Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Akuntansi Syariah II

Dosen : Muh Nur Fitri D, ST., MM

PENENTUAN KEUANGAN BANK SYARI’AH

Kegunaan Makalah:
Makalah ini dibuat sebagai prasyarat mengikuti mata kuliah
Akuntansi Syari’ah II

Di Susun Oleh:

HASNITA
008.02.01.2018

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

STAI YAPIS TAKALAR

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Penentuan Keuangan pada Bank Syariah" ini tepat pada waktunya. Sholawat

beriring salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan kita Rasulullah Saw.

beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah hingga akhir

zaman.

Dan tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Muh Nur

Fitri D. ST., MM selaku dosen mata kuliah Akuntansi Syariah II yang telah

memberikan tugas ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan serta wawasan kita.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

sekali kekurangan.Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Bagi Hasil...............................................................................................3

B. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil................................................................................7

C. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil....................................................................8

D. lustrasi Perhitungan Bagi Hasil pada "BPRS Risalah Ummat-BRU"...............11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perbankan syari’ah di Indonesia telah mengalami perkembangan dengan
pesat, masyarakat mulai mengenal dengan apa yang di sebut Bank Syari’ah. Dengan
di awali berdirinya pada tahun 1992 oleh bank yang di beri nama dengan Bank
Mu’amalat Indonesia (BMI), sebagai pelopor berdirinya perbankan yang
berlandaskan sistem syari’ah, kini bank syari’ah yang tadinya diragukan akan sistem
operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat mempesonakan.
Awal berdirinya bank Islam, banyak pengamat perbankan yang meragukan akan
eksistensi bank Islam nantinya. Di tengah-tengah bank konvensional, yang berbasis
dengan sistem bunga, yang sedang menanjak dan menjadi pilar ekonomi Indonesia,
bank Islam mencoba memberikan jawaban atas keraguan yang banyak timbul.
Jawaban itu mulai menemukan titik jelas pada tahun 1997, di mana Indonesia
mengalami krisis ekonomi yang cukup memprihatinkan, yang dimulai dengan krisis
moneter yang berakibat sangat signifikan atas terpuruknya pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam perbankan syari’ah sangat berbeda
dengan sistem bunga, di mana dengan sistem bunga dapat ditentukan keuntungannya
diawal, yaitu dengan menghitung jumlah beban bunga dari dana yang di simpan atau
dipinjamkan. Sedang pada sistem bagi hasil ketentuan keuntungan akan ditentukan
berdasarkan besar kecilnya keuntungan dari hasil usaha, atas modal yang telah
diberikan hak pengelolaan kepada nasabah mitra bank sayari’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep bagi hasil ?

2. Bagaimana ilustrasi perhitungan bagi hasil pada “BPRS Risalah Ummat-


Bru” ?

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep bagi hasil ?

2. Untuk mengetahui bagaimana ilustrasi perhitungan bagi hasil pada “BPRS


Risalah Ummat-Bru” ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Bagi Hasil

Bagi hasil adalah pembagian atas hasil usaha yang telah dilakukan oleh
pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu pihak nasabah dan pihak bank
syariah. Dalam hal terdapat dua pihak yang melakukan perjanjian usaha, maka
hasil atas usaha yang dilakukan oleh kedua pihak atau salah satu pihak, akan
dibagi sesuai dengan porsi masing-masing pihak yang melakukan akad perjanjian.
Pembagian hasil usaha dalam perbankan syariah ditetapkan dengan menggunakan
nisbah. Nisbah yaitu persentase yang disetujui oleh kedua pihak dalam
menentukan bagi hasil atas usaha yang di kerjasamakan.

Bagi hasil didefinisikan sebagai suatu sistem yang meliputi pembagian


hasil usaha antara pemodal dan pengelolah dana pembagian hasil usaha, akad
yang dapat digunakan akad mudharabah. Bagi hasil muncul dalam bentuk return
dari kontrak investasi, yakni yang termasuk kedalam natural uncertainty
contracts.

Distribusi hasil usaha merupakan :


1. perhitungan hasil usaha antara shahibul maal dengan mudharib
sesuai dengan nisbah yang disepakati diawal akad.
2. Perhitungan besaran hasil usaha yang dipergunakan sebagai dasar
perhitungan.1

Perhitungan nisbah bagi hasil sangat dipengaruhi oleh tingakat risiko yang
mungkin terjadi. Semakin tinggi tingkat resikonya, akan semakin besar nisbah
bagi hasil dan sebaliknya. Oleh karenanya pengelolah BMT harus selektif dalam
memiliki usaha yang akan dibiayai. Biasanya pembiayaan mudharabah dapat

1
Ahmad ifmah , ini loh bank syariah (memahami bank syariah dengan mudah) , 2015,
gramedia, hlm 45

3
4

dijalankan untuk proyek-proyek yang sudah pasti. Aplikasi Mudharabah


dalam Bank. Bagi hasil mudharabah :

1. Perhitungan bagi hasil dapat dihitung dari pendapatan kotor (yaitu


revenue sharing ) atau dari pendapatan bersih ( yaitu profit sharing)
sesuai sepakatan bersama
2. Pembagian bagi hasil dihitung setiap bulan, per tiga bulan (kuartal),
atau bertangung pada kesepakatan bersama.
3. Besarnya nisbah bagi hasil bergantung pada kesepatan bersama
4. Apabila terjadi kegagalan usaha yang disebabkan oleh nasabah
sebagai pengelolah modal makan kerugian tersebut menjadi
tanggung jawab nasabah. Modal menjadi piutang bank.2

Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang
ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan
dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal
terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah
pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya
kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan.
Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah
terdiri dari dua sistem, yaitu: Profit Sharing dan Revenue Sharing

1. Profit Sharing
Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan.
Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah
perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan
lebih besar dari biaya total (total cost).3 Didalam istilah lain profit sharing adalah
perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

2
Gita danupranata, Manajemen Perbankan Syariah, 2013, Salembah empat, hlm 74
3
Cristopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, (Jakarta : Erlangga, 1994)
Edisi ke-2, h. 534
5

tersebut.4 Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and
loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan
rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telahdilakukan.
Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk
dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal
(enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara
keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat
keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian,
dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama 5 sesuai
porsimasing-masing.
Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya
secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan
upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya. Keuntungan
yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah
dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya- biaya yang telah dikeluarkan
selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya
usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-
biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance Keuntungan
yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan
dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.

2. Revenue Sharing
Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata
yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk
kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti
pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan. Revenue (pendapatan) dalam
kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari
penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari
pendapatan penjualan (sales revenue). Dalam arti lain revenue merupakan besaran
4
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi
Operasional Bank Syari’ah, (Jakarta : Djambatan, 2001), h. 264
5
Murasa Sarkaniputra, Direktur Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,
Surat Tanggapan atas surat MUI, Jakarta, 29 April 2003. h. 3
6

yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kagiatan
produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Di
dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan
laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit)
dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan.

Berdasarkan devinisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti revenue


pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha
dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas
barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang tersebut. Unsur yang terdapat
di dalam revenue meliputi total harga pokok penjualan ditambah dengan total
selisih dari hasil pendapatan penjualan tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi
modal (capital) ditambah dengan keuntungannya(profit).
Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan. Yang dimaksud dengan
revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank yang diterima dari
penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun titipan yang diberikan oleh
bank. Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari
penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan
dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva
produktif dengan hasil penerimaan bank.
Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan
istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total
pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana.
Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi
hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan
dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan
dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank.
7

B. Jenis-jenis Akad Bagi Hasil


Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah secara
umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah, Mudharabah,
Muzara’ah dan Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan
pada sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah menggunakan kontrak
kerjasama pada akad Musyarakah dan Mudharabah.

1. Musyarakah (Joint Venture Profit & LossSharing)

Adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya
sehingga tidak dapat dibedakan di antara keduanya. Dalam pengertian lain
musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan
ditanggung bersama sesuai dengankesepakatan.
Penerapan yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu
kerjasama antara bank dan nasabah dan bank setuju untuk membiayai usaha atau
proyek secara bersama-sama dengan nasabah sebagai inisiator proyek dengan
suatu jumlah berdasarkan prosentase tertentu dari jumlah total biaya proyek
dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang diperoleh dari usaha atau
proyek tersebut berdasarkan prosentase bagi-hasil yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.

2. Mudharabah (Trustee ProfitSharing)

Adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang


memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan
perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai perjanjian, sedang
kerugian ditanggung oleh pemilik modal.6
Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah
bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal kontrak
mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer
6

tentang Riba dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Cet. ke-1. h. 100
8

tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam


bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar
memperoleh keuntungan (profit).
Adapun bentuk-bentuk mudharabah yang dilakukan dalam perbankan
syariah dari penghimpunan dan penyaluran dana adalah:
a. Tabungan Mudharabah. Yaitu, simpanan pihak ketiga yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali
sesuaiperjanjian.
b. Deposito Mudharabah. Yaitu, merupakan investasi melalui
simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
(jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagihasil.
c. Investai Mudharabah Antar Bank (IMA). Yaitu, sarana kegiatan
investasi jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar uang
antar Bank Syariah berdasarkan prinsip mudharabah di mana
keuntungan akan dibagikan kepada kedua belah pihak (pembeli dan
penjual sertifikat IMA) berdasarkan nisbah yang telah
disepakatisebelumnya.

C. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil


Belum adanya standar pola operasi yang dikeluarkan oleh otoritas moneter
menjadikan bank-bank syariah yang pada saat ini sudah beroperasi melakukan
adopsi atau menyusun pola operasi secara sendiri-sendiri. Ketidakseragaman pola
operasi yang diterapkan yang pada akhirnya akan mempersulit otoritas moneter,
pemilik dana serta bank yang bersangkutan melakukan kontrol serta mengukur
tingkat kepatuhan dan keberhasilan dari usaha bank-bank tersebut. Berikut contoh
cara menghitung bagi hasil pada bank syari’ah :
1. Menghitung saldo rata-rata dari sumber dana bank yang berdasar data dari
hasil perhitungan diatas.
 GiroWadiah : Rp. 60.000
 Tabungan Mudharabah : Rp.150.000
9

 Deposito Mudharabah 1 bulan : Rp.50.000


 Deposito Mudharabah 3 bulan : Rp.40.000
 Deposito Mudharabah 6 bulan : Rp. 175.000
 Deposito Mudharabah 12 bulan : Rp. 75.000
Total Sumber Dana : Rp 550.000
2. Menghitung rata-rata pelemparan dana yang dilakukan oleh bank dalam
sebulan, kemudian menghitung jumlah total pelemparan dana baik dalam
bentuk pembiayaan bagi hasil, jual beli maupun SBPU.
Jumlah posisi rata-rata pelemparan dana dari hasil perhitungan diatas adalah :

 Pembiayaan : Rp. 480.000


 SBPU : Rp. 100.000
3. Menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagikan kepada nasabah,
dengan menghitung jumlah dari:
 Pendapatan Pembiayaan : Rp. 8.000
 Pendapatan SBPU : Rp. 2.000
Dalam menghitung jumlah pendapatan yang akan dibagikan kepada nasabah
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Membandingkan antara Total Aktiva Produktif dengan Total Dana Pihak
III, dalam hal ini Total Aktiva Produktif >Total Dana Pihak III. Total
dana Pihak III Rp. 550.000 semua digunakan sebagai sumber dana aktiva
produktif. Dengan rincian Rp. 480.000 dialokasikan kedalam
pembiayaan dan Rp. 70.000 kedalam SBPU.
b. Menghitung porsi pendapatan yang dibagikan dari masing-masing jenis
aktiva produktif berdasarkan alokasi sumber dana diatas. Pembiayaan
: (480.000/480.000) x 8.000= 8.000 SBPU : (70.000/100.000) x 2.000
= 1.400+ Jumlah total pendapatan dibagikan 9.400
4. Perhitungan bagi hasil nasabah
a. Menghitung jumlah pendapatan dibagikan untuk masing-masing dana
 Tabungan : (150.000/550.000) x 9.400 = 2.564
 Deposito1bulan : (50.000/550.000) x 9.400 = 855
 Deposito3bulan : (40.000/550.000) x 9.400 = 684
10

 Deposito 6 bulan :(175.000/550.000) x 9.400 = 2.991


 Deposito 12 bulan : (75.000/550.000) x 9.400 = 1.282
b. Menghitung pendapatan bagi hasil yang akan dibayarkan kepada
masing-masing jenis dana sesuai dengan kesepakatan nisbah
 Tabungan : 45/100 x 2.564 = 1.154
 Deposito 1 bulan : 65/100 x 855 = 556
 Deposito 3 bulan : 66/100 x 684 = 451
 Deposito 6 bulan : 66/100 x 2.991 = 1.974
 Deposito 12 bulan : 67/100 x 1.282 = 859
c. Menghitung ekuivalen rate untuk masing-masing jenis sumber dana
untuk jangka waktu 31 hari
 Tabungan : (1.154/150.000) x 365/31 x 100% = 9.06%
 Deposito 1 bulan : (556/50.000) x 365/31 x 100% = 13.09%
 Deposito 3 bulan : (451/40.000) x 365/31 x 100% = 13.28%
 Deposito 6 bulan : (1.974/175.000) x 365/31 x 100% = 13.28%
 Deposito 12 bulan : (859/75.000) x 365/31 x 100% = 13.49%

Pada umumnya bank-bank syariah di Indonesia dalam perhitungan bagi


hasilnya menggunakan sistem bobot pada setiap dana investasi, dengan
mengalikan prosentase bobot tersebut dengan saldo rata-rata. Semakin labil
investasi tersebut semakin kecil bobot yang dikenakan, dan semakin stabil
investasi maka semakin besar bobot yang dikenakan pada investasi tersebut, hal
ini diterapkan sebagai bentuk dari pengamanan risiko pada setiap dana invesatasi.
Bobot akan mempengaruhi besarnya bagi hasil yang akan didistribusikan
sehingga akan berdampak pada bagi hasil yang akan diterima oleh pemilik dana.
Hal ini dapat dilihat dari contoh perhitungan sistem revenue sharing yang
menggunakan bobot pada tabel diatas.
11

D. lustrasi Perhitungan Bagi Hasil pada "BPRS Risalah Ummat-BRU"


BRU menerima dana dari nasabah dalam bentuk tabungan umum
mudharabah (taubah), tabungan mudharabah haji/umrah (thahirah), tabungan
pelajar dan mahasiswa (tarjamah), tabungan wadiah debitur, deposito
mudharabah: 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan.

BRU memperoleh pendapatan untuk dibagihasilkan kepada kepada


pemegang rekening tabungan dan deposito tersebut di atas. Perhitungan distribusi
pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip revenue sharing dan
profit sharing. Dalam praktiknya BRU menggunakan revenue sharing dalam
distribusi pendapatannya kepada pemilik dana (shahibul maal)investor. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa perhitungan bagi hasil menggunakan prinsip
revenue sharing atau profitl sharing dilakukan melalui beberapa tahapan dan
untuk memudahkannya dibuat tabel perhitungan distribusi pendapatan (tabel 1),
dengan tahapan- tahapan sebagai berikut.

1. Tahap pertama, BRU menghitung saldo rata-rata semua jenis dana simpanan
selama satu periode bagi hasil, misalnya satu bulan Desember 2003. (tabe 1 kolom
A).

2. Tahap kedua, BRU menetapkan jumlah pendapatan bagi hasil untuk masing-
masing tipe dengan cara mengalikan persentase (jumlah relatif) dari masing-
masing saldo rata-rata dana simpanan dengan jumlah pendapatan yang
dibagihasilkan. (tabel 1 kolom B).

3. Tahap ketiga, BRU menetapkan nisbah (rasio) bagi hasil untuk masing-masing
tipe dana dengan memperhatikan situasi dan kondisi pasar. (tabel 1 kolom C).

4. Tahap keempat, BRU menghitung pendapatan porsi deposan dengan cara


mengalikan Jumlab pendapatan yang akan dibagikan dengan nisbah (rasio) untuk
setiap jenis simpanan. (tabel 1 kolom D).

5. Setelah itu dapat diketahui return (equivalent rate) dari masing-masing jenis
simpanan. (tabel 1 kolom E).
12

1. Rumus Perhitungan Bagi Hasil

Dalam menghitung bagi hasil dari setiap transaksi perbankan syariah, kita
harus menghitung dana yang diterima dari pihak ketiga, sehingga pendistribusian
hasil dari transaksi tersebut terlihat jelas sesuai dengan prinsip syariah dan tidak
mengandung unsur riba. Oleh karena itu, perlu dibuat tabel perhitungan distribusi
pendapatan sebagai berikut:

Tabel 1
Perhitungan Distribusi Pendapatan
Dana pihak ke-3
Bagi Hasil

Saldo Distribusi Bonus/


Rata-Rata Bagi Hasil Bagi
Jenis NISBAH Hasil Return
Harian
Simpanan
A B C D %

(B×C) (D/A×36
5/Hari×1
Giro Wadiah A1 B1 Bonus D1 00)

Tab,mudharabah A2 B2 C2 D2

Deposito

Mudharabah
D3
1 bulan A3 B3 C3
D4
3 bulan A4 B4 C4
D5
6 bulan A5 B5 C5
D6
12 bulan A6 B6 C6

2. Aplikasi “Revenue Sharing” Pada Bank syariah “BPR Risalah Ummat”


13

BRU memberikan data untuk bulan Desember 2003 (dalam satuan rupiah)
sebagai berikut :
1. Pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi :
 Margin dari piutang murabahah Rp 60.250.500,00
 Margin dari piutang Ba’I biitsaman Ajil Rp 6.300.750,00
 Bagi hasil dari pembiayaan musyarakah Rp 3.230.550,00
 Bagi hasil dari pembiayaan lainnya Rp 525.152,00
Jumlah pendapatan margin
Dan bagi hasil Rp 70.306.952,00

2. Saldo rata-rata pembiayaan (SSRP):


 Piutang murabahah Rp 2.600.000.000,00
 Piutang Ba’I bitsaman Ajil Rp 200.000.000,00
 Pembiayaan musyarakah Rp 100.000.000,00
 Pembiayaan lainnya Rp 60.000.000,00
Jumlah rata-rata pembiayaan Rp 2.960.000.000,00

3. Saldo rata-rata harian dana (SRRH):


 Taubah Rp 504.976.245,00
 Thahira Rp 253.778,00
 Tarjamah Rp 8.339.585,00
 Tabungan Wadiah Rp 533.783.932,00
 Deposito 1 bulan Rp 54.432.180,00
 Deposito 3 bulan Rp 788.597.511,00
 Deposito 6 bulan Rp 386.911.163,00
 Deposito 9 bulan Rp 2.000.000,00
 Deposito 12 bulan Rp 687.435.453,00
Jumlah saldo rata-rata dana Rp 2.966.729.847,00

3.Analisa perhitungan distribusi pendapatan bagi hasil dengan revenue sharing


14

1. Tahap pertama, BRU mencari saldo rata-rata dana (data sudah


diketahui.
2. Tahap kedua, BRU menetapkan jumlah bagi hasil untuk masing-
masing tipe dana. Karena SRRH>SRRP maka pendapatan yang
dibagihasilkan menggunakan rumus sebagai berikut:

Pd = SSRH × P
SRRP

Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan (DP) untuk masing-masing


tipe dana:

DP = SSRH masing-masing tipe dana × PD


SSRH

Rp 504.976 .245,00
Taubah = × Rp 70.306 .952,00
Rp 2.966 .729 .847,00

= Rp 11.967.163,00

Rp 253.778,00
Thahirah = × Rp 70.306 .952,00
Rp 2.966 .729 .847,00

Rp 8.339 .585,00
Tarjamah = × Rp 70.306 .952,00
Rp 2.966 .729 .847,00

= Rp 197.653,00

Tabungan Wadiah

Rp 533.783 .932,00
= × Rp 70.306 .952,00=Rp 12.649.861,00
Rp 2.966 .729 .847,00

Deposito 1 bulan

Rp54.432 .180,00
= × Rp 70.306 .952,00=Rp 1.289.959,00
Rp 2.966 .729 .847,00
15

Deposito 3 bulan

Rp788.597 .511,00
= × Rp 70.306 .952,00=Rp 18.688.533,00
Rp 2.966 .729 .847,00

Deposito 6 bulan

Rp 386.911.163,00
= × Rp 70.306 .952,00=Rp 9.169 .202,00
Rp 2.966 .729 .847,00

Deposito 9 bulan

Rp 2.000 .000,00
= × Rp 70.306 .952,00=Rp 47.397,00
Rp 2.966 .729 .847,00

Deposito 12 bulan

Rp 687.435 .453,00
= × Rp 70.306 .952,00=Rp 16.291.167,00
Rp 2.966 .729 .847,00

3. Tahap ketiga, BRU menetapkan nisbah (rasio) bagi hasil untuk masing
masing dana. Biasanya bank menetapkan nisbah sesual dengan kebutuhan
akan dana dan lamanya dana tersebut mengendap di bank serta tingkat
suku bunga di perbankan. Jumlah nisbah pada bulan Desember 2003 untuk
deposito 12 bulan bagi nasabah adalah ( 60 % ) lebih besar dari jumlah
nisbah untuk deposito 1 bulan (40%). Deposito 12 bulan memiliki
keterbatasan untuk mencairkan dana lebih kecil dibandingkan dengan
deposito 1 bulan sehingga BRU dapat mengelola dana tersebut lebih lama
untuk mendapatkan keuntungan investasi. Nisbah deposito 3 bulan =
45% , 6 bulan = 50%, dan untuk nisbah deposito 9 bulan = 55%.

4. Tahap keempat, bank menghitung pendapatan bagi nasabah dengan cara


mengalikan jumlah pendapatan yang akan dibagikan dengan rasio untuk
setiap jenis simpanan bonus dan bagi hasil = % nisbah x distribusi hasil
16

a. Tabungan wadiah Bank tidak memperjanjikan bagi hasil kepada


pemilik dana giro wadiah, tetapi bank dapat memberikan bonus.
Jumlah pemberian bonus merupakan kewenangan manajemen bank.
Pada bulan Desember 2003 bank tidak memberikan bonus.

b. Tabungan mudharabah Nisbah bagi tabungan mudharabah adalah 65 :


35, yaitu BRU mendapat porsi 65% dan nasabah mendapat ponsi 35%:

Taubah = 35% x Rp1.967.163,00 Rp4.188.507,00

Thahirah = 35% x Rp6.014,00 Rp2.105,00

Tarjamah = 35% x Rp197.635,00 - Rp69.172,00 untuk

Tabungan wadiah, nasabah mendapat porsi O%, sedangkan BRU = 100%

Tabungan wadiah = 0 % × Rp12649.961,00 = Rp0,00

1. Deposito berjangka mudharabah, untuk nasabah:

deposito 1 bulan = 40% x Rp1.289.959,00 = Rp 515.984.00

deposito 3 bulan = 45% x Rp18.688.553,00 = Rp8.409.729,00

deposito 6 bulan = 50% x Rp9.169.202,00 = Rp4.584.536,00

deposito 9 bulan = 55% x Rp47.397,00 = Rp 26.068,00

deposito 12 bulan = 60% x Rp16.291.167,00 = Rp9.774.700,00

Rate of return/ indikasi equivalent rate

Rate of return adalah tingkat pengembalian bersih atas modal/ investasi atau
dana yang disimpan di perbankan. Pada bank konvensional rate of return
dipersamakan dengan bunga bank. Adapun menghitung rate of return adalah RR
= BBH/SRRH × setahun/ hari× 100%

Keterangan

RR = rate of return

BBH = bonus dan bagi hasil

SSRH = saldo rata-rata harian dana pihak ke-3


17

2. Tabungan mudharabah:

Rp 4.188 .507,00 365


Taubah = × × 100 %=¿ 9,77%
Rp 504.976 .245 , 00 31

Rp 2.105,00 365
Thahirah = × ×100 %=9,77 %
Rp 253.778,00 31

Rp 69.171,00 365
Tarjamah = × × 100 %=9,77 %
Rp 8.339 .585 , 00 31

3. Deposito berjangka mudharabah:

Rp 515.984,00 365
deposito 1 bulan = × ×100 %=11,16 %
Rp 54.432 .180,00 31

Rp 8.409 .729,00 365


deposito 3 bulan = × ×100 %=¿ 12,55%
Rp 788.597 511,00 31

Rp 4.584 .601,00 365


deposito 6 bulan = × ×100 %=13,95 %
Rp 386.911 .163,00 31

Rp 26.068,00 365
deposito 9 bulan = × × 100 %=¿ 15,34%
Rp 2.000 .000,00 31

Rp 9.774 .700,00 365


deposito 12 bulan = × × 100 %=¿ 16,74%
Rp 687.435 .453,00 31

Tabel 4.3
Distribsi pendapatan hasil dana pihak ke 3 (investor)
Revenue Sharing
Nasabah
Posisi Saldo rata- Distribus Bonus & Ind
saldo rata harian i bagi N bagi ika
No Jenis akhir (Rp) (Rp) hasil is hasil si
simpanan (Rp) b (Rp) rat
a e
h of
ret
urn
(%
)
1 Tabungan 272.503.235 533.783.932 12.649.861 0 0 0
Wadiah

2 Tabungan
18

mudharabah
2.1 Taubah 600.257.455 504.976.245 11.967.163 35 4.188.507 9,77
237.536 253.778 6.014 35 2.105 9,77
2.2 Thahirah 2.896.448 8.339.585 197.635 35 69.172 9,77
2.3 Tarjamah

3 Deposito
berjangka
mudharabah
3.1 Deposito 140.000.000 54.432.180 1.289.959 40 515.984 11,1
1 bulan 6
3.2 Deposito 656.300.000 788.597.511 18.688553 45 8.409.729 12,5
3 bulan 5
265.000.000 386.911.163 9.169.202 50 4.584.601 13,9
3.3 Deposito
5
6 bulan
3.4 Deposito 2.000.000 2.000.000 47.397 55 26.068 15,3
9 bulan 4
3.5 Deposito 641.790.449 687.435.453 16.291.167 60 9.774.700 16,7
12 bulan 4
Total 2.966.72984 70.306951 27.570.866 39,2
7 1%
19
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sistem bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terbagi
kepada dua sistem, yaitu; pertama. Profit Sharing yaitu sistem bagi hasil yang
didasarkan pada hasil bersih dari pendapatan yang diterima atas kerjasama usaha,
setelah dilakukan pengurangan- pengurangan atas beban biaya selama proses
usaha tersebut. Kedua. Revenue Sharing adalah sistem bagi hasil yang
didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
tersebut.
Di dalam perbankan syari’ah Indonesia sistem bagi hasil yang
diberlakukan adalah sistem bagi hasil dengan berlandaskan pada sistem revenue
sharing. Bank syari’ah dapat berperan sebagai pengelola maupun sebagai
pemilik dana, ketika bank berperan sebagai pengelola maka biaya tersebut akan
ditanggung oleh bank, begitu pula sebaliknya jika bank berperan sebagai pemilik
dana akan membebankan biaya tersebut pada pihak nasabah pengelola dana.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis, et al.,(ed.) Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1996

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi
Kontemporer tentang Riba dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003

Abdurrahman Al Jaziri, Al Fiqh Alaa al Madzahibul Arba’ah, Lebanon : Darul


Fikri, 1994

Cristopher Pass dan Bryan Lowes, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta :


Erlangga, 1994

Dewan Syari'ah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Untuk


Lembaga Keuangan Syari'ah, Ed. 1, Diterbitkan atas Kerjasama Dewan
Syari'ah Nasional-MUI dengan Bank Indinesia, 2001

Indra Jaya lubis, Tinjauan Mengenai Konsepsi Akuntansi Bank Syariah,


Disampaikan pada Pelatihan – Praktek Akuntansi Bank Syariah BEMJ-
Ekonomi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2001

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT.
Gramedia, 1995

M. Syafei Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: Tazkia


Institute dan BI, 1999

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002

Anda mungkin juga menyukai