Anda di halaman 1dari 3

III.

IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

a. Identifikasi
Pemberian konseling dan informasi kepada pasien sangat bermanfaat untuk
meningkatkan kepatuhan dan mencegah kegagalan terapi obat pasien (Monita, 2009).
Konseling Obat merupakan suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi
obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk
pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan
atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian
konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap
Apoteker. Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi,
meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan
cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat
bagi pasien (patient safety) (Anonim, 2014).
Menurut standar pelayanan farmasi komunitas, informasi yang seharusnya
didapatkan pasien antara lain khasiat obat, lama penggunaan obat, cara penyimpanan
obat, efek samping yang mungkin timbul, tindakan bila ada efek samping, tindakan
bila terjadi salah dosis, pantangan obat untuk penyakit tertentu dan pantangan
makanan saat minum obat yang seharusnya diberikan oleh apotek dan merupakan hak
pasien. Jadi informasi yang didapatkan pasien tidak hanya harga obat, cara dan aturan
pakai obat. Informasi yang lengkap dan jelas akan mengurangi resiko terjadinya
medication error (Handayani dkk., 2009)
Apoteker yang melaksanakan kegiatan konseling hams memahami baik aspek
farmakoterapi obat maupun teknik berkomunikasi dengan pasien. Dalam mewujudkan
pelayanan konseling yang baik maka kemampuan komunikasi hams ditingkatkan. Ini
penting agar terjalin komunikasi yang efektif dan intensif antara apoteker dengan
pasien . Strategi komunikasi yang dapat dipakai oleh apoteker dalam melaksanakan
konseling adalah sebagai berikut:
• Membantu dengan cara bersahabat:
Pasien yang pasif akan mempersulit apoteker untuk membuat kesepakatan dan
memberikan bantuan pengobatan. Sangat penting bagi apoteker untuk menciptakan
suasana yang bersahabat dengan pasien, ini akan mempengaruhi suasana hati pasien
dan pasien menjadi percaya kepada apoteker. Apoteker dapat memulai konseling
dengan menyapa pasien dengan namanya, memperkenalkan diri, memberikan sedikit
waktu untuk pembicaiaan umum sebelum memulai pembicaraan tentang pengobatan.
Selama konseling berlangsung maka apoteker hams mendengarkan dengan sungguh-
sungguh setiap perkataan pasien. Selain itu apoteker juga hams memperhatikan
bahasa tubuhnya agar pasien merasa lebih dihargai.
• Menunjukkan rasa empati pada pasien
Sangat penting adanya perasaan empati pada pasien selama sesi konseling dilakukan.
Ketika apoteker menunjukkan rasa empati maka pasien akan merasa apoteker peduli
kepadanya. Penting bagi apoteker untuk tahu tentang kebutuhan pasien, ketertarikan
pasien, motivasi, tingkat pendidikan agar dapat disesuaikan dengan informasi yang
akan diberikan oleh apoteker. Menunjukkan rasa empati berarti bahwa komunikasi
berjalan dengan baik.
Prioritas pasien yang perlu mendapat konseling yaitu:
• Pasien dengan populasi khusus (pasien geriatri, pasien pediatri, dll)
• Pasien dengan terapi jangka panjang (TBC, Epilepsi, diabetes, dll)
• Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (Penggunaan
kortikosteroid dengan tappering down atau tappering off )
• Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan indeks terapi sempit (digoxin,
phenytoin, dll)
• Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan terapi rendah.
(Baroroh, 2016)
Dalam kasus konseling kali ini pasiennya adalah pediatri. Konseling pada pediatri
berbeda dengan konseling pada orang dewasa karena perbedaan karakteristik. Pasien
pediatri memiliki parameter farmakokinetik yang berbeda dengan orang dewasa.
Penurunan kemampuan mereka menanggulangi penyakit atau efek samping obat di
sebabkan kondisi fisiologik yang berkaitan dengan pertumbuhan anak dan perbedaan
efek obat yang khas pada kelompok umur mereka. (Siregar, 2006). Anak biasanya
menghindari emosi yang tidak meyenangkan dan cenderung untuk menekan perasaan
itu. Untuk menciptakan hubungan konseling yang baik, anak harus merasa diterima
oleh apoteker dengan cara yang sama dengan anak supaya dia merasa nyaman.
(Mintarsih,2013
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memberikan edukasi yang tepat untuk pasien pediatri?
2. Bagaimana menjelaskan dan meminta persetujuan kepada pasien dan dokter jika
ada obat yang diganti, dihilangkan atau ditambahkan?
3. Bagaimana cara pemilihan pengobatan yang efektif dan menjelaskan mengenai
indikasi, aturan pakai, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat, hal-hal yang
harus dihindari, penyimpanan obat dan terapi non farmakologi?
4. Bagaimana cara mengetahui bahwa pasien dan keluarga pasien sudah memahami
edukasi yang diberikan?

Referensi
Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun 2014,. Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Baroroh, F., Darmawan, E.,2016.Evaluasi Implementasi Pelayanan Konseling Obat di
Apotek Kota Yogyakarta,Farmasains April 2016,3(1):13-19
Handayani, R.S., Gitawati, R.,2009, Persepsi Konsumen Apotek Terhadap Pelayanan
Apotek Terhadap pelayanan Apotek di Tiga Kota di Indonesia, Makara
kesehatan, Vol 13 No 1:p25
Mintarsih, Widayat.2013.Peran Terapi Keluarga Eksperiensial Dalam Konseling
Anak Untuk Mengelola Emosi.SAWWA-Volume8.
Monita.2009.Evaluasi implementasu Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Kota Padang, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Siregar Charles.2006.Farmasi Klinik Teori dan Penerapan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai