Konsep Toleransi Al Samahah Antar Umat B 3d857d3a 1
Konsep Toleransi Al Samahah Antar Umat B 3d857d3a 1
Abstract
Islam as a comprehensive and wholesome system of living and a wisdom foundation is
a religion that directs human beings toward a complete life, since the beginning of its
introduction (forteen centuries) Islam does not only teach a one dimensional life but also
teach a multidimensional one including theology, Worship, muamalah, moral, philosophy,
law and many others.
Islam is a complete wholly and perfect teachings that directs a Muslim both in worshipping
and in social interaction. All teachings are encapsulated in Alquran and hadits both in a
form of general and technical concept. During an interaction, a Muslim and a Non-Muslim
have restrictions that are arranged and assigned values and concepts of tolerance (al-
samahah) in Islam are resourced from Alquran and hadits. Rules on tolerance in islam is
restricted to alBaqarah (2): 256.
One frequently occured problem on the interreligion tolerance is a friction between
tolerance and aqidah norms. Some people think that it is not a problem to wish someone
Merry Chrismas or even to participate in the celebration believing that it is part of the
interreligion tolerance. As a matter of fact in Islam, the concept of tolerance is cleraly
stated that aqidah and ibadah are not to be compromised. Thus no matter of how small it
is, a friction should be avoided.
Keywords: Tolerance, (al-samahah), Islam
Islam adalah agama yang mengatur kehidupan manusia menuju kehidupan yang
paripurna. Sebab Islam merupakan suatu sistem kehidupan yang komprehensif dan
tuntas serta mengatur pondasi yang bijak hingga pada hal-hal yang terkecil. Jadi, Islam
sejak awal kedatangannya (empat belas abad) yang lalu pada hakekatnya telah membawa
35
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
ajaran yang bukan hanya membahas satu dimensi kehidupan saja, akan tetapi Islam
membawa ajaran yang multi dimensi dari kehidupan manusia yaitu dimensi teologi,
ibadah, muamalah, moral, filsafat, hukum dan sebagainya.
Islam adalah ajaran yang lengkap, menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata
cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun berinteraksi dengan
lingkungannya. Semua ajaran itu terangkum dalam al-Qur’an dan al-Hadis yang
berbentuk konsep-konsep baik yang global maupun yang bersifat teknis.
Dalam berinteraksi, antara seorang muslim maupun non muslim mempunyai batasan-
batasan tertentu yang telah diatur dan ditetapkan. Telah menjadi suatu ketetapan yang
harus diikuti dan menjadi dasar pijakan dalam kehidupan antar umat beragama. Nilai-
nilai dan konsep toleransi (al-samahah) dalam Islam bersumber dari al-Qur’an dan al-
Hadis. Kaidah toleransi dalam Islam merujuk pada Q.S. al-Baqarah/2: 256.
Masalah yang sering terjadi mengenai penerapan toleransi antar umat beragama
ialah ketika toleransi dalam bidang muamalah berhadapan/bersenggolan dengan
masalah aqidah dan ibadah. Sebagian orang beranggapan bahwa tidak ada masalah jika
mengucapkan selamat natal atau bahkan menghadiri undangan prosesi perayaan hari
raya orang non-muslim dengan anggapan bahwa dasar toleransi atau saling menghargai
antar pemeluk agama yang berbeda. Padahal dalam Islam, konsep toleransi sungguh
sangat jelas bahwa dalam segi aqidah atau ibadah tidak ada toleransi, karena aqidah
adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dikompromi. Oleh karena itu, sekecil
apapun perkara yang dapat merusak dan mencederai aqidah keislaman, maka wajib
dijauhi dan dihindari.
Kata Kunci: Toleransi (al-Samahah), Islam
36
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
untuk mencari keserasian, keseimbangan dan Hal ini telah ditegaskan oleh Allah swt dalam
sebagainya.1 Suatu sikap yang sangat dilarang firman-Nya Q.S. al-Baqarah/2: 256, sebagai
dilakukan seorang muslim, seperti halnya berikut:
nikah antar agama yang dijadikan alasan
َ ِ الرّ ْش ُد م
ن ُ ن ق َ ْد تَبَي ّ َن ِ لا ِإ ْكرَاه َ فِي ال ّ ِدي
ِ ُوت وَ يُؤْم ِ ْن ب ِال َل ّه
ِ ِالطاغ ّ َ الْغَي فَم ْن ي َ ْكفُر ب
َ ِّ
adalah toleransi padahal itu merupakan sikap
sinkretis yang dilarang oleh Islam. Dalam ْ
ام
َ ص َ ِ ك ب ِال ْعُرْوَة ِ ال ْوُثْقَى لا انْف َ س ْ فَق َ ِد
َ ْ استَم
kasus seperti ini, sebagai orang muslim sejati
37
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
dengan nama Husain mempunyai dua anak kecuali dengan izin Allah, dan Allah
laki-laki yang beragama Nasrani. Sedangkan ia menimpakan azab kepada orang-orang
sendiri beragama Islam. Husain menanyakan yang tidak mengerti (mempergunakan
kepada Nabi saw.: “Apakah saya harus akalnya).5
memaksa keduanya?” (Untuk masuk Islam),
kemudian turunlah ayat tersebut di atas.3 Ayat di atas secara tegas mengisyaratkan
Sebab turun ayat di atas, Abu Dawud al- bahwa manusia diberikan kebebasan beriman
Sijistani dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari atau tidak beriman. Kebebasan tersebut
Ibnu Abbas, dia berkata: “Dulu ada seorang bukanlah bersumber dari kekuatan manusia
wanita yang setiap kali melahirkan, anaknya melainkan anugerah Allah, karena jika Allah
selalu mati. Lalu dia bernazar jika anaknya Tuhan Pemelihara dan Pembimbingmu
hidup, maka dia akan menjadikan anaknya se- (dalam ayat di atas diisyaratkan dengan
orang Yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir dari kata rabb), menghendaki tentulah beriman
Madinah, di antara mereka terdapat anak- semua manusia yang berada di muka bumi
anak orang-orang Anshar. Maka mereka pun seluruhnya. Ini dapat dilakukan-Nya antara
berkata: “Kita tidak bisa membiarkan anak- lain dengan mencabut kemampuan manusia
anak kita”. Maka turunlah firman Allah: لا memilih dan menghiasi jiwa mereka hanya
“ ِإ ْكرَاه َ فِيtidak ada paksaan untuk (memasuki) dengan potensi positif saja, tanpa nafsu dan
agama”.4 dorongan negatif seperti halnya malaikat.
Ayat yang senada juga terdapat firman Tetapi hal itu tidak dilakukan-Nya, karena
Allah swt. dalam Q.S. Yunus/10: 99-100, yaitu tujuan utama manusia diciptakan dengan
sebagai berikut: diberi kebebasan adalah untuk menguji. Allah
ض ِ الأر
ْ ن م َ ْن فِي َ َ ك لآم َ ّ وَلَوْ شَاء َ رَ ب
ُ
menganugerahkan manusia potensi akal agar
ح َتّى
َ اس َ ّ ت ت ُ ْكر ِه ُ ال َن َ ْ ك ُل ّه ُ ْم َجمِيعًا َأف ََأن ُ
mereka menggunakannya untuk memilih.6
Dari kedua ayat di atas dapat dipahami
38
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
ini akan dinilai oleh Allah swt. terkait dengan perilaku manusia yang tidak menyimpang dari
sikap dan respons terhadap seruan para nabi aturan, di mana seseorang menghargai atau
yang menyampaikan risalah tersebut. menghormati setiap tindakan yang orang lain
lakukan.9
B. Pembahasan Dari beberapa pengertian di atas, baik
yang dikutip dari bahasa Indonesia, bahasa
1. Definisi Toleransi (al-Samahah)
Arab maupun bahasa Latin, maka dapat
Dalam kamus Bahasa Indonesia kata
disimpulkan bahwa toleransi mempunyai
toleransi merupakan kata benda (nomina).
makna yang sangat luas. Hal ini dapat dilihat
To·le·ran·si mempunyai beberapa pengertian,
dari asal atau akar kata yang sama dengan
yaitu: 1) sifat atau sikap toleran; 2) batas ukur
mengalami beberapa perubahan harakat
ٌاحة
َ َ اح َسم
ٌ َ ح َسم
ٌ ْ ح َسم
َ ُ ح َسم
َ َ َسم. Toleransi bisa berarti
untuk penambahan atau pengurangan yang
masih diperbolehkan; 3) penyimpangan yang
memberikan izin, membolehkan, legitimasi,
masih dapat diterima dalam pengukuran
lisensi, maaf, kelapangan dada, murah hati
kerja. Ber·to·le·ran·si merupakan kata kerja
dan kedermawanan. Olehnya itu, toleransi
(verb), jadi bertoleransi berarti bersikap
dalam beragama berarti saling menghormati
toleran. Demikian juga halnya dengan kata
dan berlapang dada terhadap pemeluk agama
me·no·le·ran·si. Kata ini juga merupakan
lain, tidak memaksa mereka untuk meng-
kata kerja (verb) yang berarti mendiamkan;
ikuti agamanya dan bahkan tidak mencam-
membiarkan.7
puri sesuatu apapun dalam urusan agama
Dalam Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
kata toleransi berasal dari asal kata: ح َ َ َسمyang
masing-masing. Toleransi merupakan suatu
sikap atau perilaku manusia yang tidak
berarti: memberikan, memberi izin, dan mem-
bolehkan. Jika kata ح َ ُ ) َسمhuruf mim nya berbaris
menyimpang dari aturan agama, di mana
seseorang saling menghargai, menghormati,
dhammah), maka diartikan: toleran atau murah
hati. Kata ح ٌ ْ ( َسمhuruf mim nya berbaris sukun)
dan memberikan ruang gerak yang begitu
luas bagi pemeluk agama untuk memeluk
pun diartikan sebagai toleransi, kata ini juga
memiliki banyak persamaan, = جوَا ٌد َ = الص ْدرَّ ب ُ حْ َر
agamanya masing-masing tanpa adanya unsur
َ
ٌ ريم
ْ (كkelapangan dada, yang dermawan, murah
paksaan dari pemeluk agama lain. Dengan
hati). Kata كر َ ٌم َ جو ٌد َ ُ حابَة
ْ ُ = ص ْدر َ َاحةٌ ر
َ َ = َسمsemuanya
demikian, masing-masing pemeluk agama
dapat menjalankan ritual agamanya dengan
diartikan sebagai toleransi, kelapangan dada,
dan kedermawanan. Adapun kata: ٌاحة َ َ اح = َسم ٌ َ َسم
rasa kedamaian dan pada tataran selanjutnya
akan menciptakan suasana kerukunan hidup
di samping artinya toleransi, kata ini juga me-
antarumat beragama yang harmonis, jauh
ngandung arti: izin, legitimasi, lisensi, maaf,
dari pertikaian dan permusuhan. Sikap saling
keadaan lapang dada dan kedermawanan.8
memberi maaf, memahami, dan menjunjung
Toleransi berasal dari kata “ tolerare ” yang
tinggi hak orang lain untuk dapat beribadah
berasal dari bahasa latin yang berarti dengan
sesuai dengan keyakinan yang dimilikinya.
sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian
Bahkan, dalam konteks pergaulan antarumat
toleransi secara luas adalah suatu sikap atau
beragama, Islam memandang bahwa sikap
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Ibid., h. 1478.
8
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer tidak menghargai, tidak menghormati bahkan
Arab-Indonesia (Cet. I; Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok 9
http://revelationskhairurrizal.blogspot.co.id/search/label/Ayat-
Pesantren Krapyak, 1996), h. 1083-1086. ayat tentang anjuran bertoleransi.
39
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
melecehkan penganut agama lain, termasuk untuk melahirkan dan menebarkan kebencian
penghinaan terhadap simbol-simbol agama dan permusuhan.
mereka dianggap sebagai bentuk penghinaan Kebebasan menjalankan agama baik
terhadap Allah swt. sebagaimana telah ter- musyrik maupun ahlu al-kitab adalah bagian
cantum dalam firman-Nya Q.S. al-An’am/6: dari syariat Islam. Kebebasan itu tercermin
108 sebagai berikut: dalam Q.S. al-Kafirun/109: 6. Pada ayat ter-
ِ ن ال َل ّه ِ ن م ِ ْن ُدو َ وَلا ت َ ُس ُب ّوا ا َل ّ ِذيbagimu agamamu dan bagiku agamaku. Dalam
akhir disebutkan: للكم دينكم ولي دينyang artinya:
َ ن ي َ ْد ُعو
لِ ّ ك ز ََيّ َن ّا ل ِ ُك َ ِ كذَل َ ف َيَسبوا الل ّه َ ع َ ْدوا بِغَير ِ عِلْمQ.S. al-Baqarah/2: 256 dapat dipahami bahwa
ٍ ْ ً َ ُُّ
جعُهُ ْم ف َيُن َب ّ ِئُه ُ ْمِ ُأ َ ّمةٍ عَمَلَه ُ ْم ثُم ّ ِإلَى رَ ّب ِه ِْم مَر
ْ َ
sepanjang sejarah dan hal ini merupakan bukti
)١٠٨( ن ُ َ
َ بِمَا كانُوا ي َ ْع َملوmemaksa penganut agama lain untuk masuk
otentik bahwa tidak pernah terjadi umat Islam
Islam.
Terjemahnya:
Kebebasan beragama yang diberikan
Dan janganlah kamu memaki sembahan-
Islam mengandung tiga makna:
sembahan yang mereka sembah selain
1. Islam memberikan kebebasan kepada
Allah, karena mereka nanti akan
umat beragama untuk memeluk agamanya
memaki Allah dengan melampaui batas
masing-masing tanpa ada ancaman dan
tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami
tekanan. Tidak ada paksaan bagi orang
jadikan setiap umat menganggap baik
non-muslim untuk memeluk agama Islam.11
pekerjaan mereka, kemudian kepada
2. Apabila seseorang telah menjadi muslim,
Tuhan merekalah kembali mereka, lalu
maka ia tidak sebebasnya mengganti
Dia memberitakan kepada mereka apa
agamanya, baik agamanya itu dipeluk
yang dahulu mereka kerjakan.10
sejak lahir maupun karena konversi.
3. Islam memberi kebebasan kepada pe-
Dari uraian di atas secara jelas telah mem-
meluknya menjalankan ajaran agamanya
berikan gambaran yang komprehensif tentang
sepanjang tidak keluar dari garis-garis
bagaimana sikap yang harus dikedepankan
syariah dan aqidah.12
oleh masing-masing pemeluk agama yang
notabenenya berbeda dalam keyakinan dan
Suatu ketika Rasulullah saw. menerima se-
simbol-simbol keagamaan yang dianut atau
jumlah pembesar delegasi dari Kristen Najran
dipercayainya.
bertamu di Masjid Nabawi. Ketika sampai
Firman Allah swt. dalam Q.S. al-
saatnya untuk beribadah, maka Rasulullah
Hujurat/49: 13 secara jelas dikatakan bahwa
saw. memberi kesempatan kepada mereka
manusia diciptakan oleh Allah swt. bersuku-
beribadah. Bahkan, dengan senang hati Nabi
suku dan berbangsa-bangsa agar saling kenal-
saw. mengizinkan delegasi tersebut untuk
mengenal di antara sesama. Perbedaan yang
beribadah di Masjid Nabawi, inilah tanda
ada merupakan suatu kodrat dan sunnatullah
11
Muddathir Abdurrahim, dalam The Human Rights Tradition in
harus selalu dijaga dan dipelihara untuk ke-
Islam (London: Praeger, Westport, Connecticut, 2005), h. 170-
maslahatan bersama. Perbedaan bukan berarti 171.
12
Sulieman Abdurrahman al-Hageel, Human Right in Islam and
10
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 190. Refutation of the Misconceived Allegation Associated with These
Right (Riyadh: Dar Eshbelia, t.th), h. 82-83.
40
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
ِ ِ ِ ُ ِ ُ َ
)٦( للك ْم دينُك ْم وَل َي دينsalah satu hadisnya, yaitu sebagai berikut:
(samahah). Rasulullah saw. bersabda dalam
Terjemahnya: ِ ْ ب ال ّ ِد ي
ن َ س َل ّ َم َأ
ُّ ح َ َلي الله ُ عَلَيْه ِ و
َّ ص َ ِل ال َن ّب ِ ّي ُ وَق َو
ْ
١7
)الس ْم َحة ُ (رواه البخاري ّ َ ُ ِإلَى الله ِ اَلْحَنِيْف ِ َي ّة
Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku.14
13 16
Abdillah al-Qurthubiy, Tafsir al-Qurthubiy, Juz IV (Qahirah: Dar al- Ibid., h. 552.
Sya’b, 1372 H), h. 4. 17
Imam Abi Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-
14
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 919. Mughirah bin Bardizbah al-Bukhary al-Ja’fiy, Shahih Bukhari, Juz I
15
Ibid., h. 396. (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.th), h. 15.
41
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
42
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
dan taat kepada hukum-hukum Islam kecuali dengan haknya. Begitu juga dengan toleransi
menyangkut praktek-praktek hukum privat dalam beragama. Agama Islam melarang
yang diakui bagi mereka seperti hukum ten- keras berbuat zalim terhadap agama selain
tang akidah, ibadah, nikah, makanan, minuman Islam dengan cara merampas hak-hak agama
dan pakaian.21 lain. Allah swt. berfirman dalam Q.S. al-
Secara normatif-doktrinal, Islam sangat Mumtahanah/60: 8-9 sebagai berikut:
ُ ن لَم يقَاتِلُو ُ لا ينْه
ك ْم ُ ْ َ ن ا َل ّ ِذي ِ اك ُم ال َل ّه ُ َع َ َ
menghargai dan menjunjung tinggi hak non-
ب ّ ُ ِ يح
ُ َ طوا ِإلَيْه ِْم ِإ َ ّن ال َل ّه ُ س ِ َأ ْن تَبَرّو ُه ْم وَت ُ ْق
ُ
ahlu Zimmah, kecuali beberapa hal, di antara-
نَ ن ا َل ّ ِذي ِ اك ُم ال َل ّه ُ َعُ )إ َن ّمَا ينْه٨( طي َن ِ س ِ ال ُْم ْق
َ َ ِ
nya adalah hak perlindungan, keamanan,
ّ َ ك ُهم ُ
ُ َ �َِيَتَو َل ّه ُ ْم ف َأول ئ
adalah termasuk dosa besar.22
Sangat urgen untuk dikaji mengenai bagai- )٩( ن َ الظال ِ ُمو
mana kaidah-kaidah bermuamalah dengan
orang non-muslim yang termasuk ahlul ‘ahdi, Terjemahnya:
yang tidak dalam kondisi berperang dengan Allah tidak melarang kamu untuk ber-
kaum muslimin khususnya di negeri tercinta buat baik dan berlaku adil terhadap
ini. orang-orang yang tidak memerangimu
Di antara bentuk penghormatan al-Qur’an dalam urusan agama dan tidak mengusir
(Islam) terhadap agama lain adalah disyariat- kamu dari negerimu. Sesungguhnya
kannya masalah jizyah. Hal ini ditegaskan Allah mencintai orang-orang yang ber-
dalam Q.S. al-Taubah/9: 29 yang secara garis laku adil. Sesungguhnya Allah hanya
besar dapat dikatakan bahwa jizyah adalah melarang kamu menjadikan mereka
salah satu bentuk pengakuan dan peng- sebagai kawanmu orang-orang yang
hormatan terhadap eksistensi agama lain yang memerangimu dalam urusan agama
hidup berdampingan dengan kaum muslim.23 dan mengusir kamu dari negerimu,
Agama Islam adalah agama yang sangat dan membantu (orang lain) untuk me-
menjunjung tinggi keadilan. Keadilan bagi ngusirmu. Barangsiapa menjadikan
siapa saja, yaitu menempatkan sesuatu sesuai mereka sebagai kawan, maka mereka
tempatnya dan memberikan hak sesuai itulah orang-orang yang zalim. 24
21
Ibnu Hisyam, Al-Sirah al-Nabawiyah, tahqiq Taha Abd al-Rauf Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-
Sa’ad, dalam Al-Tasamuh al-Islami (Baina Nazaiyah wa Tatbiq),
Juz IV (Kairo: al-Kuliyyah al-Azhariyah, t.th), h. 254. Sa’diy rahimahullah menafsirkan, “Allah tidak
22
Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al- melarang kalian untuk berbuat baik, menyam-
Mughirah ibn al-Bardizbah al-Bukhari, Shahih Bukhari, Bab Ilmu
Man Qatala Mu’ahad bi Ghairi Jaram, Juz III, dan VI (Semarang:
bung silaturrahmi, membalas kebaikan, ber-
Maktabatuh wa Matba’atu Thaha Putra, t.th), h. 1155 dan 2533; buat adil kepada orang-orang musyrik, baik
Abu Abdurrahman bin Syu’ayb al-Nasaiy, Sunan al-Nasaiy al-
dari keluarga kalian dan orang lain. Selama
Mujtaba, Bab Man Qatala Mu’ahad, Juz II (Mesir: Al-Babiy al-
Halabiy wa Awladuh, 1964), h. 896.
23
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., h. 24. 24
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 803.
43
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
mereka tidak memerangi kalian karena agama menolak (keganasan) sebagian manusia
dan selama mereka tidak mengusir kalian dengan sebagian yang lain, tentulah telah
dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-
menjalin hubungan dengan mereka karena gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi
menjalin hubungan dengan mereka dalam dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak
keadaan seperti ini tidak ada larangan dan disebut nama Allah”. Frasa tersebut diberikan
tidak ada kerusakan.”25 penjelasan oleh Ibnu ‘Asyur bahwa, seandainya
Telah dijelaskan di dalam beberapa ayat tidak ada pembelaan manusia terhadap
al-Qur’an bagaimana Islam memberikan peng- tempat-tempat ibadah kaum muslimin,
hormatan terhadap agama lain. Di antara ayat niscaya kaum musyrikin akan melampaui
tersebut termaktub dalam firman Allah swt. batas sehingga melakukan agresi pula ter-
Q.S. al-Hajj/22: 40 sebagai berikut: hadap wilayah-wilayah tetangga mereka
صوَام ِ ُع وَ بِي َ ٌع َ ت ْ َ ض لَه ُ ِدّم ٍ ب َ ْع َض ُه ْم بِب َ ْع percayaan kaum musyrikin, sehingga akan
ِ م ال َل ّه َ ٌ َ صلَو
ُ ْج ُد ي ُ ْذكر ُ فِيهَا اس ِ سا
َ َ ات وَم َ َو
dirobohkan pula biara-biara, gereja-gereja,
dan sinagog-sinagog, serta masjid-masjid.
َ ره ُ ِإ َ ّن ال َل ّه
ُ ر َ ّن ال َل ّه ُ م َ ْن يَن ْ ُص َ كثِيرًا وَلَيَن ْ ُص َ Upaya kaum musyrikin tersebut semata-mata
44
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
digarisbawahi bukan berarti mengakui ke- Bakar meminta bantuan. Fakta sejarah ini
benaran ajaran agama tersebut. Dalam sejarah pun menunjukkan bahwa untuk keperluan
didapati tokoh seperti Kaisar Hiraqlius dari strategis, Rasulullah saw. tidak merasa can-
Byzantium dan al-Muqauqis penguasa kopti ggung meminta atau memperoleh bantuan dari
dari Mesir mengakui eksistensi kerasulan Nabi umat agama lain, sepanjang orang profesional
Muhammad saw. Namun pengakuan tersebut di bidangnya, jujur dan mau bekerjasama
tidak secara otomatis menjadikan mereka untuk perdamaian kemanusiaan.
memeluk Islam.28 Semangat Islam adalah untuk membangun
Prototipe hubungan antar umat bergama persatuan dan kesatuan antar sesama manusia.
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Hal ini dapat terwujud jika ada semangat per-
mengambil bentuk lebih konkret lagi pada saudaraan yang dilakukan baik antar sesama
zaman keemasan sejarah Islam, yang pernah muslim maupun antar non-muslim. Dasar
diraih di Bagdad di bawah dinasti Abbasiyah. pijakan persaudaraan antar sesama muslim
Zaman keemasan yang berlangsung sampai dapat dilihat dalam Q.S. al-Hujurat/49: 10,
pada tahun 1258 M itu, ditandai dengan sedangkan persaudaraan dengan non-muslim
keterbukaan umat Islam bergaul dengan umat terdapat dalam firman Allah swt Q.S. al-
agama lain. Peradaban zaman keemasan itu Hujurat/49: 13. Jalinan persaudaraan dan
benar-benar dirancang secara cerdas, diawali toleransi antar umat beragama sama sekali
dengan penerjemahan buku-buku filsafat dan tidak dilarang oleh Islam, selama masih
sains yang berasal dari Yunani, Persia, India dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah
dan Cina. Khalifah Al-Ma’mun mendirikan pihak dapat saling menghormati hak-haknya
Lembaga Penerjemahan yang dikepalai masing-masing. Hal ini telah termaktub dalam
oleh Hunain Ibn Ishaq seorang Kristen yang firman Allah swt Q.S. al-Mumtahanah/60: 8.
profesional di bidang bahasa. Hunain pernah Di samping itu pula al-Qur’an telah
menyatakan bahwa: “Bagiku ada dua hal, yaitu memberikan pesan agar masing-masing agama
agama dan profesi. Agama saya mengharuskan mendakwahkan agamanya dengan cara-cara
berbuat baik walaupun kepada musuh, yang baik (Q.S. al-Nahl/16: 125). Dalam urusan
apatahlagi terhadap teman-teman kami. Dan dunia, baik umat muslim maupun non-muslim
profesi saya adalah untuk kepentingan umat diberikan peluang yang seluas-luasnya untuk
manusia”.29 saling bekerjasama untuk mencapai keadilan,
Al-Bukhari meriwayatkan dalam suatu persamaan dan kesejahteraan manusia.
hadis di mana Rasulullah saw. mempergunakan Sebaliknya, untuk urusan akhirat, petunjuk/
ِ ّ ِ ن ا ْلقُر َيْش
ِ ْ ( وَ ُهو َ عَلَي ال ّ ِديpenganut
seorang pemandu jalan profesional dari suku hidayah adalah hak mutlak Allah swt.
Bani al-Dayl ي Olehnya itu di dalam Islam tidak dibenarkan
keyakinan jahiliyah Quraisy).30 Peristiwa ini memaksakan suatu kehendak kepada orang
terjadi ketika memandu jalan Rasulullah saw. lain untuk menganut Islam. Perintah dalam al-
berhijrah ke Madinah, beliau bersama Abu Qur’an pun sangat jelas, ia menganjurkan agar
mencari titik temu dan titik singgung antar
28
Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat dalam Perspektif al-Qur’an pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar
dan Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 46.
29
Lihat: Philip K Hitti, History of the Arabs (London: The Macmillan di dalam interaksi sosial bila tidak ditemukan
Press Ltd, 1973), h. 313. persamaan, maka hendaknya masing-masing
30
Al-Bukhari, Juz III, Op. Cit., h. 1419.
45
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
mengakui keberadaan pihak lain dan tidak Al-Qur’an menuntun kepada umat Islam
perlu saling menyalahkan. Hal ini dapat dilihat dalam berinteraksi sosial khususnya dengan
dalam firman Allah swt Q.S. Saba’/34: 24-26 non-muslim untuk menyatakan bahwa,
sebagai berikut: “Sesungguhnya kami atau kamu pasti berada
ض ِ الأر
ْ َات و ِ َالس َماو َّ ن َ ِ ق ُْل م َ ْن يَرْزُق ُُك ْم م
di atas kebenaran atau kesesatan yang nyata”.
46
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
ِ ْ حيْوَة َ ب
ن َ ح َ ّدثَنِي َأبِي ث َنَا َ ِ ح َ ّدث َنَا َعب ْ ُد الله َ
ngan sosial antar sesama manusia. Misalnya,
)حنبل
menganjurkan berbuat adil dalam hukum dan
٣٥
peradilan terhadap non-muslim.
Dengan demikian, uraian mengenai Artinya:
bentuk/model toleransi yang dibenarkan Saya telah Abu Umamah berkata, saya
oleh Rasulullah saw. perlu dibahas dengan telah mendengar Rasulullah saw. ber-
memberikan beberapa bukti atau contoh wasiat terhadap tetangga sampai kami
kasus dan pada akhirnya dapat diambil suatu mengira kalau beliau akan menetapkan
kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang hak waris kepadanya. (H.R. Ahmad bin
menjunjung tinggi toleransi terhadap agama Hanbal)
lainnya dan tentunya bukan model toleransi
yang kebablasan. Dianjurkan untuk bermuamalah atau
Berikut ini teladan dari salafus shalih berinteraksi dengan baik dan tidak boleh
dalam berbuat baik terhadap tetangganya yang berbuat zalim terhadap keluarga dan kerabat
Yahudi. Seorang tabi’in dan beliau adalah ahli meskipun non-muslim. Misalnya pada ayat
tafsir, imam Mujahid, ia berkata, “Saya pernah yang menjelaskan ketika orang tua kita bukan
berada di sisi Abdullah bin ‘Amru sedangkan Islam, maka tetap harus berbuat baik dan
pembantunya sedang memotong kambing. Dia berbakti kepada mereka dalam hal muamalah.
lalu berkata:
ْ آليَهُوْدِي َأ
َ صل َ َح
ك الله ُ ؟
35
Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Juz V
(t.t: Dar al-Fikr, t.th), h. 267.
47
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
س َل ّ َم
َ َص َل ّي الله ُ عَلَيْه ِ و
َ ِاب ال َن ّب ِ ّي ْ ل م ِ ْن َأ
ِ َ صح ٍ ج ُ ََع ْن ر
mempersekutukan Aku dengan sesuatu
َ ل ال ّ ِذ َ ّمة ِ ل َ ْم
ِ يج ِ ْد رِ ْيح َ الْجَن ّة ِ جل ًا م ِ ْن َأ ْه ُ َل رَ َ ق َت
keduanya, dan pergaulilah keduanya
ِ ل الله ُ سو
ُْ َل ر َ ل ق َا َ ن عَمْر ٍو ق َا ِ ْ َع ْن َعب ْ ِد الله ِ ب
menaklukkan Yerussalem Palestina. Beliau
َ ل ال ّ ِذ َ ّمة ِ ل َ ْم
ْ يج ِ ْد رِ ْيح َ الْجَن ّة ِ وَ ِإ َ ّن ر
ِيحَهَا ِ َأ ْه
tidak memaksakan mereka memluk Islam
سيْرَة ِ َأ ْر بَعِي ْ َن عَامًا (رواه ألنسا ِ َ ج ُد م ِ ْن م َ ْ لَيُوasalkan mereka tetap membayar pajak kepada
dan menghalangi mereka untuk beribadah,
٣7
)ءى
pemerintah Muslim. Berbeda ketika bangsa
dan agama lain mengusai, maka mereka
Artinya: melakukan pembantaian. Umar bin Khattab
Dari Abdullah bin ‘Amr berkata: juga memberikan kebebasan dan memberikan
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa hak-hak hukum dan perlindungan kepada
membunuh seorang kafir dzimmi, maka penduduk Yerussalem walaupun mereka non-
dia tidak akan mencium bau surga, pada- muslim.
hal sesungguhnya bau surga itu tercium Beberapa contoh kasus toleransi di atas
dari perjalanan empat puluh tahun. (H.R. yang perlu dipahami secara baik oleh semua
Al-Nasaiy) penganut agama baik orang muslim mau-
36
pun non-muslim, sehingga kemudian akan
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., h. 582.
37
Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthy, Sunan Nasaiy, Juz VIII (Beirut:
38
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.th), h. 25. Ibid.
48
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
jelas bentuk toleransi yang dibenarkan dan seperti al-Walid bin al-Mughirah, Aswad bin
selanjutnya masing-masing penganut agama ‘Abdul Muthalib, Umayyah bin Khalaf, datang
tidak akan mencampuradukkan hal-hal yang kepada Rasul saw. menawarkan kompromi
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bermua- menyangkut pelaksanaan tuntunan agama.
malah atau berinteraksi dengan baik dalam Usul mereka adalah agar Nabi saw bersama
hubungan sosial kemasyarakatan terhadap umatnya mengikuti kepercayaan mereka, dan
non-muslim diperbolehkan, hanya saja jika mereka pun akan mengikuti ajaran Islam.
sudah menyangkut masalah ibadah dan “kami menyembah Tuhanmu -hai Muhammad-
akidah, maka masing-masing penganut agama setahun dan kamu juga menyembah tuhan
harus mengamalkan ajaran agamanya sesuai kami setahun. Kalau agamamu benar, kami
dengan keyakinan yang dimilikinya. Tidak mendapatkan keuntungan karena kami
dibenarkan oleh Islam adanya pemaksaan juga menyembah Tuhanmu dan jika agama
dalam hal ibadah dan akidah. kami benar, kamu juga tentu memperoleh
Dalam kaitan inilah al-Qur’an (Islam) keuntungan”. Mendengar usul tersebut Nabi
menghimbau untuk tidak mencampuradukkan saw. menjawab tegas, “Aku berlindung kepada
akidah masing-masing. Hal ini secara tegas Allah dari segolongan orang-orang yang mem-
telah termaktub dalam firman Allah swt. Q.S. persekutukan Allah”. Kemudian turunlah
al-Kafirun/109: 1-6 sebagai berikut: surah di atas yang mengukuhkan sikap Nabi
)لا َأ ْعب ُ ُد مَا١( ن َ ق ُْل يَا َأ ُ ّيهَا ال َْكافِرُو saw tersebut.40
ن مَا َأ ْعب ُ ُد َ )وَلا َأنْتُم ْ عَاب ِ ُدو٢( ن َ ت َ ْعب ُ ُدو
Dalam sumber yang lain disebutkan
bahwa suatu ketika, beberapa orang Quraisy
َ َ
ْ )وَلا أنْتُم٤( ْ )وَلا أنَا عَاب ِ ٌد مَا َعب َ ْدت ُم٣(
yaitu Al-Wali bin Mughirah, Al-‘Ash bin Wail,
ن ِ )لل َ ُك ْم دِين ُ ُك ْم وَل ِ َي دِي٥( ن مَا َأ ْعب ُ ُد َ عَاب ِ ُدو
Al-Aswad Ibnul Muthollib dan Umayyah bin
Khalaf menemui Nabi saw. mereka menawar-
)٦( kantoleransi yang kebablasan kepada beliau,
mereka berkata:
39
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.Cit., h. 919. 40
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Op. Cit., h. 25.
49
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 2, Nomor 1, Desember 2016
(muslim) juga beribadah kepada Tuhan agama dapat melaksanakan agamanya sesuai
kami. Kita bertoleransi dalam segala dengan apa yang dianggap baik dan benar,
permasalahan agama kita. Apabila ada tanpa memutlakkan pendapat kepada orang
sebagaian dari ajaran agamamu yang lain dan tanpa mengabaikan keyakinan
lebih baik (menurut kami) dari tuntunan masing-masing.
agama kami, maka kami akan amal-
kan hal itu. Sebaliknya, apabila ada dari
ajaran kami yang lebih baik dari tuntun-
C. Penutup
an agamamu, engkau juga harus meng- Bertolak dari kajian al-Qur’an dan al-
amalkannya.41 hadis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Islam adalah agama yang penuh rahmat untuk
Usul kaum musyrik tersebut ditolak seluruh umat manusia. Islam merupakan
secara tegas oleh Rasulullah saw. karena tidak agama yang mengajarkan segala sesuatu
mungkin dan tidak logis pula terjadi penyatuan sampai pada hal-hal yang sangat terperinci
agama-agama. Setiap agama berbeda dengan baik sikap manusia dalam kehidupan sosial
agama yang lain dalam ajaran pokoknya maupun dalam kehidupan beragama.
maupun dalam perinciannya. Karena itu, tidak Toleransi yang ingin dibangun oleh Islam
mungkin perbedaan-perbedaan itu digabung- adalah toleransi yang mengedepankan sikap
kan dalam jiwa seseorang yang tulus terhadap saling menghormati antar sesama pemeluk
agama dan keyakinannya. Masing-masing agama agar dapat mengamalkan ajaran agama-
penganut agama harus yakin sepenuhnya nya masing-masing sesuai dengan keyakinan
dengan ajaran agama atau kepercayaannya. yang dimilikinya tanpa adanya pihak yang
Selama mereka telah yakin, mustahil mereka memberikan tekanan atau pun pemaksaan
akan membenarkan ajaran yang tidak sejalan kehendak kepada penganut agama lain untuk
dengan ajaran agama atau kepercayaannya. memeluk agama tertentu.
Fakta di atas memberikan gambaran dan Agama Islam memiliki prinsip yang
pemahaman bahwa kerukunan hidup antar sangat tegas dalam hal toleransi, antara lain
umat atau pemeluk agama yang berbeda Firman Allah swt. yang termaktub dalam
dalam masyarakat yang majemuk/plural Q.S. al-Kafirun/109: 6, Q.S. al-Isra’/17: 84
harus benar-benar diperjuangkan tanpa harus dan Q.S. al-Qashash/28: 55. Islam sangat
mengorbankan akidah. Kalimat yang secara menjunjung tinggi sikap toleransi. Namun
tegas menunjukkan hal ini terdapat pada ayat toleransi yang dimaksudkan adalah dalam hal
yang terakhir (ayat keenam) ن ِ لل َ ُك ْم دِين ُ ُك ْم وَل ِ َي دِيberinteraksi dan bermuamalah secara baik
yang berarti bagimu agamamu dan bagiku dengan non-muslim. Sebaliknya, jika toleransi
agamaku. Masing-masing pemeluk agama tersebut sudah bersinggungan/berkaitan
diberikan hak seluas-luasnya untuk meyakini, dengan masalah akidah, maka prinsip yang
melaksanakan dan mengamalkan ajaran agama dipakai adalah “bagimu agamamu dan bagiku
yang telah diyakininya. Ayat ini menegaskan agamaku”. Wilayah muamalah dan wilayah
tentang pengakuan akan eksistensi secara akidah mustahil untuk disatukan atau
timbal balik, sehingga masing-masing pemeluk dicampuradukkan antara satu dengan yang
41
Tafsir Al-Qurthubi 20: 225 (Cet . II; Darul Kutub al-Mishriyyah, lainnya. Singkat kata bahwa antara keduanya
1386 H)
50
KONSEP TOLERANSI (AL-SAMAHAH) ANTAR UMAT BERAGAMA PERSPEKTIF ISLAM .... -- Salma Mursyid
memiliki batas-batas tertentu sesuai dengan al-Islami (Baina Nazaiyah wa Tatbiq). Juz
porsinya masing-masing. IV. Kairo: al-Kuliyyah al-Azhariyah, t.th.
Ibnu ‘Asyur, Al-Tahrir wa al-Tanwir. t.t: t.p, t.th.
DAFTAR PUSTAKA XII/52.
K Hitti, Philip. History of the Arabs. London:
Al-Qur’an al-Karim
The Macmillan Press Ltd, 1973.
Abdurrahim, Muddathir. dalam The Human
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir
Rights Tradition in Islam. London: Praeger,
Al-Qur’an Tematik. Edisi Revisi Cet. I;
Westport, Connecticut, 2005.
Jakarta: Kamil Pustaka, 2014.
Abdurrahman al-Hageel, Sulieman. Human
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-
Right in Islam and Refutation of the
Munawwir Arab Indonesia Terlengkap.
Misconceived Allegation Associated
Edisi ke II. Cet. XIV. Surabaya: Pustaka
with These Right . Riyadh: Dar Eshbelia,
Progresif, 1997Abdul Malik Salman, Al-
t.thAbdillah al-Qurthubiy, Tafsir al-
Tasamuh Tijah al-Aqaliyyat ka Daruratin
Qurthubiy, Juz IV. Qahirah: Dar al-Sya’b,
li al-Nahdah. Kairo: The International
1372 H.
Institute of Islamic Thought, 1993.
Ahmad bin Hanbal, Imam. Musnad Imam
Al-Nasaiy, Abu Abdurrahman bin Syu’ayb.
Ahmad bin Hanbal. Juz V. t.t: Dar al-Fikr,
Sunan al-Nasaiy al-Mujtaba. Bab Man
t.th.
Qatala Mu’ahad, Juz II. Mesir: Al-Babiy al-
Ali , Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus
Halabiy wa Awladuh, 1964.
Kontemporer Arab-Indonesia. Cet. I;
Shihab, Quraish . Tafsir al-Misbah. XI.
Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok
Al-Suyuthy , Al-Hafidz Jalaluddin. Sunan
Pesantren Krapyak, 1996.
Nasaiy. Juz VIII. Beirut: Dar al-Kutub al-
Al-Bukhari , Abu Abdullah Muhammad ibn
Ilmiyah, t.th.
Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn al-
Al-Shabuni, Ali. Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir.
Bardizbah, Shahih Bukhari, Bab Ilmu Man
Jilid I. t.t: t.p, t.th.
Qatala Mu’ahad bi Ghairi Jaram, Juz III, dan
Al-Syafi’i. Muhammad bin Idris. Al-Umm. Juz
VI Semarang: Maktabatuh wa Matba’atu
IV. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1973.
Thaha Putra, t.th.
Taisir Karimir Rahman. Cet. I; Beirut: Da Ibnu
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Hazm, 1424 H.
Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Tafsir Al-Qurthubi 20: 225 .Cet . II. Darul Kutub
Edisi keempat Cet. II; Jakarta: PT Gramedia
al-Mishriyyah, 1386 H.
Pustaka Utama, 2011.
Tim Baitul Kilmah, Ensiklopedia Pengetahuan
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Al-Qur’an dan Hadis. Jilid VI. Cet. II; Jakarta:
Terjemahnya. Semarang: PT Karya Toha
Kamil Pustaka, 2014.
Putra, 2002.
Yaqub, Ali Mustafa. Kerukunan Umat dalam
Al-Ja’fiy, Imam Abi Abdullah Muhammad bin
Perspektif al-Qur’an dan Hadis. Jakarta:
Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin
Pustaka Firdaus, 2000.
Bardizbah al-Bukhary. Shahih Bukhari. Juz
http://revelationskhairurrizal.blogspot.co.id/
I. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.th.
search/label/Ayat-ayat tentang anjuran
Ibnu Hisyam. Al-Sirah al-Nabawiyah, tahqiq
bertoleransi.
Taha Abd al-Rauf Sa’ad, dalam Al-Tasamuh
51