Anda di halaman 1dari 27

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 55%

Date: Friday, October 30, 2020


Statistics: 3369 words Plagiarized / 6132 Total words
Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR Pemberdayaan Masyarakat


Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu
konsep dimana masyarakat tidak hanya dijadikan objek dalam pembangunan tetapi
juga dijadikan subjek dari pembangunan. (Kartasasmita, 1996: 151). Di sini
pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan pembangunan alternatif atau
pembangunan sosial yang bertujuan menyelenggarakan pembangunan yang lebih
berkeadilan (Dr. Rahman Mulyan, 2016:45).

Menurut Eddy Papilaya yang dikutip oleh Zubaedi, bahwa Pemberdayaan adalah upaya
untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi,
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk
mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata (Zubaedi, 2007:42). Pada
hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).

Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang
mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit. Oleh
karena itu daya harus digali dan kemudian dikembangkan.

Jika asumsi ini berkembang maka pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
daya, dengan cara mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Di samping itu
hendaknya pemberdayaan jangan menjebak masyarakat dalam perangkap
ketergantungan (charity), pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan pada proses
kemandirian. (Tri Winari, 1998: 76). Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan
masyarakat secara aktif.

Menurut Soetomo masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi secara
kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang terpola, terorganisasi. Manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan. Masyarakat
memiliki hak untuk dapat hidup sejahtera dengan memiliki keterampilan serta
pengetahuan yang cukup sehingga terlepas dari kesusahan dan kemiskinan agar dapat
hidup lebih layak sesuai dengan ketentuan yang ada (Soetomo, 2011:25).

Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan
utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan
sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi
sosial. Prinsip pengembangan masyarakat yang menjadi acuan dasar dalam
pengembangan masyarakat yaitu: Prinsip ekologis yaitu prinsip yang
mengkolaborasikan pembangunan masnusia dan fisik yang bersifat Sustainability dan
memperhatikan keseimbangan alam dan kelangsungan keanekaragaman hayati.

Prinsip Justice menyatakan bahwa program harus bermanfaat bagi seluruh lapisan
masyarakat tanpa adanya stratifikasi sosial. Prinsip program dimana hasil adalah tujuan
akhir yang dicapai proses menjadi prioritas untuk membentuk kemandirian dan
keswadayaan masyarakat. Salah satu dari bentuk pemberdayaan masyarakat dapat
dilihat dari kemampuan individu yang senyawa dalam masyarakat dan membangun
pemberdayaan masyarakat yang bersangkutan.

Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental, terdidik dan
kuat, tentu memiliki keberdayaan yang tinggi. Pemberdayaan masyarakat merupakan
unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, dan dalam pengertian
yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan. Soesmono berpendapat
bahwa “didalam setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, setiap fasilitator harus
memahami dan mampu memilih metode pemberdayaan paling baik sebagai suatu cara
yang terpilih untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakannya” (Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato. 2012, 52-61).

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, menurut Kartasasmita (1996: 159-160) dapat


dilihat dari tiga sisi (G. Kartasasmita, 1996:156-160). Memampukan (Enabling), yaitu
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.
Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat,
memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian akan
sudah punah. Membangun daya (demand), yaitu upaya untuk membangun daya itu,
dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki masyarakat serta berupaya untuk mengembangkannya. Dalam rangka ini
diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim dan
suasana.

Memperkuat (empowering), yaitu memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan
berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Proses dan
Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dan
tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat


kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Proses pemberdayaan
masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya,
berkekuatan dan berkemampuan. Kaitannya dengan indikator masyarakat berdaya.

Sumardjo (1999:16), menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu: Mampu


memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi
perubahan ke depan). Mampu mengarahkan dirinya sendiri. Memiliki kemampuan untuk
berunding. Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang
saling menguntungkan. Bertanggung jawab atas tindakannya.

Kartasasmita (1997:23) mengatakan bahwa proses pemberdayaan dapat di lakukan


melaluitiga proses sebagai berikut: Menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah bahwa setiap
manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya
manusia atau masyarakat tanpa daya.

Dalam konteks ini, kekuatan atau kemampuan dengan mendorong (encourage) dan
membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya
mengembangkannya. Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empo-wering), sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau
suasana. Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemahkarena kekurangan berdayanya dalam
menghadapi yang kuat.

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial, seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya (Edi Suharto, 2005:59-60).

Tentunya kemandirian yang dimaksud tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tapi juga
secara sosial, budaya, hak bersuara/berpendapat, bahkan sampai pada kemandirian
masyarakat dalam menentukan hak-hak politiknya. Tujuan utama pemberdayaan adalah
memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki
ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (persepsi mereka sendiri), maupun
karena kondisi eksternal (ditindas oleh struktur sosial yang tidak berlaku adil).

Untuk melengkapi pemahaman tentang pemberdayaan perlu diketahui tentang konsep


kelompok lemah dan penyebab ketidakberdayaan yang mereka alami. (Ir. Hendrawati
Hamid, 2018:12) Edi Suharto (2010:60-61) berpendapat bahwa beberapa kelompok yang
dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya yaitu sebagai berikut:
Lemah secara struktural, yaitu lemah secara kelas (masyarakat yang kelas sosial
ekomoninya rendah), gender maupun etnis (kelompok minoritas), yang mendapatkan
perlakuan kurang/tidak adil dan diskriminasi.

Lemah secara khusus, yaitu seperti manula anak-anak, remaja, penyandang cacat,
gay-lesbian, masyarakat terasing. Lemah secara personal, yaitu orang orang yang
mengalami masalah pribadi atau keluarga. Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan
orang, khususnya kelompok rentan dan lemah seperti yang telah dijelaskan di atas
sehingga mereka bisa memiliki kekuatan atau kemampuan dalam beberapa hal, antara
lain: Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan.

Tidak hanya bebas dalam mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan,
bebas dari kebodohan dan bebas dari kesakitan. Menjangkau sumber-sumber produktif
yang mungkin mereka dapat meningkatkan pendapatannya sehingga dapat
memperoleh barangbarang dan jasa-jasa yang mereka perlukan. Berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka.

Menurut Mardikanto dan Poerwoko dalam buku “Pemberdayaan Masyarakat : Dalam


Perspektif Kebijakan Publik” (Mardikanto dan Poerwoko, 2012:111-112) , tujuan
pemberdayaan masyarakat meliputi berbagai upaya perbaikan yang dikemas dalam 6
tujuan pemberdayaan masyarakat, yaitu: Perbaikan kelembagaan (Better Institution):
Kegiatan atau tindakan yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat diharapkan
bisa memperbaiki kelembagaan di wilayah pemberdayaan.

Perbaikan Usaha (Better Business): Dengan adanya perbaikan pendidikan atau semangat
untuk belajar, perbaikan aksesibilitas atau keterjangkauan, serta perbaikan kelembagaan
diharapkan dapat memperbaiki usaha yang dijalankan. Perbaikan Pendapatan (Better
Income): Adanya aktivitas dalam rangka perbaikan bisnis atau usaha di area binaan
maka diharapkan dapat juga meningkatkan pendapatan masyarakat binaan. Perbaikan
Lingkungan (Better Environment): Adanya usaha untuk memperbaiki pendapatan maka
diharapkan masyarakat juga bisa memperbaiki lingkungan.

Karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan. Perbaikan


Kehidupan (Better Living) : Ketika pendapatan dan lingkungan sudah membaik maka
diharapkan pola hidup masyarakat juga membaik. Perbaikan Masyarakat (Better
Community): Pada akhirnya diharapkan terjadi perbaikan secara keseluruhan di setiap
elemen masyarakat.

Tahap-Tahap Pemberdayaan Masyarakat Di lihat dari tujuan pemberdayaan masyarakat


seperti yang disampaikan Edi Suharto bahwa pemberdayaan masyarakat menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, maka tentu bukan
hal mudah untuk bisa mewujudkan pemberdayaan masyarakat tersebut, terlebih
karakter setiap individu masyarakat yang berbeda-beda.

Tentunya dalam mencapai harapan atau tujuan pemberdayaan masyarakat ini


membutuhkan tahapan-tahapan pemberdayaan yang matang dan efisien. Menurut
Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target
masyarakat mampu untuk mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak jatuh lagi
(Sumodiningrat, 2004: 82).

Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar
hingga mencapai status mandiri, meskipun demikian dalam rangka mencapai
kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan
secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Menurut Soekanto
(1987:63) pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang harus
dilakukan, yaitu sebagai berikut: Tahap Persiapan.

Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu: pertama, penyimpanan
petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh community
woker, dan kedua penyiapan lapangan yang pada dasarnya diusahakan dilakukan secara
non-direktif. Tahapan pengkajian (assessment). Pada tahapan ini yaitu proses
pengkajian dapat dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam
masyarakat.

Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang
dirasakan (feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. Tahap perencanaan
alternatif program atau kegiatan. Pada tahapan ini petugas sebagai agen perubahan
(exchange agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang
masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini
masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan
yang dapat dilakukan.

Tahap pemfomalisasi rencanaaksi. Pada tahapan ini agen perubahan membantu


masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan
apa yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Di samping itu juga petugas membantu untuk memformalisasikan gagasan mereka ke


dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada
penyandang dana. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan. Dalam
upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sebagai
kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.

Kerja sama antar petugas dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini
karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik melenceng saat di
lapangan. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan warga.

Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek biasanya
membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk
jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Tahap terminasi. Tahap terminasi
merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.
Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti.

Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Menurut Jim Ife (1997:178), pengembangan


masyarakat mempunyai 22 prinsip. Prinsip-prinsip diasumsikan menjadi pertimbangan
bagi sukses atau tidaknya suatu kegiatan pengembangan masyarakat dan dianggap
konsisten dengan semangat keadilan sosial dan sudut pandang ekologis. Adanya prinsip
dimaksudkan sebagai acuan dalam penggunaan pendekatan pengembangan
masyarakat yang sesuai dengan lapangan.
Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dimaksud ialah : Pengembangan
Terpadu Konfrontasi dengan Kebatilan Struktural Hak Asasi Manusia Keberlanjutan
Pemberdayaan Pribadi dan Politik Kepemilikan Komunitas Kemandirian Mendefinisikan
Kebutuhan Partisipasi Kerja Sama Keterpaduan Proses Proses dan Hasil Membangun
komunitas Ketidak tergantungan pada Pemerintah, Kooperatif Konsensus Tanpa
kekerasan Keterbukaan Menentukan Kebutuhan, Kemandirian Integritas Hasil Prinsip
pengembangan masyarakat yang menjadi acuan dasar dalam praktek pengembangan
masyarakat yaitu: Prinsip ekologis yaitu prinsip yang mengkolaborasikan pembangunan
manusia dan fisik yang bersifat Sustainability dan memperhatikan keseimbangan alam,
dan kelangsungan keanekaragaman hayati.

Prinsip justice, menyatakan bahwa setiap program harus bermanfaat bagi seluruh
lapisan masyarakat tanpa adanya stratifikasi sosial. Prinsip proses, dimana hasil adalah
tujuan akhir yang dicapai. Proses menjadi prioritas untuk membentuk kemandirian dan
keswadayaan masyarakat. Menurut Aswas (2014: 58-60), dalam kegiatan pemberdayaan
khususnya yang ditujukan kepada masyarkat, aparat/agen pemberdayaan perlu
memegang beberapa prinsip dalam pemberdayaan masyarakat, yang menjadi acuan
dalam pelaksanaan sehingga kegiatan dapat berjalan dengan benar dan tepat, sesuai
dengan hakikat dan konsep pemberdayaan.

Beberapa prinsip pemberdayaan masyarakat yang dimaksud meliputi: (Ir. Hendrawati


Hamid, 2018:17-19) Pemberdayaan dilaksanakan dengan penuh demokratis, penuh
keikhlasan, tidak ada unsur paksaan, karena setiap masyarakat mempunyai masalah,
kebutuhan, dan potensi yang berbeda, sehingga mereka mempunyai hak yang sama
untuk diberdayakan.

Setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat sebaiknya berdasarkan pada kebutuhan,


masalah, dan potensi yang dimiliki kelompok sasaran. Hal ini dapat diketahui dengan
jelas jika proses identifikasi dan sosialisasi pada tahap awal berlangsung dengan
melibatkan penuh kelompok sasaran. Sasaran utama pemberdayaan adalah masyarakat,
sehingga harus diposisikan sebagai subjek/pelaku dalam kegiatan pemberdayaan, dan
menjadi dasar utama dalam menetapkan tujuan, pendekatan, dan bentuk-bentuk
kegiatan pemberdayaan.

Menumbuhkan kembali nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, seperti jiwa gotong royong,
yang muda menghormati orang yang lebih tua, dan yang lebih tua menyayangi yang
lebih muda, karena hal ini menjadi modal sosial dalam pembangunan. Dilaksanakan
secara bertahap dan berkesinambungan, karena merupakan sebuah proses yang
membutuhkan waktu, dilakukan secara logis dan sederhana menuju ke hal yang lebih
kompleks.
Memperhatikan keragaman karakter, budaya dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang
sudah mengakar atau berlangsung lama secara turun temurun Memperhatikan seluruh
aspek kehidupan masyarakat, terutama aspek sosial dan ekonomi Tidak ada unsur
diskriminasi, utamanya terhadap perempuan Selalu menerapkan proses pengambilan
keputusan secara partisipatif, seperti penetapan waktu, materi, metode kegiatan dan
lain-lain Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam berbagai bentuk, baik yang
bersifat fisik (materi, tenaga, bahan) maupun non fisik (saran, waktu, dukungan)
Aparat/agen pemberdayaan bertindak sebagai Fasilitator yang harus memiliki
kemampuan/kompetensi sesuai dengan potensi, kebutuhan, masalah yang dihadapi
masyarakat. Mau bekerjasama dengan semua pihak/institusi maupun lembaga
masyarakat /LSM yang terkait.

Pemberdayaan Lingkungan Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang


mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta
flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi
segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan
kehidupan manusia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan,2020).

Dari penjelasan yang telah di kemukakan, bisa diambil kesimpulan bahwa manusia
(masyarakat) sangat membutuhkan lingkungan, baik untuk bertahan hidup dengan cara
memanfaatkan sumber daya yang ada, ataupun bersosial dengan manusia lainnya.
Dengan ini sudah selayaknya manusia dapat menjaga dan memberdayakan lingkungan
dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Pemberdayaan diperlukan mengingat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih


sangat rendah. Lingkungan dianggap hanya sebuah objek yang menguntungkan
manusia dengan sumber daya yang dimilikinya, sementara krisis lingkungan akan terjadi
seiring dengan sumber daya yang terus menurus di gerus tanpa memikirkan
kelestariannya, yang kemudian akan menyebabkan bencana lingkungan yang sering
merenggut nyawa manusianya sendiri.

Pemberdayaan lingkungan bergantung kepada konteks dan objek sasaran yang di


berdayakan, yaitu perubahan sikap dan perilaku manusia agar membangun interaksi
harmonis dengan lingkungan. Pemberdayaan lingkungan yang di maksud adalah
bagaimana kita bisa memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan kita baik itu
sumber daya alam maupun sumber daya manusianya, dimana dalam pemberdayaan
lingkungan ini manusia diharapkan tidak hanya memanfaatkan namun juga harus bisa
merawat serta melestarikan lingkungan tersebut.

Yang perlu ditumbuhkan dalam pemberdayaan lingkungan adalah timbulnya kesadaran


bahwa, mereka paham akan haknya atas lingkungan yang baik dan sehat serta sanggup
menjalankan kewajiban dan tanggung jawab untuk tercapainya kualitas lingkungan
yang dituntutnya (http://tribun pemberdayaan lingkungan. blogspot.com, 2009). Tujuan
Pemberdayaan Lingkungan Pemberdayaan lingkungan pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih
baik. Potensi masyarakat untuk mengembangkan kelembagaan keswadayaan ternyata
telah meningkat akibat kemajuan sosial ekonomi masyarakat.

Pada masa depan perlu dikembangkan lebih lanjut potensi keswadayaan masyarakat,
terutama keterlibatan masyarakat pada berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
ketahanan sosial, dan kepedulian mayarakat luas dalam memecahkan masalah
kemasyarakatan termasuk didalamnya lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal
mereka baik di kawasan hutan, bantaran sungai, kawasan konservasi, dan lain
sebagainya.

Menurut Harun M Husein (1992:70) pemberdayaan lingkungan memiliki beberapa poin


tujuan, seperti: a. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan
hidup sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang merupakan
hakikat pembangunan nasional dan hanya dapat dicapai apabila terdapat keselarasan
hubungan antara manusia dan lingkungannya. b. Terkendalinya pemanfaatan sumber
daya secara bijaksana.

Pengandalian secara bijaksana pemanfaatan sumber daya perlu memperhatikan


aspek-aspek antara lain, kehematan, daya guna, hasil guna, dan daur ulang. Untuk itu
dapat digunakan bermacam-macam teknologi, baik teknologi modern maupun
teknologi sederhana. Sumber daya yang perlu mendapat perhatian khusus adalah
sumber daya yang tak dapat terbarui, aspek-aspek tersebut mutlak harus diperhatikan.

Disamping penghematan, yang tidak kalah pentingnya adalah, pencarian sumber daya
alternatif guna memperoleh energi, misalnya berupa biogas, energi angin, energi surya,
dan lain-lain. c. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup. Hal
ini mengandung pengertian bahwa mengubah sifat manusia Indonesia dari perusak
lingkungan menjadi Pembina lingkungan, sehingga diharapkan mampu melestarikan
kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang. d. Terlaksananya pembanguna
berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan dating.

Yang dimaksud pembangunan berwawasan lingkungan disini adalah upaya sadar,


berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Penggunaan
sumber daya secara bijaksana berarti senantiasa memperhitungkan dampak kegiatan
tersebut terhadap lingkungan serta kemampuan sumber daya untuk menopang
pembanguna secara berkesinambungan.hal ini mengandung pengertian pembangunan
tanpa merusak lingkungan. e.

Terlindunginya Negara terhadap dampak kegiatan diluar wilayah negara yang


menyebabkan kerusakan dan pencemaran. Tujuan ini merupakan pelaksanaan dari hak
kedaaulatan negara dalam rangka membela kepentingan negara dan bangsa terhadap
gangguan dari luar. PARTISIPASI MASYARAKAT Pengertian Partisipasi Masyarakat
Menurut Ach. Wazir Ws., et al.

(1999: 29) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke
dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui
berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan,
kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

Sementara Mikkelsen (1999: 64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian,


yaitu: Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut
serta dalam pengambilan keputusan. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka)
pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan.

Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang


ditentukannya sendiri. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti
bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.

Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf
yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh
informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial. Partisipasi adalah
keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan lingkungan mereka.
Siregar (2001:19) dalam tesisnya menyatakan bahwa partisipasi dapat dilihat dalam
berbagai pandangan.

Pertama, kontribusi secara sukarela dari komunitas terhadap suatu program untuk
masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam
implementasi program serta menikmati bersama keuntungan-keuntungan dari program
pembangunan. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses
aktif, dimana rakyat dari suatu komunitas mengambil inisiatif dan menyatakan dengan
tegas otonomi mereka. Kedua, meningkatkan kontrol terhadap sumber daya dan
mengatur lembaga-lembaga dalam situasi sosial yang ada.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, maka keterlibatan masyarakat dalam


berbagai program dalam pembangunan terutama menyangkut pengambilan keputusan
pembangunan dalam tingkat komunitas sangat penting. Patisipasi masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan (program pemberdayaan) harus selalu ditumbuhkan, di
dorong dan di kembangkan secara betahap, dan berkelanjutan.

Jiwa partisipasi masyarakat tersebut adalah semangat solidaritas sosial yaitu hubungan
sosial yang selalu didasarkan pada perasaan moral bersama, kepercayaan bersama dan
cita-cita bersama (Kusnaka & Harry, 2004:24). Peningkatan partisipasi masyarakat
merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara
aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam
masyarakat (pedesaan) (Rahardjo Adisasmita, 2006: 35).

Ndraha dalam Suratmi, dkk (2009; 173) mengatakan, bentuk-bentuk partisipasi


masyarakat dapat berupa: Partisipasi dalam menerima dan memberi informasi .
Partisipasi dalam pemberian tanggung jawab dan saran terhadap informasi yang
diterima, baik yang bermaksud menolak, maupun menerima dengan syarat. Partisipasi
dalam merencanakan pembangunan. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional
pembangunan. Partisipasi dalam menerima kembali hasil pembangunan.

Partisipasi dalam menerima pembangunan. (Hedrawati, 2018:157) Menurut Diana


Conyers (1991: 154-155), ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat
mempunyai sifat penting, yaitu: Alasan pertama, partisipasi masyarakat merupakan
suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta
proyek-proyek akan gagal.

Alasan kedua, yaitu bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanannya,
karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan
mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. Berbagai usaha untuk mencapai
proyek-proyek dinegara berkembang menunjukkan bahwa bantuan masyarakat akan
sulit diharapkan apabila mereka tidak diikutsertakan.

Alasan ketiga, partisipasi menjadi urgen karena timbul anggapan bahwa merupakan
suatu hak demokrasi jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.
Konteks ini, masyarakat memiliki hak untuk memberikan saran dalam menentukan jenis
pembangunan yang akan dilaksanakan didaerah mereka. Hal ini selaras dengan konsep
mancentered development yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan pada
perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri.

Ekowisata Pengertian Ekowisata Ekowisata (Fennel, 1999:43) merupakan wisata berbasis


alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendidikan tentang alam,
dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberi dampak negatif paling
rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal (dalam
hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha).

World Conservation Union (WCU, 1996) menyebutkan bahwa ekowisata adalah


perjalanan bertanggung jawab secara ekologis, mengunjungi daerah yang masih asli
(pristine) untuk menikmati dan menghargai keindahan alam (termasuk kebudayaan
lokal) dan mempromosikan konservasi. Wood (2002) memberikan pengertian ekowisata
sebagai kegiatan wisata bertanggungjawab yang berbasis utama pada kegiatan wisata
alam, dengan mengikutsertakan pula sebagian kegiatan wisata pedesaan dan wisata
budaya.

Selain itu, ekowisata juga merupakan kegiatan wisata yang dilakukan dalam skala kecil
baik pengunjung maupun pengelola wisata. Konsep pembangunan pariwisata yang
memperhatikan adanya keseimbangan antara aspek kelestarian alam dan ekonomi
adalah konsep ekowisata dan wisata minat khusus (Fandeli, 2002).

Melalui ekowisata, wisatawan dan seluruh komponen yang terkait dengan


penyelenggaraan wisata diajak untuk lebih peka terhadap masalah lingkungan dan
sosial sehingga diharapkan sumberdaya alam tetap lestari dan wisatawan mempunyai
apresiasi lingkungan yang tinggi. Di samping itu, masyarakat di sekitar objek pariwisata
memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan pariwisata, karena wisatawan ekowisata
yang datang umumnya mempunyai tujuan mencari kesempatan untuk bersatu dengan
alam dan budaya lokal dengan menjauhi hiruk-pikuk suasana perkotaan (I Nyoman
Sukma Arida, 2017:15-16).

Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata


alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (The International Ecoturism Society,
2000). Dari definisi ini ekowisata dilihat dari tiga perspektif : Sebagai produk, merupakan
semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam.
Sebagai pasar, merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian
lingkungan. Sebagai pendekatan pengembangan, merupakan metode pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Sementara itu umumnya
industri pariwisata memahami ekowisatawan sebagai satu tren menguntungkan serta
satu cara menciptakan citra yang mendukung kesadaran lingkungan.

Tentu terdapat banyak green enterpreneures yang berada di garis depan usaha
konservasi ini, tetapi mereka pada umumnya belum memahami ekowisatawan sebagai
sesuatu yang lebih dari pada suatu bentuk pariwisata massal yang berdampak kecil
terhadap lingkungan. Keadaan tersebut dapat dilihat dari bentuk-bentuk promosi
penjualan tiket perjalanan ke kawasan pelestarian alam yang disebut ekowisata.

Hal ini terjadi karena ekowisata adalah konsep yang sangat rentan terhadap berbagai
interpretasi, tergantung pada siapa yang menginterpretasikan mengapa dan dimana.
Meskipun demikian dari perkembangannya dapat dikatakan beberapa kriteria standar
tentang bagaimana seharusnya ekowisatawan yang telah diterima secara umum yaitu :
a. Melestarikan lingkungan. b. Secara ekonomis menguntungkan c. Memberi manfaat
bagi masyarakat sekitar.

Syarat penerapan konsep ekowisata meliputi : Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan.


Kontribusi ekonomi pada masyarakat lokal. Aspek pembelajaran berkelanjutan. Kawasan
terbuka atau kawasan budaya. Dampak negatif minimum (Sekartjakrarini dan Legoh,
2004). Aturan-aturan itu akan membuat ekowisata lebih dari sekedar satu cara bentuk
pengelolaan dan pengembangan pariwisata.

Lebih jauh lagi ekowisata digunakan sebagai satu intsrumen untuk usaha konservasi
ekologis dan ekobudaya serta bentuk pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, alat
pengembangan masyarakat, pengembangan wilayah, usaha hijau dan ekologi sosial
terapan (Gunardi Djoko Winarto dan Sugeng Prayitno Hariyanto, 2017:10-19). Konsep
Dasar Ekowisata Ekowisata pada hakikatnya adalah aktivitas yang melibatkan lingkungan
hidup, dimana kita akan memanfaatkan alam untuk dijadikan sebuah objek wisata.

Maka dari itu, konsep dasar ekowisata harus harus memperhatikan lingkungan, dengan
adanya perhatian terhadap lingkungan dapat meminimalisir dampak negatif dari
ekowisata itu sendiri terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan
ekowisata yang berlebihan. Jika pembangunan suatu ekowisata memerhatikan
lingkungan maka akan mewujudkan ekowisata yang berkelanjutan dan ekowisata
tersebut bukan hanya untuk dimanfaatkan dimasa sekarang saja namun bisa
dimanfaatkan dan di rasakan dimasa yang akan datang.
Menurut I Nyoman (2017:16) Konsep pembangunan pariwisata yang memperhatikan
adanya keseimbangan antara aspek kelestarian alam dan ekonomi adalah konsep
ekowisata dan wisata minat khusus (Fandeli, 2002). Melalui ekowisata, wisatawan dan
seluru komponen yang terkait dengan penyelenggaraan wisata diajak untuk lebih peka
terhadap masalah lingkungan dan sosial sehingga diharapkan sumberdaya alam tetap
lestaridan wisatawan mempunyai apresiasi lingkungan yang tinggi.

Di samping itu, masyarakat di sekitar objek pariwisata memperoleh keuntungan dari


penyelenggaraan pariwisata, karena wisatawan ekowisata yang datang umumnya
mempunyai tujuan mencari kesempatan untuk bersatu dengan alam dan budaya lokal
dengan menjauhi hiruk-pikuk suasana perkotaan. Terkait dengan hal ini From (2004)
menyusun tiga konsep dasar yang lebih operasional tentang ekowisata, yaitu sebagai
berikut : (I Nyoman Sukma Arida, 2017:18-19) Pertama, perjalanan outdoor dan di alam
yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

Dalam ekowisata diutamakan penggunaan sumberdaya hemat energi, seperti tenaga


surya, bangunan kayu, bahan daur ulang, dan bahan lain yang ramah lingkungan.
Sebaliknya dalam aktifitas ekowisata diupayakan agar tidak mengorbankan kelestarian
flora dan fauna, tidak mengubah topografi lahan, misalnya dengan mendirikan
bangunan yang asing bagi lingkungan dan budaya masyarakat setempat.

Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas akomodasi yang diciptakan dan
dikelola oleh masyarakat kawasan wisata itu. Prinsipnya, akomodasi yang tersedia
bukanlah perpanjangan tangan hotel internasional dan makanan yang ditawarkan juga
bukan makanan berbahan baku impor, melainkan semuanya berbasis produk lokal.
Termasuk dalam hal ini adalah penggunaan jasa pemandu wisata lokal.

Oleh sebab itu wisata ini memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat lokal.
Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan
budaya lokal. Wisatawan tidak menuntut masyarakat lokal agar menciptakan
pertunjukan dan hiburan.

Akan tetapi mendorong mereka agar diberi peluang untuk menyaksikan upacara dan
pertunjukan yang sudah dimiliki masyarakat setempat. Prinsip Ekowisata Pada
prinsipnya ekowisata mengacu pada pelestarian lingungan, sosial dan budaya lokal.
Yang mana dalam pengembangan ekowita mengaharuskan pengelola untuk dapat
menjaga lingkungan bukan hanya mengejar visi dan misi yang telah disepakati, prinsip
ini menjadi tanggung jawab para pengelola agar ekowisata dapat berjalan dan tidak
menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.
I Nyoman (2017:21-22) berpendapat bahwa terdapat prinsip-prinsip ekowisata yang
terdiri dari 8 prinsip utama yang bisa dijadikan pegangan, antara lain : Memiliki fokus
area natural (natural area focus) yang memungkinkan wisatawan memiliki peluang untuk
menikmati alam secara personal serta langsung. Menyediakan interpretasi atau jasa
pendidikan yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam
sehingga mereka menjadi lebih mengerti, lebih mampu mengapresiasi serta lebih
menikmati. Kegiatan terbaik yang dapat dilakukan dalam rangka keberlanjutan secara
ekologis.

Memberikan kontribusi terhadap konservasi alam dan warisan budaya. Memberikan


kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat lokal. Menghargai serta peka terhadap
nilai-nilai budaya yang ada di wilayah tersebut. Secara konsisten memenuhi harapan
konsumen. Dipasarkan serta dipromosikan dengan jujur serta akurat sehingga
kenyataanya sesuai dengan harapan.

Menurut The International Ecoturism Scoiety yang dikutip oleh Damanik dan Weber,
terdapat beberapa kriteria yang menjadi bahan pertimbangan wisatawan dalam mimilih
produk-produk ekowisata, diantaranya sebagai berikut : Dari segi aspek pendidikan dan
informasi Wisatawan biasanya mempelajari terlebih dahulu latar belakang sosial dan
budaya masyarakat di daerah tujuan sebelum mereka memilih tujuan daerah wisata
tersebut.

Dari segi aspek sosial dan budaya daerah tujuan wisata Wisatawan menaruh perhatian
besar pada budaya di daerah tujuan menjadi salah satu daya tarik yang di perhitungkan.
Dari segi aspek lingkungan yang alamiah Aspek lingkungan yang alamiah menjadi
produk wisata yang di incar oleh wisatawan. Dari segi aspek estetika reputasi Keindahan
dan otentitas objek wisata merupakan kebutuhan yang elementer dalam berwisata.

Meskipun iklim, biaya dan daya tarik menjadi kriteria pilihan berwisata, namun
wisatawan sangat peduli pada etika kebijakan dan pengelolaan lingkungan. Mereka
melakukan penilaian pada tour operator penyedia jasa, apakah industri pariwisata
tersebut memiliki kebijakan yang mendukung konservasi lingkungan dan budaya lokal
(Arif, 2013:264).

Sedangkan Eplerwood (1999) dalam Fandeli, yang di kutip oleh I Nyoman (2017:22-23)
pada bukunya yang berjudul “EKOWISA, Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan
Tantangan Ekowisata”, menyebutkan ada delapan prinsip dalam pengembangan
ekowisata, antara lain : Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan
terhadap alam dan budaya. Pencegahan dan penanggulangan diseuaikan dengan sifat
dan karakter alam dan budaya setempat. Pendidikan konservasi lingkungan.
Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses
pensisikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan langsung untuk kawasan.
Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola
kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi
dan pajak konservasi dapat dipergunakan secara langsung untuk membina,
melestarikan dan meningkatkan kualitas pelestarian alam.

Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan ekowisata. Masyarakat


diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata, sekaligus dalam pengawasan.
Penghasilan masyarakat; keuntungan secara nyata terhadap terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian
kawasan alam. Menjaga keharmonisan dengan alam; semua upaya pengembangan
termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan
dengan alam.

Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk ekowisata ini.
Seperti hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna
serta menjaga keaslian budaya masyarakat. Daya dukung lingkungan, pada umumnya
lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dibanding daya dukung
kawasan buatan.

Meskipun permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Peluang
penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian
dikembangkan untuk ekowisata, maka belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya
dinikmati oleh negara atau pemerintah daerah setempat. Dampak Ekowisata Segala
aktivitas yang kita lakukan di dunia ini pasti akan menghasilkan dampak baik itu
terhadap lingkungan, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain.

Ekowisata dapat membawa bermacam-macam dampak, seperti yang di paparkan Tuwo


Ambo (2011, 33-34). Tuwo berpendapat bahwa akan ada 3 dampak yang di timbulkan
oleh ekowisata diantarnya sebagai berikut : Dampak umum. Dampak positif yang dapat
dirasakan dari kegiatan ekowisata dapat berupa peningkatan penghasilan dan devisa
negara, tersedianya kesempatan kerja baru, berkembangnya usaha-usaha baru,
meningkatnya kesadaran masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya konservasi
sumber daya alam, peningkatan partisipasi masyarakat, dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi lokal.

Kemudian, manfaat lain dari kegiatan ekowisata juga dapat berupa meningkatnya nilai
ekonomi sumberdaya ekosistem, meningkatnya upaya pelestarian lingkungan,
meningkatnya keuntungan langsung dan tidak langsung dari para stakeholders,
terbangunnya konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional, dan internasional,
meningkatnya promosi penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, serta
berkurangnya ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang ada di obyek wisata.

Dampak sosial budaya Ekowisata berupa perkembangan ekonomi dapat berpengaruh


terhadap struktur sosial dan aspek budaya dari masyarakat lokal. Hal ini terjadi karena
adanya pertemuan budaya antara wisatawan dan masyarakat lokal yang kemudian akan
menghasilkan perkawinan budaya namun dampak yang lebih parah yaitu terjadinya
penjajahan budaya apabila budaya pendatang lebih berpengaruh terhadap budaya
lokal. Dampak terhadap lingkungan.

Pengembangan ekowisata dapat mendatangkan dampak positif berupa meningkatnya


upaya reservasi sumberdaya alam, pembangunan taman nasional, perlindungan pantai
dan taman laut, serta mempertahankan hutan mangrove. Namun di sisi lain,
pengelolaan kegiatan ekowisata yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negatif
berupa polusi, kerusakan lingkungan fisik, pemanfaatan berlebihan, pembangunan
fasilitas tanpa memperhatikan kondisi lingkungan, dan kerusakan hutan mangrove.

Oleh karena itu diperlukan perangkat kebijakan dalam menata kegiatan ekowisata agar
dapat memberikan efek positif yang besar, dan terhindar dari dampak negatif.
Hubungan Ekowisata dengan Pengembangan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan obyek wisata merupakan salah satu yang ada dalam ekowisata dan
partisipasi masyarakat merupakan bagian yang saling berkaitan dalam proses
pemberdayaan.

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha yang menitik beratkan peran aktif
masyarakat, hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai
daya tarik wisata, sehingga keterlibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata
berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata
di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagi pengelola.

Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat


setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari
jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos transportasi; homestay; menjual
kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan
budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati
diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan
kegiatan ekowisata. (Yulianda dan Susanti.
2011:9) Menurut Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan
Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia
(2009:3) ada beberapa aspek kunci dalam ekowisata berbasis masyarakat adalah:
Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan ekowisata di
daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi masyarakat (nilai
partisipasi masyarakat dan edukasi) ? Prinsip local ownership (pengelolaan dan
kepemilikan oleh masyarakat setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana
dan pra-sarana ekowisata, kawasan ekowisata, dll (nilai partisipasi masyarakat) ?
Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata (nilai ekonomi
dan edukasi) ? Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat) ?
Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi tanggungjawab
masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (=fee) untuk wisatawan (nilai ekonomi
dan wisata).

Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai atau sering disingkat DAS adalah suatu
kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana semua air hujan yang
jatuh ke daerah ini akan mengalir melalui sungai dan anak sungai yang berkaitan.
Definisi lain menurut Robert dan Roestam mengenai pengertian DAS yaitu daerah
tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam
fungsinya untuk menampung air yang berasal dari air hujan dan sumber air lainnya yang
penyimpanannya serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum
alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut, daerah sekitar sungai, meliputi
punggung bukit atau gunung yang merupakan tempat sumber air dan semua curahan
air hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai (Robert J.K.

dan Roestam S, 2005:17). Menurut Paimin, dkk (2012:1) dalam penelitiannya yang
tertulis dalam buku “Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”
mengatakan bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang dimana sumberdaya
alam, terutama vegetasi, tanah dan air, berada dan tersimpan serta tempat hidup
manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Interaksi tersebut dinyatakan dalam bentuk keseimbangan antara masukan dan keluaran
yang mencirikan keadaan hidrologi suatu DAS. Sebagai wilayah, DAS juga dipandang
sebagai ekosistem dari daur air, sehingga DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami.
Batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No. 7 Tahun 2004). Dengan
demikian DAS merupakan satuan wilayah alami yang memberikan manfaat produksi
serta memberikan pasokan air melalui sungai, air tanah, dan atau mata air, untuk
memenuhi berbagai kepentingan hidup, baik untuk manusia, flora maupun fauna.

Untuk memperoleh manfaat yang optimal dan berkelanjutan perlu disusun sistem
perencanaan pengelolaan DAS yang obyektif dan rasional. Perencanaan pengelolaan
DAS bersifat dinamis karena dinamika proses yang terjadi di dalam DAS, baik proses
alam, politik, sosial ekonomi kelembagaan, maupun teknologi yang terus berkembang.

Kementrian kehutanan (2013) mendefinisikan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai


wilayah sungai yang dipisahkan dari wilayah lain oleh pemisah topografi yang berupa
punggung bukit, dimana air hujan yang jatuh dalam wilayah tersebut mengalir dan
meresap menuju ke suatu sungai dan bermuara di laut. Menurut Asdak (2010:228) DAS
merupakan suatu bentuk ekosistem yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang
saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.

Komponen-komponen yang berinteraksi dalam suatu DAS tidak dapat berdiri sendiri
karena merupakan suatu bentuk kesatuan, dimana komponen-komponen tersebut
saling mendukung dan menjalankan suatu fungsi dan kerja tertentu yang mengarah
pada tujuan hubungan timbal balik dalam suatu ekosistem. Hubungan timbal balik
tersebut merupakan suatu fungsi ekologi yang membentuk ekosistem DAS itu sendiri.

Aktivitas dari salah satu komponen dalam suatu ekosistem DAS akan memberikan
pengaruh terhadap ekosistem lainnya. Dalam suatu ekositem, DAS terbagi atas 3 bagian
yaitu bagian daerah hulu, bagian daerah tengah dan bagian daerah hilir. Secara biofisik,
daerah hulu DAS dicirikan dengan kerapatan drainase yang lebih tinggi, merupakan
daerah konservasi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari
15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola
drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan.

Daerah hilir DAS dicirikan dengan kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah
pemanfaatan, daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil
(kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan),
pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi dan jenis vegetasi
didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi hutan
bakau/gambut.
DAS bagian tengah merupakan daerah transisi dari kedua karakteristik biogeofisik DAS
yang berbeda tersebut (Asdak, 2010:414). Asdak (2010:352) juga menyebutkan bahwa
konsep DAS memiliki tiga komponen utama yang menjadi ciri khas atau penciri
utamanya, yaitu : suatu wilayah yang dibatasi oleh puncak gunung/bukit dan
punggung/igir-sigirnya; hujan yang jatuh di atasnya diterima, disimpan, dan dialirkan
oleh sistem sungai; sistem sungai itu keluar melalui satu outlet tunggal.

Dalam fungsinya, DAS memiliki peran yang sangat penting untuk keberlangsungan
lingkungan, terutama lingkungan yang rawan bencana banjir, kekeringan, longsong, dan
bencana alam lainnya. Dimana fungsi utama DAS adalah sebagai hidrologis, fungsi
tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk
lahan.

Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan air,
menyangga kejadian puncak hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara
kualitas air, serta mengurangi pembuangan massa (seperti terhadap longsor). Menurut
Putri didalam jurnalnya (2011:69) DAS memiliki fungsi penting untuk memenuhi
berbagai keperluan atau kepentingan, diantaranya usaha peningkatan kesejahteraan
masyarakat, perkembangan kawaasan untuk sarana pemukiman, perdagangan dan
industri, perhubungan, perkantoran, pariwisata dan lain-lain.

Untuk mencapai fungsi tersebut terkadang harus mengubah fungsi lahan. Perubahan
terhadap fungsi lahan tersebut mengakibatkan beberapa komponen ekosistem
terganggu dalam DAS tersebut. Kerangka Berpikir Pemuda karang taruna Desa Raharja
ini sadar akan potensi yang dimiliki lingkungannya.

Pada awalnya partisipasi dan peran aktif pemuda karang taruna Desa Raharja melihat
potensi pariwisata sungai Cikondang yang patut diapresiasi. Karang taruna Desa Raharja
berupaya memelihara kelestarian sungai Cikondang dengan melakukan kerja bakti
bersama membersihkan sungai. Dari potensi pariwisata sungai Cikondang tersebut, para
pemuda karang taruna Desa Raharja membuka peluang usaha ekowisata dengan
memberdayakan masyarakat dan pemuda Desa raharja yang lainnya, seperti
memberikan pelatihan instruktur pariwisata (guide) dari BASARNAS Kabupaten
Purwakarta.

Kerangka Berpikir

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% -
https://prasfapet.wordpress.com/2015/05/07/konsep-dan-teori-pemberdayaan-masyara
kat/
<1% -
https://muhsulaiman.blogspot.com/2018/12/gender-dan-pembangunan-women-in.html
<1% - https://www.kaddupena.com/2019/12/
<1% -
https://www.slideshare.net/S4f3tyLi9ht/ppt-pemberdayaan-masyarakat-2014-ss-w-2
1% - http://www.bintan-s.web.id/2020/10/teori-pemberdayaan-masyarakat.html
<1% -
https://pujiono.wordpress.com/2016/03/12/bab-ii-kajian-teoritis-dan-empiris-praktik-ps
/
<1% - http://eprints.umm.ac.id/35922/2/jiptummpp-gdl-mayselva-48896-2-babi.pdf
<1% -
https://catatansrikandi.blogspot.com/2016/12/perencanaan-program-pemberdayaan.ht
ml
<1% - https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/download/1461/1035
<1% - http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_34.htm
<1% -
https://mochdhera.blogspot.com/2017/03/peranan-teknologi-informasi-pada.html
1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031-ACE_SU
RYADI/frnsiskakorompisbab2.pdf
<1% -
https://id.123dok.com/document/y868nm0q-usaha-kecil-menengah-usaha-kecil-menen
gah-usaha-kecil-menengah-usaha-kecil-menengah-usaha-kecil-menengah.html
5% -
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/tujuan-prinsip-dan-tahapan-pemberdayaan-m
asyarakat.html
<1% -
https://dinarjamaudin07.wordpress.com/2013/12/01/corporate-social-responsibility-csr/
<1% -
https://artndree.blogspot.com/2014/01/masalah-dan-pengembangan-kewirausahaan.ht
ml
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/355/4/Bab%202.pdf
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/13063/5/Bab%202.pdf
1% - https://www.slideshare.net/pjj_kemenkes/kb-5-pemberdayaan-masyarakat
<1% -
https://yustinasusi.wordpress.com/2015/10/15/bab-4-pemberdayaan-komunitas-dan-ke
arifan-lokal/
<1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
<1% -
https://ellyaniabadi.blogspot.com/2014/10/pemberdayaan-masyarakat-di-bidang.html
<1% -
https://www.scribd.com/document/396122773/Rtn-214peranan-Lembaga-Pemberdayaa
n-Masyarakat
<1% - https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/A131408001_bab2.pdf
<1% - http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JIN/article/viewFile/762/705
<1% - https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/A131408007_bab2.pdf
<1% - https://jamal-alfath.blogspot.com/2013/04/pengelolaan-data-dan-program.html
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/18867/6/Bab%202.pdf
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/11075/6/babii.pdf
<1% - https://isnopugel.wordpress.com/2011/03/28/strategi-promosi-kesehatan/
<1% - https://oceannaz.wordpress.com/2010/07/29/pemberdayaan-masyarakat/
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/18972/10/Bab%202.pdf
<1% - https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/IQT/article/download/377/336
<1% - https://ndaapoet.blogspot.com/2014/12/kepemimpinan.html
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/15812/6/Bab%202.pdf
<1% - https://journal.unismuh.ac.id/index.php/kolaborasi/article/download/2706/2276
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/7693/1/skripsi%20neni%20.docx
<1% -
https://rolandbaly.blogspot.com/2009/09/pemberdayaan-dan-pembangunan-masyarak
at.html
<1% - http://www.bintan-s.web.id/2020/10/tahap-pemberdayaan-masyarakat.html
<1% - https://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/05/pengertian-pembinaan.html
<1% - https://teks.co.id/pemberdayaan-masyarakat/
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65482/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% -
https://widyaastuti-agrittude.blogspot.com/2011/10/prinsip-prinsip-metode-dan-teknik.
html
<1% - https://dika96.wordpress.com/2010/11/29/pendidikan-inklusi/
<1% -
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/teori-partisipasi-konsep-partisipasi-masyar
akat-dalam-pembangunan-menurut-para-ahli-10
<1% -
https://gardamalaka.com/2020/09/16/peran-budaya-sabete-saladi-dalam-meningkatka
n-kerukunan-umat-beragama-di-kabupaten-malaka/
<1% -
https://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teori-belajar.html
<1% - https://dunia.pendidikan.co.id/lingkungan-sehat/
<1% -
https://www.coursehero.com/file/p1jc0r15/Lingkungan-juga-dapat-diartikan-menjadi-se
gala-sesuatu-yang-ada-di-sekitar/
<1% -
https://www.referensibebas.com/2016/11/pengertian-sumber-daya-dan-macam.html
<1% -
https://zeinsakti.wordpress.com/2013/09/12/etika-manusia-dalam-pemanfaatan-sumbe
r-daya-alam-serta-pengaruh-terhadap-keseimbangan-ekologi-bumi/
<1% -
https://tatisembilan.blogspot.com/2010/07/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-iptek.html
<1% - https://sicantikunyuunyu.blogspot.com/2020/03/makalah-pemberdayaan.html
<1% - https://sepuluhxrsbi3.blogspot.com/
3% - http://digilib.uinsby.ac.id/8576/4/BAB%20II.pdf
<1% -
https://www.coursehero.com/file/p596lm4f/kemampuan-dalam-membuat-keputusan-ke
putusan-mengenai-gaya-hidup-tempat-tinggal/
<1% - https://ikanurulinayah.blogspot.com/
1% - http://digilib.uinsby.ac.id/7141/2/Bab%202.pdf
<1% - http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1986/pp29-1986.pdf
<1% - https://vanylucas92.blogspot.com/2013/02/hukum-lingkungan-internasional.html
<1% - https://www.suarakendari.com/tujuan-pemerintahan.html
<1% -
http://karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/03/Partisipasi-Masyarakat.doc
<1% - http://repository.upy.ac.id/1140/1/Artikel%20Andra%20(11144300054).pdf
2% - https://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/
<1% -
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/03/partisipasi-masyarakat-dalam-pend
ididkan/
<1% - http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/download/765/698
1% -
https://www.coursehero.com/file/p5cg74v/Berdasarkan-latar-belakang-permasalahan-di
atas-maka-penulis-tertarik-untuk/
<1% -
https://herycomdev.wordpress.com/2012/12/28/partisipasi-rakyat-dalam-pembangunan
-peran-lembaga-swadaya-masyarakat/
<1% -
http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a03a96d094
7c6478e525e/2015/09/JURNAL18.pdf
<1% -
https://bagasaskara.wordpress.com/2011/10/12/partisipasi-masyarakat-teori-ringkas/
<1% -
http://fe.unp.ac.id/sites/default/files/unggahan/3.%20Dewi%20Andriany%20%28hal%20
30-39%29_0.pdf
<1% -
https://indeksprestasi.blogspot.com/2009/09/tesis-perencanaan-pembangunan.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/58381/Chapter%20II.pdf?seque
nce=4&isAllowed=y
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/4040/5/BAB-II%20REVISI.docx
<1% -
https://paulinusbendu.blogspot.com/2015/11/makalah-keterkaitan-antara-partisipasi.ht
ml
<1% -
https://mimbarhukum.blogspot.com/2014/04/arti-penting-partisipasi-masyarakat.html
1% - https://ecotourismnovi.blogspot.com/2010/
1% - https://ecotourismnovi.blogspot.com/
<1% - http://www.readbag.com/eprints-undip-ac-id-17774-1-imam-rudi-kurnnianto
<1% - https://wisatabondowoso.wordpress.com/2011/12/12/sosialisasi-desa-wisata/
<1% -
https://pioner2b.files.wordpress.com/2009/11/paper-ekonomi-wisata-kebun-raya-bogor
.pdf
<1% - http://eprints.umm.ac.id/40614/3/BAB%20II.pdf
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/288206111.pdf
1% - https://tugaspariwisata.blogspot.com/2010/06/ekowisata.html
1% - http://www.digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-34626-4106100036-paper.pdf
<1% - https://senilampung.wordpress.com/2012/06/28/pariwisata-lampung/
<1% - http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI/article/download/115/pdf
<1% - http://eprints.undip.ac.id/61398/4/BAB_II.pdf
<1% - http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/minds/article/download/4839/4430
<1% - http://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/download/4094/2180
1% - https://www.scribd.com/document/432715995/Buku-Ajar-Rkowisata-repository
<1% -
https://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1701/Romani.%20Siam_A2006.
PDF.txt;sequence=5
<1% - https://jurnalekowisata.blogspot.com/2011/
<1% -
https://dediirawan66.blogspot.com/2013/10/konsep-pengembangan-ekowisata.html
<1% -
https://www.scribd.com/document/334974707/Analisis-Pariwisata-Vol-11-No-1-2011
<1% - http://eprints.undip.ac.id/48404/3/6_BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA.pdf
<1% - https://lisaherdiana.blogspot.com/2012/02/pencemaran-lingkungan.html
<1% -
https://madebayu.blogspot.com/2012/09/pergeseran-paradigma-pengelolaan-hotel.ht
ml
1% - https://blog-pariwisata.blogspot.com/2012/09/
<1% - http://socius.ppj.unp.ac.id/index.php/socius/article/download/17/9/
<1% -
https://blog-pariwisata.blogspot.com/2012/09/pergeseran-paradigma-pengelolaan-hot
el.html
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47199/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% - https://corneliasancha.blogspot.com/
<1% - https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1391061024-2-BAB%20I.pdf
<1% - https://id.scribd.com/doc/151623711/laporan-jurug
<1% - https://kazebarabiologi.blogspot.com/2013/06/laporan-kkl-jurug-bab-3-5.html
1% - https://ecotourismnovi.blogspot.com/2010/01/prinsip-prinsip-ekowisata-1.html
1% - https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/ekowisata/
1% - https://ecotourismnovi.blogspot.com/2010/01/
<1% -
https://www.facebook.com/notes/waroeng-boemi/program-ekowisata-bahari-solusi-pe
mberdayaan-masyarakat-serta-konservasi-pesisir/197184387135731/
<1% -
http://bp3ambon-kkp.org/2013/02/03/program-ekowisata-bahari-solusi-pemberdayaan
-masyarakat-serta-konservasi-pesisir-dan-laut/
1% -
https://muhruslanafandysite.blogspot.com/2015/12/ekowisata-bahari-berbasis-masyara
kat.html
<1% -
https://mafiadoc.com/download/sifat-dan-karakter-objek-dan-daya-tarik-wisata-alam_5
a1cd9c31723ddc0c8e30cbe.html
1% - https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/download/9422/7385/0
<1% - https://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/download/9422/7385/
<1% - http://research-report.umm.ac.id/index.php/psnpb/article/download/2548/2381
1% - https://tomiaecologytourism.wordpress.com/category/uncategorized/
<1% -
https://windyawatidjaina.blogspot.com/2015/12/laporan-praktikum-amdal-pengaruh.ht
ml
<1% -
https://123dok.com/document/eqo4j95z-konsep-pengembangan-lanskap-berbasis-eko
wisata-wisata-lembah-sumatera.html
<1% -
https://irwanseksiwisata.blogspot.com/2011/07/pengemasan-ekowisata-berbasis.html
<1% -
https://kesehatanlingkungan-indonesia.blogspot.com/2012/11/ekowisata-wisata-pro-lin
gkungan.html
<1% - http://cilacapkab.go.id/v2/files/2014_09_hut_korpri_kartika2.pdf
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20575/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% - http://eprints.undip.ac.id/34474/6/2192_CHAPTER_II.pdf
<1% - https://www.gesi.co.id/delineasi-catchment-area-menggunakan-arcgis/
<1% -
https://lorenskambuaya.blogspot.com/2013/11/pengaruh-perubahan-tata-guna-lahan-
di.html
<1% -
https://text-id.123dok.com/document/dy4d9n5y-masalah-pemanfaatan-air-bawah-tana
h-bagi-perusahaan-air-minum-dalam-kemasan-studi-kasus-di-pt-tang-mas-cidahu-suk
abumi.html
<1% - https://komarmarco.wordpress.com/
<1% - https://www.damaruta.com/2015/01/kebutuhan-manusia-dan-cara-manusia.html
<1% -
https://bintangmimpisenjaku.blogspot.com/2016/10/v-behaviorurldefaultvmlo_29.html
<1% -
https://e-jurnalpenelitian.blogspot.com/2015/03/jurnal-teknik-informatika-pemanfaatan
.html
<1% - http://eprints.ums.ac.id/56444/5/BAB%20I.pdf
<1% - http://www.bpdassolo.net/File_peraturan/1%20FrameWork_DAS_09.pdf
1% - http://eprints.ums.ac.id/38466/4/BAB%20I.pdf
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64488/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25009/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=4
<1% -
http://faperta.uho.ac.id/agroteknos/Daftar_Jurnal/2012/2012-1-02-TUFAILA-pengindera
an%20jauh.pdf
<1% -
https://artikel-teknologi-informasi.blogspot.com/2013/03/pengertian-sistem-informasi.h
tml
<1% - https://materiipa.com/faktor-yang-mempengaruhi-keseimbangan-ekosistem
<1% -
https://sustainability.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/Research-for-Aesesa-Flores
-Watershed-Management-Institutional-Model_NTT.pdf
1% -
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20769/Chapter%20II.pdf;sequen
ce=3
<1% -
http://sustainability.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/Research-for-Aesesa-Flores-
Watershed-Management-Institutional-Model_NTT.pdf
<1% -
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/194607061980021-RADJULAI
NI/JURNAL/Konsep_DAS_Jurnal.pdf
<1% - https://ipsgampang.blogspot.com/2015/01/
<1% - https://konsultasiskripsi.com/category/lingkungan-2/
1% - https://www.kajianpustaka.com/2019/10/daerah-aliran-sungai-das.html
<1% - http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JAR/article/download/1904/1448
<1% -
https://alpiadiprawiraningrat.blogspot.com/2016/09/back-to-lembur-peran-karang-taru
na-dan.html
<1% - https://bappeda.tangerangselatankota.go.id/main/news/view/

Anda mungkin juga menyukai