Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG HAJI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5
SURIATIN JUHAENIQ

SUSAN ANDRIANI

THESYA EKA SAVITRI NURDIN

USWATUNNISA

VINA HIMATUL ULIA

VIVI FEBRIANTY

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-NYA yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NYA kepada penulis sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah FIQIH IBADAH mengenai “IBADAH HAJI” ini
dengan lancar, shalawat serta salam kami panjatkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan. Makalah yang
berjudu “HAJI” disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah
FIQIH IBADAH jurusan S1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Mataram.

Adapun makalah FIQIH IBADAH ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
penyusunan makalah. Dengan ini kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan semata hanya milik ALLAH SWT,
untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami nantikan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Syarat Haji……..………………………...........................................................

B. Rukun Haji………………...................................................................................

C. Wajib Haji………………………………………………………………………

D. Yang membatalkan Haji………………………………………………………..

E. Hikmah Haji…………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….

B. Saran……………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia,


mensucikan jiwa manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa
nafsu. Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai
kehendak Allah, insya Allah akan menjadi orang yang beruntung. Ibadah
dalam agama Islam banyak macamnya. Haji dan umroh adalah salah
satunya. Haji merupakan rukun iman yang kelima setelah syahadat,
sholat, zakat, dan puasa. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena
tidak hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam
mengerjakannya, namun juga semangat dan harta. Dalam mengerjakan
haji, diperlukan penempuhan jarak yang demikian jauh untuk mencapai
Baitullah, dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan,
berpisah dengan sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk
mencapai kepuasan batin dan kenikmatan rohani. Untuk memperdalam
pengetahuan kita, kami mencoba memberi penjelasan secara singkat
mengenai pengertian haji dan umrah, dasar hukum perintah haji dan
umrah, syarat, rukun dan wajib haji dan umrah serta hal-hal yang dapat
membatalkan haji dan umrah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Saja Rukun Melakukan Haji?


2. Apa saja hukum hukum Haji?

3. Apa Syarat dalam Melakukan Haji?

4. Apa Saja Wajib Haji?

5. Apa saja Sunnah Sunnah dalam berhaji?

6. Apa Saja Yang membatalkan atau larangan dalam berHaji?

7. Apa saja Hikmah dari Haji?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Rukun Haji
Rukun haji adalah kegiatan-kegiatan yang apabila tidak dikerjakan,
maka hajinya dianggap batal. Berbeda dengan wajib Haji, wajib Haji
adalah suatu perbuatan yang perlu dikerjakan, namun wajib Haji ini
tidak menentukan sah nya suatu ibadah haji, apabila wajib haji tidak
dikerjakan maka wajib digantinya dengan dam (denda). Rukun haji ada
enam, yaitu:
a. Ihram (Berniat)
Ihram adalah berniat mengerjakan Haji atau Umrah bahkan keduanya
sekaligus, Ihram wajib dimulai miqatnya, baik miqat zamani maupun
miqat makani. Sunnah sebelum memulai ihram diantarnya adalah mandi,
menggunakan wewangian pada tubuh dan rambut, mencukur kumis dan
memotong kuku. Untuk pakaian ihram bagi laki-laki dan perempuan
berbeda, untuk laki-laki berupa pakaian yang tidak dijahit dan tidak
bertutup kepala, sedangkan perempuan seperti halnya shalat (tertutup
semua kecuali muka dan telapak tangan).
b. Wukuf (Hadir) di Arafah
Waktu wukuf adalah tanggal 9 dzulhijjah pada waktu dzuhur, setiap
seorang yang Haji wajib baginya untuk berada di padang Arafah pada
waktu tersebut. Wukuf adalah rukun penting dalam Haji, jika wukuf
tidak dilaksanakan dengan alasan apapun, maka Hajinya dinyatakan
tidak sah dan harus diulang pada waktu berikutnya. Pada waktu wukuf
disunnah-kan untuk memperbanyak istighfar, zikir, dan doa untuk
kepentingan diri sendiri maupun orang banyak, dengan mengangkat
kedua tangan dan menghadap kiblat.
c. Tawaf Ifadah
Tawaf ifadah adalah mengelilingi Kakbah sebanyak 7 kali dengan
syarat: suci dari hadas dan najis baik badan maupun pakaian, menutup
aurat, kakbah berada di sebelah kiri orang yang mengelilinginya,
memulai tawaf dari arah hajar aswad (batu hitam) yang terletak di salah
satu pojok di luar Kakbah.
Macam-macam tawaf itu sendiri ada lima macam yaitu:
1) Tawaf qudum adalah tawaf yang dilakukan ketika baru sampai di
Mekah.
2) Tawaf ifadah adalah tawaf yang menjadi rukun haji.
3) Tawaf sunah adalah tawaf yang dilakukan semata-mata mencari rida
Allah.
4) Tawaf nazar adalah tawaf yang dilakukan untuk memenuhi nazar.
5) Tawaf wada adalah tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan kota
Mekah
d. Sa’i
Sa’i adalah lari-lari kecil atau jalan cepat antara Safa dan Marwa
(keterangan lihat QS Al Baqarah: 158).
Syarat-syarat sa’i adalah sebagai berikut.
1) Dimulai dari bukit Safa dan berakhir di bukit Marwa.
2) Dilakukan sebanyak tujuh kali.
3) Melakukan sa’i setelah tawaf qudum.
e. Tahalul
Tahalul adalah mencukur atau menggunting rambut sedikitnya tiga helai.
Pihak yang menga-takan bercukur sebagai rukun haji beralasan karena
tidak dapat diganti dengan penyem-belihan.
f. Tertib.
Tertib maksudnya menjalankan rukun haji secara berurutan
B. Hukum Haji
Hukum melaksanakan haji adalah wajib bagi setiap muslim yang
mampu, sesuai dengan firman Allah dalam Surah Ali Imran Ayat 97.
Ibadah haji, fardhu adalah sesuatu yang apabila tidak dikerjakan sesuai
ketentuannya, maka ibadah haji tidak sah; seperti tidak melakukan
wukuf di ‘Arafah. Wajib dalam ibadah haji atau umrah adalah sesuatu
yang jika diabaikan secara keseluruhan, atau tidak memenuhi sya-ratnya
maka haji atau umrah tetap sah, tetapi orang yang bersangkutan harus
melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan. Misalnya, kewa-jiban
melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti dengan
membayar dam (denda). Sesuatu yang sunnah bila dilakukan, atau
sesuatu yang makruh, jika ditinggalkan dapat mendukung kesempurnaan
ibadah haji dan umrah. Sedang sesuatu yang mubah, tidak berdampak
apa pun terhadap ibadah.
C. Syarat-Syarat wajib Haji
Syarat-Syarat Haji Yang dimaksud mampu sebagai salah satu syarat
haji adalah sebagai berikut.
1. Beribadah Sehat. Orang sakit atau lemah fisiknya dapat mewakilkan
kepada orang lain jika ia mampu membiayainya.
2. Ada kendaraan yang dapat mengantar ulang dan pergi ke Mekah bagi
orang yang di luar mekah.
3. Aman dalam perjalanan. Artinya, jiwa dan hartanya terjamin
keselamatannya.
4. Memiliki bekal yang cukup. Artinya, harta yang dimiliki cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup selama mengerjakan haji, termasuk juga
cukup untuk menjamin kebutuhan keluarga yang ditinggalkannya.
5. Bagi perempuan harus dengan suaminya atau diserta mahram atau
dengan perempuan lain yang ada mahramnya.
Orang-orang yang wajib menjalankan haji itu hanyalah yang memenuhi
syarat-syarat yaitu: Islam (beragama Islam merupa-kan syarat mutlak
bagi orang yang akan melaksanakan ibadah haji . Karena itu orang-orang
kafir tidak mempunyai kewa-jiban haji . Demikian pula orang yang
murtad), berakal (yaitu wajib bagi orang yang bisa membedakan yang
mana kebaikan dan yang mana keburukan), balig (bagi laki-laki yaitu
sudah pernah berimpi basah atau umur lebih 15 tahun dan bagi
perempuan sudah keluar darah haid. Anak kecil tidak wajib haji dan
umrah. Sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad s.a.w. “Kalam
dibebaskan dari mencatat atas anak kecil sampai ia menjadi baligh,
orang tidur sampai ia bangun, dan orang yang gila sampai ia sembuh”),
merdeka (yaitu tidak menjadi budak orang lain. Budak tidak wajib
melakukan ibadah haji karena ia bertugas melakukan kewajiban yang
dibebankan oleh tuannya. Padahal menunaikan ibadah haji memerlukan
waktu. Disamping itu budak itu termasuk orang yang tidak mampu dari
segi biaya, waktu dan lain-lain), mampu atau kuasa (artinya yaitu
mampu dalam perjalanan, mampu harta, dan mampu badan atau sehat
jasmani dan rohani

D. Wajib Haji
Amalan dalam ibadah Haji yang wajib dikerjakan disebut wajib Haji.
Wajib Haji tidak menentukan sahnya ibadah haji. Jika tidak dikerjakan
Haji tetap sah, namun dikenakan dam (denda). Berikut adalah beberapa
wajib haji, yaitu:
a. Ihram dari Miqat
Miqat adalah tempat dan waktu yang disediakan untuk melaksanakan
ibadah Haji. Ihram dari Miqat bermaksud niat Haji ataupun niat Umrah
dari miqat, baik miqat zamani maupun miqat makani. Miqat makani
adalah tempat awal melaksanakan ihram bagi yang akan Haji dan
Umrah.
b. Bermalam di Muzdalifah
Dilakukan sesudah wukuf di Arafah (sesudah terbenamnya matahari)
pada tanggal 9 dzulhijjah. Di Muzdalifah melaksanakan sholat Maghrib
dan Isya’ melakukan jamak dan qasar karena suatu perjalanan jauh. Di
Muzdalifah inilah kita dapat mengambil kerikil-kerikil untuk
melaksanakan Wajib Haji selanjutnya (melempar Jumrah) kita bisa
mengambil sebanyak 49 atau 70 butir kerikil.
c. Melempar Jumrah ‘aqabah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina dilaksanakannya melempar jumrah
sebanyak tujuh butir kerikil sebanyak tujuh kali lemparan. Waktu paling
utama untuk melempar jumrah ini yaitu waktu Dhuha, setelah
melakukan ini kemudian melaksanakan tahalul pertama (mencukur atau
memotong rambut).
d. Melempar Jumrah ula, wustha, dan ‘aqabah Melempar ketiga jumrah
ini dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah diuatamakan
sesudah tergelincirnya matahari. Dalam hal ini ada yang melaksanakan
hanya pada tanggal 11 dan 12 saja kemudian ia kembali ke Mekkah,
inilah yang disebut dengan nafar awal. Selain nafar awal ada juga yang
dissebut nafar sani, yaitu orang yang baru datang pada tangal 13
Dzulhijjah nya, orang-orang ini diharuskan melempar jumrah tiga
sekaligus, yang masing-masing tujuh kali lemparan.
e. Bermalam di Mina
Pada tanggal 11-1 Dzulhijjah ini lah yang diwajibkan bermalam di Mina.
bagi yang nafar awal diperbolehkan hanya bermalam pada tanggal 11-12
saja.
f. Thawaf wada’
Sama dengan Thawaf sebelumnya, Thawaf wada’ dilakukan disaat akan
meninggalkan Baitullah Makkah. g. Menjauhkan diri dari hal yang di
haramkan pada saat ihram. Menghindari dari berbagai larangan yang
sudah ditentukan karena orang-orang yang melanggar aturan ini akan
dikenakan dam atau denda.
E. Sunnah Sunnah Haji
Cukup banyak sunnah-sunnah haji. Diantara berikut ini adalah sunnah-
sunnah yang berhubungan dengan ihram, thawaf, sa’i, dan wukuf, yaitu:
1. Mandi sebelum ihram
2. Menggunakan kain ihram yang baru
3. Memperbanyak talbiyah
4. Melakukan thawaf qudum (kedatangan)
5. Shalat dua rakaat thawaf
6. Bermalam di Mina 7
. Mengambil pola ifrad, yaitu pola mendahulukan Haji daripada Umrah
8. Thawaf wada’ (perpisahan)
F. Yang Dapat Membatalkan Haji
Pada dasarnya yang mebatalkan haji itu adalah apabila rukun-rukun haji
yang ditetapkan itu ditinggalkan, termasuk semua perbuatan yang dapat
merusak kesahihan rukun-rukun yang dimaksud. Ia diwajibkan ber-
tahalul dan membayar dam yaitu menyembelih seekor kambing dan
wajib mengulangi hajinya pada tahun berikutnya.
Selain meninggalkan rukun, haji menjadi batal karena suami istri
melanggar larangan bersetubuh. Bagi suami istri ini diwajibkan
membayar kafart sebagai berikut:
1. Menyembelih seekor unta atau sapi.
2. Menyelesaikan haji yang batal itu. 1 DR.
3. Mengulangi haji pada tahun berikutnya.
Apabila seseorang telah ber-ihram haji/umrah, lalu pelaksanaan hajinya
tidak dapat disempurnakan karena sakit atau lain hal yang diluar
kemampuannya, maka haji atau umrahnya menjadi batal. Ia wajib
membayar dam di tempat terjadinya hal yang menghalanginya untuk
menyempurnakan hajinya berupa menyembelih seekor kambing dan
kemudian bertahalul.
Macam-macam dam (denda)
a. Menyembelih seekor kambing, yang sah untuk qurban untuk
disedekahkan kepada fakir miskin. Kalau tidak bisa, boleh diganti
dengan puasa 10 hari (3 hari dikerjakan waktu haji dan yang 7 hari bisa
dilakukan di kampungnya setelah pulang). Denda ini di berikan kepada
yang :
1) Mengerjakan haji secara Tamattu.
2) Mengerjakan haji secara Qiran
3) Mulai ihram tidak dari Miqaat.
4) Tidak bermalam di Muzdalifah
5) Tidak bermalam di Mina
6) Tidak melempar jumrah.
b. Menyembalih kambing untuk disedekahkan, atau puasa 3 hari atau
memberi makan 3 sha‟ (kira-kira sebanyak 7 kg) kepada 6 orang miskin.
Denda ini diberikan kepada seseorang yang melakukan salah satu hal-hal
di dalam ihram yaitu:
1) Memakai pakaian yang berjahit menyarung,bagi laki-laki saja
2) Memotong kuku
3) Bercukur atau memotong rambut atau bulu badan
4) Memakai minyak harum pada pakaian ataupun badan
5) Bersentuh dengan perempuan dengan Syahwat.
6) Bersetubuh sesudah Tahallul-Awwal
c. Menyembelih seekor unta kalau tidak sanggup wajib menyembelih
seekor sapi kalau tidak mungkin dapat diganti menyembelih 7 ekor
kambing kalau tidak bisa harga seekor unta ditaksir harganya sebanyak
harganya dibelikan makanan untuk disedekahkan kepada fakir miskin
kalaupun tidak sanggup maka wajiblah diganti dengan puasa untuk tiap-
tiap 1 mud makanan harga unta itu dengan puasa 1 hari. Denda ini di
jatuhkan kepada orang yang bersetubuh sebelum Tahallul-Awal.
d. Barang siapa yang membunuh hewan buruan di tanah haram maka
wajib membayar dam sebagai berikut:
1) Menyembelih hewan yang serupa atau hampir sama dengan binatang
yang terbunuh
2) Kalau itu tidak mungkin wajib bersedekah makanan sebanyak harga
binatang tersebut, kalaupun tidak bisa boleh diganti dengan puasa,
dengan perhitungan 1 mud 1 hari. Jumhur ulama berpendapat , tidak ada
yang dikecualikan dari hewanhewan tersebut kecuali hewan yang
disebutkan pada hadits shahih dalam ashShahiihain dari jalan az-Zuhri
dari „Urwah dari „Aisyah, Ummul Mukminin bahwa Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Ada lima binatang jahat yang
boleh dibunuh baik di tanah halal maupun tanah haram : burung gagak,
burung elang, kalajengking, tikus dan anjing galak.‟” Berkata az-Zuhri,
ayat al-Qur-an menunjukkan kewajiban membayar denda bagi orang
yang sengaja membunuh dan Sunnah mewajibkan denda bagi orang
yang tidak sengaja. Makna perkataan ini, bahwa ayat al-Qur-an
menunjukkan kewajiban membayar den-da bagi orang yang membunuh
dengan sengaja dan orang tersebut berdosa. e. Barang siapa yang
memotong kayu di tanah haram maka dendanya adalah:
1) Bagi kayu besar dendanya seekor unta atau sapi.
2) Bagi kayu kecil dendanya seekor kambing.
3) Bagi yang terhalang di jalan, sehingga tidak dapat meneruskan
pekerjaan haji atau umrah, maka boleh tahallul dengan menyembelih
seekor kambing di tempat itu, kemudian bercukur atau memotong
rambut dengan niat tahallul. Tempat membayar denda
1) Denda yang berupa menyembelih binatang dan memberi makan,
dibayarkan di tanah haram.
2) Denda yang berupa puasa dibayarkan dimana saja kecuali yang telah
ditentukan harus dilakukan di waktu haji.
3) Denda yang berupa menyembelih binatang karena terhalang
dibayarkan di tempat ia terhalang.
H. Hikmah Haji
Para ahli telah banyak mnegungkap tentang hikmah haji ini dalam
berbagai tinjauan. Dari sekian banyak hiKmah haji yang dirumuskan
oleh para ahli tersebut, jika ditarik secara garis besar maka dapat
disimpulkan kepada dua macam:
hikmah yang berkaitan dengan keagamaan dan hikmah yang berkaitan
dengan social kemasyarkatan. Adapun hikmah haji yang berkaitan
dengan keagamaan ialah sebagai berikut:
1. Menghapus dosa-dosa kecil dan menyucikan jiwa orang yang
melakukannya, sebagaimana di terangkan oleh Nabi SAW dalam
hadistnya: Dari Abi Hurairah, sesungguhnya Nabi SAW
bersabda:”Siapa yang melakukan haji, tidak melakukan rifas dan tidak
berbuat fasik, ia kembali sebagaimana pada ketika ia dilahirkan oleh
ibunya.”(HR Bukhari dan Muslim)
2. Mendorong seseorang untuk menegaskan kembalipengakuannya atas
keesaan Allah SWT serta penolakan terhadap segala macam bentuk
kemusyrikan, baik berupa patung-patung , bintang, bulan, matahari, serta
segala sesuatu selain Allah SWT. Hal ini karena haji merupakan kilas
balik atau penampaakan kembali peristiwa penemuan keesaan Tuhan
oleh Nabi Ibrahim as.
3. Mendorong seseorang memperkuat keyakinan tentang adanya
neracakeadilan Tuhan dalam kehidupan di dunia ini, dan puncak dari
keadilan Tuhan itu akan diperoleh pada hari kebangkitan kelak.
4. Mengantarkan seseorang menjadi hamba yang selalu mensyukuri
nikmatnikmat Allah, baik berupa harta dan kesehatan, dan
menambahkan semangat ibadah dalam jiwanya. Al-Kasani dalam
kitabnya al-Badai‟mengatakan bahwa ibadah haji merukan aplikasi dari
sifat kehambaan dan kesyukuran atas nikmat Allah SWT, karena dalam
pelaksanaan haji seseorang menundukkan diri bahkan menghinakan diri
di hadapan Allah SWT yang disembah. Semua kesombongan,
keangkuhan, kekayaan, kekuatan, kekuasaan, dan sebagainya hilang
seperti halnya seorang hamba sahaya dihadapan tuannya. Dari segi
sosial kemasyarakatan hikmah ibadah haji antara lain ialah:
1. Ketika memulai ibadah haji dengan ihram di miqat, pakaian biasa
ditanggalkan dan memakai pakaian seragam ihram. Pakaian yang
berfungsi sebagai lambang pembedaan anatara setatus social, di miqat,
tempat ibadah haji dimulai, pembedaan itu harus dihilangkan sehingga
semua menjadi satu kesatuan dan persamaan.
2. Ibadah haji dapat membawa orang-orang yang berbeda suku, bangsa,
warna kulit menjadi saling mengenal atara satu sama lain. Ketika itu
terjadilah pertukaran pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan
Negara masingmasing baik yang berhubungan dengan pendidikan,
ekonomi, maupun kebudayaan.
3. Mempererat tali ukhuwah islamiyah antara umat islam dari berbagai
penjuru dunia.
4. Mendorong seseorang untuk menjadi lebih giat dan bersemangat
berusaha untk mencari bekal yang dapat mengantarnya ke Mekkah untuk
haji. Semangat bekerja tersebut dapat pula memperbaiki keadaan
ekonominya yang pada gilirannya bermanfaat untuk orang fakir dan
miskin.
5. Ibadah haji merupakan ibadah badaniyah yang memerlukan
ketangguhan fisik dan ketahanan mental. Hal ini menunjukkan bahwa
ibadah hajidapat memperkuat kesabaran dan ketahan fisik seseorang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah
SWT sesuai dengan syari‟at yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW,
beribadah banyak macamnya. Adapun yang menjadi tolak ukur seorang
hamba di dalam ibadahnya yaitu dengan melaksanakan shalat, dan
sebagai penyempurna rukun Islam kita yaitu ibadah haji. Ada beberapa
kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari pembahasan ini, yakni :
1. Shalat dan ibadah haji termasuk rukun Islam dan perintah Allah, yang
wajib kita laksanakan apabila kita mampu “Ibadah Haji”.
2. Dengan meksanakan ibadah haji kita bisa bertemu dengan umat islam
yang lain dari seluruh dunia dan bisa mempererat tali ukhuwah
Islamiyah serta banyak manfaat lainnya.
3. Dengan melaksanakan ibadah haji kita akan dibalas dengan balasan
surga firdaus dan itu untuk haji yang mabrul
4. Untuk menjadi haji yang mabrul maka kita harus memperhatikan
syrat, rukun, wajib, dan membatalkan haji.
5. Untuk bisa melaksanakan haji kita juga harus memperhatikan
menejemen dalam pelaksanaan haji agar keinginan kita menjadi haji
mabrul dapat tercapai
B. Saran
menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu keritik, saran, dan masukan yang sifatnya
membangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini ke
depannya.

DAFTAR PUSTAKA
Noor, M. (2018). Haji dan Umrah. Jurnal Humaniora Teknologi, 4(1).
DR. Zainuddin,MA dkk, Fiqh Ibadah, Gaya Media Pratama Jakarta,2002
Nidjam, Acmad, dan Hanan, Altief , Menajemen Haji, Makasar:
Mediacita, 2006

Anda mungkin juga menyukai