Anda di halaman 1dari 5

MODUL 13

PENDIDIKAKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

DISUSUN OLEH:

DOSEN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA


SUNAEDI PRADJA SP., M,Kes., CFrA.

PROGRAM SARJANA STUDI KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
KOTA TANGERANG SELATAN
BANTEN
2021
PANCASILA SEBAGAI PARADMA
PEMBANGUNAN

A. PENDAHULUAN
Dalam ranah ilmu pengetahuan, paradigma diartikan sebagai model atau kerangka
berpikir, namun seiring berjalannya waktu, istilah paradigma mulai digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Edi Rohani, 2019), dijelaskan
bahwa dalam kehidupan sehari-hari paradigma berkemban menjadi terminologi yang
mengandung pengertian sebagai sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber
asas, tolak ukur, parameter, serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan,
dan proses dalam bidang tertentu, termasuk dalam pembangunan maupun proses
pendidikan. Dengan suatu paradigma atau sudut pandang dan kerangka acuan tertentu,
seorang ilmuwan dapat menjelaskan sekaligus menjawab suatu masalah dalam ilmu
pengetahuan.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa paradigma menempati posisi dan fungsi
yang strategis dalam setiap proses kegiatan. Perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan
hasil dalam setiap kegiatan dapat diukur dengan paradigma tertentu yang diyakini
kebenarannya.
Dalam konteks Negara Indonesia, paradigma yang diyakini kebenarannya adalah
Pancasila. Pancasila bisa dikatakan sebagai paradigma karena Pancasila dijadikan
landasan, acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai dalam setiap program
pembangunan nasional.
Pembangunan nasional sendiri merupakan rangkaian upaya pembangunan
berkesinambungan yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, serta
pertahanan dan keamanan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan kemakmuran masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut, Heri Herdiawanto dan kawan-kawan dalam bukunya yang berjudul
Spiritualisme Pancasila (2018), menjelaskan bahwa secara filosofis hakikat kedudukan
pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi
bahwa dalam setiap pelaksanaan pembangunan nasional harus didasarkan atas nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.

B. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA


Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki arti bahwa segala aspek
pembangunan nasional harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu
pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
meliputi aspek rohani, jasmani, aspek individu, sosial, dan ketuhanan.
Pancasila sebagai paradigma artinya nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi
kerangka acuan setiap aspek pembangunan nasional di Indonesia. Ini merupakan
konsekuensi pengakuan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara.
Istilah paradigma berasal dari kata Inggris paradigm yang berarti model, pola, atau
contoh. Paradigma awalnya digunakan dalam ranah ilmu pengetahuan, dalam ranah ilmu
pengetahuan, paradigma diartikan sebagai model atau kerangka berpikir. Seiring
berjalannya waktu, istilah paradigma mulai digunakan dalam kehidupan sehari-hari, oleh
karena itu Pancasila dijadikan paradigma dalam melaksanakan pembangunan nasional,
yaitu sebagai landasan, acuan, metodde, nilai dan sekaligus tujuan yang ingin dicapai.
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan berkesinambungan
yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemakmuran
masyarakat Indonesia. secara filosofis hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam setiap pelaksanaan
pembangunan nasional harus didasarkan atas nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.
Dengan menempatkan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional, maka
semangat, arah, dan gerak pembangunan nasional harus mencerminkan pengamalan
semua sila Pancasila sebagai sebuah kesatuan yang utuh.

C. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM BERBAGAI PEMBANGUNAN


Pembangunan nasional yang terdiri dari pembangunan dalam bidang Politok, Ekonomi,
Social Budaya, Pertahanan Dan Keamanan (POLEKSOSBUDHANKAM), telah
dijabarkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang pada hakekatnya
adalah membangun manusia Indonesia secara utuh, lengkap, meliputi seluruh unsur yang
ada pada manusia yang monopluralis.

1. Pembangunan Bidang Politik


Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik, artinya bahwa nilai-nilai pancasila
sebagai wujud cita-cita Indonesia diimplementasikan sebagai berikut:
a. Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya
agama dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Mendahulukan kepentingan rakyat/demokrasi dalam pengambilan keputusan.
c. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan
konsep mempertahankan kesatuan bangsa.
Pembangunan bidang politik ditujukan untuk membentuk pemerintahan demokratis
yang menjunjung kebebasan berpendapat serta melayani tuntutan rakyat secara adil,
terbuka, jujur, dan akuntabel. Dalam hal ini Pancasila memberikan dasar-dasar
moralitas politik negara yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Pembangunan Bidang Ekonomi
Dalam pembangunan ekonomi pemerintah harus berlandaskan Pancasila terutama sila
kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam ekonomi
kerakyatan, kebijakan ekonomi harus ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Selain itu, pembangunan ekonomi harus berdasarkan moralitas Kemanusiaan
dan Ketuhanan.
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
Mengandung pengertian bahwa pancasila adalah etos budaya persatuan dalam
masyarakat majemuk. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 45 yang
menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi perioritas, karena
kebudayaan nasional diperlukan sebagai landasan atau media sosial yang memperkuat
persatuan.
Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab. Kemudian berdasarkan
sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar
penghargaan terhadap budaya-budaya yang beragam di Nusantara.
Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai
kelompok bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai
warga bangsa. Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan
kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.
4. Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan
tanggung jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat
Indonesia secara keseluruhan. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan
Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
Produk hukum baik materi maupun penegakkannya semakin jauh dari nilai-nilai
kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan. Pancasila yang merupakan cita-cita hukum,
kerangka berfikir, sumber nilai dan sumber arah penyusunan dan perubahan hukum
positif di Indonesia, sehinggga fungsi pancasila sebagai paradigma hukum atau
berbagai pembaharuan hukum di Indonesia.
Produk hukum dapat berubah dan diubah sesuai perkembangan zaman, perkembangan
iptek dan perkembangan aspirasi rakyat, namun sumber nilai (nilai–nilai Pancasila)
harus tetap tidak berubah. Pancasila sebagai paradigma pembaharuan hukum
merupakan sumber norma dan sumber nilai, bersifat dinamik nyata ada dalam
masyarakat, baik menyangkut aspirasinya, kemajuan peradabannya maupun kemajuan
ipteknya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Simarmata, Emmy. 1999. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Indonesia. Bandung:
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
2. Sukarno, B. 2005. Tinjauan Filosofis Tentang Pancasila Sebagai Filsafat. Universitas
Michigan: Sebelas Maret University Press.
3. Wreksosuhardjo, Sunarjo. 2001. Ilmu Pancasila Yuridis Kenegaraan Dan Ilmu
Filsafat Pancasila. Universitas Michigan: Andi.
4. Drs. Hamuni, M.Si dan DR. Muhammad Idrus, M.PD. 2019. Pendidikan Pancasila
unruk Perguruan Tinggi. PT Pustaka Mandiri Tajur Ciledug Kota Tangerang.
5. Pandji Setijo, 2015. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. PT
Grasindo Widiasarana Indonesia.
6. Drs. H. Kaelan, MS. Fakultas Filasafat UGM,2000. Pendidikan Pancasila. Disusun
Berdasarkan SK Diejen DIKTI No.467/DIKTI/KEP/1990 Segi Yuridis dan Filosofis.
Paradigma Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai