Anda di halaman 1dari 13

Nama : Muhamad Wisnu Burhanudin

NIM : 1207020091
Kelas : Biologi B2

LAPORAN PRAKTIKUM MENENTUKAN JUMLAH dan UKURAN MIKROBA


A. Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dirumah masing masing pada tanggal 19 Mei 2021.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Alcohol 70% secukupnya
2. Tissue secukupnya
3. Tabung reaksi yang berisi larutan pengencer BPW 0.1% secukupnya
4. Bunsen 1 buah
5. Mikropipet (ukuran 1000 mikroliter)
6. Beaker glass yang telah disterilkan di oven sebanyak 4 buah
7. Spatula yang telah disterilkan di oven
8. Cawan petri secukupnya
9. Daging ayam segar 25 gram
10. Daging ayam yang disimpan pada suhu ruang 25 gram
11. Daging ayam yang disimpan di suhu dingin 25 gram
12. Daging ayam yang hampir busuk 25 gram
13. Gunting
14. Incubator
15. Media PCA
16. Spidol
17. Cling wrap
18. Colony counter
19. 4 buah botol scoot yang berisi larutan BPW 0.1% sebanyak 225 ml
20. Tip mikropipet secukupnya
C. Prosedur Kerja

Isolasi Bakteri dan Pengenceran


Bertingkat

1. Semprotkan alcohol 70% pada meja praktikum,lalu lap dengan tisu

2. Nyalakan api bunsen,lakukan kerja praktikum secara aseptis

3. Pindahkan sampel daging ayam segar sebanyak 25 gram ke beaker glass steril,lalu potong daging ayam
dengan gunting hingga lebih halus

4. Sterilkan gunting yang telah digunakan,dengan cara disemprot dengan alcohol sisi depan dan
belakangnya, lalu pijarkan gunting di atas bunsen,kemudian dinginkan.

5. Potong kembali daging ayam hingga lebih halus

6. Tuangkan sampel pada botol yang berisi BPW 0.1% dengan bantuan spatula

secara aseptis

7. Homogenkan larutan BPW 0.1% dengan sampel daging ayam dengan cara dikocok atau diputar ke atas
dan ke bawah (Pengenceran 10-1)

8. Beri label pada setiap cawan petri,yaitu sebagai berikut : KP (Kontrol Pengencer), KM(Kontrol
Medium), S (Daging ayam segar) dengan label -2 hingga -4 masing- masing 2 buah,R (Daging ayam yang
disimpan dalam suhu ruang) dengan label -2 hingga -6 masing-masing 2 buah,D (Daging ayam yang
disimpan dalam suhu dingin) dengan label -2 hingga -4 masing-masing 2 buah,B (Daging ayam menuju
busuk) dengan label -2 hingga -8 masing-masing 2 buah.

9. Setting mikropipet menjadi 1 ml


10. Ambil 1 ml BPW dari tabung reaksi menggunakan mikropipet yang telah diberi tip,lalu pindahkan
larutan BPW tersebut ke cawan petri yang berlabel KP

11. Ambil 1 ml sampel pengenceran 10-1 menggunakan mikropipet dengan tip baru secara aseptis,lalu
pindahkan ke tabung reaksi yang berisi BPW 0.1% (Pengenceran10-2 ),homogenkan dengan vortex mixer

12. Ambil 1 ml sampel pengenceran 10-2menggunakan mikropipet dengan tip baru,lalu pindahkan ke
tabung reaksi yang berisi BPW (Pengenceran 10-2),homogenkan dengan vortex mixer

13. Ambil 1 ml sampel pengenceran 10-2 menggunakan mikropipet dengan tip yang
sebelumnya digunakan,lalu pindahkan ke cawan petri yang berlabel S-2,ulangi
pengambilan 1 ml sampel dari pengenceran 10-2 lalu pindahkan ke cawan petri berlabel S-
2 lainnya

14. Ambil 1 ml sampel pengenceran 10-3 menggunakan mikropipet dengan tip baru,lalu
pindahkan ke tabung reaksi yang berisi larutan BPW 0.1% (Pengenceran 10-4,homogenkan
menggunakan vortex mixer

15. Ambil 1 ml sampel pengenceran 10-3 menggunakan mikropipet dengan tip yang
sebelumnya digunakan,lalu pindahkan ke cawan petri yang berlabel S-3,ulangi
pengambilan 1 ml sampel dari pengenceran 10-3 pindahkan ke cawan petri berlabel S-3
lainnya

16. Ambil 1 ml sampel pengenceran 10-4 menggunakan mikropipet dengan tip yang
baru,lalu pindahkan ke cawan petri yang berlabel S-4,ulangi pengambilan 1 ml sampel dari
pengenceran 10-4 lalu pindahkan ke cawan petri berlabel S-4 lainnya

17. Lakukan prosedur kerja yang sama pada sampel daging ayam lain,untuk kode S dan D
dilakukan pengenceran hingga 10-4,sedangkan kode R dilakukkan pengenceran hingga
10-6,dan kode B dilakukan pengenceran hingga 10-8
18. Tuangkan media PCA ke cawan petri yang berlabel KP dan KM hingga menutupi
permukaan cawan,untuk cawan KP dihomogenkan dengan cara diputar-
putarkan,sedangkan cawan KM dibiarkan terbuka setengah untuk mengetahui kesterilan
media

19. Tuangkan PCA ke cawan lain hingga menutupi permukaan cawan,lalu homogenkan
dengan cara digoyang-goyangkan

20. Tunggu hingga media memadat,lalu bungkus menggunakan cling wrap

21. Inkubasi dengan suhu 32ºC selama dua hari dengan posisi cawan terbalik

Perhitungan koloni mikroba

1. Perhitungan jumlah koloni mikroba menggunakan alat colony counter

2. Letakkan cawan dengan posisi terbalik di bawah loop yang ada pada colony counter

3. Tandai koloni dengan spidol,maka jumlah koloni akan terhitung secara otomatis di layar display

D. Hasil Dan Pembahasan


Jumlah koloni mikroba dapat diperkirakan dengan suatu metode perhitungan. Terdapat dua metode
perhitungan bakteri atau mikroba yaitu dengan metode hitung secara langsung (direct methode) dan
metode perhitungan secara tidak langsung (indirect methode) dengan hitungan cawan baik dengan
metode penyebaran maupun metode penuangan. Suatu sampel diperkirakan mengandung lebih dari
300 sel mikroba per ml, per gram, atau per cm permukaan. Diperlukan pengenceran sebelum
ditumbuhkan pada media agar di dalam cawan petri, sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni
pada cawan tersebut dalam jumlah yang tepat dihitung dimana jumlah terbaik adalah 30-300 koloni.
Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana
jumlah koloni dapat dihitung sebagai satu koloni dan satu rantai koloni (Pelczar, 2008). Oleh karena
itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada di dalam suatu bahan
atau media.
Metode hitungan cawan merupakan metode yang digunakan untuk menghitung dan pembahasan
mikroba dalam bahan pangan. Metode ini adalan cara yang paling sensitif untuk menghitung dapat
digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba. Kelemahan metode cawan diantaranya hasil
perhitungan tidak menujukkan jumlah yang sesungguhnya, medium dan kondisi yang berbeda
memungkinkan hasil yang berbeda, mikroba yang di tumbuhkan harus dapat tumbuh ada medium
padat. Syarat perhitungan koloni yaitu cawan yang dihitung adalah cawan yang mengandung 30-300
koloni. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu dapat dihitung sebagai satu koloni (Irianto,
2013).
Metode TPC merupakan analisis untuk menguji cemaran mikroba dengan menggunakan metode
pengenceran dan metode cawan tuang. Metode cawan tuang adalah metode per plate. Metode ini
dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah diketahui beratnya kedalam 9 ml larutan
garam fisiologis, larutan yang digunakan sekitar 1 ml suspensi kedalam cawan petri steril, dan
menuangkan media penyubur atau nutrisi untuk makanan mikroba (Dwijoseputro, 2010).
Perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pengenceran dilakukan
dengan botol pengenceran seperti lazimnya pada Standart Plate Count (SPC), namun dapat pula
menggunakan tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan tabung yang berisi cairan
fisiologis dan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah.
Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang
benar. Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah
koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo 1996).
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup pada
metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat
dibedakan atas dua cara yaitu: metode tuang (pour plate) dan metode permukaan/sebar
(surface/spread plate) (Fardiaz, 1993). Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih
untuk dihitung mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan tersebut dilakukan
sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan dengan mengalikan
jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Satuan yang digunakan
untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah cfu/mL (cfu = colony forming units) (Waluyo
2008).
Penghitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung) dengan metode Plate Count (hitungan cawan).
Plate count/viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiapsel mikroorganisme hidup dalam
suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan
lingkungan yang sesuai. Setelahdiinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan
perkiraan ataudugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Koloni yang
tumbuhtidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu
cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni
Forming Units (CFU’s) per ml.
Koloni merupakan kumpulan dari mikrobia yang mempunyai kesamaan sifat-sifat seperti bentuk,
susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh
di permukaan medium adalah (Dwidjoseputro, 2005) :
1. Besar kecilnya koloni.
Ada koloni yang hanya serupa suatu titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup
permukaan medium.
2. Bentuk.
Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang. Ada yang tepinya rata, ada yang tidak rata.
3. Kenaikan permukaan.
Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula yang timbul yaitu menjulang
tebal di atas permukaan medium.
4. Halus kasarnya permukaan.
Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya kasar dan tidak rata.
5. Wajah permukaan.
Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya suram.
6. Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
7. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang keras dan kering.
Koloni yang tumbuh pada media agar dapat dilihat secara visual dan dihitung. Secara kuantitatif
koloni bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung populasinya secara umum atau dengan kata
lain menghitung seluruh sel bakteri yang ada dalam media termasuk sel yang mati, dan menghitung
sel bakteri hidup dengan menggunakan teori pendekatan.
Koloni yang tumbuh berasaldari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari
sebuahsampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya. Syarat koloni yang ditentukan untukdihitung
adalah sebagai berikut :
1. Satu koloni dihitung 1 koloni.
2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2koloni.
5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan)tidah dihitung.
6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1koloni.
7. Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran
(Indra, 2008).
Metode hitung cawan mempunyai beberapa kelebihan diantaranya yaitu kapasitas untuk menghitung
jumlah bakteri jika terlalu banyak ataupun jika terlalu sedikit dapat menggunakan faktor
pengenceran. Selain itu, metode hitung cawan ini hanya menghitung bakteri yang layak dihitung
tidak termasuk bakteri mati ataupun puing-puing yang ada pada
media pertumbuhan. Namun, metodi ini juga memiliki kekurangan yaitu perhitungan kumpulan sel
bakteri dapat salah dihitung sebagai koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai CFU/mL daripada
sel/mL. Selain itu metode ini membutuhkan waktu yang lama karena hasil hitung cawan ini biasanya
diperoleh setelah 1-3 hari. (Soesetyoningsih,2020)
Berdasarkan hasil pengamatan pada video praktikum menentukan jumlah dan ukuran mikroba,
teknik yang digunakan adalah metode pengujian Total Plate Count (TPC). Adapun sample yang
digunakan bersumber dari daging ayam negeri/broiler dalam berbagai keadaan yang berbeda-beda.
Keadaan sampel daging dibedakan menjadi beberapa keadaan, ada daging ayam segar, daging ayam
suhu ruang, daging ayam suhu dingin, dan daging ayam menuju busuk. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui hasil yang diperoleh.
Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam bahan pangan. Metode hitungan cawan (TPC) merupakan metode yang paling
banyak digunakan dalam analisa, karena koloni dapat dilihat lansung dengan mutu tanpa
menggunakan mikroskop (Jaka F. P. Palawe, 2018). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
adanya mikroba yang terdapat pada masing- masing sample yang diuji dan menghitung mikroba yang
hidup dalam sample.
Setelah dilakukan inkubasi selama 2 hari dengan suhu 32oC, untuk cawan petri berlabel KP (Kontrol
Pengencer) dan KM (Kontrol Medium) terlihat tidak adanya pertumbuhan mikroba. Hal ini
menunjukan bahwa pengenceran dan medium yang digunakan tidak terdapat mikroba karena
pekerjaan dilakukan secara aseptis.
Sedangkan pada semua sample daging ayam terdapat pertumbuhan mikroba, baik itu bakteri maupun
khamir. Untuk sample daging ayam segar (S) dan dingin (D) hingga pengenceran 10-4, daging suhu
ruang (R) hingga 10-6, dan daging menuju busuk (B) hingga 10-8. Pengenceran bertingkat dilakukan
supaya mikroba dapat dihitung serta jumlahnya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
Adapun ketentuan perhitungan jumlah bajteri dengab metode plate count adalah menggunakan SPC
(Standard Plate Count),koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan metode SPC memiliki
syarat dan ketentuan untuk mengurangi kesalahan dalam perhitungan,yaitu sebagai berikut:
1. Cawan yang dipilih adalah cawan yang ditumbuhi koloni dengan jumlah 30-300 koloni
2. >300 = TNTC (Too Numerous To Count ) atau TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung).
3. <30 = TFTC (Too Few To Count)
4. Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari 2 digit yaitu angka satuan dan angka sepersepuluh
yang dikalikan dengan kelipatan 10 (Eksponensial).
Berikut ini adalah hasil pengamatan yang telah didapatkan :
1. Cawan bersampel KP dan KM

Sumber : (https://youtu.be/8IUhNbg9AGM)

2. Cawan dengan sampel B-8 (daging ayam hampir busuk dengan pengenceran 10-8)

Sumber : (https://youtu.be/8IUhNbg9AGM)
3. Cawan dengan sampel S-3 (daging ayam segar dengan pengenceran 10-3)

Sumber : (https://youtu.be/8IUhNbg9AGM)

4. Cawan dengan sampel S-4 (daging ayam segar dengan pengenceran 10-4)

Sumber : (https://youtu.be/8IUhNbg9AGM)
5. Cawan dengan sampel R-5 (daging ayam penyimpanan suhu ruang dengan
pengenceran 10-5)
Sumber : (https://youtu.be/8IUhNbg9AGM)

6. Cawan dengan sampel R-6 (daging ayam penyimpanan suhu ruang dengan pengenceran
10-6 )

Sumber : (https://youtu.be/8IUhNbg9AGM)
SOAL
1. Mengapa rata-rata mikroorganisme yang tumbuh pada semua sampel adalah

bakteri dan khamir?

Jawaban : mikroorganisme yang tumbuh di semua sampel rata-rata adalah bakteri dan

khamir. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa factor,seperti nutrisi yang terkandung

dalam media,temperature yang sesuai,cahaya,kadar oksigen,dan sebagainya.

2. Rata-ratakan nilai dari setiap pengenceran,selanjutnya hitung nilai SPC dari setiap

sampel,bandingkan nilai SPC antar sampel,dan daging manakah yang memiliki

nilai SPC paling tinggi dan rendah?


Hasil Pengamatan
Pengenceran
Kode Sampel SPC
10-2 10-3 10-4
>300 >300 288 (2.880.000+2.64
>300 >300 264 0.000)/2= 2.8 X
S
106

10-4 10-5 10-6 (296.106 +


>300 >300 296 292.106)/2=
R 2.9 X 108
>300 >300 292

10-2 10-3 10-4 (166.104/276.103


>300 276 166 )>2
(182.104/292.103
)>2
D Dilaporkan
>300 292 182
pengenceran
terendah.

10-6 10-7 10-8 (260.108+248.108)


>300 344 (TNTC) 260 /2= 2.5X 1010
>300 264 248
B

Berikut ini daftar SPC mulai dari terendah hingga tertinggi :


Daging ayam penyimpanan dingin (D) = 2.8 X 105
Daging ayam segar (S) = 2.8 X 106
Daging ayam penyimpanan ruang (R) = 2.9 X 108
Daging ayam menuju busuk (B) = 2.5X 1010

Sampel daging ayam yang memiliki jumlah koloni bakteri terendah adalah daging ayam dalam
penyimpanan suhu dingin,dan sampel daging ayam yang memiliki jumlah koloni bakteri
tertinggi adalah daging ayam yang hampir busuk.
E. Kesimpulan
Pengenceran merupakan salah satu faktor yang penting dalam penghitungan koloni. beberapa
cawan yang tidak ditumbuhi bakteri, koloni kurang dari 30 (dianggap 0), dan beberapa lainnya
ditumbuhi koloni lebih dari 300 (TBUD).

F. Daftar Pustaka
Dwidjoseputro. 1996. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Fibriana dkk. 2017. Isolasi dan Karakteristik Mikroorganisme Penghasil Pigmen dari Limbah
Kulit Kentang. Jurnal MIPA,40 (1),7-12.
Indra., 2008, http//ekmon-saurus/bab-2-Media- pertumbuhan/.htm . diakses padatanggal 19
Mei 2021, yogyakarta.

Lay B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Waluyo Lud, 2008. ”Tehnik Dasar Mikrobiologi” . UN Press : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai