Penulis sadar bahwa terselesaikanya karya tulis ini tak lepas dari pihak-pihak
yang membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Untuk itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak AGUS HERMAWAN, M.Pd sebagai bapak kaprodi dari prodi PBI.
2. Bapak H.M. SUBHAN ANSORI, M.PdI ,dosen pembimbing kami yang
telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga karya tulis ilmiah ini
dapat terselesaikan.
3. Semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih ada kekurangan,
hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Penyusun
UNU BLITAR | ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 6
A. Kesimpulan.......................................................................................15
B. Saran.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin. Agama untuk seluruh umat manusia.
Di dalam ajaran agama islam terdapat pedoman dan aturan yang sama sekali tidak
mempersulit para penganutnya, sebaliknya semua ajaran dalam islam adalah demi
kebahagian dan keselamatan dunia serta akhirat bagi pemeluknya.
Dalam hadist nabi Muhammad SAW disebutkan bahwa umat islam akan terpecah
menjadi 73 millah (faham/aliran) dan yang selamat adalah millah (faham/aliran)
yang ber I’tiqad sebagaimana I’tiqad Rasullah dan I’tiqad para sahabat atau
menganut ajaran/paham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Di akhir jaman ini banyak
bermunculan paham-paham yang menamakan diri paham Ahlussunah Wal Jama’ah
namun pada prakteknya mereka tidak mencerminkan agama islam yang benar-benar
Ahlussunnah Wal Jama’ah.Mereka mengklaim diri sebagai pengikut setia ajaran nabi
Muhammad SAW sehingga apapun yang tidak diajarkan oleh nabi disebutnya bid’ah,
sesat, dan pasti masuk neraka. Ada satu senjata andalan yang sering mereka
todongkan yakni bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan: “Kullu bid’atin
dholalah, wa kullu dhalalatin fin nar”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi: semua bid’ah atau perkara baru dalam beribadah itu adalah sesat
dan semua kesesatan itu adanya di neraka. Kata ‘kullu’ dalam hadits Nabi di atas
menurut kaidah kebahasaan tidak harus berarti ‘semua’ tetapi juga berarti ‘sebagian’.
Kemudian dikutip juga kaidah Imam Syafi’i bahwa bid’ah itu ada dua, adakalanya
‘bid’ah hasanah’, adakalanya ‘bid’ah dhalalah’, bisa jadi baik, juga bisa saja sesat.
‘Bid’ah’ itu kata benda, tentu mempunyai sifat, mungkin saja ia bersifat baik atau
mungkin bersifat jelek. Sifat tersebut tidak ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits
Nabi di atas yang dalam ilmu balaghah dikatakan, “hadzfus sifat alal maushuf”,
membuang sifat dari benda yang bersifat”.Seandainya dituliskan kata ’bid’ah’ maka
terjadi dua kemungkinan: yang baik dan yang sesat.Namun mereka tidak peduli
UNU BLITAR |4
dengan ilmu tata bahasa Arab yang rumit sebagai prasyarat memahami dalil hadits.
”Pokoknya yang bid’ah itu sesat, titik!”.Begitu sempitnya cara berpikir mereka.
Mereka hanya memahami sebuah dalil dan hadist secara tekstual tanpa memikirkan
secara konteksnya. Padahal agama islam adalah agama yang tidak kaku dan selalu
relevan di setiap jaman.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang Dimaksud Paham Ahlussunnah Wal Jama’ah?
2) Bagaimana Asal-Usul Paham Ahlussunnah Wal Jama’ah?
3) Bagaimana Konsep Ahlussunnah Waljama’ah Annahdliyah?
C. Tujuan Penulisan
Menjelaskan lebih dalam mengenai paham islam ahlussnunnah wal jama’ah
Mengetahui sejarah munculnya paham ahlusunnah wal jama’ah
Mengetahui konsep ahlussunnah waljama’ah annahdliyah
UNU BLITAR |5
BAB II
PEMBAHASAN
UNU BLITAR |6
keempat Imam itu didalam berijtihad menyimpulkan hukum-hukum menggunakan
dalil-dalil dari Al-Qur’an, Hadits, Ijma’ dan Qiyas.
UNU BLITAR |7
Berdasarkan musyawarah ahlul halli wal áqdi yang beranggotakan sahabat-
sahabat besar yang masih tersisa waktu itu, menyepakati kedudukan Ali sebagai
khalifah digantikan oleh puteranya Al-Hasan.Namun Al-Hasan hanya dua tahun
menjabat sebagai khalifah.Ia mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah
kepada Muawiyah karena menurut ijtihadnya mengundurkan diri adalah pilihan
terbaik untuk menyelesaikan perselisihan umat. Dalam sejarah, tahun pengunduran
diri Al-Hasan dinamakan“am al-jamaáh” atau tahun persatuan.
Naiknya Muawiyah menjadi khalifah menimbulkan reaksi keras dari kelompok
Syiáh dan Khawarij.Mereka menolak kepemimpinan Muawiyah dan menyatakan
perang terhadap Bani Umayah.Perselisihan makin memuncak manakala Muáwiyah
mengganti sistem khilafah menjadi monarki absolut, dengan menunjuk anaknya
Yazid sebagai khalifah selanjutnya.
Di sisi lain, tragedi Karbala yang menyebabkan terbunuhnya cucu Rasulullah saw
Al-Husein dan sebagian besar ahlul bait Rasulullah saw pada masa Khlalifah Yazid
bin Muawiyah, telah mengobarkan semangat kaum Syiah untuk memberontak
terhadap Bani Umayah. Pertikaian selanjutnya melebar jadi pertikaian segitiga antara
Bani Umayah, Syiah, dan Khawarij.Pertikaian terus berlanjut hingga masa Bani
Abbasiah.Dua kelompok ini senantiasa merongrong pemerintahan yang sah.
Chaos politik yang melanda umat Islam awal pada akhirnya juga melahirkan
kelompok lain di luar Syiah dan Khawarij. Pada awal abad ketiga Hijriah muncul
kelompok Murjiáh, yang berpendapat bahwa dalam persoalan tahkim tidak ada pihak
yang berdosa.Dosa dan tidaknyaserta kafir dan tidaknya seseorang bukanlah
diputuskan di dunia, melainkan di akhiratoleh Allah SWT.
Dari persoalan politik kemudian merembet menjadi persoalan akidah.Perdebatan
siapa yang bersalah dalam konflik antara Ali dan Muawiyah melebar jadi perdebatan
tentang perbuatan manusia. Setelah Murjiáh, muncullah aliran Jabbariah (fatalisme)
dan Qodariah(fre act and fre will). Jabbariah berpendapat, perbuatan manusia
diciptakan oleh Tuhan, artinya manusia tak lebih laksana wayang yang digerakkan
oleh dalang.Qodariah berpendapat sebaliknya, bahwa manusia sendirilah yang
menciptakan perbuatannya tanpa ada “campur tangan” Tuhan terhadapnya.
UNU BLITAR |8
Setelah Qodariah dan Jabbariah, berikutnya muncul aliran Mu’tazilah yang
berpendapat sama dengan Qodariah dalam hal perbuatan manusia, namun mereka
menolak penetapan sifat (atribut) pada Allah. Menurut Mu’tazilah, bila Allah
memiliki sifat berarti ada dua materi pada Allah, yakni Dzat dan Sifat, hal ini berarti
telah syirik atau menduakan Allah.
Lahirnya aliran-aliran ekstrem setelah Syiah dan Khawarij bukan hanya
disebabkanoleh persoalan politik yang melanda umat Islam awal, akan tetapi juga
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran dari luar Islam. Hal ini merupakan imbas dari
semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam yang meliputi wilayah-wilayah bekas
kekaisaran Persia dan Romawi yang sudah lebih dahulu memiliki peradaban yang
mapan dan telah bersentuhan dengan rasionalisme Yunani dan filsafat ketimuran.
Kemunculan istilah Aswaja merupakan respon atas kelompok-kelompok ekstrem
pada waktu itu.Aswaja dipelopori oleh para tabiín (generasi setelah sahabat atau
murid-murid sahabat) seperti Imam Hasan Al-Bashri, tabi’tabiín (generasi setelah
tabiín atau murid-murid tabiín) seperti Imam-imam mazhab empat, Imam Sufyan
Tsauri, Imam Sufyan bin Uyainah.Ditambah generasi sahabat, inilah yang disebut
dengan periode salaf, sebagaimana disebut oleh Rasulullah saw sebagai tiga generasi
terbaik agama ini.
Selepas tabi’ tabiínajaran Aswaja diteruskan dan dikembangkan oleh murid-murid
mereka dan dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya.Mulai dari Imam Abul
Hasan Al-Asyári, Imam Abu Manshur Al-Maturidi, Imam Al-Haromain, Imam Al-
Junaid Al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali dan seterusnya sampai Hadratussyekh
Hasyim Asyári.
UNU BLITAR |9
3. Konsep Ahlussunnah Waljama’ah Annahdliyah
UNU BLITAR | 10
Nahdlatul ‘Ulama berpendirian bahwa faham Ahlusunnah wal Jama’ah harus
diterapkan dalam tata kehidupan nyata di masyarakat dengan serangkaian sikap yang
bertumpu pada karakter Ahlusunnah wal Jama’ah (Manhajul Amaly). Ada lima
istilah utama yang diambil dari Al Qur’an dan Hadits dalam menggambarkan
karakteristik Ahlus sunnah wal jama’ah sebagai landasan Nahdlatul ‘Ulama dalam
bermasyarakat atau sering disebut dengan konsep Mabadiu Khaira Ummat yakni
sebuah gerakan untuk mengembangkan identitas dan karakteristik anggota Nahdlatul
‘Ulama dengan pengaturan nilai-nilai mulia dari konsep keagamaan Nahdlatul
‘Ulama, antara lain :
1. At-Tawassuth
2. Al I’tidal
I’tidal berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan dan tidak condong ke kiri.
I’tidal juga berarti berlaku adil, tidak berpihak kecuali pada yang benar dan yang
harus dibela.
3. At-Tasamuh
Tasamuih berarti sikap toleran pada pihak lain, lapang dada, mengerti dan
menghargai sikap pendirian dan kepentingan pihak lain tanpa mengorbankan
pendirian dan harga diri, bersedia berbeda pendapat, baik dalam masalah keagamaan
maupun masalah kebangsaan, kemasyarakatan, dan kebudayaan.
4. At-Tawazun
Tawazun berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak kelebihan sesuatu unsur
atau kekurangan unsur lain.
UNU BLITAR | 11
5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar artinya menyeru dan mendorong berbuat baik yang
bermanfaat bagi kehidupan duniawi maupun ukhrawi, serta mencegah dan
menghilangkan segala hal yang dapat merugikan, merusak, merendahkan dan atau
menjerumuskan nilai-nilai moral keagamaan dan kemanusiaan.
Perubahan kultur dan pola pikir ini juga dapat dilihat dalam prosedur perumusan
hukum dan ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah dalam tradisi jam’iyah Nahdlatul ‘Ulama
yang menggunakan pola Maudhu’iyah (tematik) atau terapan (Qonuniyah) yang
berbentuk tashawur lintas disiplin keilmuan empiric dan Waqi’iyah (kasuistik)
dengan pendekatan tathbiq al-syari’ah dan metode takhayyur (eklektif).
Nilai-nilai ini bila dikembangkan akan menyebabkan aswaja semakin shalih likulli
zamân wa makân, aplikabel di setiap masa dan ruang. Disamping itu NU menjadi
sentral gerakan dalam menjaga stabilitas sosial keagamaan yang rahmatan lil
‘alamin. Menurut Badrun (2000), terdapat lima ciri yang perlu diperhatikan dalam
memosisikan aswaja sebagai manhaj al-fikr atau manhaj al-amal :
UNU BLITAR | 12
(2) Makna bermadzhab diubah dari bermadzhab secara tekstual (madzhab qauly)
menjadi bermadzhab secara metodologis (madzhab manhajy);
(3) Melakukan verifikasi mendasar terhadap mana ajaran yang pokok (ushul) dan
mana yang cabang (furu’);
(4) Fiqih dihadirkan sebagai etika sosial, bukan sebagai hukum positif;
Nahdlatul Ulama dari embrio sampai berdiri hingga perjalanannya dari masa ke
masa tidak lepas dari konsep-konsep baru. Hal ini terbukti dalam setiap era
perjuangannya, NU melalui para ulamanya telah banyak meninggalkan jejak-jejak
pemikiran yang konseptual dan terukur. Konsep-konsep tersebut juga tidak lepas dari
orientasi-orientasi yang menjadi rahimnya.
UNU BLITAR | 13
Kemudian pada Juli 1959 NU menerima Pancasila dan UUD 45. Selanjutnya
dalam Muktamar NU XXV di Situbondo NU mengukuhkan kembali ke khittah 1926
dan menerima Pancasila sebagai asas organisasi serta mendeklarasikan NKRI telah
final.
konsep-konsep yang lahir dari pemikiran para ulama NU tidak akan berhenti
hingga sekarang. Konsep Islam Nusantara saat ini telah lahir dan menjadi solusi bagi
perdamaian negeri ini bahkan untuk dunia. Yang terakhir kita saksikan adalah
konsep ‘Rahmah’ solusi bagi perdamaian Isrel-Palestina.
Ke depan, konsep tahun 2020 NU menjadi organisasi internasional yang telah
diwacanakan sejak tahun 2008, bukan tidak mungkin akan menjadi kenyataan.
Nyatanya, saat ini gaung Nahlatul Ulama semakin didengar oleh dunia luar.
UNU BLITAR | 14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1) Pengertian Paham Ahlussunnah Wal Jama’ah
Aswaja menurut bahasa diartikan sebagai pengikut/jalan kebenaran di
dalam Agama yang harus ditempuh/dilewati karena telah disepakati
kebenaranya oleh para mujtahid (ahlu al-haq).
Aswaja adalah golongan yang tetap dan tidak menyimpang dari Rasulullah
SAW dan para sahabatnya, Golongan ini satu pendapat di dalam masalah
aqidah(ushuluddien) dan hanya sedikit terdapat perbedaan dalam hal
syari’ah(fiqh/furu’uddien), namun tidak terjadi saling menganggap fasiq dan
sesat terhadap yang lain. Para ulama memberi batasan sederhana untuk
memudahkan pengertian, bahwa Aswaja ialah golongan umat Islam yang
dalam masalah aqidah mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-Asy’ari
(260- 324 H) dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi(wafat : 333 H).
2) Asal-Usul Paham Ahlussunnah Wal Jama’ah
Kemunculan istilah Aswaja merupakan respon atas kelompok-kelompok
ekstrem pada waktu itu.Aswaja dipelopori oleh para tabiín (generasi setelah
sahabat atau murid-murid sahabat) seperti Imam Hasan Al-Bashri, tabi’tabiín
(generasi setelah tabiín atau murid-murid tabiín) seperti Imam-imam mazhab
empat, Imam Sufyan Tsauri, Imam Sufyan bin Uyainah.Ditambah generasi
sahabat, inilah yang disebut dengan periode salaf, sebagaimana disebut oleh
Rasulullah saw sebagai tiga generasi terbaik agama ini.
Selepas tabi’ tabiínajaran Aswaja diteruskan dan dikembangkan oleh
murid-murid mereka dan dilanjutkan oleh generasi-generasi berikutnya.Mulai
dari Imam Abul Hasan Al-Asyári, Imam Abu Manshur Al-Maturidi, Imam
Al-Haromain, Imam Al-Junaid Al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali dan
seterusnya sampai Hadratussyekh Hasyim Asyári.
3) Konsep Ahlussunnah Waljama’ah Annahdliyah
UNU BLITAR | 15
konsep-konsep yang lahir dari pemikiran para ulama NU tidak akan
berhenti hingga sekarang. Konsep Islam Nusantara saat ini telah lahir dan
menjadi solusi bagi perdamaian negeri ini bahkan untuk dunia. Yang terakhir
kita saksikan adalah konsep ‘Rahmah’ solusi bagi perdamaian Isrel-Palestina.
Ke depan, konsep tahun 2020 NU menjadi organisasi internasional yang
telah diwacanakan sejak tahun 2008, bukan tidak mungkin akan menjadi
kenyataan.
B.SARAN
UNU BLITAR | 16
DAFTAR PUSTAKA
http://aang-zaeni.blogspot.com/2017/06/pengertian-aswaja-secara-etimologi-
dan.html
https://www.nu.or.id/post/read/70356/sejarah-metode-berpikir-dan-gerakan-
aswaja
https://aswajacenterpati.wordpress.com/2012/04/02/aswaja-annahdliyah-dari-
madzhabi-menuju-manhaji/
https://www.nu.or.id/post/read/92775/sejarah-konsep-konsep-nahdlatul-ulama
UNU BLITAR | 17
SESI TANYA JAWAB
Sesi 1
Sesi 2
UNU BLITAR | 18