Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI POST


PARTUM DIRUANG BEDAH RSUD Dr.DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

Oleh :

Nama : Trisia Vironika


Nim : 2018.C.10a.0990

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :
Nama : Trisia Vironika
NIM : 2018.C.10a.0990
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Ny. S dengan diagnosa medis infeksi post partum di ruang
bedah Rsud Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 3 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Ketua Program Studi Pembimbing Akademik


Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Kristinawaty,S.Kep.Ners.


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. S dengan diagnosa medis infeksi post partum di ruang bedah Rsud
Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 3).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawaty,S.Kep.Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ika paskaria, S. Kep., Ners selaku coordinator Praktik Pra Klinik 3 Program
Studi Sarjana Keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 14 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi...........................................................................4
2.1.3 Etiologi...........................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi...................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................11
2.1.7 Komplikasi.....................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................13
2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................13
2.2.1 Pengkajian......................................................................................13
2.2.2 Diagnosa.........................................................................................15
2.2.3 Intervensi........................................................................................16
2.2.4 Implementasi..................................................................................24
2.2.5 Evaluasi..........................................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................25
3.1 Pengkajian.........................................................................................25
3.2 Diagnosa............................................................................................34
3.3 Intervensi...........................................................................................37
3.4 Implementasi.....................................................................................44
3.5 Evaluasi.............................................................................................44
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................56
4.1 Kesimpulan........................................................................................56
4.2 Saran..................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan
penyebabkematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan
sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih sering menonjol sebagai
penyebabkematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2009).
Menurut Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, kematian
maternal (MMR) adalah kematian perempuan pada saat hamil atau
kematiandalam kurung waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian
yang disebabkankarena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain lain. Hasil
sensus penduduk 2010 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia sebesar 346 yang artinya terdapat 346 kematian perempuan pada
saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup.
AKI 2015 lebih rendah daripada hasil sensus penduduk 2010, yaitu
sebesar 305/100.000 kelahiranhidup.
Infeksi nifas menimbulkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu
 pasca bersalin. Derajat komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan
masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan masa
kritis baik ibumaupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi
setelahpersalinandan50%kematianmasanifasterjadidalam24jampertama
pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
Morbiditas post partum yang umum dilaporkan adalah infeksi vagina
mengakibatkan infeksi uterus yang dapat menyebabkan komplikasi lain
atau menjadi ancaman bagi kehidupan ibu. Morbiditas post partum belum
diakui karena sejumlah faktor termasuk pembatasan budaya, pendidikan,
sosial-ekonomi dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan
(Saifudin, 2006).
Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap
kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang
dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas,
memberikan
pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas, melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah
atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan, jangan
pulangkan klien apabila masa kritis belum terlampau, memberi catatan
atau instruksi untuk asuhan mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus
diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera serta
memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006).
Pengetahuan, pemahaman mengenai infeksi pada ibu post partum
sangat diperlukan bagi mahasiswa di bidang keperawatan agar dapat
mengetahui infeksi yang terjadi pada ibu post partum, cara mencegahnya,
juga keterampilan untuk merawat ibu yang mengalami infeksi post
partum. Maka dapat disumpulkan bagaimana “Asuhan Keperawatan pada
Kasus Infeksi Ibu Post Partum”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka mahasiswa mengambil rumusan
masalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien, khususnya
pada klien dengan diagnosa medis Infeksi Post Partum.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui konsep tentang fraktur
humerus dan melaporkan gambaran hasil dari asuhan keperawatan terhadap klien
dengan diagnosa medis Infeksi Post Partum dengan pendekatan secara
komprehensif, dengan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian
biologis, psikologis, sosial kultural dan spritual sampai pendokumentasian.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Infeksi Post Partum.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa
medis Infeksi Post Partum.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Infeksi Post Partum.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi pada pasien dengan diagnosa medis Infeksi Post Partum.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Infeksi Post Partum.
1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan diagnosa medis Infeksi Post Partum.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber informasi dan tolak ukur keberhasilan program pendidikan
keperawatan.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit
khususnya perawat di ruangan paru untuk mengambil langkah- langkah dan
kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya
pada penderita Infeksi Post Partum..
1.4.3 Bagi Iptek
Sebagai bahan untuk memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan
tentang asuhan keperawatan klien dengan Infeksi Post Partum.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi

Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini
disebut puerperium yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous
melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi (Vivian,
2011).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa ini berlangsung
selama 6-8 minggu (Saifuddin, 2006).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah
infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 380C atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama
(Vivian, 2011).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan Infeksi post partum adalah semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat
genetika pada waktu persalinan dan nifas, ditandai dengan kenaikan suhu hingga
380C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Organ Reproduksi Wanita

gambar 2.1.2 Organ Reproduksi Interna Pada Wanita


Keterangan:
1) Vagina Vagina merupakan jaringan membran muskulo membranosa
berbentuk tabung yang memanjang dari vulva ke uterus berada diantara
kandung kemih dianterior dan rectum di posterior.
2) Uterus Uterus adalah organ muskuler yang berongga dan berdinding tebal
yang sebagian tertutup oleh peritoneum atau serosa. Berfungsi untuk
implantasi, memberi perlindungan dan nutrisi pada janin, mendorong
keluar janin dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan pendarahan
dari tempat perlekatan plasenta. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang
gepeng dan terdiri atas dua bagian yaitu bagian atas berbentuk segitiga
yang merupakan badan uterus yaitu korpus dan bagian bawah berbentuk
silindris yang merupakan bagian fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum
atau tuba falopi bermula dari kornus (tempat masuk tuba) uterus pada
pertemuan batas superior dan lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas
kornus disebut fundus. Bagian uterus dibawah insersi tuba falopi tidak
tertutup langsung oleh peritoneum, namun merupakan tempat pelekatan
dari ligamentum latum. Titik semu serviks dengan korpus uteri disebut
isthmus uteri. Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan
paritas seorang wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara
2,5-3,5 cm. Uterus wanita nulipara dewasa panjangnya antara 6-8 cm
sedang pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah
melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah
melahirkan 80 gram atau lebih. Pada wanita muda panjang korpus uteri
kurang lebih setengah panjang serviks, pada wanita nulipara panjang
keduanya kira-kira sama. Sedangkan pada wanita multipara, serviks hanya
sedikit lebih panjang dari sepertiga panjang total organ ini.
Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah sempit disebut dengan
kanalis servikalis yang berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada
kedua ujungnya, yaitu ostium interna dan ostium eksterna. Setelah
menopause uterus mengecil sebagai akibat atropi miometrium dan
endometrim. Istmus uteri pada saat kehamilan diperlukan untuk
pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah dinding uterus
dibuka jika mengerjakan section caesaria trans peritonealis profunda.
Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri
ovarika. Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika
menurun masuk dasar ligamentum latum dan berjalan ke medial menuju
sisi uterus. Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri
serviko vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan
bagian atas vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks
dan korpus uteri. Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk
dalam ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum.
Sebagian darah dari bagian atas uterus, ovarium dan bagian atas
ligamentum latum.dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum
latum, membentuk pleksus pampiniformis yang berukuran besar,
pembuluh darah darinya bernuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan
bermuara ke vena cava, sedangkan vena ovarika kiri bermuara ke vena
renalis kiri. Persyarafan terutama berasal dari sitem saraf simpatis, tapi
sebagian juga berasal dari sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-
cabang dari pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas
vagina dan terdiri dari serabut dengan maupun tanpa myelin. Uterus
disangga oleh jaringan ikat pelvis yang terdiri atasligamentum latum,
ligamentum infundibolupelvikum, ligamentum kardialis, ligamentum
rotundum dan ligamentum uterosarkum. Ligamentum latum meliputi tuba,
berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
Ligamentum infundibolupelvikum merupakan ligamentum yang menahan
tuba falopi yang berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran limfe, arteria dan vena
ovarika. Ligamentum kardinale mencegah supaya uterus tidak turun,
terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan dari serviks dan puncak
vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak
pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine. Ligamentum
uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang, kiri dan kanan ke arah os sacrum kiri dan kanan, sedang
ligamentum rotundum menahan uterus antefleksi dan berjalan dari sudut
fundus uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.
3) Serviks Uteri Serviks merupakan bagian uterus yang terletak di bawah
isthmus di anterior batas atas serviks yaitu ostium interna, kurang lebih
tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada kandung kemih. Ostium
eksterna terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu portio
vaginalis. Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada waktu
persalinan setelah sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler,
atau menyerupai bintang.Serviks memiliki serabut otot polos, namun
terutama terdiri dari jaringan kolagen, jaringan elastin serta pembuluh
darah. Selama kehamilan dan persalinan, kemampuan serviks untuk
meregang merupakan akibat pemecahan kolagen.Mukosa kanalis
servikalis merupakan kelanjutan endometrium. Mukosanya terdiri dari satu
lapisan epitel kolumner yang menempel pada membran basalis yang tipis.
4) Korpus Uteri Dinding korpus uteri terdiri dari 3 lapisan, yaitu
endometrium, miometrium dan peritoneum.
a) Endometrium Endometrium merupakan bagian terdalam dari uterus,
berupa lapisan mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang
tidak hamil. Endometrium berupa membran tipis berwarna merah muda,
menyerupai beludru, yang bila diamati dari dekat akan terlihat ditembusi
oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar uterine. Tebal
endometrium 0,5-5 mm. Endometrium terdiri dari epitel permukaan,
kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar yang didalamnya terdapat
banyak pembuluh darah. Kelenjar uterine berbentuk tubuler dalam
keadaan istirahat menyerupai jari jemari dari sebuah sarung tangan.
Sekresi kelenjar berupa suatu cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga
rongga uterus tetap lembab.
b) Miometrium Miometrium merupakan lapisan dinding uterus yang
merupakan lapisanmuskuler. Miometrium merupakan jaringan pembentuk
sebagian besar uterus, terdiri kumpulan otot polos yang disatukan jaringan
ikat dengan banyak serabut elastin di dalamnya. Selama kehamilan
miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan berarti pada otot
serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang terdiri atas tunikla
muskularis longitudinalis eksterna, oblique media, sirkularis interna dan
sedikit jaringan fibrosa.
c) Peritonium Peritoneum merupakan lapisan serosa yang menyelubungi
uterus, dimana peritoneum melekat erat kecuali pada daerah di atas
kandung kemih dan pada tepi lateral dimana peritoneum berubah arah
sedemikian rupa membentuk ligamentum latum
b. Organ Generatif Eksterna

Gambar 2.1.2. Organ Reproduksi Eksterna Pada Wanita


Keterangan :
1) Mons Veneris Mons veneris adalah bagian menonjol diatas simfisis.Pada
wanita dewasa ditutupi oleh rambut kemaluan.pada wanita umumnya batas
atasnya melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah
sampai sekitar anus dan paha.
2) Labia Mayora (bibir-bibir besar) Terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil ke bawah,terisi jaringan lemak serupa dengan yang ada
di mons veneris. Ke bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu dan
membentuk kommisura posterior.
3) Labia Minora (bibir-bibir kecil) Labia Minora adalah suatu lipatan tipis
dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu
dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis dan dibawah klitoris
frenulum klitoridis.Ke belakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk
fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea dan urat saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensitif dan dapat mengembang.
4) Klitoris Kira-kira sebesar kacang ijo tertutup oleh preputium klitoridis,
terdiri atas glans klitoridis , korpus klitoridis, dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan
yang dapat mengembang , penuh urat saraf dan amat sensitive
5) Vulva Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka ke belakang dan
dibatasi dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan
dibelakang oleh perineum; embriologik sesuai sinus urogenitalis. Di vulva
1-1,5 cm di bawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang
kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan .tidak jauh dari lubang kemih di
kiri dan kanan bawahnya dapat dilihat dua ostia skene. Sedangkan di kiri
dan bawah dekat fossa navikular terdapat kelenjar bartholin, dengan
ukuran diameter ± 1 cm terletak dibawah otot konstriktor kunni dan
mempunyai saluran kecil panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vulva. Pada
koitus kelenjar bartolin mengeluarkan getah lendir.
6) Bulbus Vestibuli Sinistra et Dekstra Terletak di bawah selaput lendir vulva
dekat ramus os pubis, panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm dan tebal 0,51- 1cm;
mengandung pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio
kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. Saat persalinan kedua bulbus
tertarik ke atas ke bawah arkus pubis, tetapi bagian bawahnya yang
melingkari vagina sering mengalami cedera dan timbul hamatoma vulva
atau perdarahan
7) Introitus Vagina Mempunyai bentuk dan ukuran berbeda , ditutupi selaput
dara (hymen). Himen mempunyai bentuk berbeda – beda.dari yang
semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang- lubang atau yang ada
pemisahnya (septum); konsistensi nya dari yang kaku sampai yang lunak
sekali. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari yang seujung
jari sampai yang mudah dilalui oleh 2 jari. Umumnya himen robek pada
koitus.Robekan terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan sampai dasar
selaput dara. Sesudah persalinan himen robek pada beberapa tempat.
8) Perineum Terletak antara vulva dan anus , panjangnya rata-rata 4 cm.
2.1.3 Etiologi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada
saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah
sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah
dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan.
Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering kali ditemukan didalam
vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen patogen dari luar vagina
(eksogenus) (Bobak, 2004).
Penyebab infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi inibiasanya
eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagaipenyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang
yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting
dari infeksi traktus urinarius.
4. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. (Khaidir M, 2009).
Infeksi pada post partum dapat terjadi sebagai berikut :
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan
padapemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
2. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar
bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi
saluranpernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
 penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang
suci hama, dan yang digunakan untuk merawat ibu dalam persalinan atau
 pada waktu nifas.
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
(Khaidir M, 2009).
Beberapa faktor dalam kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan
infeksi pasca persalinan antara lain :
1. Anemia
Kekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi.
Hal ini juga terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah
putih kurang untuk menghambat masuknya bakteri.
2. Ketuban pecah dini
Keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan
masuknya kuman keorgan genital.
3. Trauma
Pembedahan, perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman
pathogen, seperti operasi.
4. Kontaminasi bakteri
Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke rongga
rahim. Selain itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina atau
saat dilakukan tindakan persalinan dapat menjadi salah satu jalan
masukbakteri. Tentunya, jika peralatan tersebut tidak terjamin
sterilisasinya.
5. Kehilangan darah
Trauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi
yangberkaitan dengan pengendalian pendarahan bersama-sama
perbaikan jaringan luka, merupakan factor yang dapat menjadi jalannya
masuk kuman.(Helen Varney, 2008).
2.1.4 Klasifikasi
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
a. Vulvitis
Merupakan infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca persalinan terjadi
dibekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi lukaberwarna merah
dan bengkak, jahitan sudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan nanah.
b. Vaginitis
Merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu
pascapersalinan terjadi secara langsung pada luka vagina ataupun
lukaperineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus
dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
c. Servisitis
Merupakan infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak
menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas, dan
langsung ke dasar ligamentum latum dan dapat menyebabkan infeksi
yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis
Merupakan infeksi yang biasanya demam dimulai dalam 48
jampostpartum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasuki
endometrium (biasanya padainsersio plasenta) dalam waktu singkat dan
menyebar ke seluruh endometrium.
(Mansjoer Arif, 2002).
2. Mastitis
Infeksi pada payudara. infeksi terjadi karena adanya luka pada puting
susu dan bendungan ASI (Mansjoer Arif, 2002).
3. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah
a. Septikemia
Kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran darah
dan menyebabkan infeksi. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan
jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.
b. Piemia
Infeksi dan abses pada organ-organ yang diserang yang didahului oleh
terjadinya tromboflebitis.Dari tempat-tempat trombus itu embolus
kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali
dilepaskan, embolus masuk ke peredaran darah umum dan dibawa oleh
aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak,
jantung, dan sebagainya mengakibatkan terjadinya abses-abses di
tempat-tempat tersebut.
c. Tromboflebitis
Perluasan invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
vena disepanjang vena dan cabang-cabangnya.
(MA Themone, 2014).
4. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh limfe
1. Parametritis
Parametritis atausellulitis pelvika adalah radang yang terjadi pada
parametrium yang disebabkan oleh invasi kuman. Penjalaran kuman
sampai ke parametrium terjadi pada infeksi yang lebih berat. Infeksi
menyebar ke parametrium lewat pembuluh limfe atau melalui jaringan
di antara kedua lembar ligamentum latum. Parametrium dapat juga
terjadi melalui salfingo-ooforitis (Sarwono, 2007).
2. Peritonitis
Inflamasi pada peritoneum yang merupakan lapisan membran serosa
rongga abdomen (MA Themone, 2014).
5. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium
a. Salpingitis : reaksi inflamasi dan infeksi pada saluran tuba.
b. Ooforitis : infeksi pada ovarium (MA Themone, 2014).
2.1.5 Patofosiologi
Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena
banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk
tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh
wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva,
vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang
dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya.
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada
infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu
terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit
dan sel pembuat antibodi (limfosit B).
Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung
selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab
pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut
debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan
kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga
debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau
bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas
dijaringan ikat)
Kuman Patogen Endogen, Eksogen, Autogen Infeksi Post Partum

Risiko tinggi penyebaran infeksi

B2 B3 B4 B5 B6 B1

Vulvitis Servisitis Endometritis Infeksi menyebar


Infeksi jangka Anoreksia Parametritis
panjang
Penahanan Lokia oleh
Limfe
Infeksi pada bekas darah sisa plasenta dan Nyeri sebelah
sayatan episiotomi Luka meluas ke selaput ketuban
Tindakan invasive Intake nutrisi dan uterus
dasar ligamentum
cairan
Uterus endometritis
membesar Peritonitis

Jaringan sekitar Kelemahan


Keterbatasan gerak
membengkak dan Penyebaran Nyeri tekan pada Terkumpulnya
infeksi ke
Penurunan Hb
merah abdomen nanah pada
parametrium dan Albumin,
penurunan BB cavum douglas Defisit perawatan
Transportasi O2 Gangguan citra tubuh diri
menurun
Demam 38˚C- Nyeri akut Pembengkakan
39˚C
Defisit Nutrisi
Pola Nafas Gangguan
Tidak Efektif mobilitas fisik
Hipertermi
2.1.6 Manifestasi klinis
1. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah
yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi
pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga
lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang
dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia
atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
2. Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah
yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami
radang lebih banyak daripada ke daerah normal.
3. Dolor
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat
bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh
tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
4. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial.
2. Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang
(Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah
dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme
terganggunya fungsi jaringan yang meradang.
Infeksi postpartum berdasarkan jenisnya dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium.
a. Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-
kadang perih saat kencing.
b. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
sekitar 38 derajat celsius dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka
yang terinfeksi, tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,
demam bisa naik sampai 39-40 derajat celsius, kadang-kadang
disertai menggigil.
c. Endometritis :
1) Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa
plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu.
2) Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek (Mansjoer
Arif, 2002).

2. Penyebaran melalui jalan vena-vena, jalan limfe, dan permukaan


endometrium.
a. Septikemia :
1) Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
2) Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat,
biasanya disertai menggigil.
3) Suhu sekitar 39-40 derajat celsius, keadaan umum cepat
memburuk, nadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
4) Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
b. Piemia :
1) Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri
dan suhu agak meningkat.
2) Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi
setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
3) Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat
disertai menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
4) Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis
(Mansjoer Arif, 2002).
2. Penyebaran melalui jalan limfe
a. Peritonitis :
1) Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
2) Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung,
kulit muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
3) Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonitis umum.
4) Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi
keadaan umum tidak baik.
5) Bisa terdapat pembentukan abses.
b. Parametritis (Selulitis pelvik) :
1) Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri
di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut
dicurigai adanya selulitis pelvika.
2) Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
3) Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di
sebelah uterus.
4) Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses ditandai
suhu yang mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai
menggigil.
5) Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut (Sarwono, 2007).
3. Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Salfingitis dan Ooforitis :
1) Nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen.
2) Demam disertai menggigil.
3) Pengeluaran sekret yang banyak dan kadang disertai pus.
(MA Themone, 2014).
2.1.7 Komplikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut).
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan
resiko terjadinya emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di
dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat
dan bahkan kematian (MA Themone, 2014).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah sel darah putih (SDP): normal atau tinggi dengan pergeseran
diferensial ke kiri.
2. Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah (SDM) sangat
meningkat dengan adanya infeksi.
3. Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan
anemia.
4. Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau
drainase luka atau pewarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme
penyebab.
5. Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6. Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan
melokalisasi abses perineum.
7. Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau
pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis.(Mitayani,
2013).
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Suhu diukur sedikitnya empat kali sehari.
2. Berikan terapi antibiotik prokain penisilin 1,2-2,4 juta unit 1 M penisilin G
500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah
dengan ampisilin kapsul 4x250 mg per oral.
3. Perhatikan diet ibu; diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
4. Lakukan transfusi darah bila perlu.
5. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.(Mitayani, 2013).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
2.2.1.1 Anamnese
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
dan tanggal pengkajian serta siapa yang bertanggung jawab terhadap
klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak,
badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi.
1. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh badan lemah, demam, nadi cepat, nafas
sesak, badan menggigil, gelisah, nyeri pada daerah luka operasi.
Pengeluaran darah dari jalan lahir yang tetap berwarna merah dalam
beberapa hari post partum atau lebih dari 2 minggu post partum,
leukorea dan lochea berbau menyengat.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, mioma uteri, riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir,
kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta
retensi sisa plasenta.
2) Riwayat penyakit keluarga, riwayat keluarga yang pernah/sedang
menderita hipertensi, penyakit jantung, preeklamsia, penyakit
keturunan, hemofilia, dan penyakit menular.
c. Riwayat obstetrik
1) Riwayat menstruasi meliputi menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya, dan keluhan saat haid.
2) Riwayat perkawinan meliputi usia perkawinan, kawin yang
keberapa, dan usia hamil.
d. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil meliputi waktu hamil muda, hamil tua, dan pernah
adanya abortus.
2) Riwayat persalinan meliputi tuanya kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, kesulitan saat bersalin, anak lahir hidup
atau tidak, dan panjang anak saat lahir.
3) Riwayat nifas meliputi keadaan lochea, perdarahan, ASI cukup
atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri, dan
kontraksi.
e. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hamil muda : keluhan selama hamil muda.
2) Hamil tua : keluhan selama hamil, peningkatan berat badan, suhu,
nadi, pernapasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat
mual, dan keluhan lain.
3) Riwayat ANC (AnteNatal Care) meliputi : tempat pelayanan,
jumlah kunjungan, perawatan serta pengobatan yang didapat.
f. Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tempat pelayanan, jumlah kunjungan, perawatan serta
pengobatan yang di dapat.
g. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
h. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang
menggunakan obat intravena, merokok, alkohol, gizi buruk, tingkat
stres yang tinggi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum/penampilan umum meliputi tingkat energi, ekspresi
wajah, tingkat kesadaran, dan keadaan emosi klien.
b. Tanda – tanda vital : nadi lebih dari 100 kali per menit, suhu 38˚C atau
lebih.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis.
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (infeksi).
3 . Risiko infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen (trauma
persalinan, jalan lahir,dan infeksi nosokomial).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, infeksi, adanya
edema dan nyeri, terpasangnya infus, efek anestesi.
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan infeksi jangka
panjang,tindakan invasive (operasi), suntikan, keterbatasan gerak.
2.2.3 Intervensi keperawatan
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi skala nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam 2. Monitor TTV
agen injuri biologis. diharapkan nyeri klien 3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
berkurang. meredakan nyeri
Kriteria hasil : 4. Berikan teknik nonfarmakologis
1. Nyeri berkurang atau 5. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
hilang 6. Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Klien tampak tenang 7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8. Ajarkan teknik relaksasi dan teknik distraksi
9. Kolaborasi pemberian obat analgetic sesuai indikasi

2.Hipertermi Setelah di lakukan perawatan 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan lingkungan panas, pengunaan incubator)
penyakit (infeksi). suhu tubuh dapat menurun 2. Monitor suhu tubuh
dan teratasi. 3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Kriteria hasil : 4. Sediakan lingkungan yang diinginkan
1. Suhu tubuh membaik (5) 5. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau
2. Suhu kulit membaik (5) kompres dingin pada dahi, leher, dada,abdomen, aksila)
3. Pucat sedang (3) 6. Ganti linen setiap hari atau lebih sering Jika mengalami
hyperhidrosis (keringat berlebihan)
7. Kolabrasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
3. Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam 2. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
pemajanan terhadap diharapkan tingkat infeksi 3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
patogen (tr auma klien menurun. 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
persalinan, jalan Kriteria hasil : 5. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu.
lahir,dan infeksi 1. Demam menurun
nosokomial). 2. Kemerahan menurun
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
berhubungan dengan keperawatan selama 1 × 7 2. Sediakan lingkungan nyaman
kelemahan, infeksi, Jam diharapkan adl kembali 3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
adanya edema dan normal dengan hasil kriteria berkurang
nyeri, terpasangnya hasil 4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
infus, efek anestesi. 1. Aktivitas klien kembali makanan
normal
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara
mandiri
5. Gangguan citra tubuh Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam 2. Identifikasi budaa, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
infeksi jangka panjang, diharapkan citra tubuh klien 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
tindakan invasive meningkat. 4. Monitor frekuensi pernyatan kritik terhadap diri sendiri
(operasi), suntikan, 1. Kriteria hasil : 5. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
keterbatasan gerak. Verbalisasi kecacatan 6. Diskusikan perubahan penampilan fisik terhadap harga diri
bagian tubuh 7. Jelaskan kepada kleuarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
meningkat (5) 8. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
2. Verbalisasi perasaan
negatif tentang
perubahan tubuh
menurun (5)
3. Fokus pada bagian
tubuh (5)
4. Respon nonverbal
pada perubahan tubuh
membaik (5)
5. Hubungan sosial
membaik (5)
6. Menyembunyikan
bagian tubuh
berlebihan (5)
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.(Setiadi : 2012).
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan
intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter &
Perry:2009).
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Trisia Vironika


Nim : 2018.c.10a.0990
Tanggal Praktek : 14 Juni 2021
Hari/tanggal/jam pengkajian : Senin, 14 Juni 2021, pukul 09.00 WIB

3.1 pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Nama : Ny. S
Agama : Kristen protestan
Suku/Bangsa : Dayak
Pendidikan terkahir : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Gol. Darah : 0
Alamat : Jl. Lele no, 13
Diagnosa Medis : infeksi post partum (spontan)
Tanggal masuk RS : 14 Juni 2021
Tanggal Pengkajian : 14 Juni 2021
3.1.2 Identitas Suami
Nama : Tn. N
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen protestan
Suku Bangsa : Dayak
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : 0+
Hubungan dengan pasien : Suami
3.1.3 Status Kesehatan
3.1.3.1 Keluhan utama :
Pasien mengeluh nyeri pada bagian luka pada persalinan pada
jahitan dengan skala nyeri 7 (berat), nyeri dirasakan setiap saat 1 menit.
3.1.3.2 Riwayat Kesehatan sekarang :
Klien mengatakan “Pada saat dirumah tanggal 11 Juni 2021 jam 07.05
nyeri perut dan keluar darah dari lubang vagina Kemudian dibawa oleh
suaminya ke rumah sakit. Pasien masih berbaring dengan mobilisasi ringan
dan masih tampak lemas pasien berada ruang persalinan, tanggal 11 Juni
2021 jam 09.00 WIB di ruang VK klien melahirkan anak laki-laki, Apgar
score: 10, BB: 3,0 kg, PB: 45 cm, LK: 34 cm, LD:31 cm, LL : 12cm. pada
tanggal 12 maret 2021 pasien mengatakan nyeri, dan tampak kemerahan
dan bengkak pada area persalinan/jahitan pasien mengatakan nyeri terasa
nyut-nyutan, nyeri akan bertambah apabila bergerak atau mengubah posisi,
nyeri berkurang jika diam tidak bergerak, pasien mengeluh nyeri saaat
bergerak, dengan P: nyeri saat bergerak, Q: nyeri terasa nyut-nyutan, R:
lokasi nyeri pada luka persalinan, S: skala nyeri 1-10 (7 nyeri berat), T:
dengan durasi 1-2 menit, Dilakukan pengkajian Tanda-tanda vital TD:
90/80mmHg, N:80x/menit, R:20x/menit, S = 38,5°C, terpasang infus NaCl
0,9 % di tangan sebelah kanan dan dilakukan tindakan rawat inap.
3.1.3.3 Riwayat Kesehatan yang lalu:
Pasien sebelumnya belum pernah mengalami persalinan, penyakit kritis
atau dirawat di RS.
3.1.3.4 Riwayat Kesehatan keluarga:
Pasien dan keluarga pasien tidak memiliki penyakit menurun (misal :
Hipertensi, DM, asma dll ).
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
Laki-laki Pasien

Perempuan ...... Tinggal Serumah

Hubungan

Meninggal

3.1.4 Riwayat obstetric dan ginekologi


3.1.4.1 Riwayat Ginekologi
1. Riwayat menstruasi Pasien mengatakan haid pertama pada usia 13
tahun,pasien mengatakan lamanya haid : 4-6 hariSiklus 28 hari banyaknya
: ± 50cc/hariSifat darah (warna, bau/gumpalan, dysmenorhoe), cair
danmerahHPHT 28 Mei 2020 Taksiran persalinan : 11 Juni 2021
2. Riwayat Perkawinan (suami dan isteri) Lamanya pernikahan:2
tahunPernikahan yang ke:1
3. Riwayat Keluarga Berencana : Klien mengatakan ingin memberi asi
ekslusif pada bayi nya
3.1.4.2 Riwayat Obstetri
1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G…P….A

No Tgl Umur Jenis Tempat/ Jenis BB Masalah Keadaan


partus hamil partus penolon kelamin anak
g ha la ni Ba
mi hi fa yi
l r s
1. 11 38 sponta Bidan Laki-laki 3,0 - - - - Baik
Juni mingg n Kg
2021 u

2. Riwayat Kehamilan sekarang :


Keluhan waktu hamil klien mengatakan mual-mual, muntah, dan tidak
nafsu makan pada trisemester I, imunisasi, imunisasi tt dilakukan tiga kali,
penambahan bb selama hamil 6 kgpemerikasaan kehamilan teratur.
Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : RSUD dr. Doris Slyvanus
Palangka Raya
3. Riwayat Persalinan sekarang :
P1 A0 Tanggal melahirkan : 11 Juni 2021, Jam : 09. 00 WIB Jenis
Persalinan spontan, Lamanya persalinan : 5 jam Penyulit Pendarahan Kala
I : 40 ml Kala II : 30 ml Kala III : 20 ml Kala IV : 20 ml Jumlah : 110 ml,
Lama Persalinan Kala I : 2 Jam-menit Kala II : 1 jam 30 menit Kala III :
jam 30 menit Kala IV : 1 jam – menit Jumlah : 5 jam- menitJenis kelamin
bayi laki-laki, dengan BB 3,0 kg, dan APGAR Score 10
3.1.4.3 Pemerikasaan Fisik
1. Ibu
Keadaan umum S: 38,5 0C, N: 80x/menit, RR: 22x/menit, TD:
90/80mmHg, BB sebelum hamil 55 kg, BB 61 kg, Tinggi Badan 155 cm,
Kesadaran Composmenthis, Turgor kurang.
- Kepala : Warna rambut hitam, keadaan bersih, ada rontok dan tidak ada
massa, benjolan dan nyeri tekan.
- Muka : Tidak ada oedema dan tidak ada cloasma gravidarum
- Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, mulut dan gigi bersih , fungsi
pengecapan baik, keadaan mulut bersih, fungsi menelan baik
- Mata : Konjunctiva pucat, sclera putih tidak ada ikterik, fungsi penglihatan
baik tidak menggunakan alat bantu apapun.
- Hidung : Tidak ada pendarahan/peradangan, fungsi penciuman baik
- Telinga : Pendengaran baik, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada distensi vena
jugularis, tidak ada pembesaran KGB
- Daerah dada : Bunyi jantung lup-dup, retraksi dada normal, tidak ada
perubahan payudara, bentuk buah dada simetris, hyperpigmentasi areola,
keadaan putting susu bersih, kolostrum/ASI sudah keluar, keadan bersih, ,
tidak ada nyeri
- Abdomen : Tinggi FU teraba setinggi umbilicus, Terdapat linea nigra,
tidak ada nyeri tekan, ada striae gravidarum, kontraksi kuat, perkusi
tympani, bising usus 5-34x/menit
- Genetalia eksternal : pasien mengeluh nyeri di daerah genetalianya terasa
nyeri nyut-nyutan bekas persalinan/ jahitan skala nyeri 7, kulit disekitar
genetalia tampak kemerahan dan agak bengkak tidak ada oedema, tidak
ada varises, tidak ada pembesaran kel bartolin, ada lochea warna merah
kecoklatan, jumlah 2 kali penggantian pembalut dalam 1 hari. Karena
selalu lembab
- Anus : Tidak ada haemoroid
- Ekstermitas atas & bawah : Ada reflex patella, tidak ada varises, tidak ada
oedema, bentuk simetris, tidak ada kram
Masalah keperawatan : Nyeri akut dan resiko infeksi
2. Bayi
Keadaan umum baik, tampak menangis, warna kulit putih kemerahan berat
bayi 3kg pb 45 cm, Lk 32 cm, Ld 30 cm, LL 12 cm, scort 10 bayi dalam
batas normal, Tanda-tanda vital : S: 38,5oC Axilla, N: 80x/menit, RR:
20x/menit, TD: 90/80mmHg.Kepala simetris tidak ada benjolan atau
kecacatan dan ubun-ubun menutup, mata simetris, selaput lender tidak
pucat, tidak ada binti-bintikDada simetris. Abdomen simetris tidak ada
kecacatan.Genetalia tampak bersih dan baik, saluran kencing lancer, testis
lengkap tidak femosis.Anusada, lubang anus terlihat normal, meconium
sudah keluar.Ekstermitas atas bawah baik tampak normal dan bentuk
simetris, jari-jari lengkap, kuku kemerahan tidak sianosis
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi

Pasien makan 3x/hariJenis makanan nasi, sayur, buah dan lauk-pauk


Makanan yang disukai: makanan yang disukai, Makanan yang tidak
disukai kambing Makanan pantang / alergi udang. Nafsu makanbaik Porsi
makan 1 porsi Minum (jumlah dan jenis) Seperti susu, air putih dan teh,
pasien minum air putih 8 gelas per hari

2) Pola Eliminasi
- Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi:1x/hari. Warna:warna kuning kecoklatan. Bau:bau khas dengan
konsistensi lunak. Konsistensi:tidak ada keluhan BAB. Masalah /
Keluhan:tidak ada
- Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi :5-6x/sehari. Warna :warna kuning jernih. Bau :bau khas
amoniak Masalah / Keluhan :tidak ada masalah.
3) Pola tidur dan istirahat
Tidur malam lebih kurang 8 jam dari jam 21:00 – 05:00 wib, tidur siang
lebih kurang 3 jam dari jam 14:00 – 16:00 wib.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan dalam pekerjaan :pasien sambil dibantu keluarga Olah raga
:Selama hamil klien berjalan-jalan disekitar rumah tiap paginyaKegiatan
pasien di waktu luang :berkumpul dengan keluarganya.
5) Personel Hygiene
Mandi 3 kali sehari pagi,siang dan sore mandi secara menyeluruh dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Keramas hanya 4 kali seminggu,
frekuensi gosok gigi 3x sehari, kuku bersih
6) Ketergatungan fisik
Tidak merokok, tidak minum minuman keras, tidak memakai obat-obatan.
3.1.4.5 Aspek Psikososial dan Spiritual
1. Pola pikir dan persepsi
- Ibu masih belum mengetahui cara memberi ASI dan memberi makanan
tambahan pada bayi
- ibu merencanakan akan memberikan ASInya pada bayinya .
- Jenis kelamin: laki-laki sesuai dengan harapan
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : suami dan nenek bayi
- ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki : mengetahui
- Apakah hamil ini diharapkan : iya
- ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya : iya merencanakan
- ibu masih belom mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat
: iya
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan
2. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : kesehatan bayi
- Harapan setelah menjalani perawatan : ingin cepat sembuh dan dapat
beraktifitas seperti biasanya
3. Konsep diri
- body image: Pasien seorang yang sakit yang perlu perawatan
- Peran: pasien adalah seorang ibu yang harus merawat dan membesarkan
anaknya
- Ideal diri: ingin cepat pulih
- Identitas diri: seorang wanita dan seorang ibu
- Harga diri: pasien tidak merasa rendah diri
4. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti orang lain
: mampu
- Bahasa utama : bahasa Indonesia, Bahasa daerah : Dayak
- Yang tinggal serumah : Suami, anak, dan Ibu
- Adat istiadat yang dianut : -
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga : Suami
- Motivasi daru suami :-
- Apakah suami perokok :Tidak
- Kesulitan dalam keluarga :-
5. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : Tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : kurang
6. Sistem nilai - kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : Tuhan Yang Maha Esa
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : penting
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi)
sebutkan : Katolik
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan : Katolik
3.1.4.6 Pemerikasaan Penunjang
Laboratorium tanggal 12 Juni 2021 pkl 20.00 wib
Hematologi Hasil Satuan Normal
Leukosit 11.600 10^3/uL 4.8  –   10.8

Eritrosit 3.36 10^6/uL 4.7  –   6.10

Hemoglobin 10.8 9/dL 12.0  –   16.0

Hematokrit 32.0 % 37.0  –   47.0

MCV 95.8 fL 79.0  –   99.0

MCH 32.1 Pg 27.0  –   31.0

MCHC 33.5 g/dL 330  –   37.0

Trombosit 287 10^3/uL 150 – 450


3.1.4.7 Terapi Obat

Nama obat Dosis Obat Rute Indikasi


Infuse RL 20tpm IV Adalah cairan infus adalah
mengatasi dehidrasi atau klien yang
kekurangan elektrolit dalam tubuh.
Amphicilin 500mg Oral Obat antibiotic untuk memgatasi
berbagai jenis bakteri
3x1 tab
Ferrous sulfate 3x1 tab Oral Mencegah kekurangan kadar zat
besi
Antalgin 500mg Oral Meredakan nyeri dan peradangan
3x1 tab
Inj. Vitamin K 3x1 IV Membantu proses pembekuan
darah
Inj. Vitamin C 3x1 IV Meningkatkan daya tahan tubuh,
memperbaiki jaringan tubuh yang
rusak

Palangka Raya, 11 Juni 2021


Mahasiswa

Trisia Vironika

ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
1) DS: Luka terbuka Nyeri Akut
- pasien mengatakan nyeri
pada luka persalinan/
jahitan, pasien vulvitis
mengatakan nyeri hilang
timbul setiap 1 menit,
terutama saat bergerak, infeksi pada bekas
nyeri terasa nyut-nyutan sayatan episiotomi
dan perih.
DO:
- tampak meringis dan jaringan sekitar
kesakitan membengkak dan merah
- tampak tidak bebas saat
bergerak
- skala nyeri 7 (berat) Korteks cerebri
- TTV
TD: 90/80 mmHg.
S : 38,5oC Saraf efferent
N : 110 x/menit
RR : 22 x/menit
Nyeri Akut

DS: pasien mengatakan Luka terbuka Resiko Infeksi


mengganti pembalut 3x
sehari
DO: Pembengkakan luka
- luka persalinan persalinan
- Tampak lemas
- Jumlah jahitan luka
seabanyak 7 Terpapar
- Lochea rubra ± 50 cc mikroorganisme
- Terdapat luka ruptur
perineum derajat 2
dengan jahitan jelujur Invasi mikroorganisme
- kulit disekitar genetalia ke dalam luka
tampak kemerahan dan
agak bengkak, tidak ada
oedema Resiko infeksi
- Jumlah
- Leukosit: 11.600/uL
- TTV
TD: 90/80 mmHg.
S : 38,5oC
N : 110 x/menit
RR : 22 x/menit

DS: pasien mengatakan servisitis Hipertermia


mengigil
DO:
- Kulit teraba panas luka meluas ke dasar
- Kulit merah ligamentum
- Takikardi
- TTV penyebaran infeksi ke
TD: 90/80 mmHg. parametrium
S : 38,5oC
N : 110 x/menit demam
RR : 22 x/menit

DS: Kurang terpapar Deficit Pengetahuan


- Klien mengatakan informasi
belum mengetahui
tentang cara
pemberian ASI pada Ketidaktahuan
bayinya menemukan sumber
DO: informasi
- tampak kebingungan
- tampak banyak bertanya
tampak banyak Defisit pengetahuan
menggeleng saat
ditanya
- tampak tidak mengerti
saat ditanya
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologisd.d ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri pada luka persalinan/ jahitan, pasien
mengatakan nyeri hilang timbul setiap 1 menit, terutama saat bergerak,
nyeri terasa seperti nyut-nyutan, tampak meringis dan kesakitan, tampak
tidak bebas saat bergerak, tampak lemas dan pucat, skala nyeri 7 (berat)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap patogen
(trauma persalinan, jalan lahir,dan infeksi nosokomial ditandai dengan
pasien mengatakan mengganti pembalut 3x sehari, Tampak berbaring,
luka persalinan, Tampak lemas , Lochea rubra, Leukosit: 7.800 mm 3,
TTV TD: 110/70 mmHg, S : 38oC, N : 92 x/menit, RR : 22 x/menit
3. Hipertermia berhubungan dengan infeksi post partum ditandai dengan
klien mengatakan dirinya mengigil, kulit teraba panas, wajah tampak
pucat,tampak berbarig, TTV : TD :90/80 mmHg, S : 38,5oC, N : 110
x/menit, RR : 22 x/menit
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi ditandai dengan
pasien mengatakan belum mengetahui tentang cara pemberian ASI
kepadaa bayinya, kebingungan, tampak banyak bertanya, tampak
banyak menggeleng saat ditanya, tampak tidak mengerti saat ditanya.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : -

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Nyeri akut setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui jenis luka
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam karakteristik, durasi, frekuensi, atau nyeri yang timbul
agen injuri biologis diharapkan nyeri klien kualitas, intensitas nyeri 2. Untuk mengetahui nyeri yang
d.d mengeluh nyeri berkurang. 2. Identifikasi skala nyeri dirasakan klien
pada luka persalinan, Kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang 3. Untuk meminimalisir nyeri
tampak meringis dan 1. Keluhan nyeri menurun (5) memperberat dan memperingan 4. Untuk mengetahui tingkat
kesakitan, , skala nyeri 2. Meringis menurun (5) nyeri Pemahaman klien tentang
7 (berat), TD: 110/70 3. Gelisah menurun (5) 4. Identifikasi respon nyeri non nyeri
mmHg, S: 39,5oC, N : 4. Kesulitan tidur menurun (5) verbal 5. Untuk menambah
92 x/menit, RR : 22 5. Proses fikir membaik (5) 5. Jelaskan penyebab, periode, pengetahuan dan pemahaman
x/menit 6. Perasaan takut mengalami dan pemicu nyeri klien tentang nyeri
cedera berulang (5) 6. Berikan tehnik 6. Untuk mengalihkan rasa sakit
7. Pola tidur membaik (5) nonfarmakologis untuk dan nyeri klien
mengurangi rasa nyeri 7. Untuk mengurangi rasa nyeri
7. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : ruang bedah

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2. Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan gejala
berhubungan dengan keperawatan selama 1x7 jam infeksi lokal dan sistemik terjadinya infeksi
pemajanan terhadap diharapkan tingkat infeksi klien 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Agar tidak mengganggu
patogen (trauma menurun. 3. Berikan perawatan kulit pada istirahat klien
persalinan, jalan lahir,dan Kriteria hasil ; area edema 3. Mengurangi oedema area luka
infeksi nosokomial d.d 1. Demam menurun (5) 4. Pertahankan tehnik aseptik klien
pasien mengatakan 2. Kemerahan menurun (5) pada pasien 4. Meminimalkan resiko infeksi
mengganti pembalut 3x 3. Nyeri menurun (5) 5. Jelaskan tanda dan gejala pada luka
sehari, Terdapat luka dan 4. Bengkak menurun (5) infeksi 5. Agar klien mengetahui tanda
pembengkakan pada jalan 5. Kultur area luka membaik 6. Cuci tangan sebelum dan dan gejala infeksi
persalinan, TD: 110/70 (5) sesudah kontak 6. Untuk menghindari kuman dan
mmHg, S: 35,5oC, N : 92 7. Anjurkan meningkatkan asupan bakteri menempel ditangan
x/menit, RR : 22 x/menit, cairan 7. Agar tidak mengalami
Leukosit: 12.000/mcL 8. Kolaborasi pemberian dehidrasi
imunisasi, jika perlu 8. Bekerja sama dalam pemberian
imunisasi
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : -

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


3. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1. Indentifikasi penyebab 1. menentukan pilihan
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam pada klien hipertermia intervensi selanjutnya
infeksi post partum menunjukan suhu tubuh kembali 2. Monitor suhu tubuh 2. mengetahui perubahan suhu
ditandai dengan klien normal, dengan kriteria hasil: 3. Monitor kadar elektrolit tubuh klien
mengatakan dirinya 1. Menggigil menurun skor 4. Sediakan lingkungan yang 3. untuk mengetahui elektrolit
mengigil, kulit teraba 2. Pucat menurun skor 5 dingin sebagai indikator keadaan
panas, wajah tampak 3. Suhu tubuh membaik skor 5 5. Longgarkan atau lepaskan status cairan klien
pucat,tampak 4. Suhu kulit membaik skor 5 pakaian 4. untuk mempertahankan suhu
berbarig, TTV : TD : 6. Basahi dan kipasi permukaan mendekati normal
90/80 mmHg, S : tubuh 5. Untuk mempermudah
38,5oC, N : 110 7. Lakukan pendinginan penguapan panas
x/menit, RR : 22 ekstrernal (kompres dingin 6. membatu mempercepat
x/menit pada dahi) penurunan panas
8. Anjurkan tirah baring 7. untuk mengurangi suhu
9. Kolaborasi pemberian cairan tubuh klien
elektrolit intravena 8. meningkatkan kenyamanan
klien
9. untuk mengatasi kehilangan
cairan tubuh
Nama Pasien : Ny. S
Ruang Rawat : -

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Mengetahui kesiapan
b.d kurang terpapar
keperawatan selama 1 x 7 jam kemampuan menerima klien
informasi ditandai
dengan pasien diharapkan pengetahuan klien informasi 2. Membantu pemahaman
mengatakan belum
akan penyakitnya bertambah 2. Sediakan materi dan media klien
mengetahui tentang
penyakitnya, tampak Kriteria Hasil : pendidikan kesehatan 3. Agar klien mengetahui
kebingungan, tampak
1. Klien mampu memahami 3. Jadwalkan pendidikan dan dapat menyiapkan
banyak bertanya,
tampak banyak penyakit yang dideritanya kesehatan sesuai kesepakatan diri untuk pendidikan
menggeleng saat
sekarang 4. Berikan kesempatan untuk kesehatan
ditanya, tampak tidak
mengerti saat ditanya 2. Klien tidak lagi kebingungan bertanya 4. Membantu klien
tentang penyakit.
5. Jelaskan faktor risiko yang mendapatkan informasi
dapat mempengaruhi 5. Agar klien mengetahui
kesehatan cara mencegah
datangnnya penyakit
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanda tangan
Hari / Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa, 13 Juni Diagnosa 1 S: Klien mengatakan nyeri mulai (Trisia Vironika)
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, berkurang
2021
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri O:
Pukul, 09:30 2. Mengidentifikasi skala nyeri - Skala nyeri 3
WIB 3. mengidentifikasi faktor yang memperberat dan - keluhan nyeri klien menurun
memperingan nyeri - klien tampak tidak gelisah
4. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - klien tampak tidak meringis
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri - pola tidur membaik
6. Memberikan tehnik nonfarmakologis untuk - Klien diberikan nonfarmokologis
mengurangi rasa nyeri (sebutkan tehniknya) berupa terapi musik
7. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik A: Masalah belum teratasi
Naproxen P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4
Tanda tangan
Hari / Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Selasa, 13 Juni Diagnosa 2 S: klien mengatakan kwatir karena Trisia Vironika
1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan masih ada luka
2021
sistemik O:
Pukul, 09:30 2. Membatasi jumlah pengunjung - Klien menjaga kebersihan
WIB 3. memberikan perawatan kulit pada area edema badannya
4. Mempertahankan tehnik aseptik pada pasien - Kemerahan sekitar luka menurun
5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Bengkak sekitar luka menurun
6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Kultur sekitar area luka membaik
7. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan - Cuci tangan dilakukan sebelum dan
8. Berkolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu sesudah betemu dengan pasien
- Klien mulai memahami tanda dan
gejala infeksi
- Jumlah yang bisa berkunjung 1-2
orang
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1, 3, 4, 8
Hari, Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan perawat
Selasa, 13 Juni 2021 Diagnosa 3 S: pasien mengatakan sudah tidak
1. Mengidentifikasi penyebab
Pukul, 10:30 WIB menggigil
hipertermia
2. Memonitor suhu tubuh O:
3. Memonitor kadar elektrolit
- klien tampak diberikan kompres
4. Menyediakan lingkungan
yang dingin pada dahinya
5. Melonggarkan atau lepaskan
- klien berbaring dengan nyaman
pakaian
6. Membasahi dan kipasi -klien tampak pucat (Trisia Vironika)
permukaan tubuh
- Suhu klien
7. Melakukan pendinginan
ekstrernal (kompres dingin - S: 37 ,8oC
pada dahi) A: Masalah teratasi sebagian
8. Menganjurkan tirah baring P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
9. Berkolaborasi pemberian
cairan elektrolit intravena
Hari / Tanggal Jam Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Selasa, 13 Juni 2021
Pukul, 11 : 30 WIB Diagnosa 4 S: pasien mengatakan sudah
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan mulai memahami tentang
menerima informasi cara pemberian ASI
2. Menyediakan materi dan media pendidikan O:
kesehatan - P Trisia Vironika
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai asien tampak mengikuti
kesepakatan pendidikan kesehatan
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya - Ja
5. Mejelaskan faktor risiko yang dapat dwal sudah disepakati
mempengaruhi kesehatan bersama
- P
asien mengikuti ajaran
yang telah diberikan
- p
asien tampak tidak
kebingungan lagi saat
ditanya tentang cara
pemberian ASI
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 0C atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama
(Vivian, 2011).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada
saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah
sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah
dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan. Morbiditas post partum yang
umum dilaporkan adalah infeksi vagina mengakibatkan infeksi uterus yang
dapat menyebabkan komplikasi lain atau menjadi ancaman bagi
kehidupan ibu. Morbiditas post partum belum diakui karena sejumlah
faktor termasuk pembatasan budaya, pendidikan, sosial-ekonomi dan
kurangnya akses terhadap layanan kesehatan (Saifudin, 2006).
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan hendaknya dengan hati-hati, cermat dan teliti
serta selalu menjaga kesterilan alat, maka akan mempercepat proses
penyembuhan. Perawat perlu mengetahui tanda gejala, perawat harus mampu
mengetahui kondisi pasien secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan
bermanfaat untuk kemampuan fungsional pasien, perawat harus mampu
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk mendukung adanya
proses keperawatan serta dalam pemberian asuhank eperawatan diperlukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga tentang penyakit, penyebab,
pencegahan, dan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Diana. 2010. Makanan Pendamping ASI Tips Kenalkan Rasa dan
Tekstur Makanan Baru untuk anak usia 6-12 bulan plus 25 resep praktis. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama
Derni, Meidya; Orin, 2007.Serba-serbi Menyusui.Jakarta : Warm Publishing.
Hayati, Aslis Wirda. 2009. Buku SakuGizi Bayi. Jakarta : EGC
Khamzah, Siti Nur. 2012. Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui.
Yogyakarta : FlashBooks.
Prabantini, Dwi. 2010. A-Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta : ANDI
Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press :
Yogyakarta.
Proverawati, Atikah; Eni Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Syarifah, Rosita. 2008. Asi Untuk Kecerdasan Bayi. Jogjakarta : Ayyana.
Soetjiningsih, 1997.ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesaehatan.Jakarta : EGC.
Yuliasti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI makanan Terbaik untuk Kesehatan,
Kecerdasan, dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta : ANDI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN ASI EKSLUSIF PADA NY. S

Di susun oleh:

Nama : Trisia Vironika


NIM : 2018.C.10a.0990

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRORAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2020/2021
LAMPIRAN
SATUAN
RENCANA KEGIATAN

SAP NYERI
Topik
Pendidikan Kesehatan Tentang Asi Ekslusif
Sasaran :
Pasien dan Keluarga
Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga memahami dan
mampu menjelaskan tentang Asi Ekslusif.
Tujuan Instruksi Khusus:
1. Menyebutkan pengertian Asi Ekslusif
2. Menyebutkan manfaat Asi Ekslusif
3. Menyebutkan kapan pemberian Asi Ekslusif
4. Mendemontrasikan cara-cara pemberian Asi Ekslusif
Metode
a. Ceramah dan Tanya Jawab
Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi manajemen nyeri.
.3.1 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Selasa, 13 Juni 2021
2. Pukul : 12:30 s/d
3. Alokasi : 30 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : 5 Menit  Menjawab salam
 Memberi salam dan  Mendengarkan
memperkenalkan diri  Menjawab
 Menjelaskan maksud dan pertanyaan
tujuan penyuluhan
 Melakukan evaluasi
vadilasi

2 Penyajian : 15 Menit  Mendengarkan


 Menyebutkan pengertian dengan seksama
Asi Ekslusif  Mengajukan
 Menyebutkan manfaat Asi pertanyaan
Ekslusif
 Menyebutkan kapan
pemberian Asi Ekslusif
 Mendemontrasikan cara-
cara pemberian Asi Ekslusif

3 Evaluasi : 5 Menit  Menjawab


 Memberikan pertanyaan  mendemontrasi
akhir dan evaluasi
4 Terminasi : 5 Menit  mendengarkan
 menyimpulkan bersama-  menjawab salam
sama hasil kegiatan
penyuluhan
 menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam

.3.2 Tugas Pengorganisasian


1) Moderator : Trisia Vironika
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat,diskusi) yang menjadi pengarahan pada acara pembicara atau
pendiskusi masalah
Tugas:
1. Membuka acara penyuluhan.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalan diskusi
2) Penyaji : Trisia Vironika
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator : Trisia Vironika
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami
tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai
tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Trisia Vironika
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu
peralatan kepada audience.
Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Trisia Vironika
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Trisia Vironika
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis
oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan
mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan
.3.3 Denah Pelaksanaan

Kerangan :
: Penyaji : Pasien

: Fasilitator : Moderator
: Simolator : Dokumentator
: Keluarga Pasien

Anda mungkin juga menyukai