DI
Oleh:
SARIFAH ANUM
NIM : 4012020056
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur atas berkat Allah yang maha
kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Pegadaian Syari’ah” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. yang telah
mengajarkan kepada kita agama islam yang sempurna sebagai anugerah terbesar bagi
seluruh umat manusia di dunia ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank Syariah.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dipaparkan beberapa rumusan masalah yang
berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa itu pegadaian syariah?
2. Apa Status Hukum Pegadaian Syariah?
3. Apa Ketentuan Hukum Pegadaian Syariah?
4. Apa Manfaat Pegadaian Syariah?
5. Apa Barang Jaminan Pegadaian Syariah?
6. Bagaimana Perkembangan Pegadaian Syariah?
7. Bagaimana Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah?
8. Bagaimana Sumber Pendanaan Pegadaian Syariah?
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
apabila pihak yang berutang tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo. Dan ada beberapa definisi yang dikemukakan para ulama fikih
mengenai rahn. Ulama mazhab Maliki mendefinisikan rahn sebagai “harta
yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat”.
Ulama mazhab Hanafi mendefinisikan rahn dengan, “menjadikan sesuatu
(barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan
sebagai pembayar hak (piutang) tersebut, baik seluruhnya maupun
sebagiannya.” Sementara itu, ulama mazhab Syafi’I dan mazhab Hanbali
mendefinisikan rahn dengan, “menjadikan materi (barang) sebagai jaminan
utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang
tidak dapat membayar utangnya itu”.2
ْ ُق أَ َمانَتَه
اؤتُ ِمنَ الَّ ِذي ِ َّقَ ْلبُهُ آثِ ٌم فَإِنَّهُ يَ ْكتُ ْمهَا َو َم ْن ال َّشهَا َدةَ تَ ْكتُ ُموا َوال َربَّهُ هَّللا َ َو ْليَت
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis. Maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
2
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya
(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), h. 364
4
(utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan
Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
b) Hadits
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Surya Cipta Aksara,1993),
h.71
4
A. Hassan, Tarjamah Bulughul Maram (Bandung: Diponegoro, 2006), h. 379
5
Ketentuan mengenai rahn seperti yang tercantum dalam Fatwa DSN
No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn sebagai berikut :
6
dilakukan melalui Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI)
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah sekarang
bernama (Badan Arbitrase Syariah Nasional / BASYARNAS).
Sedangkan ketentuan mengenai gadai emas adalah mengacu kepada
Fatwa DSN No.26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas dengan
Tambahan sebagai berikut :
Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh
Penggadai (rahin).
Ongkos sebagaimana dimaksud besarnya berdasarkan pada
pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.
6
Nurul Huda dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Tinjauan Teoritis Dan
Praktis), (Jakarta: Pernanda Media Group, 2010) h.276
7
d) Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat
mudah.
1. Bagi nasabah
Tersedianya dana dengan prosedur yang relative lebih sederhana dan dalam
waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/ kredit perbankan.
Di samping itu, nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai barang
bergerak secara professional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak
yang aman dan dapat dipercaya.
2. Bagi perusahaan pegadaian
Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam
dana
Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah
memperoleh jasa tertentu. Bank syariah yang mengeluarkan produk gadai
syariah mendapat keuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya
sewa tempat penyimpanan emas
Pelaksanaan misi pegadaian sebagai BUMN yang bergerak di bidang
pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan
dana dengan prosedur yang relatif sederhana
Berdasarkan PP No. 10 tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan untuk:
Dana pembangunan semesta (55 %);
Cadangan umum (20%);
Cadangan tujuan (5%);
Dana sosial (20%).
8
Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia berawal pada tahun
1998 ketika beberapa General Manager melakukan studi banding ke Malaysia.
Setelah melakukan studi banding, mulai dilakukan penggodokan rencana
pendirian pegadaian syariah. Tapi ketika itu ada sedikit masalah internal
sehingga hasil studi banding itu pun hanya ditumpuk. Tahun 2002 mulai
diterapkan sistem pegadaiaan syariah dan pada tahun 2003 pegadaian syariah
resmi dioperasikan dan pegadaian cabang menjadi kantor cabang pegadaian
pertama yang menerapkan sistem pegadaian syariah.prospek pegadaian
syariah di masa depan sangat luar biasa.
9
Pegadaian cabang Majapahit Semarang misalnya, tahun 2006 mencapai 18,2
miliar. Lebih besar dari target yang ditetapkan sebanyak 11,5 miliar. Jumlah
nasabah yang dihimpun sekitar 6 ribu orang dan barang jaminannya sebanyak
16.855potong.Penyaluran kredit pegadaian syariah Semarang ini berdiri tahun
2003, setiap tahunnya meningkat cukup signifikan dari Rp 525 juta tahun
2004 meningkat menjadi Rp 5,1 miliar dan tahun 2006 mencapai Rp 18,4
miliar. Mengenai permodalan hingga saat ini tidak ada masalah. Berapapun
permintaan nasabah asal ada barang jaminan akan dipenuhi saat itu pula bisa
dicairkan sesuai taksiran barang jaminan tersebut.7
a) Penghimpunan dana
Dana yang di peroleh oleh perum pegadaian untuk melakukan kegiatan
usahanya berasal dari:
Pinjaman jangka pendek dari perbankan (sekitar 80% dari
total dana jangka pendek yang dihimpun.
Pinjaman jangka pendek dari pihak lainnya (utang pada
rekanan, nasabah, utang pajak dll)
Penerbitan Obligasi.
Modal Sendiri, modalnya terdiri dari : modal awal
(kekayaan diluar APBN, penyertaan modal pemerintah,
laba ditahan)
b) Penggunaan Dana
Sasli Rais, Pegadaian Syariah Konsep Dan Sistem Operasional (Suatu Kajian
8
10
Dana yang telah berhasil dihimpun kemudian digunakan untuk
mendanai kegiatan usaha perum pegadaian. Dana tersebut antara lain
digunakan untuk hal-hal berikut ini:
Uang kas dan dana likuid, digunakan untuk kewajiban yang
telah jatuh tempo, penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan dalam hukum gadai, biaya operasional,
pembayaran pajak dll.
Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva
tetap dan inventaris.
Pendanaan kegiatan operasional, berupa gaji karyawan,
listrik, telepon dll
Penyaluran dana, utamanya dalam bentuk pembiayaan atas
dasar hukum gadai.
Investasi lain, apabila ada kelebihan dana / iddlefund dapat
di tanamkan dalam investasi jangka pendek dan menengah.
Sertifikat rumah atau tanah, sertifikat rumah atau tanah menjadi barang
gadai yang bernilai mahal, apalagi jika nilai jual rumah atau tanah tersebut
mahal
Kendaraan,kendaraan yang dapat digadaikan ke pihak lembaga dapat
berupa seperti mobil, motor dan sepeda.
Adapun perhiasan, seperti emas, intan, permata dan berlian.
Alat-alat elektronik.
9
Erwin Muhammad, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h.
67
11
Dan barang-barang branded atau barang-barang lain yang bernilai
1. Modal sendiri.
2. Penyertaan modal pemerintah.
3. Pinjaman jangka pendek dari perbankan.
4. Pinjaman jangka panjang yang berasal dari Kredit Lunak Bank Indonesia.
5. Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi.
10
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah,(Jakarta:Kencana, 2009), h. 398.
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
13
memberikan kepastian dan jaminan bagi stakeholders maupun masyarakat
sebagai pengguna jasa pegadaian syariah yang sesuai dengaan tujuan syariat
islam yaitu memelihara agama (hifzul din), dan memelihara harta (hifzul mal).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. 1993. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Surya Cipta
Aksara.
Dewan Syariah Nasional MUI dan Bank Indonesia. 2009. Himpunan Fatwa Dewan
Syariah Nasional-MUI. Yogyakarta : Pustaka Zeedny.
Mohammad Heykal dan Nurul Huda. 2010. Lembaga Keuangan Islam (Tinjauan
Teoritis Dan Praktis). Jakarta: Pernanda Media Group.
Rais Sasli. 2008. Pegadaian Syariah Konsep Dan Sistem Operasional (Suatu Kajian
Kontemporer). Jakarta: Universitas Indonesia(UI-Press).
14
Sjahdeini Sutan Remi. 2014. Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek
Hukumnya. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
15