Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM 1

SENYAWA GOLONGAN ALKOHOL

TUJUAN
1. Dapat menentukan golongan sampel
2. Dapat menentukan nama senyawa pada sampel

DASAR TOERI
Alkohol merupakan senyawa organik yang memiliki satu atau lebih gugus fungsi
hidroksi (R-OH) yang terikat pada atom karbon pada suatu rantai alifatis atau siklis. Sebagian
besar alkohol digunakan sebagai pelarut, memiliki sifat asam, mudah menguap, serta mudah
terbakar. Alkohol dengan jumlah atom karbon sebanyak 1-4 berupa cairan mudah menguap,
sedangkan jumlah atom karbon 5-9 berupa cairan seperti minyak, dan dengan jumlag atom
karbon lebih dari 10 berupa padatan.
Berdasarkan jumlah dan posisi gugus hidroksinya, alkohol diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan:
A. Berdasarkan jumlah gugus OH, alkohol dibagi menjadi:
1. Alkohol monovalen
a) Alkohol monovalen cair. Contoh: metanol, etanol, propanol
b) Alkohol monovalen berminyal. Contoh: pentanol
c) Alkohol monovalen padat. Contoh: setil alkohol
2. Alkohol Polivalen
a) Alkohol polivalen cair. Contoh: propilen glikol, gliserin, etilenglikol
b) Alkohol polivalen padat. Contoh: manitol, sorbitol
B. Berdasarkan letak gugus OH pada atom C yang mengikatnya alkohol dibagi menjadi:
1. Alkohol primer
Adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C primer (atom C yang
hanya mengikat satu atom C lainnya), seperti metanol, etanol dan propanol.
Oksidasi terhadap alkohol primer dapat berlangsung dua tahap, tahap pertama
akan tersebntuk senyawa alkaloida, sedangkan tahap selanjutnya akan membentuk
asam karboksilat. Kuat atau lemahnya oksidasi alkohol tergantung pada
oksidatornya.
2. Alkohol sekunder
Adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C sekunder (atom C yang
mengikat dua atom C lainnya) , seperti isopropanol, isoamil alkohol. Oksidasi
senyawa ini dapat menyebabkan terbentuknya senyawa denngan gugus fungsi
keton, dan tidak dapat dioksidasi lebih lanjut.
3. Alkohol tersier
Adalah alkohol y6ang gugus OH nya terikat pada atom C tersier, atom C yang
mengikat tiga atom C lainnya, seperti tersier butil alkohol. Senyawa ini tidak
bereaksi terhadap KMnO4 atau oksidator lainnya.

Sifat-sifat umum senyawa golongan alkohol


1. Kelarutan
Alkohol yang memiliki atom C kurang dari empat akan mudah bercampur dengan air
(hidriofilik) sedangkan alkohol yang mempunyai atom C lebih dari empat,
kelarutannya kurang dalam air serta lebih mudah bercampur dengan pelarut organik.
Semakin panjang atom C, maka semakin sukar larut dalam air namun semakin banyak
jumlah OH nya akan semakin sukar larut dalam pelarut organik (lebih hidrofil).

1
2. Sifat fisika
Alkohol monovalen memiliki titik didih yang bertambah besar dengan bertambahnya
atom C dan alkohol bercabang, titik didihnya lebih rendah dari alkohol rantai lurus
dengan atom C yang sama. Alkohol polivalen memiliki titik didih yang bertambah
besar dengan bertambahnya gugus OH. Semakin panjang atom C maka indeks
biasnya akan semakin tinggi. Alkohol monovalen yang memiliki atom C satu sampai
dengan sepuluh pada suhu kamar berupa cairan dengan bau dan rasa yangh spesifik
sedangkan yang memiliki atom C lebih dari sepuluh pada suhu kamar berupa zat
padat yang tidak berwarna dan tidak berbau sedangkan alkohol polivalen semakin
banyak gugus OH nya maka titik leburnya sebakin tinggi.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Tabung reaksi, batang penjepit, spatel logam, cawan penguap, plat tetes, Beaker glass,
Erlenmeyer.
B. Bahan
- Reagen-reagen
- Sampel yang mengandung alkohol

CARA KERJA
A. Organoleptis
1. Bentuk
2. Rasa
3. Warna
4. Bau

B. Reaksi Umum
1. Reaksi Diazotasi
Merupakan reaksi umum untuk mengidentifikasi adanya alkohol dalam sebuah
sampel. Masukkan sampel kurang lebih 100 mg ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan pereaksi Diazo A dan Diazo B dengan perbandingan 4:1, tambahkan
beberapa tetes NaOH maka akan terbentuk warna merah yang menandakan
adanya gugus hidroksi. Tambahkan amil alkohol maka warna merah akan terpisah,
namun untuk fenol warna merah akan tertarik pada amil alkohol.
2. Reaksi Esterifikasi
Dengan menggunakan asam atau garamnya akan bereaksi dengan sampel yang
diduga mengandung alkohol.
3. Reaksi Oksidasi dengan KMnO4
4. Dengan logam natrium akan menghasilkan gas H2
5. Pembentukan urethan
Larutan zat ditambahkan dengan isosianat atau fenilisosianat, kemudian dirafluks
selama 30 menit maka akan membentuk urethan yang mengkristal, reakasi ini
terjadi untuk alkohol tunggal.
6. Membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier
Pada pereaksi Lucas (larutan ZnCl2 1,36 ml dalam 1 ml HCl 29%) pada alkohol
primer tidak bereaksi sama sekali, pada alkohols ekunder awalnya tiudak bereaksi
namun setelah 5 menit akan berubah menjadi keruh (kecuali isopropil alkohol),
dan alkohol tersier akan memberikan hasil yang positif segera setelah reagen
ditambahkan.
7. Pereaksi Backman

2
Pada larutan zat ditambahkan H2SO4 dan Kalium bikarbonat maka untuk alkohol
primer akan terbentuk aldehid, alkohol sekunder terbentuk keton dan alkohol
tersiekr akan terjadi pemutusan ikatan rantai karbon.
8. Pereaksi Deniges
Tambahkan pereaksi Deniges pada sampel, apabila membentuk endapan putin
menunjukkan adanya alkohol tersier.
9. Memeriksa alkohol polivalen
a. Dengan pemberian asam borat maka akan mempertinggi kelarutannya
dibandingkan dnegan kontrol dengan pelarut air.
b. Dengan pereaksi Cuprifil akan membentuk kompleks Cu yang jernih. Larutan
dibasakan dengan adanya beberapa tetes NaOH hungga basa kemudian
ditambahkan 1 tetes CuSO4, maka akan terbentuk kompleks Cu yang jernih.
c. Dengan reaksi Landwehr. Larutan zat ditambahkan FeCl3 akan terbentuk
warna kuning tua sampai coklat (bandingkan dengan kontrol negatif). Perlu
dibuat blanko karena gula, asam alfa-oksi, dan asam alfa-keto juga positif.

C. Reaksi Gugus Fungsi


Lakukan reaksi gugus fungsi seperti prosedur yang telah ditetapkan.

D. Reaksi Kristal
Ambil kaca preparat dan kaca penutupnya, masukkan zat kedalamnya kurang lebih
sekitar 50-100 mg, tutup dengan kaca penutupnya, masukkan pereaksi melalui celah
antara kaca, panaskan dengan api spiritus dengan cara melaluinya (jangan sampai
gosong), lihat pada mikroskop. Ulangi prosedur dengan reagen yang berbeda.

E. Reaksi Sublimasi
Ambil kaca preparat dan kaca sublimasi, masukkan zat kurang lebih sekitar 100-200
mg kedalam kaca sublimasi yang sebelumnya sudah diletakkan diatas kaca preparat,
tutup dengan kaca preparat yang lainnya, letakkan diatasnya tissue basah, panaskan
diatas api spiritus yang diberi kawat kassa, lihat sublimat yang terbentuk.

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERCOBAAN HASIL PEMBAHASAN

4
PRAKTIKUM 2
SENYAWA GOLONGAN FENOL

TUJUAN
1. Dapat menentukan golongan sampel
2. Dapat menentukan nama senyawa pada sampel

DASAR TOERI
Alkohol merupakan senyawa organik yang memiliki satu atau lebih gugus fungsi
hidroksi (R-OH) yang terikat pada atom karbon pada suatu rantai alifatis atau siklis. Sebagian
besar alkohol digunakan sebagai pelarut, memiliki sifat asam, mudah menguap, serta mudah
terbakar. Alkohol dengan jumlah atom karbon sebanyak 1-4 berupa cairan mudah menguap,
sedangkan jumlah atom karbon 5-9 berupa cairan seperti minyak, dan dengan jumlag atom
karbon lebih dari 10 berupa padatan.
Berdasarkan jumlah dan posisi gugus hidroksinya, alkohol diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan:
A. Berdasarkan jumlah gugus OH, alkohol dibagi menjadi:
3. Alkohol monovalen
d) Alkohol monovalen cair. Contoh: metanol, etanol, propanol
e) Alkohol monovalen berminyal. Contoh: pentanol
f) Alkohol monovalen padat. Contoh: setil alkohol
4. Alkohol Polivalen
c) Alkohol polivalen cair. Contoh: propilen glikol, gliserin, etilenglikol
d) Alkohol polivalen padat. Contoh: manitol, sorbitol
B. Berdasarkan letak gugus OH pada atom C yang mengikatnya alkohol dibagi menjadi:
4. Alkohol primer
Adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C primer (atom C yang
hanya mengikat satu atom C lainnya), seperti metanol, etanol dan propanol.
Oksidasi terhadap alkohol primer dapat berlangsung dua tahap, tahap pertama
akan tersebntuk senyawa alkaloida, sedangkan tahap selanjutnya akan membentuk
asam karboksilat. Kuat atau lemahnya oksidasi alkohol tergantung pada
oksidatornya.
5. Alkohol sekunder
Adalah alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C sekunder (atom C yang
mengikat dua atom C lainnya) , seperti isopropanol, isoamil alkohol. Oksidasi
senyawa ini dapat menyebabkan terbentuknya senyawa denngan gugus fungsi
keton, dan tidak dapat dioksidasi lebih lanjut.
6. Alkohol tersier
Adalah alkohol y6ang gugus OH nya terikat pada atom C tersier, atom C yang
mengikat tiga atom C lainnya, seperti tersier butil alkohol. Senyawa ini tidak
bereaksi terhadap KMnO4 atau oksidator lainnya.

Sifat-sifat umum senyawa golongan alkohol


1. Kelarutan
Alkohol yang memiliki atom C kurang dari empat akan mudah bercampur dengan air
(hidriofilik) sedangkan alkohol yang mempunyai atom C lebih dari empat,
kelarutannya kurang dalam air serta lebih mudah bercampur dengan pelarut organik.
Semakin panjang atom C, maka semakin sukar larut dalam air namun semakin banyak
jumlah OH nya akan semakin sukar larut dalam pelarut organik (lebih hidrofil).

5
2. Sifat fisika
Alkohol monovalen memiliki titik didih yang bertambah besar dengan bertambahnya
atom C dan alkohol bercabang, titik didihnya lebih rendah dari alkohol rantai lurus
dengan atom C yang sama. Alkohol polivalen memiliki titik didih yang bertambah
besar dengan bertambahnya gugus OH. Semakin panjang atom C maka indeks
biasnya akan semakin tinggi. Alkohol monovalen yang memiliki atom C satu sampai
dengan sepuluh pada suhu kamar berupa cairan dengan bau dan rasa yangh spesifik
sedangkan yang memiliki atom C lebih dari sepuluh pada suhu kamar berupa zat
padat yang tidak berwarna dan tidak berbau sedangkan alkohol polivalen semakin
banyak gugus OH nya maka titik leburnya sebakin tinggi.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Tabung reaksi, batang penjepit, spatel logam, cawan penguap, plat tetes, Beaker glass,
Erlenmeyer.
B. Bahan
- Reagen-reagen
- Sampel yang mengandung alkohol

CARA KERJA
A. Organoleptis
1. Bentuk
2. Rasa
3. Warna
4. Bau

B. Reaksi Umum
1. Reaksi Diazotasi
Merupakan reaksi umum untuk mengidentifikasi adanya alkohol dalam sebuah
sampel. Masukkan sampel kurang lebih 100 mg ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan pereaksi Diazo A dan Diazo B dengan perbandingan 4:1, tambahkan
beberapa tetes NaOH maka akan terbentuk warna merah yang menandakan
adanya gugus hidroksi. Tambahkan amil alkohol maka warna merah akan terpisah,
namun untuk fenol warna merah akan tertarik pada amil alkohol.
2. Reaksi Esterifikasi
Dengan menggunakan asam atau garamnya akan bereaksi dengan sampel yang
diduga mengandung alkohol.
3. Reaksi Oksidasi dengan KMnO4
4. Dengan logam natrium akan menghasilkan gas H2
5. Pembentukan urethan
Larutan zat ditambahkan dengan isosianat atau fenilisosianat, kemudian dirafluks
selama 30 menit maka akan membentuk urethan yang mengkristal, reakasi ini
terjadi untuk alkohol tunggal.
6. Membedakan alkohol primer, sekunder dan tersier
Pada pereaksi Lucas (larutan ZnCl2 1,36 ml dalam 1 ml HCl 29%) pada alkohol
primer tidak bereaksi sama sekali, pada alkohols ekunder awalnya tiudak bereaksi
namun setelah 5 menit akan berubah menjadi keruh (kecuali isopropil alkohol),
dan alkohol tersier akan memberikan hasil yang positif segera setelah reagen
ditambahkan.
7. Pereaksi Backman

6
Pada larutan zat ditambahkan H2SO4 dan Kalium bikarbonat maka untuk alkohol
primer akan terbentuk aldehid, alkohol sekunder terbentuk keton dan alkohol
tersiekr akan terjadi pemutusan ikatan rantai karbon.
8. Pereaksi Deniges
Tambahkan pereaksi Deniges pada sampel, apabila membentuk endapan putin
menunjukkan adanya alkohol tersier.
9. Memeriksa alkohol polivalen
a. Dengan pemberian asam borat maka akan mempertinggi kelarutannya
dibandingkan dnegan kontrol dengan pelarut air.
b. Dengan pereaksi Cuprifil akan membentuk kompleks Cu yang jernih. Larutan
dibasakan dengan adanya beberapa tetes NaOH hungga basa kemudian
ditambahkan 1 tetes CuSO4, maka akan terbentuk kompleks Cu yang jernih.
c. Dengan reaksi Landwehr. Larutan zat ditambahkan FeCl3 akan terbentuk
warna kuning tua sampai coklat (bandingkan dengan kontrol negatif). Perlu
dibuat blanko karena gula, asam alfa-oksi, dan asam alfa-keto juga positif.

C. Reaksi Gugus Fungsi


Lakukan reaksi gugus fungsi seperti prosedur yang telah ditetapkan.

D. Reaksi Kristal
Ambil kaca preparat dan kaca penutupnya, masukkan zat kedalamnya kurang lebih
sekitar 50-100 mg, tutup dengan kaca penutupnya, masukkan pereaksi melalui celah
antara kaca, panaskan dengan api spiritus dengan cara melaluinya (jangan sampai
gosong), lihat pada mikroskop. Ulangi prosedur dengan reagen yang berbeda.

E. Reaksi Sublimasi
Ambil kaca preparat dan kaca sublimasi, masukkan zat kurang lebih sekitar 100-200
mg kedalam kaca sublimasi yang sebelumnya sudah diletakkan diatas kaca preparat,
tutup dengan kaca preparat yang lainnya, letakkan diatasnya tissue basah, panaskan
diatas api spiritus yang diberi kawat kassa, lihat sublimat yang terbentuk.

7
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERCOBAAN HASIL PEMBAHASAN

8
PRAKTIKUM 3
SENYAWA GOLONGAN ALKALOID

TUJUAN
1. Dapat menentukan golongan sampel
2. Dapat menentukan nama senyawa pada sampel

DASAR TOERI
Alkaloid adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom
nitrogen di dalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta
membentuk garamnya.
Kebanyakan alkaloid adalah produk alam , beberapa yang dibuat sintesis seperti
dicodid, apomorfin

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Tabung reaksi, batang penjepit, spatel logam, cawan penguap, plat tetes, Beaker glass,
Erlenmeyer.
B. Bahan
- Reagen-reagen
- Sampel yang mengandung alkaloid

CARA KERJA
A. Organoleptis
1. Bentuk
2. Rasa
3. Warna
4. Bau

B. Reaksi Umum
1. Gugus Amin Sekunder
Rekasi Simon: larutan alkaloid ditambahkan larutan asetaldehida 1% kemudian
dirtambahkan larutan Na-nitroprusid 5% akan terbentuk biru ungu. Reaksi cepat
untuk conilin, pelleotrien, crystralin. Dan reaksi lambat untuk ephedrin, beta
eucain, emetin, colchicin, physistigmin.
2. Gugus Metoksi
Larutan dalam H2SO4 ditambahkan KMnO4 akan terjadi formaldehida, dapat
dinyatakan dengan reaksi Schiff. Kelebihan KMnO4 dihilangkan dengan asam
oksalat. Reaksi ini positif untuk brucin, narcotin, codein, papaverin, emetin,
narcotin, thebain, colchidin, hydrastin.
3. Gugus Alkohol Sekunder
Dengan menggunakan reaksi Sanches: zat ditambahkan larutan vanilllin 3%
dalam HCl pekat dipanaskana diatas waterbath akan terbentuk warna merah ungu.
Reaksi ini positif untuk morphin, heroin, veratrin, codein, pronin, diodin,
paracodin.
4. Gugus Formylen

9
a. Reaksi Weber & Tollens: zat ditambahkan larutan phloroglucin 1% dalam
H2SO4 pekat (1:1) lalu dipanaskan akan terbentuk warna merah
b. Reaksi Labat: zat ditambahkan asam galat dan H2SO4 pakat diatas waterbath
akan terbentuk warna hijau biru menandakan adanya berberin, hydrastin,
cotarmin, hydrastinin, narcein, narcotin, piporin.
5. Gugus Benzoil
Reaksi bau: esterifikasi dengan alkohol dan H2SO4 pekat akan terbentuk bau ester.
Reaksi ini positif untuk cocain, tropacocain, alypin, stovain, beta eucain.
6. Reaksi Guert
Alkaloid didiazotasikan lalu ditambahkan beta naftol akan terbentuk merah ungu.
Reaksi ini positif untuk coicain, atropin, alypin, ephedrin, tropacocain, strovain,
beta eucain.
7. Reduksi Semu
Garam alkaoid klorida ditambahkan Hg2Cl2 (calomel) lalu ditambahkan sedikit
air akan terbentuk warna hitam. Menunjukkan Hg tereduksi menjadi logam
dengan alkaloida sebagai kompleks. Reaksi ini positif untuk cocain, tropococain,
pilocarpin, novocain, larocain, percain, pantocain, mycain, alypin.
8. Gugus Kromofor
a. Reaksi King: zat ditambahkan diazo A dan B dengan perbandingan 4:1 dan
NaOH akan terbentuk warna merah intensif. Reaksi ini positif untuk morfin,
dilaudid, codein, thebain, eucodal
b. Reaksi Sanchez: zat ditambahkan para-nitrodiazobenzol (para-nitroanilin +
NaNo2 + NaOH) akan terbentuk warna ungu sampaui jingga. Reaksi ini
positif untuk alkaloida opium kecuali thebain, cephaelin, emetin, chinin,
chinidin, setelah dimasak dnegan H2SO4 75%.

C. Reaksi Gugus Fungsi


Lakukan reaksi gugus fungsi seperti prosedur yang telah ditetapkan.

D. Reaksi Kristal
Ambil kaca preparat dan kaca penutupnya, masukkan zat kedalamnya kurang lebih
sekitar 50-100 mg, tutup dengan kaca penutupnya, masukkan pereaksi melalui celah
antara kaca, panaskan dengan api spiritus dengan cara melaluinya (jangan sampai
gosong), lihat pada mikroskop. Ulangi prosedur dengan reagen yang berbeda.

E. Reaksi Sublimasi
Ambil kaca preparat dan kaca sublimasi, masukkan zat kurang lebih sekitar 100-200
mg kedalam kaca sublimasi yang sebelumnya sudah diletakkan diatas kaca preparat,
tutup dengan kaca preparat yang lainnya, letakkan diatasnya tissue basah, panaskan
diatas api spiritus yang diberi kawat kassa, lihat sublimat yang terbentuk.

10
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERCOBAAN HASIL PEMBAHASAN

11
PRAKTIKUM 4
SENYAWA GOLONGAN SULFONAMIDA

TUJUAN
1. Dapat menentukan golongan sampel
2. Dapat menentukan nama senyawa pada sampel

DASAR TOERI
Sulfonamid adalah golongan obat-obatan yang memiliki gugus fungsi sulfonamida. Efek
farmakologinya biasnaya untuk antimikroba dan infeksi saluran kemih. Sebagai kemiterapi,
biasanya sulfa dikombinasikan dengan Na-bikarbonat atau Na-sitrat untuk mendapatkan
suasana alkalis, karena jika tidak dalam suasana alkalis maka sulfa akan menghablur dalam
suasana air atau asam.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Tabung reaksi, batang penjepit, spatel logam, cawan penguap, plat tetes, Beaker glass,
Erlenmeyer.
B. Bahan
- Reagen-reagen
- Sampel yang mengandung alkaloid

CARA KERJA
A. Organoleptis
5. Bentuk
6. Rasa
7. Warna
8. Bau

B. Reaksi Umum
1. Reaksi elementer terhadap C, N, dan S memberikan hasil yang positif
2. Reaksi terhadap gugus-gugus amin
Reaksi terhadap diazotasi, reaksi dengan p-DAB HCl (Erlich), reaksi korek api
3. Reaksi terhadap gugus sulfon
4. Reaksi furfurol
5. Reaksi Vanilin, Hucknail dan Turfitti
Terhadap derivat metil piridin, diatas kaca arloji atau objek glass, masukkan 1
tetes H2SO4 lalu tambahlan beberapa kristal vanilin, campurkan. Kemudian
tambahklan sampel lalu panaskan diatas nyala api kecil, maka akan terbentuk
warna kuning ataui hijau muda (dilihat dibawah dasar putih). Kecuali pada Na-
sulfamerazin dan Na-sulfametazin (merah tua), Na-irgamid (hijau tua-hitam
dengan tepi merah)
6. Reaksi korek api
Zat ditambahlan HCl encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, maka akan
timbul warna jingga sampai jingga kuning. Asam sulfanilat akan berwarna kuning.

12
7. Reaksi Diazotasi
8. Reaksi Erlich dengan p-DAB-HCl
Reaksi ini umum untuk amin aromatik. Masukkan sampel dalam tabung kemudian
tambahkan kurang lebih 10 ml air kemudian masukkan sedikit diatas plat tetes,
kemudian teteskan pereaksi sebanyak 1-2 tetes maka akan terbentuk warna kuning
jingga
9. Reaksi dengan CuSO4
Larutan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang
heterosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 maka akan terbentuk endapan berwarna
hijau.

C. Reaksi Gugus Fungsi


Lakukan reaksi gugus fungsi seperti prosedur yang telah ditetapkan.

D. Reaksi Kristal
Ambil kaca preparat dan kaca penutupnya, masukkan zat kedalamnya kurang lebih
sekitar 50-100 mg, tutup dengan kaca penutupnya, masukkan pereaksi melalui celah
antara kaca, panaskan dengan api spiritus dengan cara melaluinya (jangan sampai
gosong), lihat pada mikroskop. Ulangi prosedur dengan reagen yang berbeda.

E. Reaksi Sublimasi
Ambil kaca preparat dan kaca sublimasi, masukkan zat kurang lebih sekitar 100-200
mg kedalam kaca sublimasi yang sebelumnya sudah diletakkan diatas kaca preparat,
tutup dengan kaca preparat yang lainnya, letakkan diatasnya tissue basah, panaskan
diatas api spiritus yang diberi kawat kassa, lihat sublimat yang terbentuk.

13
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERCOBAAN HASIL PEMBAHASAN

14
PRAKTIKUM 5
SENYAWA GOLONGAN BARBITURAT

TUJUAN
1. Dapat menentukan golongan sampel
2. Dapat menentukan nama senyawa pada sampel

DASAR TOERI
Barbiturat adalah senyawa inti hasil kondensasi ester etil dari asam dietil malonat dengan
ureum. Dalam farmasi barbiturat digunakan sebagai obat sedativ, antikonvulsan dan
anastetika. Sifat umum dari barbiturat adalah:
1. Sukar larut dalam air, kecuali garam natriumnya bereaksi asam lemah
2. Ada dalam dua bentuk, kecuali bentuk keto tidak larut dalam air dan bentuk enol larut
dalam air
3. Bentuk keto laruta dalam pelarut CHCl3, eter dan etilasetat
4. Bentuk garamnya dalam bentuk larutan mudah terhidrolisa menjadi bentuk barbital
yang mengendap dan melepaskan CO2 dan ereum.
5. Dapat menyublim (membentuk sublimasi) tergantung seklai pada tekanan, suhu, jarak
sublimasinya dan faktor lainnya. Untuk teknik sublimasi yang digunakan dalam
kualitatif adalah jumlah tekanan yang dikurangi.
Isolasi barbiturat:
1. Cara pengocokan
Zat dalam bentuk serbuk diasamkan dengan H2SO4 0,5 N lalu ditarik dnegan eter
atau CHCl3, kemudian larutan eter/CHCl3 tadi dikocok dengan Na2CO3 maka akan
terbentuk garamnya, keringkan dengan Na2SO4 maka eter atau CHCl3 dapat
diuapkan.
2. Cara Pesez
Larutkan zat didalam mketanol kemudian ditambahkan 2 tetes reagen yang terbentuk
dari Co-nitrat 10% kemudian tambahkan CaCl2 10% dan 1 tetes alkali, maka akan
terjadi endapan biru. Kemudian endapan tersebut disentrifugasi lalu dicuci dengan
metanol, dan asamkan dengan H2SO4 0,5 N kocok dengan eter atau CHCl3.
3. Cara Zwikker
Zat dilarutkan dalam piridin kemudian ditambahkan 4 ml CuSO4 10% lalu tambahkan
1 ml piridin dan 5 ml air. Kemudian dinginkan dan goreslah pada dasar gelas agar
terjadi kristal. Cuci kristal dengan air tambahkan piridin dan spiritus 70% kemudian
tambahkan eter dan asam encer lalu kocok dengan eter/CHCl3. Ada beberapa zat
yang ikut mengendap dengan metode ini antara lain asam salisilat, asam benzoat,
hidantoin, sakarin.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Tabung reaksi, batang penjepit, spatel logam, cawan penguap, plat tetes, Beaker glass,
Erlenmeyer.
B. Bahan
- Reagen-reagen

15
- Sampel yang mengandung barbiturat

CARA KERJA
A. Organoleptis
1. Bentuk
2. Rasa
3. Warna
4. Bau

B. Reaksi Umum
1. Reaksi Parri
Masukkan zat dalam tabung reaksi lalu tambahlan Co(NO3)2 yang terlebih dahulu
dilarutkan dalam metanol, tambahkan uap NH4OH akan terbentukl warna ungu.
Hasil positif selain barbiturat juga diberikan pada beberapa sulfa, theofilin, asam
camphoricum, phthlimid, anhidrida asam ftalat. Ada pula barbiturat yang
memberikan hasil negatif pada reaksi ini adalah adalin, bromural, sedormid,
sulfonal.
2. Reaksi Zwikker
Pada pereaksi Zwikker diatas akan terbentuk endapan biru.
3. Reaksi Buchi dan Perlia
Zat ditambahkan Co(NO3)2 0,01 M dalam metanol kemudian ditambahkan 0,25
ml isobutilamin 1 M dalam CHCl3 maka akan terbentuk warna ungu.
4. Modifikasi
Zat ditambahkan 1 ml piridin-isopropilamin dalam CHCl3 kemudian ditambahlan
1 ml larutan CuSO4 kecok, maka akan terbentuk lapisan CHCl3 berwarna ungu
yang menandakan adanya barbital. Jika terbentuk warna hijau menandakan adanya
tiobarbital. Senyawa lain juga bereaksi sama yaitu asam salisilat, theobromin,
theofilin, thiourasil, dan berwarna biru untuk hidantoin, asetosal.
5. Pengendapan dengan reaksi Millon
Sebanyak 50 mg zat dilarutkan dalam air atau asaton lalu ditambahkan 4 ml
pereaksi akan terjadi endapan. Umumnya memberikan endapan dengan garam Hg
(nitrat, asetat, sulfat) tetapi tidak mengendap dalam HgCl2.

C. Reaksi Gugus Fungsi


Lakukan reaksi gugus fungsi seperti prosedur yang telah ditetapkan.

D. Reaksi Kristal
Ambil kaca preparat dan kaca penutupnya, masukkan zat kedalamnya kurang lebih
sekitar 50-100 mg, tutup dengan kaca penutupnya, masukkan pereaksi melalui celah
antara kaca, panaskan dengan api spiritus dengan cara melaluinya (jangan sampai
gosong), lihat pada mikroskop. Ulangi prosedur dengan reagen yang berbeda.

E. Reaksi Sublimasi
Ambil kaca preparat dan kaca sublimasi, masukkan zat kurang lebih sekitar 100-200
mg kedalam kaca sublimasi yang sebelumnya sudah diletakkan diatas kaca preparat,
tutup dengan kaca preparat yang lainnya, letakkan diatasnya tissue basah, panaskan
diatas api spiritus yang diberi kawat kassa, lihat sublimat yang terbentuk.

16
HASIL DAN PEMBAHASAN

PERCOBAAN HASIL PEMBAHASAN

17
PRAKTIKUM 6
SENYAWA GOLONGAN HORMON

TUJUAN
1. Dapat menentukan golongan sampel
2. Dapat menentukan nama senyawa pada sampel

DASAR TOERI
Hormon merupakan senyawa biologis yang disintesa di kelenjar endokrin dan kemudian
didistribusikan ke tempat yang kerjanya spesifik. Hormon memiliki fungsi mengatur
kecedpatan proses metabolisme di dalam tubuh.
Secara kimiawi hormon dibagi kedalam dua golongan yaitu hormon polipeptida dan hormon
steroid.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Tabung reaksi, batang penjepit, spatel logam, cawan penguap, plat tetes, Beaker glass,
Erlenmeyer.
B. Bahan
- Reagen-reagen
- Sampel yang mengandung hormon

CARA KERJA
A. Organoleptis
1. Bentuk
2. Rasa
3. Warna
4. Bau

B. Reaksi Umum
1. Reaksi Fluoresensi
Larutan zat dalam 0,2 ml CH3COOH ditambahkan 2 ml H3PO4 80% lalu biarkan
selama 1 jam. Amati reaksi fluoresensinya kemudian tambahkan 3 ml asam asetat
glassial, lalu amati warnanya.
2. Reaksi Salkowski
Zat ditambahkan 2-3 ml CHCl3 kemudian ditambahkan 3-5 ml H2SO4 pekat akan
terbentuk warna merah pada lapisan kloroform.
3. Reaksi Liebermann – Burchard
Larutan zat dalam CHCl3 ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2-3 tetes
H2SO4 pekat lalu kocok dan didinginkan akan terbentuk warna biru-hijau.
4. Reaksi Rosenhein
Larutan steroid dalam kloroform memberikan endapan merah briliant setelah
penambahan trikloroasetat
5. Reaksi Tartelli – Japfe

18
Larutan steroid dalam asam asetat dengan penambahan bromin 2% dalam
kloroform terjadi warna hijau pada campuran
6. Reaksi Zimmerman
Larutan zat ditambahkan alkohol dan dinitrobenzena dan KOH akan terbentuk
warna violet
7. Zat ditambahkan asam sulfat pekat dalam larutan etanol 2-50%
8. Campuran larutan yang dipanaskan dari NaNO2 0,1 mg dan 1 tetes H2SO4
ditambahkan ke dalam sampel dalam keadaan panas akan memberikan warna
9. Sebanyak 0,1 mg zat ditambahlan 0,1 mg vanilin dan 1 tetes H2SO4 pekat lalu
dipanaskan dalam penangas air, kemudian ditambahkan larutan etanol.
10. Sebanyak 0,1 mg zat ditambahlan 0,1 mg vanilin dan 1 tetes H3PO4 80% lalu
dipanaskan dalam penangas air.
11. Dan reaksi gugusan fungsi lainnya.

C. Reaksi Gugus Fungsi


Lakukan reaksi gugus fungsi seperti prosedur yang telah ditetapkan.

D. Reaksi Kristal
Ambil kaca preparat dan kaca penutupnya, masukkan zat kedalamnya kurang lebih
sekitar 50-100 mg, tutup dengan kaca penutupnya, masukkan pereaksi melalui celah
antara kaca, panaskan dengan api spiritus dengan cara melaluinya (jangan sampai
gosong), lihat pada mikroskop. Ulangi prosedur dengan reagen yang berbeda.

E. Reaksi Sublimasi
Ambil kaca preparat dan kaca sublimasi, masukkan zat kurang lebih sekitar 100-200
mg kedalam kaca sublimasi yang sebelumnya sudah diletakkan diatas kaca preparat,
tutup dengan kaca preparat yang lainnya, letakkan diatasnya tissue basah, panaskan
diatas api spiritus yang diberi kawat kassa, lihat sublimat yang terbentuk.

19
HASIL DAN PEMBAHASAN
PERCOBAAN HASIL PEMBAHASAN

20

Anda mungkin juga menyukai