Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAHAN DAN KEKUASAAN NEGARA ISLAM

(Kajian Terhadap Pemikiran Ikhwan al-Muslimin)


Anton Afrizal Candra

Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Islam Riau


e-mail : candra_riau77@yahoo.com

ABSTRAK
Pemikiran gerakan lkhwan al-Muslimin pada prinsipnya beranggapan bahwa Islam adalah sistem yang
menyeluruh (syamil/universal, kamil/sempurna, mutakamil/integral) yang menyentuh seluruh segi dan
sendi kehidupan. lkhwan al-Muslimin menolak ide pemisahan antara Agama dan Negara atau dengan
politik. Semua pemikir mereka menyebutnya sebgai konsepsi yang seakan-akan sudah menjadi aksioma
atau urusan besar agama yang harus benarbenardipahami, konsepsi itu tersimpul dalam ungkapan bahwa
Islam adalah Akidah dan sistem Agama dan Negara. Sehingga penegakan pemerintahan Islam adalah
salah satu prinsip Akidah atau kewajiban Islam dan merupakan suatu keharusan yang tidak boleh di
tawar-tawar.

Kata Kunci : Pemerintahan, Kekuasaan Negara, Ikhwan al-Muslimin

ABSTRACT

Thought the Ikhwan al-Muslimin movement in priciple assume that islam is comprehensive system
(syamil/universal, kamil/perfect,mutakamil/integral) that touches all facets and aspect of life. Ikhwan al-
Muslimin rejected the idea of separation between religion and the state or political. All they mention as a
thinker whose conception as if it has become an axiom or a large affair that religion should be completely
understand, concession was summed up in the phrase that Islam is a faith and religion and state system.
So the establishment of the rule of Islam is one of the tenets of Islam and faith or liability is a necessity
that can't be bargained.

Keyword : Government , State power, Ikhwan al-Muslimin

PENDAHULUAN saja ada dan berkembang. Ada nilai-nilai


Jama'ah lkhwan al-Muslimin adalah salah universal yang selalu diperjuangkan, misalnya
satu jama'ah dakwah terbesar yang hingga kini keterbukaan, keadilan clea government, dan
terus melakukan berbagai kegiatannya. Para sebagainya. Lebih khusus lagi ikhwal al-
simpatisan, pendukung dan para kadernya muslimin sejak semula menggaungkan
tersebar diberbagai wilayah di seluruh dunia. perjunagan nilai-nilai dakwah islam, yang tentu
Mereka melakukan kegiatan dakwahnya dengan menjadi penting untuk dikaji oleh masyatakat
berpedoman kepada berbagai arahan dan akademis dan lembaga-lembaga dakwah.
pemikiran yang ditelurkan oleh pemikir besar
Dalam prinsipnya, ikhwan al-Muslimin
lkhwan al-Muslimin sekaligus pendirinya, Imam
beranggapan bahwa Islam adalah sistem yang
Syahid Hasan al-Banna, juga mengembangkan
menyeluruh yang menyentuh seluruh segi dan
pamikiran yang dibangun oleh para muridnya
sendi kehidupan. la adalah negara dan tanah air,
(Tim Studi Tsawabit al-Amal al-Islam, 2002 : 6-
pemerintah dan umat, akhlak dan kekuatan, kasih
7).
sayang dan. keadilan, peradaban dan undang-
Adalah benar bahwa jama’ah ikhwan al- undang, ilmu dan peradilan, mated dan sumber
muslimin begitu lebih sering orang menyebut daya alam penghasilan dan kekayaan, jihad dan
lahir dalam kurun waktu yang sudah cukup lama. dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia
Namun demikian, semangat perjuangan masih adalah akidah yang lurus dan ibadah yang benar,

171
tidak kurang dan tidak lebih. Dalam dengan latihan-latihan kemiliteran. Hinggan
pernyataannya, Imam Hasan al-Banna menyebut pasca-perang Dunia II, Ikhwan al-Muslimin
idiom syamil (universal), kamil (sempurna) dan dikenal sebagai organisasi politik yang militan
mutakamil (integral), untuk Islam dan nilai yang dan aktif menentang pemerintahan sekuler Mesir.
diperjuangkannya.
ANALISIS KAJIAN
Biografi Singkat Ikhwan Al-Muslimin
Pemerintahan Dan Kekuasaan Negara
Ikhwan al-Muslimin berdiri pada bulan Dalam Pemikiran Ikhwan Al-Muslimin.
Dzulqa'dah 1347 H bertetapan pada bulan Maret
1. Pemerintahan
1928 M di Mesir, tepatnya di kota Ismailiyah,
Sikap pemikiran ikhwan al- muslimin
dimana pada waktu itu merupakan kamp
terhadap pemerintahan berkaitan erat dengan
pendudukan Inggris (Jabir Rizq, 1991 : 32).
pemahaman mereka akan esensi islam dan
Pendirinya adalah Hasan al-Banna, yang kelak
akidahnya. Islam sebagaimana yang dipersiapkan
bersama organisasi yang dibentuknya akan
ikhwan al-muslimin menjadi pemerintah sebagai
menjadi tokoh dan gerakan yang besar dan
salah satu pilarnya. Ia adalah tanda operasional,
disegani. Selain itu, gerakan Islam ikhwal al-
disamping sumber petunjuk. Nabi SAW sendiri
muslim dipandang sebagai cikal bakal militasi di
menganggap pemerintah sebagai salah satu dari
desa-desa miskin dan pelopor tumbuhnya
sekian ushul, bukan masalah furu’cabang. Islam
gerakan fundamentalisme islam zama modern di
adalah kedaulatan dan pemerintahanm ia juga
kawasan Afrika dan Timur Tengah
peraturan dan pengajaran, sebagaimana ia adalah
(https://inijalanku.wordpres.com/parti2/sejarah-
undang-undang dan peradilan salah satu
ringkas-ikhwan-muslimin/).
diantaranya tidak terpisahkan dari yang lain
Seruan gerakan ikhwan al- muslimin adalah
Sejak awal, Ikhwan al-Muslimin menolak ide
kembali kepada islam sebagaimana yang
pemisahan antara agama dan negara, atau dengan
termaktub di dalam al – quran dan al-sunnah
politik. Semua pemikir mereka menyebutnya
serta mengajak kepada penerapan syari’at islam
sebagai konsepsi yang seakan-akan sudah
dalam kehidupan nyata. Selain itu, dalam
menjadi aksioma atau urusan besar agama yang
gerakannya, ia pun berusaha untuk membendung
harus benar-benar dipahami. Konsepsi itu
arus sekularisme ke dunia arab pada khusnya dan
tersimpul dalam ungkapan bahwa Islam adalah
dunia islam pada umumnya (Munawir Sjadzali,
akidah dan sistem, agama dan negara. Sehingga
1993 : 151).
penegakan pemerintahan Islam adalah salah satu
Jika dilihat dari latar belakang prinsip akidah atau kewajiban Islam (Abdul
sosiokulturalnya, kelahiran Ikhwan al-Muslimin Qadir Audah, 1980 : 71-79).
tidak lepas dari sosiokultural Mesir juga realitas
Dalam statement-nya itu, lkhwan al-
dunia Islam pada umumnya yang terpuruk pra
Muslimin mendasarkan kepada beberapa hal,
dan pasca perang dunia I (1913) dan kejatuhan
yaitu : ayat-ayat dan hadis-hadis yang dengannya
khalifah Islam (1924) serta penjajahan di dunia
mereka memahami bahwa pemerintahan harus
Islam oleh Eropa, Instabilisasi politik,
tegak diatas syariat yang Allah turunkan. Allah
perpecahan bangsa, era kejumudan berfikir dan
Swt Memerintahkan agar manusia berhukum
merajalelanya taklid, khurafah serta
dengan wahyu yang Allah turunkan kepada
ketakhayulan. Hal-hal itulah yang melatar
Rasul-Nya. Allah Swt Memperingatkan agar
belakangi Hasan al-Bana untuk mendirikan
jangan sampai umat manusia mengikuti dan
gerakan tersebut
berhukum kepada hawa nafsu, serta
(https://id.wikipedia.org/wiki/Ikhwanul_Muslimi
memerintahkan agar keputusan hukum
n).
seluruhnya sejalan dengan wahyunya. Disamping
Pada awalnya, gerakan Ikhwan al-Muslimin itu, juga memperingatkan agar mereka tidak
bergerak dibidang sosial dan pendidikan. meninggalkan syari’at yang diturunkan. Allah
Beberapa kegiatannya antara lain adalah Swt menganggap orang yang tidak berhukum
pendirian poliklinik, masjid, sekolah, pabrik, dengan yang diturunkan-Nya sebagai kafir,
pemberantasan buta huruf, publikasi kitab dzalim dan fasik. Semua itu menandakan bahwa
agama, serta penerbitan harian dan majalah. allah Swt mewajibkan seluruh umat manusia
Lambat laun gerakan Ikhwan al-Muslimin mulai agar “tidak berhukum dengan yang lain”.
masuk ke dalam masalah-masalah politik. Karenanya, tidak ada makna lain yang dapat
Dimulai dengan turut sertanya beberapa aktivis dipersepsi selain bahwa “hukum adalah landasan
Ikhwan al-Muslimin dalam perang Arab-Israil universal dalam Islam ”
tahun 1948, setelah sebelumnya digembleng

172
Menurut Audah, tegaknya pemerintah Islam mempunyai dua sisi internal, yang para
adalah wajib-sebagaimana pendapat mereka pengemban kekuasaan memiliki
karena Islam adalah agama dan negara. Artinya, kewenangan untuk mengeluarkan
Islam datang dengan membawa nash-nash yang instruksi kepada seluruh individu
mengatur berbagai hubungan individu dengan masyarakat, dan eksternal, yang para
pemerintah dan sebaliknya, mengatur tindakan, pengemban kekuasaan berhak
interaksi, manajemen dan ekonomi, memutuskan merepresentasikan dirinya sebagai
perkara internal dan internasional perang dan jamaah atau rakyat dan bertindak atas
damai, perjanjian dan perdamaian, menentukan nama mereka. Kekuasaan ini, dengan
hukum semua urusan pribadi dan sosial, dua sisinya sekaligus, telah ada dalam
menegakkan jama’ah atas dasar persamaan, negara Islam semenjak berkumpulnya
tolong menolong dan saling menanggung. Semua kaum muslimin di Madinah (Abdul
nash itu- sebagaimana pendapat Audah Qadir Audah, 1980: 114-129 dan 126-
merupakan undang-undang dasar pemerintahan 127).
dan syariat yang menentukan hukum berbagai
Ikhwan al-Muslimin berpendapat bahwa
tindakan. Semua itu merupakan urusan-urusan
penegakan pemerintahan Islam yang menerapkan
yang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh
sistem Islam, merupakan suatu keharusan yang
pemerintah dan negara. Apabila Islam
tidak boleh ditawar-tawar. Tujuannya adalah
mendatangkan dan mewajibkannya, berarti ia
dalam rangka mewujudkan kemerdekaan sosial
telah datang dengan pemerintahan dan
yang dinamis, disamping mewujudkan
mewajibkan tegaknya negara dengan dasar itu.
kemerdekaan politik. Karena dengan demikian
Disamping itu, Ikhwan juga mendasarkan kita dapat membangun kehidupan kita
kepada apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw berdasarkan pondasi dan landasan kita sendiri,
Setelah hijrah ke Madinah, yaitu mendirikan tidak menggunakan milik orang lain. Dasar
sebuah negara, dengan segenap keutuhan makna pijaknya memang bukan teks syar'i, akan tetapi
dari idiom itu, dan bahwa beliau Nabi Saw ia adalah pemeliharaan terhadap jati diri atau
sebagai kepala Negara (Moh. Mahfud MD, 2012 kepribadian umat yang merdeka “ ikhwan al-
: viii). muslimin telah menandakan poin ini : yakni
bahwa pertama-tama, kita harus mengenal tabiat
Audah melihat bahwa pilar-pilar negara
rakyat, spesifikasi dan idiologinya, agar dapat
sesuai dengan teori konstitusi dan manajemen,
meletakkan sebuah konstitusi yang dapat
tidak lebih dari empat hal, yaitu :
mengakomodasi tabiatnya dan dapat melindungi
a. Adanya rakyat. Tidak diragukan lagi darinya, dipengaruhi adat istiadat dan trasisinya,
harus ada rakyat dalan negara islam, serta sejalan dengan kondisi sosial politik dan
yang telah dimulai semenjak pertama idiologinya. Inilah yang menjadikan mendapat
berhimpunya kaum muslimin di legitinasi dihati individu.
madinah.
Ikhwan al-Muslimin juga melihat bahwa
b. Kemerdekaan politik ini terpenuhi jika
tegaknya pernerintahan Islam adalah suatu
suatu komunitas tidak tunduk kepada
kemestian dalam rangka membebaskan dari
komunitas yang lain. Kaum muslimin
berbagai permasalahan sosial seluruhnya (Sayid
telah menikmati kemerdekaan semacam
Qutub, 1983).
ini sejak mereka tidak pernah tunduk
kepada komunitas lain yang manapun Dengan berdasar hal-hal diatas, mereka
juga, atau kepada arahan selain dari menegaskan bahwa mendirikan pemerintahan
arahan ( kepemimpinan islam dalam Islam adalah bagian dari akidah Islam, sebagai
urusan-urusan internal dan eksternal kebutuhan sekaligus kewajiban (Hasan Ismail al-
mereka) Hudhaibi, 1980: 133 dan 137).
c. Adanya wilayah geografis yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
komunitas itu hidup di atasnya secara
Ustman Abdul Mu'iz Ruslan terhadap tulisan-
tetap. Ketika itu, madinah adalah
tulisan tokoh-tokoh Ikhwan, barangkali dapatlah
wilayah geografis negara islam. Kaum
dilakukan kristalisasi dari pemikiran mereka
muslimin hidup didalamnya secara
melalui uraian berikut:
tetap, kemudian wilayah itu meluas
hingga mencakup seluruh jazirah Arab. Ikhwan Ikhwan al-Muslimin mendefinisikan
d. Penguasa atau pemimpin. Ini terjadi jika pemerintahan Islam sebagai: "pemerintahan yang
ada kekuasaan universal yang semua para pejabatnya adalah orang-orang Islam,
individu tunduk kepadanya. la melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam, dan

173
tidak terang-terangan melakukan kemaksiatan global, yang menjadi tujuan sang pembuat
serta konstitusinya bersumber dari al-Quran dan undang – undang dasar.
Sunnah. Yakni, menerapkan syari'at Islam.
Dengan demikian, masihlah luas ruang yang
Dalam hal konstitusi, lkhwan al-Muslimin diberikan kepada pemerintah dan lembaga
membedakan antara konstitusi pokok (undang – legislatif dalam negara, untuk merumuskan
undang dasar) dan konstitusi cabang (undang- undang – undang yang dapat mewujudkan
undang organik). kemaslahatan, dalam kerangka maksud – maksud
dan tujuan syari’at dan dalam hal yang tidak
Undang-undang dasar adalah hak Allah
bertentangan dengan teks dalil wahyu tertentu.
semata. Ia merupakan hal-hal yang diharamkan
Allah dalam kitab suci nya dan sunnah Nabi- Ikhwan Muslimin juga memandang bahwa
Nya. Sayyid Qutub dan al Hudhaibi sangat pemerintahan Islam memiliki kaidah-kaidah
menekankan persepsi ini. Mereka berpendapat yang tercermin dalam ulasan al-Bana-ketika
bahwa hanya Allah sajalah pemegang otoritas membicarakan tentang problematika hukum di
memegang dan melarang, tidak ada pihak Mesir dan bagaimana memecahkannya- berupa
sesuatu hukum haram. Ini berarti, bahwa karakteristik atau pilar-pilar pemerintahan Islam.
kekuasaan tertinggi yang mejadi rujukan umat la berpendapat bahwa pilar-pilar itu ada tiga,
manusia dalam kehidupan dunia, dalam yaitu:
perumusan aturan sosial dan dalam membentuk
a. Tanggung Jawab Pemerintahan, dalam
pemerintahan mereka adalah milik Allah Swt
arti bahwa ia bertanggungjawab kepada
semata, atau sebagaimana dikatakan oleh al-
Allah dan rakyatnya. Menurut
Hudhaibi, "Hak legislasi, penghalalan dan
pendapatnya adalah pekerja mereka.
pengharaman dalam segala urusan adalah segala
Pemerintahan, tidak lain adalah praktek
sesuatu yang menjadi otoritas Allah Swt sendiri".
kontrak kerja antara rakyat dengan
Sedangkan konstitusi yang disebut pemerintah untuk memelihara
undangundang organik, ia diserahkan kepada kepentingan bersama. Kalau oknum
manusia untuk berijtihad tentangnya. Al- pemerintah mengerjakan tugas dengan
Hudhaibi menegaskan persepsi ini secara rind balk, ia berhak mendapatkan upah,
dalam pernyataannya, "Allah Swt, Menyerahkan tetapi kalau buruk ia juga berhak
kepada kita banyak hal tentang urusan dunia, mendapatkan hukuman.
diperintahkan mengatur dunia ini sesuai hasil b. Kesatuan umat. Artinya, ia memiliki
penalaran akal kita, dalam kerangka sistem yang satu, yaitu Islam. Dalam
maksudmaksud global dan tujuan-tujuan umum arti, ia harus melakukan amar ma'ruf
yang telah ditentukan untuk kita. Allah nahi munkar dan nasihat.
memerintahkan kepada kita untuk c. Menghormati Aspirasi rakyat. Artinya,
merealisasikannya dengan syarat, kita tidak diantara hak rakyat adalah mengawasi
meghalalkan yang haram dan tidak para penguasa dengan pengawasan yang
mengharamkan yang halal.Termasukundang- seketaketatnya, selain memberi
undanginiadalahundangundang yang mengatur masukan tentang berbagai hal yang
mekanisme musyawarah, lalu lintas, dipandang balk untuk mereka.
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan hama Pemerintah harus mengajak mereka
pertanian, pengairan, pengajaran berbagai bermusyawarah, menghormati aspirasi
profesi, undang-undang ketatanegaraan, mereka dan memperhatikan hasil
kepentingan publik, batasan kekuasaan dan musyawarah mereka.
wewenang masing-masing lembaga kekuasaan,
Ini berarti, pemerintah Islam adalah
undang-undang kemiliteran, properti,
pemerintah parlementer. Konsekuensinya, rakyat
perumahan, syarat-syarat pembangunan pabrik,
harus memilih kepala negara dan
tempat-tempat umum dan sejenisnya. Kaum
menurunkannya kembali jika didapati hal – hal
muslimin berhak membuat perundang-undangan
yang mengharuskannya diturunkan. Artinya,
dan aturan-aturan yang menjamin terwujudnya
pemerintah tidak mendapatkan kekuasaan dari
kepentingan bersama.lni semua termasuk
Allah akan tetapi dari masyarakat, ia tidak
perundang-undangan manusia yang
mencapai kursi pemerintahan dan tidak pula
diperintahkan Allah untuk kita rumuskan dengan
diturunkan kecuali berdasarkan masyarakat itu.
syarat sebagaimana disebut pada awal
pembahasan ini. Semua ini adalah undang- Audah telah membicarakan sifat-sifat
undang yang dibangun di atas maksud – maksud tersebut dalam prinsip yang is beri nama "teori
pembatasan kekuasaan pemerintah". Disebutkan

174
disana, bahwa is didasarkan kepada tiga prinsip eksitensinya dihadapan tantangan yang gaib
utama, yaitu: maupun yang kasat mata secara bersamaan, dan
yang memelihara keoribadian orang lain sesuai
Pertama, menentukan batas-batas kekuasaan
kadarnya. Kalau tidak demikian, tentu akan
pemerintah. Penguasa tidak boleh melanggarnya,
berbenturan dengan eksistensi Ilahi.
dan jika melakukan pelanggaran itu, kerjanya
dianggap tidak sah. Kekuasaannya dibatasi 2. Kekuasaan Negara
dengan berbagai komitmen dan kewajiban yang
Audah berpendapat bahwa kekuasaan negara
telah digariskan. la harus mengikuti syariat yang
(Islam) ada lima, yaitu: Tanfidziah (eksekutif),
tidak membolehkan penguasa kecuali hal-hal
Tasyri'iyah (legislatif), Qadha'iyah (yudikatif),
yang dibolehkan untuk setiap individu, juga
kekuasaan kontrol dan evaluasi dan kekuasaan
mengharamkan untuknya sesuatu yang
moneter. Rancangan konstitusi baru
diharamkan atas setiap individu.
menyebutkannya sebagai "tugas negara"(Utsman
Kedua, pertanggungjawaban pemerintah atas Abdul Mu'iz Ruslan, 2000 : 304). lkhwan al-
segala pelanggaran dan kesalahannya. la Muslimin menetapkan bahwa karena sistem
bertanggungjawab atas segala pelanggaran dan parlementer konstitusional adalah sistem yang
kesalahannya, atas segala tindakan yang sesuai dengan sistem pemerintahan Islam, maka
melanggar wewenangnya, balk disengaja menjadi suatu keharusan jika dilakukan
maupun akibat kelalaian. Jadi, termasuk hal-hal pemisahan antara berbagai kekuasaan itu dan
yang prinsip adalah pertanggungjawaban pembatasan antar fungsi-fungsi masingnya.
pemerintah. Penulis akan membahas kekuasaan dari yang
pertama. Sedangkan mengenai kekuasaan
Ketiga, otoritas rakyat untuk menurunkan
moneter silahkan merujuk kepada beberapa
pejabat. Pemerintahan didasarkan kepada sebuah
referensi-referensi yang kami singgung.
transaksi yang didalamnya rakyat memilih
pemerintah. Komitmen rakyat untuk patuh a. Kekuasaan Eksekutif (Tanfidziyah)
kepadanya adalah kompensasi dari komitmen Ia dijabat oleh Presiden, yang didalam
pemerintah unutk mengurus persoalannya. Jika menjalankan tugasnya dibantu oleh para
pemerintah melaksanakan syarattransaksi itu, dia menteri yang membawahi berbagai
berhak dipatuhi, namun jika tidak demikian ia departemen. Presiden bisa saja disebut
harus mengundurkan diri atau diturunkan oleh sebagai hakim,imam, atau khalifah.
rakyat. Dengan demikian, Islam telah Pemikiran politik Ikhwan al-Muslimin
menegaskan kekuasaan rakyat atas pemerintah tentang poin ini dapat dikatakan secara
(Abdul (Qadir Audah, 41-46). Kaidah-kaidah ini ringkas sebagai berikut :
sama persis dengan prinsip-prinsip yang
dijelaskan oleh al-Banna. 1. Penegakan kepala negara adalah fardhu
khifayah. Bagi kaum muslimin, wajiban
Semua pemikir Ikhwan al-Muslimin sepakat
hukumnya untuk memilih kepala negara
bahwa sumber kekuasaan adalah satu, yaitu
jika jabatan itu kosong. Orang yang
kehendak rakyat, kerelaan dan pilihan mereka
dipilih untuk memenuhi jabatan itu
secara bebas dan sukarela. Artinya, Ikhwan al-
harus memenuhi beberapa syarat.
Muslimin meyakini bahwa rakyat adalah sumber
Sebagian diantaranya telah menjadi
kekuasaan (Muhammad Ma’mun Hudaiby, 2003
kesepakatan para ulama, yaitu muslim,
: 13). Realita menunjukkan bahwa hal ini
laki-laki, mukallaf dan adil. Sebagian
merupakan konsekuensi dari ketiga prinsip di
Iainnya masih diperselisihkan, misalnya
atas dan kadah di atas, dan inilah poin yang
berilmu, mencapai derajat ijtihad,
sangat signifikan dalam pemikiran politik-pada
kemampuan fisik. Sedangkan rancangan
umumnya. Hal itu juga telah diterangkan oleh
konstitusi baru yang direkomendasikan
dua unsur lkhwan al-Muslimin lainnya yaitu
Dewan Pendiri Ikhwan menyebutkan
Hasan al-Asmawi dan rancangan konstitusi yang
bahwa orang yang dipilih sebagai
direkomendasikan dewan pendiri Ikhwan al-
presiden harus memenuhi syarat-syarat
Muslimin pada tanggal 16 September 1952.
yang telah ditentukan untuk anggota
Dalam kajiannya tentang individu Arab dan
Dewan Umat (Poin 25). Sprat yang
problematika pemerintahan misalnya, al-Asmawi
mereka tentukan untuk anggota Dewan
berpendapat bahwa sistem pemerintahan
Umat adalah: umur minimal 40 tahun,
didasarkan kepada dua pilar yang saling
memiliki tingkat wawasan yang
mengikat, yaitu: Pertama, ketundukan kepada
memadai dan memiliki citra yang balk
kewujudan Ilahi dan kedua, pengakuan terhadap
(poin 4).
kebebasan individu, yang mengokohkan

175
2. Ikhwan al-Muslimin menegaskan Wewenang Dewan Umat dalam hal legislasi
bahwa satusatunya cara pengangkatan terbatas pada dua hal :
kepala negara adalah melalui pemilihan 1. Konstitusi eksekutif, yakni undang-
ahlul halli wal 'aqdi (anggota dewan undang yang menjamin pelaksanaan teks
umat) yang dipilih oleh rakyat dan – teks syari’at
kesedian yang bersangkutan untuk 2. Konstitusi Organisasional, yakni
menerima jabatan itu. peraturan – peraturan dalam rangka
3. Ikhwan al-Muslimin menegaskan memenuhi kebutuhan jama’ah atas dasar
bahwa kepala negara bertanggungjawab tujuan-tujuan umum syari’at.
kepada dewan umat tentang tindakan-
Apabila suatu konstitusi tertentu ditetapkan,
tindakanya dalam mengurus negara,
Apabila suatu konstitusi tertentu dite apkan,
baik secara politik maupun secara
kapala negaralah yang mengeluarkannya, karena
hukum.
dialah yang melaksanakan kekuasaan eksekutif.
4. Pemerintah atau kepala negara dan para
pembantunya berhak dipatuhi oleh c. Kekuasaan Yudikatif (Qadha'iyah)
rakyat selama ia berkomitmen kepada
la merupakan kekuasaan independent diluar
syarat-syarat wakalah, yaitu :
kekuasaan eksekutif. Sumber kekuasaannya
menegakkan keadilan, memegang teguh
adalah rakyat. Meskipun kepala negara yang
syuro dan seterusnya. Pemerintah
berhak memberikan instruksi kepada mengangkat hakim, namun dalam hal ini, para
setiap individu. Namun demikian, hakim itu berstatus mewakili rakyat. Hakim-
hakim itu mewakili rakyat, karena itu mereka
kedua belah terikat oleh syarat. Perintah
tidak diberhentikan dari jabatannya hanya karena
kepala negara disyaratkan tidak
kematian atau turunnya kepala negara.
bertentangan dengan syariat dan
Kekuasaan ini dipegang oleh pengadilan dan
individu tidak diperkenankan mematuhi
hal-hal yang bertentangan dengannya mereka memutuskan hukum sebagaimana
(Abdul Qadir Audah, 1980 : 560-561). pandangan mereka-atas nama Allah Swt semata.
Kepatuhan kepada presiden, Ikhwan al-Muslimin menegaskan dan
sebagaimana ditegaskan Sayid Qutub menekankan teori "konstitusi perundangan."
tidak lain karena ketaatan presiden Audah dan racangan konstitusi berpendapat
kepada syariat, juga karena kearifannya
bahwa para hakim boleh menolak dengan
memegang teguh prinsip keadilan. Jika
menyimpang, gugurlah keharusan patuh sendirinya penerapan hukum manapun yang
kepadanya dan perintahnya tidak harus bertentangan dengan syari'at dan konstitusi
dilaksanakan (Sayid Qutub, 1981 : 106- rancangan itu, baik secara tekstual maupun
108). konstektual. Orang-orang yang berperkara boleh
5. Kekuasaan kepala negara-menurut meminta hal itu kepada hakim ditengah
m.ereka adalah membuat konstitusi,
peninjauan perkara mereka.
mengeluarkan intruksi, mengangkat dan
menurunkan pejabat, sebagai panglima Rancangan konstitusi telah menyebutkan,
tertinggi militer, mengangkat dan setiap warga negara berhak mengangkat
menurunkan jenderal, mengumumkan dakwaan, yang isinya meminta dibatalkannya
perang, balk depensif maupun opensif, peraturan yang bertentangan atau berseberangan
mengangkat dan menurunkan diplomat, dengan hukum – hukum Islam atau konstitusi
memberikan grasi dan amnesti. Semua kehadapan pengadilan khusus, yang diatur oleh
itu dalam batas-batas konstitusi (Abdul konstitusi (Point 63).
Qadir Audah, 1980 : 2).
d. Kekuasaan Kontrol dan Evaluasi
b. Kekuasaan Legislatif (Tasyri'iyah) (Riqabiyah)
Menurut lkhwan al-Muslimin, kekuasaan ini
Audah berpendapat bahwa kekuasaan ini
dipegang oleh Dewan Umat dan kepala negara,
dalam batas-batas ajaran Islam. Setiap anggota dipegang oleh rakyat seluruhnya, dalam
Dewan Umat dan Kepala Negara memiliki hak pelaksanaannya diwakili oleh para ahli syuro dan
mengusulkan konstitusi, sepanjang tidak ahli ilmu. Ia merupakan kekuasaan yang diakui
bertentangan dengan Islam. Selanjutnya, sebagai milik rakyat, dilihat dari dua sisi :
konstitusi ditetapkan oleh Dewan Umat dan
disetujui oleh anggotanya. Pertama, rakyat harus melakukan kontrol
terhadap pemeJntah sesuai dengan kewajihan

176
yang telah ditetapkan Allah Swt yaitu amar https://inijalanku.wordpres.com/parti2/sejarah-
ma'ruf nahi munkar. ringkas-ikhwan-muslimin/ diakses
pada 30 Oktober 2015
Kedua, karena rakyat adalah sumber
kekuasaan, maka pemerintah adalah wakil
mereka. Karena itu mereka berhak untuk
https://id.wikipedia.org/wiki/Ikhwanul_Muslimin
mengawasi kinerja pemerintah dan
diakses pada 2 November 2015
mengembalikannya kepada kebenaran jika
pemerintah melakukan kesalahan (Abdul Qadir https://agendapamel.wordpress.com/politik-
Audah, 1980 : 255-260). islam/pemikiran-politik-ikhwanul-
muslimin/) diakses pada 3 November
KESIMPULAN
2015
Dari uraian di atas, tercerminlah bahwa
betapa kemunculan kesadaran politik bernegara Jabir Rizq, 1991. Negara dan Politik Menurut
dan bermasyarakat dalam konteks yang dibangun Hasan al-Bana, alih bahasa M.Azhari
oleh Ikhwan al-Muslimin khususnya oleh para Hatim, Jakarta: CV. Esya
pendirinya menjadi salah satu isu sentral dari
Moh. Mahfud MD, 2012, Substansi Islami
pengembangan pemahamannya terhadap konteks
dalam Berhukum di Negara
keagamaan serta menjadi salah satu upaya
Kebangsaan, Jakarta, Sinar Grafika
perjuangannya dalam mewujudkan pemerintahan
dan negara yang bersih dan baik (good and clean Muhammad Ma’mun Hudaiby,2003, Politik
governance ). Wallah a’lam bi al-shawab. Islam Dalam Pandangan Ikhwanul
Muslimin, Bandung: PT.Syamil Cipta
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Media
Abdul Qadir Audah, 1980. al-Islam wa
Munawir Sjadzali, 1993, Islam dan Tata Negara;
Audhauna al-Siyasah, Kairo :al-
Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,
Mu'tamar al-Islami
Jakarta: UI Press
_______, tt. Al-Tasyri' al-Jinai al-Islami
Mugaranah bi al-Qanun al-Wadh'i. Sayyid Qutub, 1981. al-‘Adalah al-Ijtima'iyah fi
Libanon Dar al-Kitab al-Arabi al-Islam, Kairo: Dar al-Syuruq
Tim Studi Tsawabit al-Amal al-Islam, 2002,
Ahmad Sukardja, 2012, Hukum Tata Negara dan
Prinsip-prinsip Gerakan al-Ikhwan
Hukum Administrasi Negara dalam
al-Muslimin, Solo: Intermedia
Perspektif Fikih Siyasah. Jakarta:
Sinar Grafika Untung Wahono dan Eman Sulaiman,2002.
Amin Rais, 2000. Pengantar Buku: Pendidikan Pandangan Ulama lkhwan terhadap
Politik Ikhwan al-Muslimin, Solo: Era Partai Politik. Jakarta : Pustaka
Tarbiyatuna
Intermedia
Utsman Abdul Mu'iz Ruslan, al-Tarbiyah al-
Hasan Ismail al-Hudhaibi, 1980, Du'ah la
Siyasah 'inda Jama'ah al-Ikhwan al-
Qudhat, Cairo: Dar al-Thiba'ah wa al-
Nasy al-Islamiyah. Muslimin, fi Fatrah min 1928 ila
1954 fi Mishr, Dirasah Tahliliyah
Taqwimiyah, (Solo :Era Intermedia,
2000). Lembar II

177

Anda mungkin juga menyukai