Rachmat Buku
Rachmat Buku
PENUNTUN PRAKTIKUM
PROTOZOA
JARINGAN
Blok 6. Hematologi, Imunologi
dan Proses Infeksi dan Inflamasi
BAGIAN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2016
PENUNTUN PRAKTIKUM
”PROTOZOA JARINGAN”
Edisi Pertama
Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin
oleh penerbit sebelum memperbanyak, disimpan, atau disebar dalam bentuk
elektronik, mekanik, foto kopi, dan rekaman atau bentuk lainnya.
PENUNTUN PRAKTIKUM
“PROTOZOA JARINGAN”
TIM PENYUSUN:
Kata Pengantar
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan
hubungan di antara keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan
parasitologi ditentukan oleh organisme dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu
parasitology tidak dapat dipisahkan dengan cabang ilmu biologi lainnya seperti
biologi sel, bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi, genetika, evolusi
dan ekologi.
Praktikum adalah suatu cara untuk mahasiswa dapat lebih memahami apa yang
didapatkan dari teori. Dalam praktikum mahasiswa melakukan suatu rangkaian
latihan-latihan praktis untuk lebih memahami isi dan tujuan perkuliahan yang
diberikan pada kuliah-kuliah parasitologi. Dengan praktikum juga mahasiswa
diharapkan dapat bekerja sama dengan teman-temannya secara disiplin serta mampu
meninjau secara kritis masalah-masalah yang dihadapi. Belajar bertukar pikiran
dengan teman atau asisten serta melihat langsung spesimen parasit akan menuntun
mahasiswa dalam berdiskusi untuk memecahkan persoalan, terutama berkaitan
dengan penyakit-penyakit akibat parasitik.
Keterbatasan sarana dan prasarana mengharuskan penyesuaian dalam pemilihan
topik-topik praktikum, sehingga hanya sebagian kecil topik yang dapat
dipraktikumkan jika dibandingkan dengan luasnya pengetahuan tentang parasitologi.
Oleh karena itu, pada praktikum “Protozoa Jaringan” ini, kami hanya membatasi pada
4 jenis Protozoa yang paling sering menginfestasi jaringan tubuh manusia yaitu;
Trichomonas vaginalis, Toxoplasma gondii, Leishmania dan Trypanosoma.
Penuntun praktikum parasitologi ini dibuat sebagai dokumentasi dan bahan
evaluasi dalam menjalankan praktikum parasitologi, khususnya praktikum Protozoa
Jaringan dengan baik. Mengingat waktu yang sangat terbatas dalam mempersiapkan
penuntun ini, kami menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam penuntun
praktikum ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi penyempurnaan penuntun praktikum ini. Hanya kepada Allah SWT
sajalah kita meminta pertolongan dan harapan semoga Penuntun Praktikum “Protozoa
Jaringan” ini bermanfaat hendaknya.
Daftar Isi
III. Teknik dan spesimen untuk identifikasi protozoa jaringan ............................... ........ 16
Cara pemeriksaan ............................................................................................ ........ 16
I. PENDAHULUAN
Protozoa jaringan adalah protozoa yang hidup parasitic dalam sel-sel
jaringan atau system organ tertentu Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan
hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas
Flagellata berupa genus genus Trichomonas, Leishmania, dan Trypanosoma
sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus
Leishmania ini terdapat 3 spesies yang dapat menyebabkan penyakit
leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani,
Leishmania tropica, dan Leishmania braziliensis. Pada genus Trypanosoma
terdapat tiga spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia yaitu
Trypanosoma rhodesiense, trypanosome gambiense dan Trypanosoma cruzi. Di
antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi
berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. Trychomonas vaginalis
juga penting peranannya dalam menyebabkan vaginitis dan urethritis pada
manusia.
Semua protozoa mempunyai vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan
sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur
tekanan osmosis. Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap
spesies. Protozoa dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau
bentuk istirahat yang disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak
menguntungkan dapat membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat
kista berada pada keadaan yang menguntungkan, maka akan berubah menjadi
sel vegetatifnya. Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung
selulosa atau khitin seperti pada jamur dan algae. Kebanyakan protozoa
mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan fleksibilitas ektoplasma yang
ada dalam membran sel.
Pada modul praktikum ini kita akan membahas empat jenis protozoa
jaringan yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia.
b. Morfologi
Protozoa ini berbentuk oval, panjang 4-32 µm dan lebar 2,4-14,4 µm,
memiliki flagella dan undulating membrane yang panjangnya hanya setengah
panjang tubuhnya. Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya,
dibelakang ini terdapat blefaroplas sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella
yang menjuntai bebas dan melengkung di ujungnya sebagai alat geraknya yang
‘maju mundur’. Flagella kelima melekat ke undulating membran dan menjuntai
c. Siklus hidup
Untuk hidup dan berkembang biak, Trichomonas vaginalis membutuhkan
kondisi lingkungan yang konstan dengan temperature sekitar 35-37 0C, pH
antara 4,9 dan 7,5 dan sangat baik pertumbuhannya pada pH berkisar 5,5 dan 6.
sangat sensitive terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan.
Protozoa ini akan cepat mati. Sangat sensitive terhadap tekanan osmotic dan
kelembaban lingkungan. Protozoa ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau
dikeringkan.
Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian besar
asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasanya tidak ditemukan. Hal
ini berhubungan dengan epitel kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat
menginfeksi epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja. Cara
menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran urogenital pria belum
diketahui pasti, tetapi mungkin organisme hilang secara mekanik pada waktu
buang air kecil dan adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan
cepat membunuh trichomonas vaginalis.
a. b.
3. Genus Toxoplasma
a. Hospes dan nama penyakit
Hospes definitif T. gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae).
Hospes perantaranya adalah manusia, mammalia lainnya dan burung. Parasit ini
menyebabkan toksoplasmosis akuisita dan toksoplasmosis kongenital.
c. Daur Hidup
Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii.
Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi
trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon.
Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur
aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel
dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi
makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan
terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh
kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang
masing-masing berisi empat sporozoit sporogoni.
Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus
serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi
daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan
membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista
yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada
infeksi menahun (infeksi laten). Bila kucing sebagai hospes definitif makan
hospes perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel
epitel usus muda akan terbentuk lagi. Jika hospes perantara yang dimakan
kucing mengandung kista T. gondii, maka masa prepatennya 2 -3 hari. Tetapi bila
ookista tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20 -24 hari.
Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh
ookista.
Cara pemeriksaan
Untuk diagnostik mikroskopis protozoa jaringan pada umumnya
menggunakan pewarnaan Giemsa (Giemsa staining) untuk identifikasi parasit
penyebab. Teknik pewarnaan Giemsa yang digunakan adalah berupa thin film
(sediaan apusan tipis). Spesimen yang digunakan antara lain darah, cairan
aspirat dan cairan discharge urethra.
Adapun prosedur pewarnaan Giemsa apusan tipis adalah sebagai berikut:
a) Pembuatan sediaan apusan tipis (thin film)
a. Spesimen baik berupa darah, cairan aspirat atau cairan discharge urethra
diteteskan di kaca objek
b. Dengan menggunakan kaca benda yang lain atau khusus, yaitu kaca benda
yang pada salah satu ujung di kedua bagian lateralnya dipotong sedikit
dalam bentuk segitiga, cairan spesimen tersebut dibuat apusan dengan
bagian ujung yang terpotong dari kaca benda tadi, sehingga cairan
spesimen tersebar rata dan merupakan lapisan yang tipis.
c. Keringkan.
b) Teknik Pembuatan Larutan Giemsa
a. Larutan Giemsa adalah larutan yang digunakan untuk pewarnaan
spesimen.
b. Untuk membuat larutan Giemsa dibutuhkan cairan buffer pH 7,2.
c. Cairan buffer pH 7,2 dibuat dengan cara melarutkan 1 tablet buffer forte ke
dalam 1000 ml air jernih dan bersih. Cairan buffer ini bisa juga diganti
dengan air mineral yang mempunyai pH 7,2.
d. Larutan Giemsa dibuat dengan melarutkan cairan Giemsa dengan cairan
buffer pH 7,2 dengan perbandingan 1 : 30 (1,5 mL cairan Giemsa dan 50
mL cairan buffer pH 7,2)
c)Teknik pewarnaan giemsa untuk sediaan apusan tipis
a. Fiksasi sediaan apusan tipis (thin film) dengan methanol (metil alkohol)
selama kira-kira 1-2 menit.
b. Cuci dengan air pet, lalu keringkan di udara.
c. Letakkan sediaan darah di atas rak secara horizontal dan tuangkan larutan
giemsa yang digunakan.
d. Lamanya pulasan 30 menit.
e. Cuci sebentar dengan air pet tanpa membuang lebih banyak larutan
giemsa, tetapi larutan giemsa itu hanya dihanyutkan dengan air pet. Jadi
posisi sediaan harus tidak horizontal tetapi membentuk sudut dengan garis
cakrawala, baru diairi supaya larutan hanyut. Bila tidak dilakukan, endapan
yang terdapat dalam larutan itu mungkin melekat pada sediaan darah
sehingga menyulitkan pemeriksaan.
f. Keringkan; untuk pekerjaan ini, sandarkan sediaan apusan tipis (thin film)
pada dinding meja yang diberi alas kertas saring atau pada dinding bak
cuci, sehingga air dapat mengalir turun.
b. Periksa di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran objektif 40x
dan 100x (minyak imersi).
DAFTAR PUSTAKA