Makalah
Makalah
Disusun Oleh :
KELAS 2B
2021
KATA PENGANTAR
Alahmdulillahirabbil ‘alamin, Segala puji bagi Allah STW. Atas limpahan berkat karunia
serta inayahnya, yang diberikan kepada kita semua. Sehingga kita semua masih dikaruniai
nikmat sehat, sempat, serta nikmat iman, dan islam. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu. Tak lupa solawat serta salam kita haturkan kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW. Yang kita nantikan syfa’atnya kelak, Aamiin.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
‘Ulumul Qur’an Lanjut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang metode penelitian tematik dan komparatif Al Qur’an bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai kitab suci, al-Qur’an berfungsi sebagai undang-undang dan pedoman hidup umat
Islam. umat Islam pada saat ini seringkali kesulitan dalam memahami isi Al Qur’an secara
keseluruhan. Oleh karena itu, para ahli tafsir kemudian merumuskan sebuah metode memahami
al-Qur’an sesuai dengan tema-tema tertentu atau yang disebut sebagai metode tafsir Maudlu’I,
rahlili, muqaran, ijmali dll.
Untuk itu, akan lebih mudah dan efesien, pembahasan didalam makalah hanya
mengambil dua dari empat metode tafsir yaitu metode Muqaran (komparatif), dan metode
Mawdhu’iy (tematik). Pentingnya metode tafsir Muqaran (komparatif), dan metode Mawdhu’iy
(tematik) dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran adalah untuk membantu dan memudahkan bagi
orang yang ingin mempelajari dan memahami ayat Al-Quran itu sendiri.
Dengan adanya makalah ini diharapkan memudahkan para peneliti dalam memahami
metode metode ataupun dalam memaknai Al Qur’an.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode
Metode adalah : Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud1. Dalam
Ensiklopedi Indonesia Metoda adalah : cara melakukan sesuatu ata cara mencapai pengetahuan 2.
Bentuk adalah : Sistem, susunan, pendekatan3. Dalam hal ini berarti berbicara menganai
hubungan tafsir al-Qur’an dengan media atau alat yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an.
Media untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman teks-teks atas nash al-Qur’an dapat
berupa; nash (al-Qur’an dan alHadits), akal, ataupun intuisi 4. Sedangkan Corak adalah : Paham
atau macam5. Dalam hal ini corak penafsiran adalah sekitar hubungan tafsir al-Qur’an dengan
kecenderungan yang dimiliki mufasir yang bersangkutan. Ada dua istilah yang sering digunakan
yaitu: metodologi tafsir dan metode tafsir. Kita dapat membedakan antara dua istilah tersebut,
yakni: “metode tafsir, yaitu cara-cara yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur’an, sedangkan
metodologi tafsir yaitu ilmu tentang cara tersebut. Katakan saja, pembahasan teoritis dan ilmiah
mengenai metode muqarin [perbadingan], misalnya disebut analisis metodologis, sedangkan jika
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. 1989. hlm. 580
– 581.
2
Dalam Ensiklopedi Indonesia Metoda adalah : cara melakukan sesuatu ata cara mencapai pengetahuan
3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. 1989. Hlm. 103-
104.
4
Bard Al-Din Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, Jilid II, dar al-Fikr, Beirut, 1988. hlm.
200
5
Bard Al-Din Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, Jilid II, dar al-Fikr, Beirut, 1988. hlm.
200Hlm. 173
pembahasan itu berkaitan dengan cara penerapan metode terhadap ayat-ayat alQur’an, disebut
pembahasan metodik. Sedangkan cara menyajikan atau memformulasikan tafsir tersebut
dinamakan teknik atau seni penafisran”. Maka metode tafsir merupakan kerangka atau kaidah
yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat al-qur’an dan seni atau teknik ialah cara yang
dipakai ketika menerapkan kaidah yang telah tertuang di dalam metode, sedangkan metodologi
tafsir ialah pembahasan ilmiah tentang metode metode penafsiran al-Qur’an.6
1. Metode Tematik
Metode tematik yaitu metode yang membahas ayat ayat Al Qur’an sesuai dengan tema
atau judul yang sudah ada. Semua ayat yang bersangkutan dikumpulkan dan dikaji lebih
mendalam dan tuntas,baik dari aspek asbab an nuzul, kosa kata, dll. Semua dijelaskan dengan
rinci, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah, baik argumen yang berasal dari Al-Qur’an, hadis, maupun pemikiran rasional 7. Jadi,
dalam metode ini, tafsir Al-Qur’an tidak dilakukan ayat demi ayat. Ia mencoba mengkaji Al-
Qur’an dengan mengambil sebuah tema khusus dari berbagai macam tema doktrinal, sosial, dan
kosmologis yang dibahas oleh Al-Qur’an. Misalnya ia mengkaji dan membahas dotrin Tauhid di
dalam Al-Qur’an, konsep nubuwwah di dalam Al-Qur’an, pendekatan Al Qur’an terhadap
ekonomi, dan sebagainya.
6
Nashruddin Baidan. 1988. Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Pelajar.
7
al-Farmawi, hlm. 52., dalam Nashruddin Baidan. Ibid. hlm. 151.
menjelaskan pengertian menyeluruh ayat-ayat tersebut, guna menarik petunjuk al-Qur’an secara
utuh tentang masalah yang dibahas itu8.
2. Metode Komparatif
Metode Komparatif yaitu suatu metode yang mana disitu membahas tentang membandin
gkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadis baik dari segi isi maupun redaksi, atau juga bisa
dengan pendapat ulama yang tafsir yang segi perbedaan tertentu dari obyek yang dapat
dibandingkan. Jadi yang dimaksud dengan metode komporatif ialah:
Tafsir al-Qur’an dengan menggunakan metode ini mempunyai cakupan yang lebih luas.
Ruang lingkup kajian dari masing-masing aspek itu berbeda-beda. Ada yang berhubungan
dengan kajian redaksi dan kaitannya dengan konotasi kata atau kalimat yang dikandungnya.
Maka, M. Quraish Shihab, menyatakan bahwa ”dalam metode ini khususnya yang
membandingkan antara ayat dengan ayat atau ayat dengan hadis, ataupun dengan pendapat
para mufasir. Jadi dalam hal ini ada 3 aspek yang perlu diperhatiakn. Contoh dari metode
komparatif anatara lain:
8
M. Quraish Shihab. 1992. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan. hlm. 74.
surat al-A’raf ayat 51 dan al-Ankabut ayat 64, kata َّولَ ْه ٌوdidahulukan dari pada ٌلَ ِعب
surat itu berbunyi:
الَّ ِذ ْينَ اتَّ َخ ُذوْ ا ِد ْينَهُ ْم لَ ْه ًوا َّولَ ِعبًا َّو َغ َّر ْتهُ ُم ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَ ۚا
“Yaitu orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai senda gurau dan
permainan, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia”
ٌَو َما ٰه ِذ ِه ْال َح ٰيوةُ ال ُّد ْنيَٓا اِاَّل لَ ْه ٌو َّولَ ِع ۗب
“Kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan.”
Yang menjadi dasar didahulukan dan diakhirkan kata dalam ayat tersebut adalah,
karena disamakan dengan waktu pagi atau dengan masa kanak kanak, sedangkan
kata lahwa disamakan dengan masa masa muda.
Membandingkan Ayat dengan Hadis
“Masuklah kamu ke dalam surga disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”
(QS. AlNahl : 32
Kemudian pada hadistnya,
“Ketahuilah, bahwa Tidak akan bertuntung salah seorang pun diantara kamu
(masuk ke dalam surga) disebabkan perbuatannya” (HR. Tirmidzi).
Antara ayat al-Qur’an dan hadits tersebut di atas terkesan ada pertentangan.
Untuk menghilangkan pertentangan itu, al-Zarkasyi mengajukan dua cara yaitu,
yang pertama dengan cara dengan menganut pengertian harfiah hadits, yaitu
bahwa orang-orang tidak masuk surga karena amal perbuatannya, tetapi karena
ampunan dan rahmat Tuhan. Yang kedua dengan menyatakan bahwa huruf ba’
pada ayat di atas berbeda konotasinya dengan yang ada pada hadits tersebut. Pada
ayat berarti imbalan, sedangkan pada hadits berarti sebab.
Membandingkan Pendapat Ulama dengan Ulama
1. Metode Tematik
Ciri metode ini lebih menonjolkan tema, Judul atau topik pembahasan, sehingga
dikatakan bahwa metode ini juga disebut metode topikal. Jadi, mufassir mencari tema-tema atau
topik-topik yang ada di tengah masyarakat atau berasal dari Al-Qur’an itu sendiri, atau dari lain-
lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan menyeluruh dari
berbagai aspeknya sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di dalam ayat-ayat yang
ditafsirkan tersebut. Jadi penafsiranyang diberikan tidak boleh jauh dari pemahaman ayat-ayat
Al-Qur’an agar tidak terkesan penafsiran tersebut berangkat dari pemikiran atau terkaan berkala
al-ra’y al mahdh. Oleh karena itu dalam pemakainnya, metode ini tetap menggunakan kaidah-
kaidah yang berlaku secara umum di dalam ilmu tafsir9.
2. Metode Komparatif
Ciri utama metode ini adalah ”perbandingan” (komparatif). Di sinilah letak salah satu
perbedaan yang prinsipil antara metode ini dengan metode metode yang lain. Hal ini disebabkan
karena yang dijadikan bahan dalam membandingkan ayat dengan ayat atau dengan hadis, adalah
pendapat para ulama tersebut.
1. Metode tematik
a. Kelemahan
1. Memenggal ayat al-Qur’an: Yang dimaksud memenggal ayat Al-Qur’an adalah suatu
kasus yang terdapat di dalam suatu ayat atau lebih mengandung banyak permasalahan yang
berbeda. Misalnya, petunjuk tentang shalat dan zakat. Biasanya kedua ibadah itu diungkapkan
bersama dalam satu ayat. Apabila ingin membahas kajian tentang zakat misalnya, maka mau
9
Nashruddin Baidan. Op. Cit. hlm. 152
tidak mau ayat tentang shalat harus di tinggalkan ketika menukilkannya dari mushaf agar tidak
mengganggu pada waktu melakukan analisis.
b. Kelebihan
1. Menjawab tantangan zaman: Permasalahan dalam kehidupan selalu tumbuh dan berkembang
sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Maka metode maudhu’i sebagai upaya
metode penafsiran untuk menjawab tantangan tersebut. Untuk kajian tematik ini diupayakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat.
2. Praktis dan sistematis: Tafsir dengan metode tematik disusun secara praktis dan sistematis
dalam usaha memecahkan permasalahan yang timbul.
3. Dinamis: Metode tematik membuat tafsir Al Qur’an selalu dinamis sesuai dengan tuntutan
zaman sehingga menimbulkan image di dalam pikiran pembaca dan pendengarnya bahwa Al-
Qur’an senantiasa mengayomi dan membimbing kehidupan di muka bumi ini pada semua lapisan
dan starata sosial.
4. Membuat pemahaman menjadi utuh: Dengan ditetapkannya judul-judul yang akan dibahas,
maka pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an dapat diserap secara utuh. Pemahaman semacam ini sulit
ditemukan dalam metode tafsir yang dikemukakan di muka. Maka metode tematik ini dapat
diandalkan untuk pemecahan suatu permasalahan secara lebih baik dan tuntas.
2. Metode Koparatif
a. kelemahan
1. penafsiran dengan memakai metode ini tidak dapat diberikan kepada pemula yang baru
mempelajari tafsir, karena pembahasan yang dikemukakan di dalamnya terlalu luas dan kadang
kadang ekstrim.
2. metode ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di
tengah masyarakat, karena metode ini lebih mengutamakan perbandingan dari pada pemecahan
masalah.
3. metode ini terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah dilakukan
oleh para ulama daripada mengemukakan penafsiran penafsiran baru.
b. Kelebihan
1. memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas kepada pada pembaca bila
dibandingkan dengan metode-metode lain. Di dalam penafsiran ayat al-Qur’an dapat ditinjau dari
berbagai disiplin ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian mufassirnya.
2. membuka pintu untuk selalu bersikap toleransi terhadap pendapat orang lain yang kadang-
kadang jauh berbeda dari pendapat kita dan tak mustahil ada yang kontradiktif. Dapat
mengurangi fanatisme yang berlebihan kepada suatu mazhab atau aliran tertentu.
3. tafsir dengan metode ini amat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat
tentang suatu ayat.
4. dengan menggunakan metode ini, mufassir didorong untuk mengkaji berbagai ayat dan hadis-
hadis serta pendapat para mufassir yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Dalam metode tafsir ada beberapa kosakata yang berkaitan dengan istilah metode yaitu, ittijah,
manhaj, mazhab, thariqah, dan lawn. Manhaj dan thariqah mempunyai arti yang sama yaitu
metode yang digunakan untuk mufassir dalam memahami suatu ayat. Ittijah dan mazhab yaitu
kecenderungan seorang mufassir dalam memahami suatu ayat. Sedangkan lawn corak atau warna
yang dimiliki mufassir dalam menafsirkan suatu ayat.
2. Secara umum ada empat atau jenis metode yaitu: metode ijmali, metode tahlil, metode
muqarin, dan metode maudhu’i. Yaitu dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
karakteristik masing-masing tersebut dan latar belakang mufassir itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bard Al-Din Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum AlQur’an, Jilid II, dar al-
Fikr, Beirut, 1988. hlm. 200Hlm. 173
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka. 1989.