Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN GLAUKOMA

Disususn Oleh :

1. Wulan Wahyuning W (14.401.16.091)


2. Yono Suryono (14.401.16.092)
3. Yuliana (14.401.16.093)
4. Arles Gusti (14.401.15.012)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI DIII KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan pada


Hari :
Tanggal :
Judul : Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma

Disusun oleh :
1. Wulan Wahyuning W (14.401.16.091)
2. Yono Suryono (14.401.16.092)
3. Yuliana (14.401.16.093)
4. Arles Gusti (14.401.15.012)

Dosen Pengampu
Keperawatan Medikal Bedah II

(Haswita S.Kep.,M.Kes)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “Glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata
glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan
menciutnya lapang pandang. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata
dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi
(penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan
kebutaan[ CITATION Sid14 \p 222 \l 1057 ].
Glaukoma menyerang sekitar 2,2 juta orang berusia diatas 40 tahun di Amerika
serikat, glaukoma masih tidak terdeteksi pada sekitar 25% kasus tersebut. Glaukoma
merupakan penyebab utama kebutaan diseluruh dunia dan penyebab utama kebutaan
diantara orang Amerika-Afrika. Usia dan ras merupakan faktor resiko utama yang
terindetifikasi, glaukoma lebih sering terjadi pada orang yang berkulit Hitam dan
Hispanik dibanding orang yang berkulit Putih. Glaukoma biasanya kondisi primer, tanpa
penyebab yang teridentifikasi. Glaukoma primer yang paling sering terjadi pada individu
dewasa diatas 60 tahun, tetapi bisa menjadikondisi kongenital pada bayi dan anak.
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat infeksi atau radang pada mata, katarak, tumor
hemoragi, atau trauma mata[ CITATION Pri16 \p 1975 \l 1057 ]
Glaukoma adalah kondisi yang ditandai dengan neuropati optik dengan kehilangan
penglihatan perifer perlahan, dan biasanya peningkatan tekanan intraokular mata.
Glaukoma merupakan pencuri yang diam-diam “merampas” penglihatan. Pasien
biasanya tidak mengalami manifestasi, kecuali penyempitan lapang pandang yang terjadi
sangat bertahap sehingga tidak disadari hingga proses penyakit sudah sangat lanjut
[ CITATION Pri16 \p 1975 \l 1057 ].
B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada Askep Glaukoma ini adalah mulai dari pengertian hingga konsep
asuhan keperawatan

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Glaukoma ?
2. Apa etiologi darai glaukoma ?
3. Bagaimana tanda dan gejala Glaukoma ?
4. Bagaimana patofisiologi Glaukoma ?
5. Bagaimana klasifikasi Glaukoma ?
6. Bagaiman komplikasi Glaukoma ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Glaukoma ?
8. Apa saja penatalaksanaan pada Glaukoma ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Glaukoma ?

D. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mempelajari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II diharapkan
mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan pada pasien Glaukoma.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti tentang konsep penyakit pada
pasien glaukoma
b. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang pengkajian pengkajian
pada pasien glaukoma
c. Mahasiswa mampu mengerti dan merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat
pada pasien glaukoma
d. Mahasiswa mampu mengerti dan melakukan intervensi yang baik dan tepat pada
pasien glaukoma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT GLAUKOMA


1. Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “Glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan
mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil
saraf optik, dan menciutnya lapang pandang.[ CITATION Sid14 \l 1057 ]
Glaukoma biasanya sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, glaukoma
primer paling sering terjadi pada usia diatas 60 tahun, tetapi dapat menjadi
kongenital pada bayi dan anak (Purwadianto, 2000)
Glaukoma adalah kondisi yang ditandai dengan neuropati optik dengan
kehilangan penglihatan perifer perlahan, dan biasanya peningkatan tekanan
intraokular mata.[ CITATION Pri16 \l 1057 ]
Jadi glaukoma bisa disimpulkan sebagai kelainan pada mata yang ditandai
dengan meningkatnya tekananan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan
menciutnya lapang pandang.

2. Etiologi
Menurut [ CITATION Ami153 \p 36 \l 1057 ] penyebab dari glaukoma adalah sebagai
berikut :
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata didaerah sudut bilik mata/ dicelah
pupil.

3. Tanda dan Gejala


Menurut [ CITATION Pri16 \l 1057 ] ada beberapa tanda dan gejala pada Glaukoma
adalah sebagai berikut :
a. Nyeri pada mata
b. Sakit kepala
c. Melihat bayangan lingkaran disekeliling cahaya
d. Mata memerah
e. Mual atau muntah
f. Mata berkabut khususnya pada bayi
g. Penglihatan yang semakin menyempit hingga pada akhirnya tidak dapat
melihat obyek sama sekali.

4. Patofisiologi
Humor akueus, cairan yang kental, mengisi ruang anterior mata. Tekanan
intraokular normal sekitar 12 sampai 15 mmHg dipertahankan oleh
keseimbangan antara produksi humor akueus dibadan siliar, aliran cairan tersebut
melewati pupil dari ruang posterior keruang anterior mata, dan aliran atau
absorbsi cairan tersebut melalui trabecular meshwork dan saluran Schlemm. Saat
keseimbangan tersebut terganggu, biasanya akibat penurunan aliran atau absorbsi
humor akueus, tekanan intraokular meningkat. Kendati hubungan pastinya belum
jelas, tampak bahwa pada peningkatan tekanan intraokular mencederai saraf
optik, akson diperifer diskus optik rusak lebih dulu. Saat serat optik rusak tepi
diktus menyusut dan depresi normal ditengah-tengahnya (optik cup) menjadi
lebih besar dan lebih dalam disebut (cupping optik). Perubahan pada diskus optik
tersebut tampak sebelum perubahan lapang pandang dapat dideteksi. Seiring
perkembangan penyakit, terjadi penyempitan lapang pandang progresif yang
tidak nyeri dan kebutaan pada akhirnya[ CITATION Pri16 \p 1977 \l 1057 ]
PATHWAY
[ CITATION Ami153 \p 40 \l 1057 ]

Glaukoma sudut terbuka


Penyakit mata lainnya Kelainan anatomis, kegagalan →(obstruksi saluran
(Trauma, uveitis ) perkembangan organ mata aqueus humor) &
c
glaucoma sudut
tertutup→(drainase
Penyempitan sudut Gangguan aliran drainase aqueus humor
mata/obstruksi aliran terganggu)
drainage aqueus humor

Nyeri mata di Bola mata terlihat Peningkatan tekanan intraokulet


kepala meninjol (TIO)

Tekanan pada saraf Tekanan pembuluh darah Tekanan pada sel ganglion dan

vagus di retina saraf optik

Kerusakan retina, gangguan fungsi


Mual muntah Suplai O2 kemata menurun
penglihatan

Ketidak seimbangan Iskemik Penurunan fungsi penglihatan,


nutrisi kurang dari penurunan lapang
kebutuhan tubuh pandang,fotofobia
Resiko retinopati (kebutaan)
)
Kebutaan
Nyeri Akut Gangguan citra tubuh

Gangguan persepsi
Resiko cidera sensori visual
5. Klasifikasi
a. Glaukoma primer
1) Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka, sering kali disebut glaukoma sederhana
kronis, merupakan bentuk glaukoma yang paling sering terjadi pada
individu dewasa, terjadi pada sekitar 90 kasus glaukoma. Penyebabnya
tidak diketahui glaukoma tersebut diduga memiliki komponen herediter,
tetapi pola pewarisan yang jelas tidak teridentifikasi. Glaukoma sudut
terbuka terjadi lebih sering dan pada usia lebih muda pada orang
amerika-afrika dibanding pada kulit putih.[ CITATION Pri16 \l 1057 ].
Pada glaukoma sudut terbuka, sudut ruang anterior diantara iris
dan kornea normal, sehingga disebut sudut terbuka. Akan tetapi aliran
humor akueus melewati trabecular meshwork dan kedalam saluran
Schlemm relatif obstruksi. Penyebab obstruksi tersebut tidak diketahui.
Hambatan aliran mengakibatkan peningkatan jumlah cairan pada mata
dan peningkatan tekanan intraokular. Glaukoma sudut terbuka cenderung
merupakan penyakit kronis dan berkembang perlahan. trabecular
meshwork semakin menghambat aliran humor [ CITATION Pri16 \l 1057 ].
2) Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup akut (disebut juga sudut sempit atau
penutupan sudut) merupakan bentuk glaukoma primer yang lebih jarang
terjadi pada individu dewasa. Glaukoma tersebut terjadi pada sekitar 5%
sampai 10% kasus glaukoma. Sekitar 1% masyarakat berusia diatas 35
tahun memiliki sudut ruang anterior mata yang menyempit, insiden
tersebut lebih besar pada individu dewasa daripada individu keturunan
asia timur, asia atau inuit ( Alaska asli) [ CITATION Pri16 \l 1057 ].
Penyempitan sudut ruang anterior terjadi akibat pendataran kornea
atau penonjolan iris kedalam ruang anterior. Ketika lensa menebal
selama akomodasi atau iris menebal saat pupil dilatasi, sudut tersebut
dapat menutup rapat. Penutupan sudut tersebut menghambat aliran
humor akueus melewati trabeculari meshwork dan saluran schlemm,
dan tekanan intraokular meningkat drastis. Peningkatan mendadak pada
tekanan intraokular tersebut merusak neuron retina dan saraf optik,
mengakibatkan kehilangan penglihatan cepat dan permanen jika tidak
segera diatasi.[ CITATION Pri16 \l 1057 ].
Episode glaukoma sudut tertutup biasanya unilateral. Akan tetapi
riwayat glaukoma sudut tertutup pada satu mata meningkatkan resiko
terjadinya glaukoma pada mata yang satunya. Akibat dampak dilatasi
pada pupil pada aliran akueus pada glaukoma sudut tertutup, episode
sering kali terjadi saat situasi gelap, stress, emosi, atau faktor lain yang
menyebabkan pupil dilatasi. Pesien mengalami episode intermiten yang
berlangsung selama beberapa jam sebelum mengalami serangan khas
glaukoma sudut tertutup yang lebih lama. Untuk pasien yang memiliki
riwayat kondisi tersebut sangat penting menghindari obat seperti atropin
dan antikolinergik lain yang memiliki efek midriasis atau mendilatasi
pupil[ CITATION Pri16 \l 1057 ].
b. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma.
Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertup tergantung pada penyebab :
[ CITATION Ami153 \l 1057 ]
1) Perubahan lensa
2) Kelainan uvea
3) Trauma
4) Bedah
5) Rubeosis
6) Steroid, dll
c. Glaukoma kongenital
1) Primer atau infantile
2) Menyertai kongenital lainnya
d. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma terbuka dan
sempit dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan fungsi lanjut.
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil
atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, maka keras seperti batu dan dengan
rasa sakit. Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan
pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi
pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit akibat timbulnya glaukoma
hemoragik.
Pengobatan glaukoma bsolut dapat dengan memberikan sinar beta pada
badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar, alkohol retrobulbar atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakirt[ CITATION Sid14 \l 1057 ].

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik berikut digunakan untuk mendeteksi dan mengevaluasi
adanya keparahan, tipe dan dampak glaukoma.[ CITATION Pri16 \p 1978 \l 1057 ].
a. Tonometri secara tidak langsung mengukur tekanan intraokular. Tonometri
kontak dan non-kontak dapat digunakan. Skrining tonometri rutin
direkomendasikan untuk semua individu diatas 60 tahun. Pembacaan tunggal
peningkatan tekanan tidak membenarkan diagnosis glaukoma. Variasi
tekanan pada intraokular terjadi sepanjang hari.
b. Fundoskopi (inspeksi fisual fundus optik menggunakan oftalmoskop)
mengidentifikasi pucat dan peningkatan ukuran dan kelemahan cup optik
pada diskusi optik. Perubahan tersebut signifikan untuk menegakkan
diagnosis glaukoma
c. Gonioskopi menggunakan gonioskopi untuk mengukur kedalaman anterior.
Uji tersebut membedakan glaukoma sudut terbuka dari glaukoma sudut
tertutup.
d. Uji lapang pandang mengidentifikasi tingkat penyempitan lapan pandang
sentral dan kehilangan penglihatan perifer. Pasien yang mengalami glaukoma
dapat meretensi penglihatan central 20/20 walaupun mengalami kehilangan
penglihatan perifer yang parah.

7. Penatalaksanaan
Menurut [ CITATION Ami153 \p 37 \l 1057 ] pentalaksanaan pada glaukoma adalah
sebgai berikut :
a. Terapi medika mentosa
1) Agen osmotik
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraokular. Agen
osmotik oral pada penggunaanya tidak boleh diencerkan dengan cairan
atau es agar osmolaritas dan efesiensinya tidak menurun. Beberapa
contoh agen osmotik antara lain
a) Gliserin oral : dosis efektif 1-1,5 g/kgBB dalam 50% cairan. Dapat
menurunkan tekanan intraokular dalam waktu 30-90 menit setelah
pemberian dan bekerja selama 5-6 jam.
b) Manitol oral : dosis yang dianjurkan adalah 1-2 g/kgBB dalam 50%
cairan. Puncak efek h
c) ipotensif okular terlihat dalam 1-3 jam dan berakhir 3-5 jam.
d) Manitol intravena : dosis 2 g/kgBB dalam 20% cairan selama 30
menit. Maksimal penurunan tekanan intraokular dijumpai setelah 1
jam pemberian.
e) Ureum intravena : agen ini merupakan alternatif karena kerjanya
tidak seefektif manitol. Penggunaanya harus diawasi dengan ketat
karena memiliki efek kardiovaskuler.
2) Karbonik anhidrase inhibitor
Digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular yang tinggi, dengan
menggunakan dosis yang maksimal dalam bentuk intravena, oral atau
optikal. Contoh obat golongan ini yang sering digunakan adalah
Asetazolamide. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan
menghambat produksi humour akuos sehingga dapat menurunkan
tekanan dengan cepat. Dosis inisial 2 x 250 mg oral. Dosis alternatif
intravena 500 mg bolus. Penambahan dosis maksimal dapat diberikan
setelah 4-6 jam.
3) Miotik kuat
Sebagai inisial terapi, pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4
kali pemberian diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan
awal glaukoma. Penggunaanya tidak efektif pada serangan yang sudah
lebih dari 1-2 jam. Pilokarpin diberikan 1 tetes setiap 30 menit selama 1-
2 jam.
4) Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani glaukoma
sudut tertutup. Timolol merupakan beta bloker nonselektif dengan
aktivitas dan konsentrasi tertinggi di bilik mata belakang yang dicapai
dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Sebagai inisial
terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat
diulang dalam 4,8 dan 12 jam kemuadian.
5) Apraklonidin
Merupakan agen agonis alfa-2 yang efektif untuk hipertensi akular.
Apraklonidin 0,5% dan 1% menunjukkan efektivitas yang sama dalam
menurunkan tekanan okular 34% setelah 5 jam pemakaian topical.
b. Observasi respon terapi
Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang harus dilakukan
minimal 2 jam setelah terapi medikamentosa secara intensif meliputi :
1) Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil
2) Ukuran tekanan intraokular setiap 15 menit
3) Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama bila tekanan intaokular sudah
turun dan kornea jernih.
Respon terapi :
1) Baik : ada perbaikan visus, kornea jernih, pupil kontriksi, tekanan
intraokular menurun dan sudutnya terbuka kembali. Dapat dilakukan
tindakan selanjutnya dengan laser iridektomi.
2) Sedang : visus sedikit membaik, kornea agak jernih, pupil tetap dilatasi,
tekanan intraokular tetap tinggi (sekitar 30 mmHg), sudut sedikit
terbuka. Dilakukan pengulangan indentasi gonioskopi untuk membuka
sudut, bila berhasil dilanjutkan dengan laser iridoplasti. Sebelumnya
diberikan tetesan gliserin untuk mengurangi edema kornea.
3) Jelek : visus tetap jelek, edema kornea, pupil dilatasi dan terfiksir,
tekanan intraokular tinggi dan sudutnya tetap tertutup. Tindakan
selanjutnya adalah laser iridoplasti.
c. Parasintesis
Merupakan teknik untuk menurunkan tekanan intraokular secara cepat
dengan cara mengeluarkan cairan akuos sebanyak 0,05 ml maka akan
menurunkan tekanan setelah 15-30 menit pemberian. Teknik ini masih belum
banyak digunakan dan masih dalam penelitian.
d. Bedah laser
1) Laser iridektomi
Diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil,
juga dilakukan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata yang
beresiko yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Ini juga dilakukan
pada serangan glaukoma akut dan pada mata kontra lateral dengan
potensial glaukoma akut.
2) Laser iridoplasti
Pengaturan laser iridoplasti berbeda dengan laser iridektomi. Disini
pengaturannya untuk membakar iris agar otot sfigter iris berkontraksi,
sehingga isir bergeser kemudian sudut terbuka. Agar laser iridoplasti
berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya rendah dan
waktunya lama. Aturan yang digunakan ukurannya 500 µm (200-500
µm) dengan power 500 mW (400-500 mW), waktunya 0,5 detik (0,3-0,5
detik).
e. Bedah insisi
1) Iridektomi bedah insisi
Pupil dibuat miosis total menggunakan miotik tetes. Kemudian
dilakukan insisi 3 mm pada kornea-sklera 1 mm dibelakang limbus.
Insisi dilakukan agar iris prolaps. Bibir insisi bagian posterior ditekan
sehingga iris perifer hampir selalu prolaps lewat insisi dan kemudian
dilakukan iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan jahitan dan bilik
mata depan dibentuk kembali dengan NaCl 0,9%.
2) Trabekulektomi
Indikasi tindakan ini dilakukan pada keadaan glaukoma akut yang berat
atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer, glaukoma primer
sudut tertutup, juga pada penderita dengan iris berwarna coklat gelap
(ras asia atau cina). Jika mungkin tindakan ini akan dikombinasikan
dengan ekstraksi lensa
f. Ekstraksi lensa
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi lensa
dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama.
g. Tindakan profilaksis
Tindakan ini terhadap mata normal kontra-lateral dilakukan iridektomi laser
profilaksis. Ini lebih disukai daripada perifer iridektomi bedah. Dilakukan
pada mata kontra-lateral yang tidak ada gejala.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Glaukoma biasanya sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, glaukoma
primer paling sering terjadi pada usia diatas 60 tahun, tetapi dapat menjadi
kongenital pada bayi dan anak[ CITATION Sid14 \l 1057 ].

b. Status Kesehatan Saat Ini


1) Keluhan utama
Biasanya pada penderita glaukoma mengeluh pandangannya kabur dan
nyeri pada daerah mata.
2) Alasan masuk rumah sakit
Pada penderita glaukoma biasanya mengeluh nyeri pada mata,
pandangan kabur, mata merah, sakit kepala, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama misalnya yang sering terjadi
pada pasien glaukoma adalah penurunan penglihatan.

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1) Riwayat penyakit sebelumnya
Tanyakan kepada pasien tentang adanya riwayat penyakit sistemik yang
dimiliki oleh pasien seperti DM, Hipertensi, pembedahan mata
sebelumnya dan penyakit metabolik lainnya yang memicu
glaukoma[ CITATION Sid14 \l 1057 ].
2) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga tentang adanya riwayat penyakit keturunan
seperti DM, Hipertensi dan penyakit keturunan lainnya. Biasanya pada
penderita glaukoma disebabkan oleh faktor genetik [ CITATION Sid14 \l
1057 ].
3) Riwayat pengobatan
Pada pasien glaukoma biasanya pernah dilakukan pembedahan pada
mata atau penggunaan obat seperti tetes mata.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran : pada pasien glaukoma biasanya didapatkan kesadaran
penuh atau composmentis dengan GCS (E: 4, V:5, M: 6)
b) Tanda-tanda vital
Pada pasien glaukoma tekanan darah biasanya meningkat, nadi
meningkat.

2) Body System
a) System pernafasan
Biasanya pada penderita glaukoma pola nafas kadang teratur kadang
tidak dikarnakan nyeri yang berlebih pada mata.
b) System kardiovaskuler
Frekuensi denyut nadi irama teratur dan kuat, tidak odem, tidak
teraba pembesaran vena jugularis, tidak terdapat kelainan pada
bunyi jantung, nyeri dada tidak ada
c) System persarafan
Tingkat kesadaran compos mentis, terjadi gangguan pada syaraf
optik yang mengakibatkan peningkatan tekanan intraokuler (TIO).
d) System perkemihan
Warna urine kuning jernih, tidak keruh dengan volume BAK
1000cc/hari.
e) System pencernaan
Pada penderita glaukoma biasanya terjadi tekanan pada syaraf vagus
sehingga mengakibatkan terjadinya mual dan muntah.
f) System integument
Pada penderita glaukoma tidak ditemukan adanya petekie, turgor
kulit menurun, dan keringat dingin
g) System musculoskeletal
Pada penderita glaukoma tidak ditemukan adanya gangguan pada
muskuloskeletal.
h) System endokrin
Tidak ada pemeriksaan yang berkaitaan dengan system endokrin.
i) Sistem reproduksi
Tidak ada pemeriksaan yang berkaitan dengan system reproduksi.
j) System pengindraan
1. System penglihatan
Pada penderita glaukoma terjadi penurunan lapang pandang
(kebutaan), sinar terang dapat menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, mata merah dan
bengkak, kornea sembab/ berwarna, kadang pupil midriasis/
menyempit, reaksi pupil hilang/ lambat, kedua bilik mata
nampak dangkal pada bentuk primer, pada bentuk sekunder
dijumpai penyakit penyebabnya, pada perabaan bola mata
teraba lebih keras.
2. System pendengaran
Tidak mengeluarkan cairan dari telinga, tidak ada perasaan
penuh dalam telinga, tidak ditemukan tinnitus.
3. System wicara
Tidak mengalami kesulitan bicara.
k) System imun
Pada penderita ini system imun menurun karna faktor usia.
[ CITATION Agu00 \l 1057 ]
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut [CITATION Tim173 \l 1057 ] diagnosa keperawatan pada penderita
Glaukoma adalah sebagai berikut :
1) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokuler
a) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan omset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan
b) Penyebab :
1. Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, latian fisik berlebihan)
c) Batasan karakteristik
 Tanda dan gejala mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuwensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
 Tanda dan gejala minor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif :
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
d) Kondisi terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrome koroner akut
5. Glaukoma

2) Gangguan persepsi sensori visual b.d penurunan penglihatan/ kebutaan


a) Definisi : perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun
eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau
terdistorsi.
b) Penyebab
 Gangguan penglihatan
 Gangguan pendengaran
 Gangguan penghiduan
 Hipoksia cerebral
 Penyalahgunaan zat
 Usia lanjut
 Pemajanan toksin lingkungan
c) Batasan karakteristik
 Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2. Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman,
pengecapan
Objektif :
1. Distorsi sensori
2. Respon tidak sesuai
3. Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba atau
mencium sesuatu
 Gejala dan tanda minor
Subjektif : Menyatakan kesal
Objektif :
1. Menyendiri
2. Melamun
3. Konsentrasi buruk
4. Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
5. Curiga
6. Melihat kesatu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri
d) Kondisi terkait
1. Glaukoma
2. Katarak
3. Gangguan refraksi (miopia, hiperopia, astikmatisma, presbiopia)
4. Trauma okuler
5. Trauma pada saraf kranialis II, III, IV dan VI Akibat stroke,
aneurisma intrakranial, trauma atau tumor otak
6. Infeksi okuler
7. Presbikusis
8. Malfungsi alat bantu dengar
9. Delirium
10. Dimensia
11. Gangguan amnestik
12. Penyakit terminal
13. Gangguan psikotik

3) Gangguan citra tubuh b.d kebutaan


a) Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi
fisik individu.
b) Penyebab :
1. Perubahan struktur atau bentuk tubuh (mis: amputasi, trauma, luka
bakar, obesitas, jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (mis: proses penyakit, kehamilan,
kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidak sesuaian budaya, keyakinan dan sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan atau pengobatan (mis: pembedahan, kemoterapi,
terapi radiasi)
c) Batasan karakteristik
 Tanda dan gejala mayor
Subjektif : mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian
tubuh
Objektif :
1. Kehilangan bagian tubuh
2. Fungsi atau struktur tubuh berubah atau hilang
 Tanda dan gejala minor
Subjektif :
1. Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian
tubuh
2. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
3. Mengungkapkan kekawatiran pada penolakan atau reaksi orang
lain
4. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif :
1. Menyembunyikan atau menunjukkan bagian tubuh secara
berlebihan
2. Menghindari melihat atau menyentuh bagian tubuh
3. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4. Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh.
5. Fokus pada penampilan dan kekuatan pada masa lalu
6. Hubungan sosial berubah
d) Kondisi terkait
1. Mastektomi
2. Amputasi
3. Jerawat
4. Parut atau luka bakar yang terlihat
5. Obesitas
6. Hiperpigmentasi pada kehamilan
7. Gangguan psikiatrik
8. Program terapi neoplasma
9. Alopecia chemically inducert

3. Intervensi Keperawatan
Menrut [ CITATION Jud16 \l 1057 ] intervensi keperawatan pada penderita
Glaukoma adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokuler
Kriteria hasil
1) Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
2) Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang denganskala 0-10
3) Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan non-
analgesik secara tepatmelaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis.
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0
sampai 10 (0=tidak ada nyeri atau tidak kenyamanan, 10= nyeri berat)
2) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau pereda nyeri oleh analgesik
dan kemungkinan efek sampingnya.
3) Manajemen nyeri : lakukan pengkajian nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi,frekuensi,kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
1) Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
2) Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping yang didasarkan.
3) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau oipid (resiko
ketergantungan atau overdosis).
4) Managemen nyeri : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidak nyamanan
akibat prosedur.
Aktivitas lain
1) Bantu pasien untuk berfokus pada hal lain , bukan pada nyeri dan rasa
tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi,radio,dan
interaksi dengan pengunjung.
2) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di
masa lalu seperti distraksi relaksasi atau kompres hangat atau dingin
3) Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien
terhadap analgesik.
Aktivitas kolabiratif
1) Kelola nyeri paska bedah awal dengan pemberian obat yang terjadwal
atau PCA.
2) Management nyeri: gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat dan laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil
atau keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri pasien di masa lalu

b. Gangguan persepsi sensori visual b.d penurunan penglihatan/ kebutaan


Kriteria hasil
1) Penggunaan penglihatan yang optimal
2) Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
3) Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut.

Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1) Kaji dan catat warna mata, adanya radang eksudat, atau nyeri.
2) Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan contoh kurangi kekacauan, perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
1) ajarkan cara merawat dan perawatan diri, termasuk komplikasi kondisi
medis
Aktivitas lain
1) Beri alat bantu penglihatan yang rutin digunakan
2) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau
kemungkinan kehilangan penglihatan.
3) Orientasikan terhadap lingkungan
4) Bantu mobilitas dan ambulasi sesuai kebutuhan
Aktivitas kolaboratif
1) Kolaborasikan dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi

c. Gangguan citra tubuh b.d kebutaan


Kriteria hasil
1) Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan dengan ketunadayaan
fisik, citra tubuh positif, tidak mengalami keterlambatan dalam
perkembangan, dan harga diri positif
2) Menunjukkan citra tubuh yang dibuktikan dengan :
 Kesesuaian antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan perwujudan tubuh
 Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh
 Keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami
gangguan
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien terhadap
tubuh pasien
2) Identifikasi mekanisme koping yang biasanya digunakan pasien
3) tentukan harapan pasien tentang citra tubuh berdasarkan perkembangan
4) identifikasi pengaruh budaya, agama, ras, jenis kelamin dan usia pasien
yang menyangkut citra tubuh
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
2) ajarkan cara merawat dan perawatan diri, termasuk komplikasi kondisi
medis
Aktivitas lain
1) beri dorongan kepada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaanya
2) berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan
martabat pasien
3) bantu pasien dan keluarga untuk secara bertahap menjadi terbiasa
dengan perubahan pada tubuhnya, mungkin menyentuh area yang
terganggu sebelum melihatnya
Aktivitas kolabiratif
1) Rujuk kelayanan sosial untuk merencanakan perawatan dengan pasien
dan keluarga
2) Rujuk ke tim interdisimpliner untuk pasien yang memiliki kebutuhan
kompleks (mis: komplikasi pembedahan)
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwadianto, B. S. (2000). Kedaruratan Medik. Aksara: Bina Rupa.


Manurung, S. (2011). Keperawatan Profesional. Jakarta: TIM.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Priscilla Lemone, K. M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI . (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI .
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yulianti, S. I. (2014). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai