metode pembelajaran bagi mahasiwa-mahasisi Sekolah Tinggi DIII Keperawatan Rustida
Krikilan.
Adapun makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku. Dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu, oleh
karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak trimakasih kepada dosen pembimbing
yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya
serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, harapan kami agara tulisan ini dapat
diterima dan dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan adanya
kritikan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini
menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap
KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga
proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat
mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke
lapangan.Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk
memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur,
sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah dalam
rangka melakukan respon KLB.
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global,
sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian
wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang dimana
kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara maju.
Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk
tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh
suatu penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang
mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu.Secara umum kejadian
ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud
dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat menimbulkan KLB,
penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan
lainnya.Penderita atau yang beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat
diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang
dilakukan secara teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan pelaporan.Apabila hasil
pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu dilakukan
penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal
sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan
penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan
seperlunya.Hasil penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam upaya penanggulangan KLB.Upaya penanggulangan ini
meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan
tersebut dan pemberantasan penyakitnya.Upaya penanggulangan KLB yang
direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara
terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga
tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Kejadian Luar Biasa (KLB)
2. Untuk mengetahui kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB).
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi Kejadian Luar
Biasa (KLB).
4. Untuk mengetahui klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB).
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar
Biasa (KLB).
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Selain itu, Mentri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian wabah
sebagai berikut: “Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”.
Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang
melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan
yang sudah kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada
wilayah yang lebih luas.
B. Kriteria KLB
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, suatu derah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut
jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah
per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu
periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
C. Penyekit-penyakit yang Berpotensi Menjadi KLB
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, penyakit menular tertentu yang menimbulkan wabah
adalah :
1. Kholera
2. Pes
3. Demam berdarah
4. Campak
5. Polio
6. Difteri
7. Pertusis
8. Rabies
9. Malaria
10. Avian Influenza H5N1
11. Antraks
12. Leptospirosis
13. Hepatitis
14. Influenza H1N1
15. Meningitis
16. Yellow Fever
17. Chikungunya
Penyakit-penyakit berpotensi Wabah/KLB:
1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: kholera, pes, yellow fever.
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/
mempunyai memerlukan tindakan segera: DHF, campak, rabies, tetanus
neonatorum, diare, pertusis, poliomyelitis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting:
malaria, frambosia, influenza, anthrax, hepatitis, typhus
abdominalis, meningitis, keracunan, encephalitis, tetanus.
4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB,
tetapi masuk program: kecacingan, kusta, tuberkulosa,
syphilis, gonorrhoe, filariasis, dan lain-lain.
D. Klasifikasi KLB
Menurut Bustan (2002), Klasifikasi Kejadian Luar Biasa dibagi berdasarkan
penyebab dan sumbernya, yakni sebagai berikut:
1. Berdasarkan Penyebab
a Toxin
1) Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus,
Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigell
2) Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens
3) Endotoxin
b Infeksi
1) Virus
2) Bakteri
3) Protozoa
4) Cacing
c Toxin Biologis
1) Racun jamur
2) Alfatoxin
3) Plankton
4) Racun ikan
5) Racun tumbuh-tumbuhan
d Toxin Kimia
1) Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam
lain cyanida, nitrit, pestisida.
2) Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya.
2. Berdasarkan sumber
a. Sumber dari manusia
Misalnya: jalan napas, tangan, tinja, air seni, muntahan
seperti:Salmonella, Shigella, hepatitis.
b. Bersumber dari kegiatan manusia
Misalnya: toxin dari pembuatan tempe bongkrek, penyemprotan
pencemaran lingkungan.
c. Bersumber dari binatang
Misalnya: binatang peliharaan, rabies dan binatang mengerat.
d. Bersumber pada serangga (lalat, kecoak)
Misalnya: Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus
e. Bersumber dari udara
Misalnya: Staphylococcus, Streptococcus virus
f. Bersumber dari permukaan benda-benda atau alat-alat
Misalnya: Salmonella
g. Bersumber dari makanan dan minuman
Misalnya: keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
E. Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya KLB
Menurut Notoatmojo (2003), faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar
Biasa adalah:
1. Herd Immunity yang rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/ wabah
adalah herd immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd
immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat
menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat
kekebalan individu.Makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit
terkena penyakit tersebut.
2. Patogenesitas
Patogenesitas merupakan kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan
reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organism, tetapi mempengaruhi
kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut.
F. Langkah-langkah Penyelidikan KLB
Penyelidikan KLB mempunyai tujuan utama yaitu mencegah meluasnya
(penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut
3. Memastikan diagnosa etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB
8. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
9. Menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan
10. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan
kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus
dikerjakan secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan
secara serentak.Pemastian diagnosa dan penetapan KLB merupakan langkah awal
yang harus dikerjakan (Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989
dalam Maulani, 2010).
1. Persiapan Penelitian Lapangan
Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam
pertama sesudah adanya informasi. Kelsey., (1986), Greg (1985) dan Bres
(1986) dalam Maulani (2010) mengatakan bahwa persiapan penelitian lapangan
meliputi:
a Pemantapan (konfirmasi) informasi.
b Pembuatan rencana kerja
c Pertemuan dengan pejabat setempat.
2. Pemastian Diagnosis Penyakit
Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan
gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi
frekuensi gejala klinisnya.
3. Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang
tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik) pada
populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu.Adanya KLB
juga ditetapkan apabila memenuhi salah satu dari kriteria KLB. Pada penyakit
yang endemis, maka cara menentukan KLB bisa menyusun dengan grafik pola
maksimum-minimum 5 tahunan atau 3 tahunan.
4. Identifikasi kasus atau paparan
Identifikasi kasus penting dilakukan untuk membuat perhitungan kasus dengan
teliti.Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk mendeskripsikan
KLB.Dasar yang dipakai pada identifikasi kasus adalah hasil pemastian
diagnosis penyakit.
Identifikasi paparan perlu dilakukan sebagai arahan untuk indentifikasi sumber
penularan. Pada tahap ini cara penentuan paparan dapat dilakukan dengan
mempelajari teori cara penularan penyakit tersebut. Ini penting dilakukan
terutama pada penyakit yang cara penularannya tidak jelas (bervariasi). Pada
KLB keracunan makanan identifikasi paparan ini secara awal perlu dilakukan
untuk penanggulangan sementara dengan segera (CDC, 1979 dalam Maulani,
2010).
5. Deskripsi KLB
a. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB
berlangsung) digambarkan dalam suatu kurva epidemik.Kurva epidemik
adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat
mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Penggunaan kurva
epidemik untuk menentukan cara penularan penyakit. Salah satu cara untuk
menentukan cara penularan penyakit pada suatu KLB yaitu dengan melihat
tipe kurva epidemik, sebagai berikut:
1) Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal
dari satu sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus
yang terpapar dalam waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui
pada penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan
(misalnya: kolera, typoid).
2) Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada
KLB dengan cara penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya
beberapa puncak.Jarak antara puncak sistematis, kurang lebih sebesar
masa inkubasi rata rata penyakit tersebut.
3) Tipe kurva epidemik campuran antara common source danpropagated.
Tipe kurva ini terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus
memperoleh paparan suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi
karena penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder).
b. Deskripsi kasus berdasarkan tempat
Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk
mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat
(tempat tinggal, tempat pekerjaan).Hasil analisis ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat
dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok
sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat
rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan),
kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979;
Friedman, 1980 dalam Maulani, 2010).
c. Deskripsi kasus berdasarkan orang
Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber
penularan atau etiologi penyakit.
Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status
kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat.Pada
tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak
jelas.Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau
beberapa variabel di atas.Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu
dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya
penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis
mengenai penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk
menentukan sumber penyakit (MacMahon and Pugh, 1970; Mausner and
Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986 dalam Maulani, 2010).
6. Penanggulangan sementara
Kadang-kadang cara penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau
diperlukan, sebelum semua tahap penyelidikan dilampaui. Cara
penanggulangan ini dapat lebih spesifik atau berubah sesudah semua langkah
penyelidikan KLB dilaksanakan.
Menurut Goodman et al. (1990) dalam Maulani (2010), kecepatan keputusan
cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya etiologi penyakit,
sumber dan cara penularannya, sebagai berikut:
a. Jika etiologi telah diketahui, sumber dan cara penularannya dapat dipastikan
maka penanggulangan dapat dilakukan tanpa penyelidikan yang luas.
Sebagai contoh adanya kasus Hepatitis A di rumah sakit, segera dapat
dilakukan penanggulangannya yaitu memberikan imunisasi pada penderita
yang diduga kontak, sehingga penyelidikan hanya dilakukan untuk mencari
orang yang kontak dengan penderita (MMWR, 1985 dalam Maulani, 2010).
b. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat
dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih diperlukan
penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan cara penularannya.
Sebagai contoh: KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan
telah diketahui etiologinya (Salmonella). Walaupun demikian cara
penanggulangan tidap segera ditetapkan sebelum hasil penyelidikan
mengenai sumber dan cara penularan ditemukan. Cara penanggulangan baru
dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber penularan dengan suatu
penelitian kasus pembanding (Taylor et al., 1982 dalam Maulani, 2010).
c. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah
diketahui maka penanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun masih
memerlukan penyelidikan yang luas tentang etiologinya.
Sebagai contoh: suatu KLB Organophosphate pada tahun 1986. Diketahui
bahwa sumber penularan adalah roti, sehingga cara penanggulangan segera
dapat dilakukan dengan mengamankan roti tersebut. Penyelidikan KLB
masih diperlukan untuk mengetahui etiologinya yaitu dengan pemeriksaan
laboratorium, yang ditemukan parathion sebagai penyebabnya (Etzel et al.,
1987 dalam Maulani, 2010).
d. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka
penanggulangan tidak dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara
penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah penyelidikan.
Sebagai contoh: Pada KLB Legionare pada tahun 1976, cara
penanggulangan baru dapat dikerjakan sesudah suatu penyelidikan yang
luas mengenai etiologi dan cara penularan penyakit tersebut (Frase et al.,
1977 dalam Maulani, 2010).
7. Identifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB
a. Identifikasi sumber penularan
Untuk mengetahui sumber dan cara penularan dilakukan dengan
membuktikan adanya agent pada sumber penularan.
b. Identifikasi keadaan penyebab KLB
Secara umum keadaan penyebab KLB adalah adanya perubahan
keseimbangan dari agent, penjamu, dan lingkungan.
8. Perencanaan penelitian lain yang sistematis
Goodman et al (1990) dalam Maulani, 2010 mengatakan bahwa KLB
merupakan kejadian yang alami (natural), oleh karenanya selain untuk
mencapai tujuan utamanya penyelidikan epidemiologi KLB merupakan
kesempatan baik untuk melakukan penelitian.
Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi KLB selalu
dilakukan:
a Pengkajian terhadap sistem surveilans yang ada, untuk mengetahui
kemampuannya yang ada sebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan
informasi dan pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistem surveilans.
b Penelitian faktor risiko kejadian penyakit KLB yang sedang berlangsung.
c Evaluasi terhadap program kesehatan.
9. Penyusunan Rekomendasi
a. Program Pengendalian
Program pengendalian dilakukan oleh institusi kesehatan dalam upaya
menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
menular dan penyakit tidak menular.
Tahapan – tahapan program, yaitu:
1) Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis situasi masalah, penetapan
masalah prioritas, inventarisasi alternatif pemecahan masalah,
penyusunan dokumen perencanaan. Dokumen perencaan harus detail
terhadap target/tujuan yang ingin dicapai, uraian kegiatan dimana,
kapan, satuan setiap kegiatan, volume, rincian kebutuhan biaya, adanya
petugas penanggungjawab setiap kegiatan, metode pengukuran
keberhasilan.
2) Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan implemantasi dokumen
perencanaan, menggerakan dan mengkoordinasikn seluruh komponen
dan semua pihak yang terkait.
3) Pengendalian (Monitoring/Supervisi)
Supervisi dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan benar-benar
dilaksanakan sesuai dengan dokumen perencanaan.
b. Penanggulangan KLB
Penanggulanagn dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi:
1) Penyelidikan epidemilogis
Penyelidikan epidemiologi pada Kejadian Luar Biasa adalah untuk
mengetahui keadaan penyebab KLB dengan mengidentifikasi faktor-
faktor yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut, termasuk aspek
sosial dan perilaku sehingga dapat diketahui cara penanggulangan dan
pengendaian yang efektif dan efisien (Anonim, 2004 dalam Wuryanto,
2009)
2) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk
tindakan karantina.
Tujuannya adalah:
a) Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan
mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan.
b) Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi
mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat
menularkan penyakit (carrier).
3) Pencegahan dan pengendalian
Merupakan tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan
kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena
penyakit agar jangan sampai terjangkit penyakit.
4) Pemusnahan penyebab penyakit
Pemusnahan penyebab penyakit terutama pemusnahan terhadap bibit
penyakit/kuman dan hewan tumbuh-tumbuhan atau benda yang
mengandung bibit penyakit.
5) Penanganan jenazah akibat wabah
Terhadap jenazah akibat penyebab wabah perlu penanganan secara
khusus menurut jenis penyakitnya untuk menghindarkan penularan
penyakit pada orang lain.
6) Penyuluhan kepada masyarakat
Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat
persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah
agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi
diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya
kepada orang lain. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat
berperan serta aktif dalam menanggulangi wabah.
7) Upaya penanggulangan lainnya
Upaya penanggulangan lainya adalah tindakan-tindakan khusus masing-
masing penyakit yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah
BAB III
PENUTUP.
DAFTAR PUSTAKA