A. Proses Pemberdayaan Ekonomi Yang Dilakukan Oleh UPK Setu
Babakan
Analisis mengenai pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh UPK
Setu Babakan akan penulis sajikan dalam bentuk uraian dan pemaparan. Pemberdayaan ekonomi ini dicanangkan oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai upaya untuk mengatasi kemiskinan di daerah DKI Jakarta terutama di daerah sekitar Setu Babakan Jagakarsa Jakarta Selatan.
Pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh UPK Setu Babakan ini
memiliki beberapa proses dalam pelaksanaanya. Berdasarkan salah satu poin dari teori pemberdayaan masyarakat menurut Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:125-126), yaitu menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian. Dalam program pemberdayaan ekonomi ini UPK Setu Babakan melakukan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian mereka di Setu Babakan, yaitu sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan mengidentifikasi potensi wilayah
Dalam proses kegiatan pemberdayaan ekonomi, UPK Setu Babakan
melaksanakan sosialisasi dan menggali potensi masyarakat sekitar hal ini sesuai dengan teori Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:125-126) dalam isi teori pemberdayaan masyarakat yaitu mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan, serta peluang-peluangnya.
Sosialisasi yang dilakukan UPK Setu Babakan adalah seperti yang
dijelaskan oleh Bapak Buchori selaku salah satu pengelola Setu Babakan dalam wawancara yang telah penulis lakukan (lihat wawancara bab IV hal ....), yaitu dengan cara menanamkan nilai dari potensi perkampungan budaya Betawi yang bisa dikembangkan untuk pemberdayaan dan pelestarian budaya Betawi lalu selanjutnya mereka tentukan kegiatan yang akan mereka laksanakan. Setelah sosialisasi, selanjutnya UPK Setu babakan melakukan identifikasi dari potensi yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Setu Babakan yaitu potensi dari makanan tradisional khas Betawi.
2. Program Kegiatan
Setelah melihat potensi yang ada di perkampungan Setu babakan
dari hasil sosialisasi dan identikasi, UPK Setu Babakan mulai menyusun rencana kegiatan hal ini sesuai dengan teori pemberdayaan Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:125-126), yaitu menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian. Hal ini dibenarkan oleh bapak Bukchori selaku pengelola (lihat wawancara bab IV hal ...) beliau menjelaskan bahwah ada beberapa program kegiatan yang dilaksanakan seperti Workshop pembuatan makanan dan minuman khas Betawi dan pertunjukan seni.
Kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh UPK Setu Babakan
ini selalu berbentuk pelestarian budaya Betawi mulai dari pertunjukan seni Betawi dan workshop pembuatan makanan dan minuman khas Betawi, hal ini dilakukan bertujuan untuk merawat dan melestarikan budaya Betawi agar tidak punah dan sirna ditelan jaman. Sesuai dengan Perda DKI Jakarta No.3, 2005 tentang pembangunan perkampungan budaya Betawi diarahkan untuk kelestarian budaya Betawi, dan pemanfataan dan pengembangan budaya.
Selain dari pelestarian dan pengembangan budaya, hal ini juga
berdampak pada aspek ekonomi sekitar Setu Babakan yang menjadi anggota dari UPK Setu Babakan. Dimana dengan adanya UPK Setu Babakan ini masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang makanan atau minuman tradisional khas betawi ini merasa terbantu dalam hal pemasaran produk.
Dalam hal penyusunan kegiatan ini UPK Setu Babakan memiliki
beberapa cara untuk menjadikan masyarakat sekitar Setu Babakan menjadi terberdaya dalam penjualan atau pelestarian budaya khas Betawi ini, diantaranya adalah: a. Pembinanan
Untuk menunjang masyakarat yang terberdaya Upk Setu
Bababkan melakukan pembinanan terhadap masyarakat yang menjadi anggota mereka. Dimana dalam pembinanaan ini masyarakat diharapkan agar terbiasa dan terbuka wawasan tentang ilmu kewirausahaan.
Dalam pembinaan ini terdapat proses yang harus dilalui oleh
para amggota atau pengrajin makanan dan minuman tradisional khas Betawi yang ada di Setu Babakan, seperti yang dituturkan oleh bapak Udin selalku pengrajin Dodol Betawi (lihat wawancara bab IV hal....), dimana beliau mengatakan bahwa sebelum mengikuti pembinaan para anggota harus mengikuti beberapa persyaratan yang tekah disiapkan oleh para pengelola seperti tes food, pengecekan bahan-bahan baku, dan lain sebagainya.
Hal diatas menjelaskan bahwa tidak sembangarang
masyarakat bisa menjadi anggota binaan UPK Setu Babakan, dimana makanan mereka harus persis dengan makanan khas Betawi yang tedahulu. Selain itu juga, para pengrajin makanan dan minuman khas Betawi harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan salah satunya adalah lamanya mereka berjualan makan atau minuman khas betawi itu.
Selain pembinaan program yang dilaksanakan adalah
pertujuan seni tradisional khas Betawi, kegiatan ini dilaksanakan untuk menarik pengunjung datang ke kawasan wisata Setu Babakan dan untuk membangkitkan kembali minat masyarakat akan kebudayaan yang dimiliki oleh suku Betawi.
b. Workshop Pertunjukan
Program yang dilaksanakan oleh UPK Setu Babakan selain
pembinaan juga tersedia workshop pertunjukan. Kegiatan ini berisi tentang pengenalan dan cara pembuatan makanan atau minuman tradisional khas Betawi yang sudah jarang kita temui lagi keberadaannya baik itu untuk diperjual belikan maupun untuk menjadi sajian dan cemilan. Selain untuk memperkenalkan makana khas yang sudah jarang ditemui, workshop ini juga dimanfaatkan oleh UPK Setu Babakan sebagai ajkang memperkenalkan para pedagang makanan dan minuman tradisional khaw betwai yang masih bertahan dijaman sekarang.
Program workshop ini sangat bermanfaat bagi para pedagang
atau anggota binaan UPK Setu Babakan sebagai ajang promosi dan pemasaran produk mereka, selain itu para pedangan juga bisa mendapat hasil lebih dari menjadi pembicara dalam kegiatan workshop ini.
3. Implementasi Kegiatan Program
4. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Program
Pada tahapan ini UPK Setu Babakan melakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi kegiatan program secara rutin yaitu satu bulan sekali. Hal ini sesuai dengan salah satu poin dari teori pemberdayaan Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebianto (2013:125-126), yaitu memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara partipatif (lihat kajian teori bab II hal ....).
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan oleh UPK Setu
Babakan untuk melihat dan mengawasi kualitas bahan baku, kualitas kesehatan yang ditimbulkan oelh makanan atau minuman yang mereka sajikan, dan mutuk dari makan dan minuman itu sendiri, seperti yang dijelaskan oleh bapak Udin selaku penjual dodol Betawi (lihati wawancara bab IV hal....).
Namun selama pandemi Covid-19 terjadi, proses kegiatan
monitoring dan kegiatan evaluasi ini dihentikan terlibih dahulu dengan alasan demi keselamatan kita semua, selain itu juga kegiatan wisata yang ada Setu babakan juga dihentikan sejenak oleh pemerintah DKI Jakarta, jadi para pengelola UPK tidak melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi.