Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN 11,12,13,14

KONSEP DASAR OBAT DAN PEMBERIAN OBAT

Dosen Pengampu : Nita Ekawati S.kep M.kep


DISUSUN OLE
02|KPP07 – 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
1. KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT
1.1 Pengertian
Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi pada organ tubuh
manusia (Batubara, 2008). Definisi lain menjelaskan obat merupakan sejenis subtansi yang
digunakan dalam proses diagnosis, pengobatan, penyembuhan dan perbaikan maupun
pencegahan terhadap gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis terapi primer yang
memiliki hubungan erat dengan proses penyembuhan sebuah penyakit (Potter & Perry, 2009).
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai
perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di
dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan
obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan
pasien.
Jadi, definisi obat merupakan sebuah terapi primer tersusun atas substansi zat kimia yang
digunakan dalam proses diagnosis, penyembuhan atau perbaikan dan pencegahan terhadap
proses penyakit serta berpengaruh terhadap organ tubuh secara biologis.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pemberian obat adalah :
1. Untuk menghilangkan nyeri
2. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
3. Efek samping yang terjadi minimal
4. Menyembuhkan penyakit
5. Obat yang digunakan harus memenuhi berbagai
6. Standar persyaratan obat
1.3 Penggolongan Obat
Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi (Undang-
Undang Kesehatan No. 36tahun 2009).
Obat dapat dibagi menjadi 4 golongan (Depkes, 2008), yaitu :
a. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis
tepi berwarna hitam. Contoh: Parasetamol, vitamin dan mineral.

Tanda khusus obat bebas

b. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis
tepi berwarna hitam. Contoh: CTM.

Tanda khusus obat terbatas

Selain tanda khusus obat bebas terbatas, terdapat pula tanda peringatan. Tanda peringatan
ini diberikan karena hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat ini aman dipakai untuk
pengobatan sendiri. Tanda peringatan berupa empat persegi panjang dengan huruf putih pada
dasar hitam yang terdiri dari 6 macam, yaitu:
c. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam. Contoh: Asam Mefenamat.

Tanda khusus obat keras

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khaspada aktivitas mental dan perilaku. Contoh: Diazepam,
Phenobarbital.

d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.

Tanda khusus obat narkotika

1.4 Jenis dan Bentuk-bentuk Obat


A. Obat-obat dalam bentuk padat
1.Bubuk
2. Tablet
3. Pil
4. Drase
5. Kapsul
6. Salep dan pasta
7. Sukositolia
B. Obat-obatan dalam bentuk cairan
1. Sirup
2. Tetesan atau Drop
3. Cairan suntik

1.5 Prosedur Pemberian Obat


Dokter merupakan penanggung jawab utama dalam pemberian resep obat bagi masing-
masing pasien yang dirawat di rumah sakit. Kemudian apoteker memberikan obat yang sesuai
dengan resep dokter. Sedangkan cara dalam pemberian obat harus sesuai dengan prosedur dan
tergantung pada keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat, dan tempat
kerja obat yang diinginkan serta pengawasan terkait efek obat dan sesuai dengan SOP rumah
sakit yang bersangkutan (Depkes, 2014)

1.6 Prinsip 12 Benar Pemberian Obat


1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca,
isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat
perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan
kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Benar Cara atau Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan
peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
7. Benar Pengkajian
Data tentang kebutuhan pasien akan pengobatan dilakukan melalui pengkajian yang benar.Hal
yang tidak boleh terlewatkan pada pengajian sebelum pemberian obat adalah TTV.
8. Benar Penolakan
Klien berhak menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan informasi yang konsen
dalam pemberian obat.
9. Benar riwayat pengobatan
Benar Riwayat Pengobatan:
Terkait : kondisi sekarang yang menyebabkan pasien mendapatkan pengobatan
Terkait Riwayat pengobatan sebelumnya
10. Interaksi antara obatdengan obat atau obat dengan makanan, Alergi obat
Perawat telah memastikan bahwa pasien tidak mengalami alergi terhadap obat yang akan
diberikan. Cara:
a. Kaji Riwayat Alergi yang dialami pasien
b. Lakukan Tes (Skin Test)
c. Perawat memiliki pengetahuan dan bisa memastikan bahwa obat yang akan diberikan tidak
mengalami : Penurunan Absorbsi, Penurunan Efek Terapeutik, Tidak menimbulkan Efek toksikà
Jika diberikan bersama obat dan makanan tertentu.
11. Benar Pendidikan Kesehatan
Yang perlu dijelaskan:
a. Manfaat obat secara umum
b. Penggunaan obat yang baik dan benar
c. Alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh
d. Hasil yang dihatrapkan setelah pemberian obat
e. Efek samping dan Reaksi yang merugikan
f. Interaksi obat dengan obat dan makanan
g. Perubahan aktivitas yg diperlukan selama sakit
12. Benar Evaluasi
Perawat diharapkan memantau dan mengevaluasi efek kerja obat setelah pemberian obat. Pantau
adanya reaksi alergi atau hipersensitifitas

1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Obat


Menurut Harmiady (2014) dalam penelitiannya menyatakan ada tiga faktor yang
mempengaruhi perawat dalam pemberian obat antara lain:
a. Tingkat pengetahuan perawat
Perawat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi cenderung untuk mampu melaksanakan prinsip
benar dalam pemberian obat dengan tepat dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang kurang
baik. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang baik akan memiliki adab yang baik dan
mengamalkan ilmu tersebut. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk
mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi oleh pasien.
Pengetahuan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
pengambilan tindakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan sehingga nantinya
akan memotivasi perawat untuk bersikap dan berperan serta dalam peningkatan kesehatan pasien
dalam hal ini pemberian tindakan pemberian obat dengan tepat.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang telah dicapai oleh perawat dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga berperan dalam menurunkan angka
kesakitan. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat membantu
menekan/menurunkan tingginya angka kesakitan pada pasien (Nursalam, 2012).
Semakin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semakin baik kemampuan perawat dalam
melaksanakan prinsip-prinsip dalam pemberian obat. Hal ini disebabkan karena ukuran tingkat
pendidikan seseorang bisa menjadi tolak ukur sejauh mana pemahaman perawat terhadap
prosedur dan prinsip yang berlaku dalam lingkup kerjanya.
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja perawat merupakan tingkah laku seseorang yang mendorong kearah suatu tujuan
tertentu karena adanya suatu kebutuhan baik secara internal maupun eksternal dalam
melaksanakan perannya. Semakin baik motivasi kerja yang dimiliki perawat maka cenderung
mendorong diri mereka untuk melaksanakan prinsip dan prosedur yang berkaitan dibandingkan
yang memiliki motivasi yang kurang. Timbulnya motivasi dalam diri seorang perawat dapat
disebabkan oleh adanya rasa tanggung jawab yang timbul dalam diri seorang atau aspek internal
perawat. Oleh sebab itu ketika perawat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
pasien maka tentunya perawat akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tindakan
yang cepat tepat dan terarah untuk mengatasi masalah pasien termasuk ketepatan dalam
pemberian obat. Sedangkan aspek internal perawat berasal dari lingkup rumah sakit. Rumah sakit
akan memberikan rangsangan tersebut baik dalam bentuk penghargaan yang diterima, insentif
kerja serta pujian. Hal inilah yang bisa menimbulkan suatu dorongan untuk selalu berbuat yang
lebih baik.
1.8 Akibat Kesalahan Pemberian Obat
Menurut Kemenkes (2011) akibat kesalahan pemberian obat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Adverse drug event
adalah suatu insiden dalam pengobatan yang dapat menyebabkan kerugian pada pasien.
adverse drug event meliputi kerugian yang bersifat intrisik bagi individu/pasien contoh :
1. Meresepkan obat NSAID pada pasien dengan riwayat pad pasien dengan riwayat
penyakit ulkus peptik yang terdokumentasi di rekam medis, yang dapat menyebabkan
pasien menggalami perdarahan saluran cerna.
2. Memberikan terapi antiepilepsi yang salah, dapat menyebabkan pasien menggalami
kejang.
b. Adverse drug reaction
Merupakan respon obat yang dapat membahayakan dan menimbulkan kesalahan dalam
pemberian obat seperti hipersensitivitas, reaksi alergi, toksisitas dan interaksi antar obat
berdasarkan penelitian Nurinasari (2014) sebagai berikut :
1. Hipersensitivitas
Reaksi yang muncul ketika klien sensitif terhadap efek obat karena tubuh menerima
dosis obat yang berlebihan. hipersensitivitas obat biasanya terjadi sekitar 3 minggu
hingga 3 bulan setelah pemberian obat, yang ditandai oleh demam dan munculnya
lesi pada kulit.
2. Alergi
Reaksi alergi obat adalah reaksi melalui mekanisme imunologi terhadap masuknya
obat yang dianggap sebagai benda asing dalam tubuh dan tubuh akan membuat
antibodi untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh.
3. Toksisitas
Akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan zat di dalam darah karena
gangguan metabolisme tubuh.
4. Interaksi antar obat
Reaksi suatu obat dipengaruhi oleh pemberian obat secara bersamaan, sehingga
terjadi interaksi obat yang kuat atau bertentangan terhadap efek dari obat.

Anda mungkin juga menyukai