OLEH :
ASRIANI KASIM
NPM: 203203109
Hari :
Tanggal :
( ) ( ) ( )
I. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Hydrocele adalah suatu penyakit dimana penderita mengalami
kondisi berupa penumpukan cairan pada selaput yang melindungi
testis. Hydrocele adalah penumpukan cairan yang berlebihan antara
lapisan parietalis dan visceralis tunika
vaginalis testis. (Pramono, 2008).
Hidrokel adalah sesuatu yang tidak nyeri bila ditekan, massa
berisi cairan yang
dihasilkan dari gangguan drainase limfatik dari skrotum dan
pembengkakan tunika vaginalis yang mengelilingi testis (Lewis,
2014).
Hidrokel adalah penyebab umum dari pembengkakan skrotum
dan disebabkan oleh ruang paten di tunika vaginalis. Hidrokel terjadi
ketika ada akumulasi abnormal cairan serosa antara lapisan parietal
dan visceral dari tunika vaginalis yang
mengelilingi testis (Parks & Leung, 2013).
Hidrokel adalah pelebaran kantong buah zakar karena
terkumpulnya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hidrokel
dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah
zakar (Kemenkes RI, 2013).
B. Epidemiologi
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000
kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi prematur. Lokasi
tersering adalah di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi
secara bilateral. Insidensi menurun seiring dengan bertambahnya
umur. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi prematur dengan berat
badan lahir kurangdari 1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm.
C. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena
hal berikut ini.
1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga
terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis (Hernia
Komunikan)
2. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada bayi laki-laki, hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam
rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu, testis turun dari rongga
perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang
mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis
tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik
(primer) dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena
didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong
hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,
atau trauma pada testis/epididimis, dan penyumbatan cairan atau
darah di dalam korda spermatika. Kemudian hal ini dapat
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun
obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis hidrokel kongenital tergantung pada jumlah
cairan yang tertimbun. Bila timbunan cairan hanya sedikit, maka
testis terlihat seakan-akan sedikit membesar dan teraba lunak. Bila
timbunan cairan banyak terlihat skrotum membesar dan agak tegang.
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di
kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan
penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi.
E. Patofisiologi
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus
vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan
melalui saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan
berbentuk katup sehingga cairan dari rongga peritoneum dapat
masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga
peritoneum (Mantu, 1993). Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis
dapat berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Hidrokel
disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut sehingga
menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan
prosessus vaginalis sehingga terbentuklah rongga antara tunika
vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan
terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik
disekitarnya. Cairan seharusnya seimbang antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya, tetapi pada penyakit ini
terjadi gangguan sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa sehingga
terjadi penimbunan pada tunika vaginalis. Akibat dari tekanan yang
terus-menerus, terjadi obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus dan terjadi atrofi testis yang dikarenakan
akibat dari tekanan pembuluh
darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus
spermatikus dan juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat
dalam rongga perut pada undensensus testis. Hidrokel infantilis
biasanya akan menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak
memerlukan pengobatan jika secara klinis tidak disertai hernia
inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa
kantong yang saling berhubungan sepanjang processus vaginalis
peritonei. Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore
hari karena banyak cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak
dalam posisi tegak, tapi kemudian akan mengecil pada esok paginya
F. Klasifikasi
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu :
1. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis
tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah
kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong
hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
1. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan
nyeri. Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin,
eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika
secara perlahan dan walaupun akan menjadi besar dan
memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
hidrokel adalah sebagai berikut :
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting untuk
menemukan massa skrotum. Pemeriksaan ini dilakukan didalam
suatu ruangan yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan
testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya
sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung
cairan serosa, seperti hidrokel.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara
melewati skrotum dan membantu melihat adanya hernia,
kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan
kemungkinan adanya tumor.
H. Pencegahan
Hidrokel pada bayi baru lahir tidak dapat dicegah karena
kondisi telah berkembang sebelum kelahiran. Namun perawatan
sebelum bayi lahir dapat dilakukan untuk membantu mencegah
hidrokel pada bayi laki-laki. Pada laki-laki dewasa, untuk mencegah
hidrokel sebaiknya menghindari daerah kelamin dari cedera
misalnya mengikuti aturan keselamatan ketika sedang berolahraga.
Pilihan gaya hidup sehat, berolahraga, makan-makanan yang bergizi
seimbang, dan menghindari penyakit menular seksual juga
dianjurkan untuk membantu mencegah hidrokel (Belville &
Swierzewski, 2011).
I. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel menurut Mursalim
(2012) adalah :
1. Aspirasi
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan
penyulit berupa infeksi. Beberapa
indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah sebagai
berikut :
a. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh
darah
b. Indikasi kosmetik
c. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan
mengganggu pasien
c. Pola eliminasi
Yang dikaji adalah kebiasaan BAK dan BAB (frekuensi,
jumlah, warna, bau, nyeri, kemampuan mengontrol air kecil,
adanya perubahan-perubahan lain),
kemampuan perawatan diri, penggunaan bantuan untuk
ekskresi.
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan,
keseimbangan, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang
dilakukan di rumah dan aktivitas saat RMS. Pengkajian
untuk aktivitas disini adalah kemampuan perawatan diri,
makan/minum, mandi, toileting, berpakian, mobilisasi di
tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM. Dimana disini
ada skor untuk tiap aktivitas yang
dilakukan yaitu :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total.
e. Kognitif dan persepsi
Menggambarkan penginderaan khusus (penglihatan,
pendengaran, rasa, sentuh, bau), penggunaan alat bantu
(seperti: kacamata, alat bantu dengar), perubahan dalam
penginderaan, persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk
menurunkan
rasa tidak nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat
keputusan.
f. Persepsi - konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya
seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas
diri dan gambaran akan dirinya. Pola persepsi diri perlu
dikaji, meliputi : (Harga diri, Ideal diri, Identitas diri,
Gambaran diri).
g. Pola tidur dan istirahat
Pengkajian pola tidur dan istirahat harus mencakup waktu
mulai tidur dan bangun, kualitas tidur, riwayat tidur siang,
keyakinan budaya, penggunaan alat mempermudah tidur,
jadwal istirahat dan relaksasi, gejala dari perubahan pola
tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi, misalnya: nyeri.
h. Pola peran dan hubungan
Mengkaji hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitar
baik-baik saja atau tidak dan dapat berkomunikasi
menggunakan bahasa verbal maupun non verbal.
i. Pola seksual - reproduksi
Masalah atau problem seksual, gambaran perilaku seksual
seperti (perilaku
seksual yang aman), pengetahuan tentang seksualitas dan
reproduksi, dampak pada status kesehatan, riwayat
menstruasi dan reproduksi.
j. Pola toleransi stress - koping
Penyebab stress belakangan ini, penetapan tingkat stress,
gambaran umum dan spesifik respon stress, strategi
mengatasi stress yang biasa digunakan dan efektifitasnya,
perubahan kehidupan dan kehilangan, strategi koping yang
biasa digunakan, penilaian kemampuan pengendalian akan
kejadian-kejadian yang dialami, pengetahuan dan
penggunaan teknik manajemen stress, hubungan
antara manajemen stress terhadap dinamika keluarga.
k. Pola nilai kepercayaan
Latar belakang budaya atau etnik status ekonomi, perilaku
sehat yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik,
tujuan kehidupan, apa yang penting bagi klien dan keluarga,
pentingnya agama, dampak masalah kesehatan pada
spiritualitas
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
Benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri dan post
operasi nyeri pada area genitalia.
b. Keadaan fisik (Data fokus)
2) Genetalia
Benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan
adanya transiluminasi.
a) Inspeksi : terdapat benjolan yang hanya ada di
scrotum, bila dilakukan
pembedahan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya insisi
pasca operasi dan
3. 3. Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan perawatan diri pasien 1. untuk memnentukan kebutuhan tindakan
keperawatan selama ...x24 jam secara mandiri. pasien selanjutnya.
diharapkan pasien dapat 2. Berikan lingkungan yang terapeutik dengan 2. Untuk embantu memfasilitasi
melakukan aktivitas perawatan memfasilitasi diri mandi pasien. kebutuhan mandi pasien.
diri secara mandiri dengan 3. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas 3. Untuk meningkatkan kemmapuan ADL
kriteria hasil : normal sehari-hari sampai batas kemampuan pasien.
1. ADL pasien terpenuhi pasien.
2. Mampu membersihkan 4. Ajarkan keluarga untuk berpartisipasi 4. Keluarga merupakan orang terdekat pasien.
tubuh secara mandiri dalam membantu pasien dalam melakukan
ADL.
4 4 Setelah dilakukan tindakan1. Observasi keadaan luka bekas operasi.1. Mengidentifikasi adanya infeksi.
keperawatan selama ...x 24 jam(lubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolaisa)
diharapkan klien tidak2. Berikan perawatan luka pasca operasi 2. Untuk menjaga kebersihan luka pasien agar
menunjukkan tanda - tandasecara teratur. mempercepat penyembuhan luka.
infeksi dengan kriteria hasil : 3. Gunakan tehnik septik dan aseptik selama3. Mencegah terpajan organisme infeksius.
1. Klien tidak mengalami perawatan luka.
infeksi. 4. Tekankan tehnik cuci tangan yang baik4. Mencegah kontaminasi silang dan
2. Dapat mencapai waktu untuk setiap individu yang kontak denganmenurunkan resiko penyebaran infeksi.
penyembuhan. pasien.
3. Tanda – tanda vital dalam 5. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi5. Untuk mencegah infeksi dan
batas normal dan tidak ada obat antibiotik. membantu proses penyembuhan.
tanda-tanda shock.
5 5 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor risiko terjadinya pendarahan 1. Untuk mengdeteksi secara dini
keperawatan selama ... x 24
tanda-tanda pendarahan
jam diharapkan pasien tidak
2. Lindungi pasien dari trauma yang dapat 2. Trauma dapat meningkatkan risiko
mengalami pendarahan pasca
menyebabkan pendarahan.
pembedahan dengan kriteria terjadinya pendarahan.
hasil : 3. Intruksikan pasien untuk meningkatkan 3. Vitamin K berperan dalam proses
1. Tekanan darah pasien dalam makanan yang kaya akan vitamin K. penyembuhan luka sehingga meminimalkan
batas normal. terjadinya pendarahan.
2. Penyembuhan luka pasiencepat. 4. Kolaborasi dengan dokter pemberian obat 4. Obat dapat membantu penyembuhan secara
3. Integritas jaringan normal. misalnya antasida jika diperlukan. cepat.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan.
Implementasi merupakan tahap pengerjaan atau tindakan dari intervensi yang
telah disusun. Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang
dilakukan. CG.
E. Evaluasi
1. Dx 1: Nyeri berkurang atau hilang
2. Dx 2: Tidak ada gangguan mobilitas fisik
3. Dx 3: Pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
4. Dx 4: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
5. Dx 5: Pasien tidak mengalami pendarahan pasca pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA