Bab I Bismillah Acc
Bab I Bismillah Acc
RENCANA PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam hal memberikan pengobatan kepada dirinya sendiri jika sedang mengalami
gangguan kesehatan atau sakit. Dalam hal ini masyarakat biasa mengkonsumsi obat tanpa
adanya arahan atau saran dari tenaga kesehatan itu sendiri. Swamedikasi sering terjadi
juga pada masyarakat yang melakukan pengobatan dengan mempelajari obat yang sering
mereka gunakan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi di Indonesia masih
masyarakat dalam menjaga kesehatan dirinya sendiri. Salah satu bentuk swamedikasi
yang dilakukan sendiri oleh masyarakat adalah swamedikasi untuk gejala penyakit seperti
demam. Swamedikasi atau pegobatan sendiri dapat menjadi dua masalah terkait obat
menjadi pelayanan utama dalam pengobatan penyakit ringan pada masyarakat. Obat –
obat yang digunakan untuk penanganan pengobatan sendiri ini terbatas. Pada obat – obat
golongan bebas dan obat golongan bebas terbatas saja. (Setya Enti Rikomah, M.farm.,
2018)
Obat antipiretik adalah obat yang digunakan sebagai obat penurun demam,
penyakit seperti demam. Dalam hal ini masyarakat memiliki pemahaman berdeda-beda
dalam hal penggunaan obat antipiretik itu sendiri. Sebagian masyarakat beranggapan
bahwa tidak semua antipiretik yang sering digunakan oleh sebagian orang dapat
menurunkan demam melainkan sesuai dengan obat yang sering mereka konsumsi.
Pengetahuan dan wawasan yang luas pada umumnya sangat berpengaruh dalam
penerimaan informasi dan penyerapan seseorang, dalam hal ini seseorang dapat
mengatasi secara aktif penyakit yang diterjadi pada dirinya maupun keluarganya, efek
dari pengetahuan yang kurang akan berdampak pada perilaku pengobatan yang tidak
swamedikasi agar tidak terjadi penggunaan dosis yang melebihi terapi semestinya serta
toksisitas dari obat tersebut. Akan tetapi, dengan melihat kondisi sekarang masyarakat
banyak yang melakukan swamedikasi tanpa mengetahui secara benar indikasi dan efek
obat tersebut sehingga untuk mendapatkan hasil terapi belum sepenuhnya baik. Salah satu
jenis obat yang sering digunakan masyarakat sebagai swamedikasi adalah obat
parasetamol.
Di Apotek Al- Azzura Farma masih banyak terdapat masyarakat dengan ruang
adalah antipiretik (demam), dimana penyakit demam ini banyak macam obat yang
dikonsumsi oleh sebagaian orang. Sedangkan pada apotek Al- Azzura Farma terdapat
berbagai macam obat yang dapat digunakan sebagai obat antipiretik, dimana dalam hal
ini daya saing penggunaan di apotek Al- Azzura Farma seperti paracetamol dan ibu
profen.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk
bisa melihat sejauh mana perbandingan pennggunaan antipiretik paracemol dan ibu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
1. Sebagai upaya agar dapat mengetahui berapa banyak popolasi penggunaan antipiretik
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anti Piretik
a. Tinjauan Antipiretik
badan. Golongan obat yang termasuk antipiretik antara lain yaitu acetaminophen,
golongan obat yang dapat menurunkan temperatur badan. Golongan obat yang
demam, salah satu obat yang sering digunakan yaitu parasetamol. Parasetamol
dapat menurunkan demam. Namun, jika obat sintetik tersebut terus dikonsumsi dalam
jangka panjang menyebabkan efek samping dalam tubuh. ermofat (Sapti, 2019)
Menurut Husori, D.I., 2016 obat yang mampu menurunkan suhu demam
susunan saraf pusat sehingga dapat mencegah terjadinya konversi asam arakidonat
kenaikan suhu tubuh diatas suhu tubuh normal yaitu 36-37ﹾC. Demam diawali dengan
kondisi menggigil saat terjadi kenaikan suhu, kemudian terjadi kemerahan pada
permukaan kulit (Suproborini et al., 2018). Menurut Tawi (2019), kondisi menggigil
hipotalamus pada suhu yang lebih tinggi. Prostaglandin bekerja pada pusat
Proses demam menjadi gangguan adaptasi tubuh dan jika didukung dengan
intervensi yang tepat maka dapat menghasilkan respon yang adaptif, namun jika
sebaliknya maka terjadi respon maladaptif (Zahroh & Khasanah, 2017). Demam
dapat terjadi pada berbagai usia baik anak-anak maupun orang dewasa. Kondisi
demam sebenarnya tidak berbahaya, tetapi jika mengalami kenaikan suhu yang tinggi
dapat membahayakan dan menyebabkan kejang pada anak maupun orang dewasa.
Pada umumnya demam sebagai salah satu gejala yang menyertai penyakit infeksi
(Marwan, 2017). Demam akibat infeksi terjadi sebagai respons terhadap masuknya
Penyebab utama demam yaitu infeksi oleh bakteri dan virus. Namun, demam juga
dapat disebabkan oleh kondisi patologis yang lain seperti serangan jantung, tumor,
6
7
Proses terjadinya demam dimulai dengan sel-sel darah putih, seperti monosit,
limfosit, dan neutrophil yang di stimulasi oleh pirogen eksogen berupa toksin,
mediator inflamasi, dan reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan
zat kimia yakni pirogen endogen dan pirogen eksogen yang akan merangsang
dengan suhu patokan yang baru dan memicu terjadinya mekanisme peningkatan
peningkatan produksi panas yang menyebabkan suhu tubuh naik menuju patokan
B. Swamedikasi
a. Tinjauan Swamedikasi
/pengobatan sendiri dapat menjadi masalah terkait obat (Drug Related Problem)
akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya (Nur Aini, 2017).
penggunaan obat oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala penyakit yang
dirasakan. Swamedikasi merupakan plihan pertama oleh lebih dari 60% masyarakat
dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang dialami, dan lebih dari 80% yang
manfaat dan keuntungan jika dilakukan secara benar. Untuk dapat melakukan
swamedikasi dengan benar maka gejala penyakit dan informasi terkait obat perlu
dipahami terlebih dahulu. Informasi terkait obat yang perlu dipahami meliputi : jenis
obat, kegunaan obat, cara penggunaan, aturan penggunaan, lama penggunaan, efek
samping obat, dan kontra indikasi obat. Swamedikasi dapat dilakukan masyarakat
dengan bantuan seorang Apoteker di Apotek (Titien Siwi Hartayu, Yosef Wijoyo,
2018)
diantaranya persepsi masyarakat mengenai penyakit ringan, harga obat yang relatif
lebih murah, serta kepraktisan dalam penggunaan obat-obat yang dapat digunakan
yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap
jelas, demikian pula dengan peran apoteker. Ada kewenangan yang diberikan
kesehatannya, yaitu penyakit yang dapat diatasi secara mandiri tanpa harus
8
9
Contoh penyakit infeksi ringan antara lain demam, flu, batuk, pilek, yang
disebabkan oleh infeksi virus dan dapat sembuh dalam waktu 3-5 hari, dengan
seperti DM, obat asma, obat TBC dan obat KB. Pelayanan swamedikasi untuk
berlaku, terutama batasan jumlah obat yang boleh diberikan. Selain itu,
1) Social
perkumpulan mulai dari rukun tetangga, rukun warga, hingga berbagai jenis
kelompok teman sekolah SD, SMP, SMA dst. Melalui perkumpulan dan
sistem BPJS sekarang ini. Pasien yang akan berobat harus mengikuti prosedur
yang tidak dapat dikatakan sederhana. Panjangnya antrian yang harus dijalani
menyebabkan lamanya waktu tunggu sehingga orang ingin mencari cara lain
3) Waktu tunggu
Lamanya waktu tunggu baik di ruang periksa dokter maupun di apotek untuk
mendapatkan obatnya tidak pernah ada yang sebentar, rata – rata pasien
mengalokasikan waktu 1-2 jam, dan terkadang bahkan sampai 3 atau 4 jam,
tersebut, maka orang cenderung memilih swamedikasi yang simple dan cepat.
d. Resiko Swamedikasi
Pengobatan sendiri membawa beberapa resiko, yaitu gejala tersamarkan dan tidak
dikenali sebagai penyakit serius, selain penggunaan obat yang kurang tepat.
Keluhan dapat dinilai keliru atau mungkin tidak dikenali sehingga pengobatan
10
11
Resiko lain adalah dapat terjadinya pemilihan obat yang keliru terlampau lama
atau dalam takaran yang terlau besar. Contoh yang dapat diambil pada obat tetes
hidung dan obat sembelit (laxsansia), yang bila digunakan terlampau lama dapat
memperburuk keluhan. Begitu pula apa yang dinamakan obat - obat alamiah,
yang mencakup ramuan jamu dan tumbuhan yang dikeringkan, sering kali
dianggap lebih baik dan lebih aman. Namun pada penggunaan jamu masih sangat
kurang efektif karena sering kali mengadung zat aktif yang akan menimbulkan
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, dimana pengambilan data berupa
Penelitian ini dilakukan di apotek al azzura farma pada bulan februari - april tahun 2021.
swamedikasi antipiretik pada bulan februari – april 2021 di apotek al azzura farma
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil data akumulasi tingkat
12
13
DAFTAR PUSTAKA
sebagai upaya pengobatan sendiri di apotek sebantengan ungaran artikel. Universitas Ngudi
Waluyo, 2.
https://books.google.co.id/books?id=l7J-
DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=farmasi+klinis+terbaru&hl=id&sa=X#v=onepage
&q=swamedikasi&f=false
Titien Siwi Hartayu, Yosef Wijoyo, D. G. M. (Ed.). (2018). Manajemen dan pelayanan
id=Gf70DwAAQBAJ&pg=PA71&dq=swamedikasi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjltuO7v
MruAhW1wzgGHct_BF4Q6AEwBnoECAYQAg#v=onepage&q&f=false